TIM PENYUSUN
Adi Wijaya, M.Si
Eko Susilo, S.Pi
Nur Aulia, S.E
Wahyu Setyorini, S.E
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT
TAHUN 2013
PUSAT PENGKAJIAN DAN PEREKAYASAAN TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Karunia dan Rahmat-Nya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balai Penelitian
dan Observasi Laut tahun 2013 dapat disusun dengan baik. Laporan
akuntabilitas kinerja merupakan bentuk pertanggung jawaban terhadap
stake holders sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 tentang
untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai
wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi
dan tujuan organisasi. BPOL sebagai salah satu instansi pemerintah dibiayai
oleh anggaran negara diharuskan menyampaikan laporan dimaskud
sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai instansi penyelenggara penelitian dan
observasi sumber daya laut.
Dalam dokumen ini melaporkan pelaksanaan kegiatan dan
capaian kinerja Balai Penelitian dan Observasi Laut pada Tahun Anggaran
2013 dan perkembangan dari tahun sebelumnya. Secara umum capaian
kinerja BPOL sudah baik dan mengalami peningkatan dari tahun
sebelumya, walaupun memang ada beberapa hal yang belum memenhi
target yang diharapkan. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan dasar dalam
perbaikan perencanaan kegiatan pada tahun-tahun mendatang untuk
mencapai visi dan misi BPOL
Kami berharap agar laporan akuntabilitas kinerja ini dapat
memenuhi harapan sebagai media pertanggung jawaban kepada stake
holders dan pemicu peningkatan kinerja organisasi Balai Penelitian dan
Observasi Laut.
Jembrana, Januari 2014
Kepala Balai Penelitian dan Observasi Laut
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...
ii
DAFTAR ISI ...
iii
DAFTAR GAMBAR ...
iv
DAFTAR TABEL ...
v
DAFTAR LAMPIRAN ...
vi
IKHTISAR EKSEKUTIF ...
1
BAB I
PENDAHULUAN ...
2
BAB II
RENCANA STRATEGIS ...
5
2.1. Rencana Strategi ……….
5
2.2. Rencana Kinerja Tahun 2013 ………..
8
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA ...
30
3.1. Hasil Pengukuran Kinerja ……….
31
3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas ……….
32
BAB IV
PENUTUP ...
35
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Observasi
Laut ...
4
Gambar 2.
Kelompok Peneliti BPOL ...
4
Gambar 3.
Koleksi Buku Terkini Perpustakaan ...
13
Gambar 4. Hasil Pengolahan Data Suhu (kiri) dan NPP
(kanan) dari Citra Satelit ………....
16
Gambar 5.
Hasil Pengolahan Data Suhu dari TAO lintang 0
Tahun 2006 ………....
16
Gambar 6.
Hasil Pengolahan Data Salinitas dari TAO di 5N
147E ……….
16
Gambar 7.
Hasil Monitoring Terhadap Acropora sp. dan
Analisis pH di Pemuteran ………
19
Gambar 8.
Laju dan Trend Elevasi Permukaan Tanah …………
21
Gambar 9.
Hasil Keluaran Pasut Prediksi Pengambengan ……
23
Gambar 10. Hasil
Keluaran
Arah
Angin
Dominan
Pengambengan ………...
23
Gambar 11. Distribusi Spasial Kepadatan Ikan Lemuru
Terhadap Kelimpahan Plankton di Perairan Selat
Bali pada Survey Validasi Kedua (Musim Timur) ….
29
Gambar 12. Distribusi Spasial Prediksi Kelimpahan Zooplankton
di Perairan Selat Bali pada Tanggal 26 Agustus
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rencana Strategis BPOL Tahun 2013 ...
6
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan BPOL Tahun 2013 ...
8
Tabel 3. Peserta Tugas Belajar ...
10
Tabel 4. Kegiatan kegiatan pelatihan tahun 2013 ...
11
Tabel 5. Pengukuran Kinerja Balai Penelitian dan Observasi
Laut Tahun 2013 ...
31
IKHTISAR EKSEKUTIF
Buku ini merupakan laporan Capaian Kinerja Balai Penelitian dan
Observasi Laut – Bali pada Tahun 2013 dikaitkan dengan Rencana Kinerja
Tahun 2013 yang mengacu pada Rencana Strategis BPOL dan Rencana
Strategis Balitbang KP 2010-2014.
