BAB II RENCANA STRATEGIS
2.2. Rencana Kinerja Tahun 2013
Rencana Kinerja adalah merupakan pengembangan lebih lanjut
dari rencana strategis dimana penjelasan indikator capaian dibuat lebih
rinci yaitu dengan mencantumkan input, proses, output dan outcome.
Dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2013, BPOL telah menetapkan
sasaran yang ingin dicapai dalam waktu kurun waktu satu tahun
mendatang. Rencana Kinerja merupakan tolak ukur yang digunakan
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelengaaraan kegiatan
pemerintahan pada periode bersangkutan. Adapun Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) lingkup BPOL tahun 2013 selengkapnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahuan BPOL Tahun 2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Tersedianya SDM yang handal dan
profesional serta fasilitas penelitian
dan observasi laut yang memadai
yang didukung oleh sistem
manajemen yang efisien dan
akuntabel dalam menghasilkan
IPTEK yang bermanfaat bagi
pembangunan kelautan dan
perikanan di Indonesia
Terpenuhinya kebutuhan pokok
pegawai
37 Orang
Terpenuhinya kebutuhan
operasional dan terpeliharanya
aset kantor
12 Bulan
Terlaksananya program,
monitoring dan evaluasi kegiatan
BPOL
46 Kegiatan
Terlaksananya pengelolaan
kepegawaian dengan baik
38 Orang
Sistem akuntansi yang akuntabel 12 Bulan
Terkelolanya anggaran dengan
efektif dan efisien
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Meningkatnya fasilitas penelitian
dan observasi sumberdaya laut
yang memadai
15%
Termanfaatkannya hasil penelitian
dan observasi di bidang
sumberdaya laut untuk
mendukung pembangunan
kelautan dan perikanan di
Indonesia serta aktif dalam jejaring
kerjasama nasional dan
internasional di bidang
sumberdaya laut
Jumlah keikutsertaan dalam
pameran
3 kali
Rekomendasi Kebijakan 1 Paket
Jumlah kerjasama (MoU atau IA) 6 Institusi
Tersedianya data dan informasi
sumberdaya laut yang lengkap
dan memadai untuk mempelajari
dan memahami fenomena
perubahan iklim dan pemanasan
global serta dampaknya pada
karakteristik dan dinamika perairan
Indonesia
Frekuensi pemantauan fenomena
alam laut dan perubahan iklim di
wilayah perairan Indonesia
secara terkini, akurat dan kontinu.
320 Sampel
Terkuasainya IPTEK observasi di
bidang sumberdaya laut untuk
mewujudkan sistem observasi laut
terpadu dalam rangka
mendukung terimplementasinya
InaGOOS
Jumlah sumberdaya laut di
wilayah perairan Indonesia yang
terpantau secara terkini dan
akurat.
Database
produktivitas
perairan laut dan
pantai
Database
parameter fisika
dan kimia perairan
laut dan pantai
Tersedianya PPDPI yang akurat
untuk seluruh wilayah perairan
Indonesia melalui proses
otomatisasi yang mampu
mendukung rencana strategis KKP
Frekuensi pemantauan daerah
penangkapan ikan di perairan
Indonesia
Frekuensi
pemantauan
daerah
penangkapan ikan
melalui satelit: 3
kali/minggu
sepanjang tahun
Data dan peta
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
prediksi sebaran
potensil habitat ikan
tuna dan lemuru
Dalam rangka mendukung pencapaian rencana strategis tersebut di atas,
Balai Penelitian dan Observasi Laut telah merencakan beberapa kegiatan
utama yang relevan yaitu:
Sasaran Strategis 1 : Tersedianya SDM yang handal dan profesional serta
fasilitas penelitian dan observasi laut yang memadai yang didukung oleh
sistem manajemen yang efisien dan akuntabel dalam menghasilkan IPTEK
yang bermanfaat bagi pembangunan kelautan dan perikanan di
Indonesia.
Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan BPOL dalam rangka
mencapai sasaran strategis yang pertama tersebut. Salah satunya adalah
kegiatan pembinaan administrasi pengelolaan kepegawaian dan
peningkatan kemampuan SDM. Beberapa SDM BPOL menjadi peserta
tugas belajar yang tersebar di dalam negeri dan luar negeri, berikut
adalah daftar pesertanya :
Tabel 3. Peserta tugas belajar
No Nama Pegawai
1. Frida Sidik, M.Sc
2. Agung Yunanto, S.Pi, M.Si
3. Bambang Sukresno, S.Si, M.Si
4. Asmi Marintan Napitu, S.Si, MT
5. Deny Wijaya Kusuma, M.Si
6. Teja Arief Wibawa, M.Si
7. E. Elvan Ampou, M.Si
8. Iis Triyulianti, M.Si
Selain itu juga dilakukan berbagai Bimtek/pelatihan/outbound yang
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Kegiatan pelatihan dari sumber
dana PNBP tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal, hal ini
dikarenakan target penerimaan PNBP tidak maksimal.
Tabel 4. Kegiatan kegiatan pelatihan tahun 2013
No Uraian Pelatihan
1.
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Personil Laboratorium
a. Pelatihan Teknik Sampling
b. Pelatihan Teknik Pengujian Kimia
c. Pelatihan Data Hasil Validasi Metode Pada Analisis
Spektrofotometri UV/VB
2. Pelatihan Perpustakaan
3. Peningkatan WebGIS
4. Pelatihan Nikrotik Advanced Traffic Control
5. Pelatihan Selam
6. Pelatihan Penulisan Karya ilmiah
7. Pelatihan Mikrotik Advanced Wireless
8. Pelatihan Certified Data Center Professional
Sasaran Strategis 2 : Termanfaatkannya hasil penelitian dan observasi di
bidang sumberdaya laut yang dilakukan BPOL untuk mendukung
pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia. Ada beberapa
kegiatan BPOL yang mendukung sasaran strategis kedua ini, antara lain :
1. Diseminasi dan Asimilasi Hasil Penelitian Kelautan Perikanan adalah
salah satu kegiatan BPOL yang mendukung progres sasaran strategis
yang kedua ini. Melaksanakan tugas pelayanan yang prima dalam
memfasilitasi kegiatan diseminasi dan asimilasi hasil penelitian dalam
bentuk partisipasi dalam kegiatan promosi hasil penelitian,
operasionalisasi website, sosialisasi hasil penelitian dan pembuatan
publikasi dan media promosi. Berikut adalah contoh beberapa
kegiatan yang dilakukan BPOL dalam kegiatan ini :
a. Layanan permintaan data dan informasi penelitian dan observasi
laut hasil pada pihak yang terhubung dan membutuhkan dari
kalangan akademisi maupun institusi penelitian KP.
b. Layanan Bimbingan Kemahasiswaan magang/PKL dari Universitas
dan SMU bidang KP.
c. BPOL Gelar ToT Fishing Ground bagi Penyuluh dan Widyaiswara
Perikanan Bekerjasama dengan Balai Diklat Aparatur Sukamandi,
BPOL menyelenggarakan Diklat Training of Trainers Fishing Ground
yang diselenggarakan 2-5 Juli 2013.
d. BPOL turut berpartisipasi dalam pameran Research, Innovation,
and Technology (RITech) 2013 yang diselenggarakan selama 4
hari, 29 Agustus - 1 September 2013 di Gedung Sasono Utomo,
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
e. BPOL Gelar Sosialisasi PPDPI di Kendari di Pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari pada 27 - 28 Agustus 2013.
f. Peneliti BPOL sosialisasikan PPDPI ke Nelayan Pati sebagai
narasumber dalam acara sosialisasi dan pembinaan bakul
nelayan PPP Bajomulyo, 26 September 2013.
g. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan dan Observasi Laut
Disosialisasikan di Belawan, dan Sibolga, Sumatera Utara pada
bulan November 2013.
2. Penyelenggaraan perpustakaan/ kearsipan/ dokumentasi.
Memanfaatkan teknologi informasi, perpustakaan BPOL akan
dikembangkan sebagai perpustakaan digital untuk memberikan
kemudahan dalam pelayanan bagi para pengguna. Pada tahun 2013
perpustakaan BPOL berusaha memperbaiki layanan. Hasil yang telah
dicapai yaitu implementasi pemutakhiran data perpustakaan melalui
Aplikasi Senayan sebagai cikal bakal pengembangan perpustakaan
online BPOL dengan mengadopsi aplikasi SENAYAN dan SLimS. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan para pemustaka yang ada di luar
wilayah BPOL untuk bisa mengakses koleksi buku perpustakaan. Selain
itu juga mulai merintis otomatisasi perpustakaan, dengan mengajukan
usulan pengadaan barcode reader untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan di perpustakaan.
Gambar 3. Koleksi Buku Terkini Perpustakaan
3. Administrasi Sistem Informasi Kelautan
Pemanfaatan sistem informasi untuk melakukan penyebaran hasil-hasil
penelitian kelautan secara online melalui website telah
diimplementasikan oleh BPOL. Berkembangnya data dan informasi
kelautan yang dikelola, perlu adanya kegiatan administrasi sistem
informasi kelautan dalam upaya peningkatan manajemen dan
pengelolaan sistem informasi kelautan secara terstruktur dan handal.
Beberapa hasilnya adalah perpustakaan digital
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/digilib/ , website Bahasa Inggris BPOL
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/imro/
Sasaran Strategis 3 : Tersedianya data dan informasi kelautan yang
lengkap untuk memahami fenomena perubahan iklim dan pemanasan
global serta dampaknya pada karakteristik dan dinamika perairan di
Indonesia.
Beberapa kegiatan penelitian mendukung sasaran strategis 3 tersebut,
1. Kajian Pengaruh Pertukaran Massa Air di Samudera Pasifik bagian
Barat pada Kesuburan Perairan dan Migrasi Skipjack Tuna di Perairan
Indonesia Bagian Timur
Samudera Pasifik merupakan merupakan daerah tangkapan
ikan tuna (70%) dan juga memiliki peranan yang sangat vital dalam
terjadinya siklus El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan iklim dunia.
Daerah tersebut tidak terlepas dari adanya kolam air hangat
Samudera Pasifik bagian barat, dimana pola pergerakan
(konvergensi) kolam air hangat ini sangat dipengaruhi oleh ENSO.
Zona konvergensi dan front merupakan kombinasi mekanisme yang
sangat penting bagi plankton dan mikronekton dan juga tuna
sebagai salah satu predatornya. Berdasarkan keterkaitan tersebut,
maka sebaran Cakalang akan berkaitan sangat erat dengan
perpindahan atau pergerakan zona konvergensi tersebut sehingga
dapat digunakan dalam memperkirakan fishing ground untuk
Cakalang. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan didapatkan bahwa
ada korelasi yang cukup baik antara kelimpahan relatif Cakalang
dengan variabel proksi untuk zona konvergensi, yaitu garis isotermal
29°C suhu permukaan laut dan indeks osilasi selatan (IOS).
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pola pergerakan
zona konvergensi di kolam air hangat Pasifik bagian barat dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya serta keterkaitannya dengan
kesuburan perairan dan pola migrasi tuna di perairan Indonesia
bagian timur.
Kegiatan penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap
pertama lebih ditekankan pada pengambilan data Insitu (Salinitas,
Temperatur, Nutrien, dan Arus Laut), pengambilan dan pengolahan
data citra satelit (Temperatur Permukaan Laut dan Klorofil-a) dan
pengambilan dan pengolahan data TAO Array di Pasifik Ekuatorial
(temperatur dan salinitas). Tahap kedua dilakukan analisis transpor
massa air di Samudera Pasifik Ekuatorial, analisis front suhu permukaan
laut dengan menggunakan algoritma edge detection serta analisis
korelasi kelimpahan klorofil-a dengan front suhu permukaan laut.