Pada tahun 2013 BPOL memperolah anggaran sebesar Rp.
18.316.917.000 dengan sumber RM Rp. 13.066.665.004,00, PNBP Rp.
28.120.000,00 dan HLN sebesar Rp. 5.222.132.000,00. Dengan pagu
anggaran tersebut, BPOL pada tahun 2013 melaksanakan 40 kegiatan
yang
dapat
dikelompokkan
ke
dalam
Program
Penerapan
Kepemerintahan yang Baik, Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK,
dan Program Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Riset
Kelautan dan Perikanan Serta Penyebaran Pemanfaatan IPTEK. Seluruh
kegiatan telah dapat dilaksanakan dengan baik, dan sebagian besar
telah menghasilkan output sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Bahkan, beberapa kegiatan telah dapat memberikan manfaat di tahun
berjalan.
Sampai dengan akhir tahun 2013, realisasi serapan anggaran adalah
sebesar % Rp. 16.581.663.004,00, sedangkan angka capaian fisiknya
mencapai 100 %. Hal ini menunjukan bahwa secara umum kinerja BPOL
dapat dikatakan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) sebelumnya bernama
Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) secara resmi didirikan pada
tanggal 29 Agustus 2005 berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. PER.10/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Riset dan Observasi Kelautan. Perkembangan organisasi dimulai sejak akhir
tahun 2002 dengan berdirinya Stasiun Bumi Penerima Data Satelit NOAA.
Pada tahun 2003 melalui Surat Keputusan Kepala Pusat Riset Teknologi
Kelautan, BRKP-DKP, dibentuklah Instalasi Observasi Kelautan dalam
rangka mendukung program SEACORM (Southeast Asia Center for Ocean
Research and Monitoring) yang dikelola oleh Departemen Kelautan dan
Perikanan, yang sekarang menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Peran BPOL semakin menguat dalam jejaring pemantauan dan pertukaran
data oseanografi baik skala regional dan internasional melalui program
InaGOOS (Indonesia Global Ocean Observing System) yang dicanangkan
pada tahun 2005 di Bali. InaGOOS merupakan bagian dari observasi
global yang bertujuan memberikan informasi fenomena dan dinamika laut
di wilayah Indonesia.
Pada tahun 2011 sejalan dengan perubahan nomenklatur satuan
kerja lingkupp KKP, BROK berganti nama menjadi Balai Penelitian dan
Observasi Laut (BPOL). Mengacu kepada Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.34/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Penelitian dan Observasi Laut menyebutkan bahwa BPOL merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Pengkajian dan
Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan.
Sesuai dengan Permen KP Nomor PER.34/MEN/2011, BPOL
mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan observasi sumber daya
1. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan dan
evaluasi, serta laporan;
2. Pelaksanaan penelitian dan observasi sumber daya laut di bidang
fisika dan kimia kelautan, daerah potensial penangkapan ikan, dan
perubahan iklim, serta pengkajian teknologi kelautan;
3. Pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi, dan kerja sama
penelitian dan observasi;
4. Pengelolaan prasarana dan sarana penelitian dan observasi; dan
5. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Struktur organisasi BPOL dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu
oleh Subbagian Tata Usaha; Seksi Tata Operasional; Seksi Pelayanan
Teknis; dan Kelompok Jabatan Fungsional.
1. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
keuangan, persuratan, kearsipan, kepegawaian, dan rumah tangga
dan perlengkapan, serta tata laksana.
2. Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan penyusunan
rencana program dan anggaran, pemantauan dan evaluasi, serta
laporan.
3. Seksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melakukan pelayanan
teknis, jasa, informasi, komunikasi, diseminasi, publikasi, kerja sama,
dan pengelolaan prasarana dan sarana penelitian dan observasi,
serta perpustakaan.
4. Kelompok jabatan fungsional (Peneliti, Teknisi Litkayasa, Arsiparis,
Pranata Komputer, Pustakawan, dan jabatan fungsional lainnya)
mempunyai tugas melaksanakan:
a. Penelitian dan observasi sumber daya laut di bidang fisika dan
kimia kelautan, daerah potensial penangkapan ikan, dan
perubahan iklim dengan memanfaatkan teknologi observasi laut,
penginderaan jauh kelautan, dan pemodelan laut; dan
b. Kegiatan lainnya yang sesuai dengan keahlian dan kebutuhan
serta tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Observasi Laut
Dalam menjalankan tugasnya dalam penelitian dan observasi
sumber daya laut, BPOL memiliki 3 (tiga) kelompok peneliti yaitu Kelti
Ocean Modelling (OM), Kelti Ocean Remote Sense (ORS), dan Kelti
Climate Change (CC). Masing-masing kelti memliki tugas tertentu dan
saling berinteraksi untuk mewujudkan operasional oseanografi.
Gambar 2. Kelompok Peneliti BPOL
Kepala
Seksi
Tata Operasional
Kelompok Jabatan
Fungsional
Seksi
Pelayanan Teknis
Sub Bagian
BAB II
RENCANA STRATEGIS
Balai Penelitian dan Observasi Laut, sebagai Unit Pelaksana Teknis
yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, berupaya
memberikan dukungan pada tercapainya visi dan misi Kementerian
Kelautan dan Perikanan dapat dicapai di 2015. Dukungan tersebut
diwujudkan dalam dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) BPOL periode
2010-2014. Dokumen Rencana Strategis tersebut memuat visi, misi, tujuan,
sasaran dan kebijakan yang akan dilaksanakan sesuai tugas pokok dan
fungsi BPOL dengan mempertimbangkan potensi, peluang dan kendala
yang mungkin timbul. Rencana Strategis ini merupakan pedoman atau
panduan bagi oleh para peneliti di lingkungan BPOL dalam
mengembangkan organisasi dan melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan sumberdaya laut.
2.1. Rencana Strategis
Rencana Strategis (Renstra) adalah suatu proses yang berorientasi
pada hasil yang ingin di capai dalam kurun waktu 1 (Satu) tahun sampai
dengan 5 (Lima) tahun dan disusun berdasarkan pemahaman terhadap
lingkungan strategik baik dalam skala nasional, regional maupun lokal
dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau
timbul serta memuat visi dan misi sebagai penjabaran dalam membina
unit kerja serta kebijaksanaan sasaran dan prioritas sasaran.
Berdasarkan
atas tujuan tersebut di atas, BPOL menetapkan 6 (enam) sasaran strategis
yang akan dicapai secara tahunan selama periode RENSTRA yang
meliputi:
Tabel 1. Rencana Strategis BPOL Tahun 2013
Sasaran:
Srategis
Tersedianya SDM yang handal dan
profesional serta fasilitas penelitian dan
observasi yang memadai dan didukung
oleh sistem manajemen yang efisien dan
akuntabel dalam menghasilkan IPTEK
yang bermanfaat bagi pembangunan
kelautan dan perikanan di Indonesia;
a. Terpenuhinya kebutuhan pokok pegawai
b. Terpenuhinya kebutuhan operasional dan
terpeliharanya aset kantor
c. Terlaksananya program, monitoring dan
evaluasi kegiatan BROK
d. Terlaksananya pengelolaan kepegawaian
dengan baik
e. Sistem akuntansi yang akuntabel
f. Terkelolanya anggaran dengan efektif dan
efisien
g. Meningkatnya fasilitas penelitiandan observasi
sumberdaya kelautan yang memadai
Termanfaatkannya hasil penelitian dan
observasi di bidang sumberdaya laut
yang dilakukan BPOL untuk mendukung
pembangunan kelautan dan perikanan
di Indonesia.
a. Jumlah keikutsertaan dalam pameran
b. Jumlah media informasi dan publikasi
c. Jumlah kerjasama (MoU atau IA)
Tersedianya data dan informasi kelautan
yang lengkap untuk memahami
fenomena perubahan iklim dan
pemanasan global serta dampaknya
pada karakteristik dan dinamika perairan
di Indonesia;
a. Frekuensi pemantauan fenomena alam laut
dan perubahan iklim di wilayah perairan
Indonesia secara terkini, akurat dan kontinu.