Selain itu dilakukan juga analisis pola pergerakan kolam air hangat
Pasifik Ekuatorial bagian barat dan Keterkaitannya dengan ENSO.
Semua data tersebut nantinya akan dilakukan pemodelan variabel
salinitas, temperatur dan arus laut di Samudera Pasifik ekuatorial
dengan menggunakan model numerik dan verifikasi dengan data
tangkapan cakalang. Data suhu, khlorofil-a didapatkan dari
www.oceancolor.gov.noaa, NPP dari www.pmel.noaa. Data suhu
dan salinitas air laut dari TAO array diunduh di www.pmel.noaa/tao.
Data tangkapan ikan cakalang berasal dari DKP Prov Papua, DKP
Prov Maluku, DKP Kota Sorong dan PPN Pengambengan.
Hasil pengukuran in situ suhu dan salinitas pada stasiun
hidrooseanografi di Teluk Weda berkisar antara 8-30°C dan 33,6-35,3
psu. Stasiun biologi, suhu dan salinitas berkisar 28-30°C dan 34,06 –
34,14 psu. Konsentrasi nitrat 0,002-0,302 ppm; silikat 0,001-0,079 ppm;
fosfat berkisar 0,001-0,081 ppm, kandungan oksigen terlarut 1,18-6,09
ppm, pH 7,89-8,47 dan NPP 377,51 - 2177,01 mg C/m
3/hari.
Pengolahan data SST dari citra Modis dengan Hovmoller menunjukkan
terjadinya pergerakan lapisan isotherm 29 dan pergerakan massa air
pada saat El Nino dan La Nina mempunyai batas pada Bujur 160
oW
(2006, 2008, dan 2011-2012). Adanya pergerakan massa air yang
membawa kandungan khlorofil-a dengan NPP yang tinggi dari Pasifik
Timur menuju barat terutama pada tahun 2006, 2008 dan 2011.
Puncak musim penangkapan cakalang di sekitar perairan
Jayapura (2007-2012) diduga terjadi pada bulan Agustus, dan
paceklik bulan Januari, sedangkan di Kota Sorong, puncak musim
penangkapan bulan Januari dan paceklik bulan Pebruari. Pengaruh El
Nino terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di Kota Sorong (Juli
2009-Februari 2010) menunjukan hasil tangkapan berfluktuasi.
Walaupun El Nino mulai melemah, ikan cakalang yang tertangkap
masih menunjukan nilai yang tinggi. Terjadi pergerakkan masa air
hangat (isotherm 29°C) secara vertikal dan horizontal berdasarkan
data TAO. Pergerakkan kolom massa air hangat suhu 29°C di daerah
equator lintang 0 N menunjukan pergerakan horizontal kearah barat
dan pergerakan vertikal dari layer 25 m hingga layer 65 m dari tahun
2000 ke tahun 2010. Jika memperhatikan indek osislasi selatan,
pergerakan kolom massa air hangat tersebut terkait dengan kejadian
ENSO. Hasil TAO juga memperlihatkan adanya massa air dengan
salinitas rendah terutama terjadi pada tahun 2003, 2005, 2007, dan
2011 dan diduga daerah penangkapan ikan cakalng. Pengaruh
fenomena ENSO terjadi pada tahun-tahun tersebut, namun
intensitasnya tidak terlalu kuat.
Gambar 4. Hasil Pengolahan Data Suhu (kiri) dan NPP (kanan) dari Citra Satelit
Gambar 6. Hasil Pengolahan Data Salinitas dari TAO di 5N 147E
2. Studi Implikasi Pengasaman Laut pada Ekosisitem Terumbu Karang di
Kawasan Coral Triangle Initiative (CTI)
Meningkatnya jumlah CO
2yang diserap laut selama akhir abad
ini rata-rata telah menurunkan pH air laut sebesar 0,1 (Orr et al., 2005).
Akibatnya, kebutuhan akan karbonat untuk menetralisir tambahan
H
2CO
3telah melampaui pasokannya dan mengakibatkan pH air laut
mulai menurun. Kecenderungan inilah yang dikenal sebagai
pengasaman laut. Dampak yang paling signifikan dari pengasaman
laut adalah pada organisme berkapur di laut seperti karang,
Pteropods, dan bentuk kehidupan lainnya yang bergantung pada ion
CO
32-dan HCO
3-1untuk membentuk kerangka dan kerangnya.
Karang dan Pteropods sangat bergantung pada tingkat kelarutan
yang tinggi dari bentuk tak stabil kalsium karbonat (aragonite dan
calcite), dimana pengasaman laut akan menurunkan konsentrasi
aragonite dan calcite sehingga kemampuan organisme untuk
membentuk kerangka akan terganggu (Gattuso et al., 1998; Bach et
al., 2011; Orr et al., 2005). Penelitian Prof. Suharsono tentang laju
pertumbuhan tahunan karang di Indonesia menunjukkan
kecenderungan penurunan laju pertumbuhan tahunan Porites selama
20 tahun terakhir. Dari hasil perbandingan dengan temperatur di
lokasi Wakatobi, Sulawesi Selatan, kenaikan Suhu Permukaan Laut
(SPL) cukup signifikan yang berkorelasi dengan menurunnya laju
pertumbuhan karang sedangkan di lokasi Biak-Maumere didapatkan
bahwa laju pertumbuhan karang meningkat seiring adanya
peningkatan SPL. Proses pengasaman laut belum banyak dikaji
implikasinya terhadap ekosistem terumbu karang di perairan
Indonesia yang relatif cukup hangat, dengan keanekaragamannya
yang tinggi dan mewakili 18% dari seluruh terumbu karang di dunia.
Untuk itu perlu dilakukan observasi dan pemantauan implikasi proses
pengasamanan laut pada ekosistem terumbu karang di kawasan CTI.
Dari pengolahan data pada tahu 2011, didapatkan bahwa
pola monsun di perairan Indonesia berperan signifikan terhadap
variasi pH air laut. Nilai pH air laut perairan Indonesia barat di musim
barat lebih rendah daripada di musim timur dan sebaliknya nilai pH air
laut perairan Indonesia timur di musim barat lebih tinggi daripada di
musim timur. Pada pengukuran lapang di tahun 2012, pH yang terukur
di Nusa Penida pada bulan Mei berkisar pada 8,274 dan menurun
pada pengukuran di bulan Oktober yaitu berkisar 8,159. Di
Pemuteran, pada pengukuran di bulan Maret berkisar pada 8,148
dan menurun pada pengukuran di bulan Oktober yaitu berkisar 8,124.
Pada tahun 2013 telah dilakukan pemantauan kualitas air dan
melakukan coring di lokasi Nusa Penida, Bunaken dan Selayar. Pada
kegiatan coring, dilakukan pengambilan sampel karang dengan
metode drilling, hal ini dilakukan karena keterbatasan data tentang
kondisi terumbu karang dalam jangka panjang yang bersifat time
series, sementara karang dapat merekam perubahan kondisi
lingkungan fisik selama pertumbuhannya. Sampel karang dari ketiga
lokasi telah dianalisa laju pertumbuhan tahunannya dengan metode
X-Radiograph. Hasil analisa menunjukkan adanya variasi laju
pertumbuhan tahunannya 10 mm/tahun yang dipengaruhi oleh
variasi suhu perairan. Laju pertumbuhan karang memberikan respon
yang bervariasi terhadap index NINO3.4. Pada tahun 1983 saat
terjadinya el nino, tingginya laju pertumbuhan karang mencapai 15
mm/tahun. Sedangkan pada tahun 1998 laju pertumbuhan karang
berbanding terbalik dengan besarnya index NINO3.4.
Pengamatan karang (Maret) terlihat beberapa bagian dari
koloni karang jenis Acropora sp dan Pocillopora sp ini mengalami
pemutihan, yang dapat terjadi karena banyak faktor, antara lain
perubahan suhu yang signifikan dan perubahan salinitas.