Terkuasainya IPTEK observasi di bidang
kelautan untuk mewujudkan system
observasi laut terpadu yang mendukung
implementasi InaGOOS;
a. Jumlah sumberdaya laut di wilayah perairan
Indonesia yang terpantau secara terkini dan
akurat.
Tersedianya PPDPI yang akurat untuk
seluruh wilayah perairan Indonesia
melalui proses otomatisasi dan dapat
mendukung rencana strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
1. Frekuensi pemantauan daerah penangkapan
ikan di perairan Indonesia
Visi
Balai Penelitian dan Observasi Laut memiliki visi menjadi pusat unggulan
dalam kegiatan penelitian dan observasi sumberdaya laut.
Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, BPOL menetapkan 3 (tiga) misi
yaitu:
1. Menciptakan sumberdaya penelitian dan observasi laut yang
handal dan mandiri;
2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi observasi laut yang
didukung oleh sistem data dan informasi yang handal; dan
3. Meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian dan observasi laut
untuk mendukung misi KKP dalam mensejahterakan masyarakat
kelautan dan perikanan.
Tujuan
Sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, BPOL menetapkan 5
(lima) tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) sampai
dengan tahun 2014 yaitu:
1. Mewujudkan kapasitas dan kompetensi sumberdaya penelitian dan
observasi di bidang sumberdaya laut yang mandiri, handal, dinamis
dan responsif;
2. Meningkatkan keakuratan dan pemanfaatan Peta Prakiraan
Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) untuk mendukung rencana
strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan;
3. Memanfaatkan IPTEK secara optimal dan tepat guna dalam
penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut, terutama
dalam rangka mewujudkan sistem observasi kelautan terpadu dan
mendukung implementasi Indonesia Global Ocean Observing
System (InaGOOS);
4. Melakukan kegiatan penelitian dan observasi di bidang
sumberdaya laut terkait dengan isu perubahan iklim dan
pemanasan global; dan
5. Memperluas jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam
penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut.
2.2. Rencana Kinerja Tahun 2013
Rencana Kinerja adalah merupakan pengembangan lebih lanjut
dari rencana strategis dimana penjelasan indikator capaian dibuat lebih
rinci yaitu dengan mencantumkan input, proses, output dan outcome.
Dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2013, BPOL telah menetapkan
sasaran yang ingin dicapai dalam waktu kurun waktu satu tahun
mendatang. Rencana Kinerja merupakan tolak ukur yang digunakan
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelengaaraan kegiatan
pemerintahan pada periode bersangkutan. Adapun Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) lingkup BPOL tahun 2013 selengkapnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahuan BPOL Tahun 2013
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Tersedianya SDM yang handal dan
profesional serta fasilitas penelitian
dan observasi laut yang memadai
yang didukung oleh sistem
manajemen yang efisien dan
akuntabel dalam menghasilkan
IPTEK yang bermanfaat bagi
pembangunan kelautan dan
perikanan di Indonesia
Terpenuhinya kebutuhan pokok
pegawai
37 Orang
Terpenuhinya kebutuhan
operasional dan terpeliharanya
aset kantor
12 Bulan
Terlaksananya program,
monitoring dan evaluasi kegiatan
BPOL
46 Kegiatan
Terlaksananya pengelolaan
kepegawaian dengan baik
38 Orang
Sistem akuntansi yang akuntabel
12 Bulan
Terkelolanya anggaran dengan
efektif dan efisien
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Meningkatnya fasilitas penelitian
dan observasi sumberdaya laut
yang memadai
15%
Termanfaatkannya hasil penelitian
dan observasi di bidang
sumberdaya laut untuk
mendukung pembangunan
kelautan dan perikanan di
Indonesia serta aktif dalam jejaring
kerjasama nasional dan
internasional di bidang
sumberdaya laut
Jumlah keikutsertaan dalam
pameran
3 kali
Rekomendasi Kebijakan
1 Paket
Jumlah kerjasama (MoU atau IA)
6 Institusi
Tersedianya data dan informasi
sumberdaya laut yang lengkap
dan memadai untuk mempelajari
dan memahami fenomena
perubahan iklim dan pemanasan
global serta dampaknya pada
karakteristik dan dinamika perairan
Indonesia
Frekuensi pemantauan fenomena
alam laut dan perubahan iklim di
wilayah perairan Indonesia
secara terkini, akurat dan kontinu.