Pertumbuhan dan perkembangan karang sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti kedalaman, suhu perairan, salinitas,
sedimentasi, kekeruhan dan aspek ekologis lainya. Monitoring
beriktunya pada Juni dan September, karang tersebut telah mati dan
ditumbuhi alga. Berdasarkan penyebabnya penyakit karang dibagi
menjadi dua yaitu penyakit karang yang disebabkan oleh mikro dan
makro parasit (infeksi pathogen) dan penyakit karang non infeksi
seperti karena kekurangan nutrisi dan faktor lingkungan. Berdasarkan
ciri-cirinya karang pada gambar disamping terkena penyakit karang
yang disebabkan oleh infeksi pathogen.
Gambar 7. Hasil Monitoring Terhadap Acropora sp. dan Analisis pH di Pemuteran
3. Penguatan Penelitian Adaptasi Lahan Basah di Indonesia terhadap
Dampak Proyeksi Kenaikan Muka Laut
Mangrove merupakan ekosistem kunci yang menyediakan
berbagai kebutuhan yang sangat crusial untuk menjaga sumberdaya
pesisir dan perikanan. Saat ini, keberadaan mangrove terancam oleh
berbagai hal, salah satunya adalah kenaikan muka air laut (sea level
rise). Sebagaimana kita ketahui bahwa hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan di wilayah pesisir (banjir) dan
mempengaruhi kehidupan masyarakat yang hidup di wilayah
tersebut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki area
mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan pembatas
antara wilayah pesisir dimana di dalamnya terjadi proses-proses
penting untuk beradaptasi terhadap kenaikan muka air laut.
Mangrove di Indonesia terancam oleh kenaikan muka air laut,
namun pemahaman tentang respon mangrove terhadap hal tersebut
masih belum banyak dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun pemahaman yang lebih baik terhadap proses adaptasi
lahan basah, terutama mangrove, terhadap kenaikan muka air laut di
Indonesia, serta untuk meningkatkan kemapuan para peneliti
Indonesia dalam melakukan monitoring sistem yang terjadi di pesisir.
Melalui kegiatan ini juga akan dikembangkan data dan model yang
dapat menjadi bahan pemahaman bagaimana mangrove merespon
kenaikan muka air laut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses geomorfologi dan biologi yang memberikan
kontribusi kepada kemampuan lahan basah dalam menghadapi
kenaikan muka air laut dan implikasinya terhadap perubahan lanskap
dan produktivitas hutan mangrove, serta untuk meningkatkan
kapasitas peneliti Indonesia dalam melakukan pemantauan
kemampuan hutan mangrove dalam beradaptasi terhadap proyeksi
kenaikan muka air laut.
Hasil pengukuran laju elevasi permukaan tanah, akresi vertikal,
dan shallow subsidence menunjukan adanya variasi antar musim. Laju
elevasi permukaan tanah cenderung yang meningkat pada saat
musim hujan dan sebaliknya. Laju akresi vertikal dan shallow
subsidence juga menunjukan hasil yang juga dipengaruhi oleh musim.
Pengaruh pasang surut juga akan dipertimbangkan dalam
pengukuran laju elevasi permukaan tanah, akresi vertikal, dan shallow
subsidence dan akan dihitung di kegiatan tahun 2014. Meskipun hasil
pengukuran laju perubahan elevasi permukaan tanah (soil surface
accretion), akresi vertikal (vertical acreation), dan shallow subsidence
menunjukan variasi nilai di setiap musim, namun secara umum trend
yang diperlihatkan meningkat dari waktu ke waktu, Pelaksanaan
workshop berjudul “Response of Mangrove Wetlands to Sea Level
Rise” diselenggarakan pada tanggal 19 – 22 Agustus 2013, bertempat
di Jembrana, Bali. Workshop tersebut terselenggara atas kerjasama
Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) dengan Smithsonian
Environmental Research Center – Smithsonian Institution, USA sebagai
patner PEER Science, serta institusi lainnya yaitu University of
Queensland (Australia), National University of Singapore (NUS) dan
Mangrove Action Project (MAP) Indonesia. Para peserta yang hadir
sebanyak 20 peneliti junior di bidang yang terkait dengan ekosistem
pesisir. Selain itu, dihasilkan juga alat muffle furnace dan crucible
porselain.