320 Sampel
Terkuasainya IPTEK observasi di
bidang sumberdaya laut untuk
mewujudkan sistem observasi laut
terpadu dalam rangka
mendukung terimplementasinya
InaGOOS
Jumlah sumberdaya laut di
wilayah perairan Indonesia yang
terpantau secara terkini dan
akurat.
Database
produktivitas
perairan laut dan
pantai
Database
parameter fisika
dan kimia perairan
laut dan pantai
Tersedianya PPDPI yang akurat
untuk seluruh wilayah perairan
Indonesia melalui proses
otomatisasi yang mampu
mendukung rencana strategis KKP
Frekuensi pemantauan daerah
penangkapan ikan di perairan
Indonesia
Frekuensi
pemantauan
daerah
penangkapan ikan
melalui satelit: 3
kali/minggu
sepanjang tahun
Data dan peta
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
prediksi sebaran
potensil habitat ikan
tuna dan lemuru
Dalam rangka mendukung pencapaian rencana strategis tersebut di atas,
Balai Penelitian dan Observasi Laut telah merencakan beberapa kegiatan
utama yang relevan yaitu:
Sasaran Strategis 1 : Tersedianya SDM yang handal dan profesional serta
fasilitas penelitian dan observasi laut yang memadai yang didukung oleh
sistem manajemen yang efisien dan akuntabel dalam menghasilkan IPTEK
yang bermanfaat bagi pembangunan kelautan dan perikanan di
Indonesia.
Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan BPOL dalam rangka
mencapai sasaran strategis yang pertama tersebut. Salah satunya adalah
kegiatan pembinaan administrasi pengelolaan kepegawaian dan
peningkatan kemampuan SDM. Beberapa SDM BPOL menjadi peserta
tugas belajar yang tersebar di dalam negeri dan luar negeri, berikut
adalah daftar pesertanya :
Tabel 3. Peserta tugas belajar
No
Nama Pegawai
1.
Frida Sidik, M.Sc
2.
Agung Yunanto, S.Pi, M.Si
3.
Bambang Sukresno, S.Si, M.Si
4.
Asmi Marintan Napitu, S.Si, MT
5.
Deny Wijaya Kusuma, M.Si
6.
Teja Arief Wibawa, M.Si
7.
E. Elvan Ampou, M.Si
8.
Iis Triyulianti, M.Si
Selain itu juga dilakukan berbagai Bimtek/pelatihan/outbound yang
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Kegiatan pelatihan dari sumber
dana PNBP tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal, hal ini
dikarenakan target penerimaan PNBP tidak maksimal.
Tabel 4. Kegiatan kegiatan pelatihan tahun 2013
No
Uraian Pelatihan
1.
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Personil Laboratorium
a.
Pelatihan Teknik Sampling
b.
Pelatihan Teknik Pengujian Kimia
c.
Pelatihan Data Hasil Validasi Metode Pada Analisis
Spektrofotometri UV/VB
2.
Pelatihan Perpustakaan
3.
Peningkatan WebGIS
4.
Pelatihan Nikrotik Advanced Traffic Control
5.
Pelatihan Selam
6.
Pelatihan Penulisan Karya ilmiah
7.
Pelatihan Mikrotik Advanced Wireless
8.
Pelatihan Certified Data Center Professional
Sasaran Strategis 2 : Termanfaatkannya hasil penelitian dan observasi di
bidang sumberdaya laut yang dilakukan BPOL untuk mendukung
pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia. Ada beberapa
kegiatan BPOL yang mendukung sasaran strategis kedua ini, antara lain :
1. Diseminasi dan Asimilasi Hasil Penelitian Kelautan Perikanan adalah
salah satu kegiatan BPOL yang mendukung progres sasaran strategis
yang kedua ini. Melaksanakan tugas pelayanan yang prima dalam
memfasilitasi kegiatan diseminasi dan asimilasi hasil penelitian dalam
bentuk partisipasi dalam kegiatan promosi hasil penelitian,
operasionalisasi website, sosialisasi hasil penelitian dan pembuatan
publikasi dan media promosi. Berikut adalah contoh beberapa
kegiatan yang dilakukan BPOL dalam kegiatan ini :
a. Layanan permintaan data dan informasi penelitian dan observasi
laut hasil pada pihak yang terhubung dan membutuhkan dari
kalangan akademisi maupun institusi penelitian KP.