Gambar 8. Laju dan Trend Elevasi Permukaan Tanah
Sasaran Strategis 4 : Terkuasainya IPTEK observasi di bidang kelautan untuk
mewujudkan system observasi laut terpadu yang mendukung
implementasi InaGOOS
1. Operasional Sistem Observasi Laut
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut
secara periodik yang diakibatkan oleh interaksi antara bumi,
matahari, bulan, dan benda langit lainnya. Fenomena ini merupakan
hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek gaya sentrifugal, dimana gaya
tarik matahari dan gaya tarik grafitasi bulan menarik air laut ke arah
0 20 40 60 80 100 120 -1 0 1 2 3 Time (week) V e r ti c a l a c c r e ti o n ( c m ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -1 0 1 2 3 Week S u r fa c e e le v a ti o n g a in ( c m ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -1 0 1 2 3 Week S h a ll o w s u b s id e n c e ( c m ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -15 -10 -5 0 5 10 Time (week) V e r ti c a l a c c r e ti o n r a te s ( c m y e a r -1) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -15 -10 -5 0 5 10 Week S u r fa c e e le v a ti o n r a te s ( c m /y e a r ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -15 -10 -5 0 5 10 Time (week) S h a ll o w s u b s id e n c e r a te s ( c m y e a r -1) Forests Ponds
bulan dan matahari. Dalam aplikasinya informasi pasang surut
dibutuhkan untuk banyak keperluan, diantaranya adalah transportasi
laut, kegiatan di pelabuhan, dan kegiatan rekayasa di daerah pesisir
atau pantai. Selain itu informasi pasang surut juga diperlukan untuk
mengetahui sirkulasi arus di suatu perairan, transport sedimen dan
proses lain yang terkait dengan hidrodinamika perairan.
Selain data fluktuasi muka laut yang diperoleh dari sensor
elevasi muka laut, data lain yang juga diperlukan dalam pemantauan
dinamika laut dan pesisir adalah data angin pesisir. Data ini
dibutuhkan dalam perhitungan dan prediksi parameter dinamika laut
dipermukaan, satu diantaranya adalah gelombang laut. Dengan
alasan tersebut maka pada beberapa stasiun pengamatan yang
dibangun juga terpasang sensor pengukuran arah dan kecepatan
angin. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pematauan secara
kontinu berupa data fluktuasi muka air laut dan vektor angin
permukaan.
Hasil dari kegiatan ini adalah data elevasi muka laut secara real
time (waktu nyata) dari stasiun observasi kelautan ke server data
mempunyai interval 5 (lima) menit. Pada kondisi ideal dimana tidak
ada permasalahan sama sekali pada proses pematauan dan
pengiriman data maka seharusnya di peroleh (60/5) x 24 = 288 data
dalam 1 (satu) hari. Jadi perolehan data setiap bulannya yaitu untuk
bulan Januari sekitar 8928 data, Februari sekitar 8352 data, Maret
sekitar 8928 data, April sekitar 8640 data, Mei sekitar 8928 data, Juni
sekitar 8640 data, Juli sekitar 8928 data, Agustus sekitar 8928 data,
September sekitar 8640 data, Oktober sekitar 8928 data, Nopember
sekitar 8640 data, sedangkan bulan Desember sekitar 8928 data.
Namun demikian dikarenakan adanya beberapa permasalahan
yang terjadi misalnya pada sistem transmisi yang terkadang tidak
mengirim data ke server penerima data maka seringkali data yang
diperoleh tidak lengkap. Adannya kendala dalam pengumpulan
data tersebut menjadikan proses pengolahan data merupakan hal
yang wajib dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat
Dalam dokumen
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT TAHUN 2013
(Halaman 13-36)