b. Layanan Bimbingan Kemahasiswaan magang/PKL dari Universitas
dan SMU bidang KP.
c. BPOL Gelar ToT Fishing Ground bagi Penyuluh dan Widyaiswara
Perikanan Bekerjasama dengan Balai Diklat Aparatur Sukamandi,
BPOL menyelenggarakan Diklat Training of Trainers Fishing Ground
yang diselenggarakan 2-5 Juli 2013.
d. BPOL turut berpartisipasi dalam pameran Research, Innovation,
and Technology (RITech) 2013 yang diselenggarakan selama 4
hari, 29 Agustus - 1 September 2013 di Gedung Sasono Utomo,
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
e. BPOL Gelar Sosialisasi PPDPI di Kendari di Pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari pada 27 - 28 Agustus 2013.
f. Peneliti BPOL sosialisasikan PPDPI ke Nelayan Pati sebagai
narasumber dalam acara sosialisasi dan pembinaan bakul
nelayan PPP Bajomulyo, 26 September 2013.
g. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan dan Observasi Laut
Disosialisasikan di Belawan, dan Sibolga, Sumatera Utara pada
bulan November 2013.
2. Penyelenggaraan
perpustakaan/
kearsipan/
dokumentasi.
Memanfaatkan teknologi informasi, perpustakaan BPOL akan
dikembangkan sebagai perpustakaan digital untuk memberikan
kemudahan dalam pelayanan bagi para pengguna. Pada tahun 2013
perpustakaan BPOL berusaha memperbaiki layanan. Hasil yang telah
dicapai yaitu implementasi pemutakhiran data perpustakaan melalui
Aplikasi Senayan sebagai cikal bakal pengembangan perpustakaan
online BPOL dengan mengadopsi aplikasi SENAYAN dan SLimS. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan para pemustaka yang ada di luar
wilayah BPOL untuk bisa mengakses koleksi buku perpustakaan. Selain
itu juga mulai merintis otomatisasi perpustakaan, dengan mengajukan
usulan pengadaan barcode reader untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan di perpustakaan.
Gambar 3. Koleksi Buku Terkini Perpustakaan
3. Administrasi Sistem Informasi Kelautan
Pemanfaatan sistem informasi untuk melakukan penyebaran hasil-hasil
penelitian
kelautan
secara
online
melalui
website
telah
diimplementasikan oleh BPOL. Berkembangnya data dan informasi
kelautan yang dikelola, perlu adanya kegiatan administrasi sistem
informasi kelautan dalam upaya peningkatan manajemen dan
pengelolaan sistem informasi kelautan secara terstruktur dan handal.
Beberapa
hasilnya
adalah
perpustakaan
digital
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/digilib/ , website Bahasa Inggris BPOL
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/imro/
Sasaran Strategis 3 : Tersedianya data dan informasi kelautan yang
lengkap untuk memahami fenomena perubahan iklim dan pemanasan
global serta dampaknya pada karakteristik dan dinamika perairan di
Indonesia.
Beberapa kegiatan penelitian mendukung sasaran strategis 3 tersebut,
1. Kajian Pengaruh Pertukaran Massa Air di Samudera Pasifik bagian
Barat pada Kesuburan Perairan dan Migrasi Skipjack Tuna di Perairan
Indonesia Bagian Timur
Samudera Pasifik merupakan merupakan daerah tangkapan
ikan tuna (70%) dan juga memiliki peranan yang sangat vital dalam
terjadinya siklus El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan iklim dunia.
Daerah tersebut tidak terlepas dari adanya kolam air hangat
Samudera Pasifik bagian barat, dimana pola pergerakan
(konvergensi) kolam air hangat ini sangat dipengaruhi oleh ENSO.
Zona konvergensi dan front merupakan kombinasi mekanisme yang
sangat penting bagi plankton dan mikronekton dan juga tuna
sebagai salah satu predatornya. Berdasarkan keterkaitan tersebut,
maka sebaran Cakalang akan berkaitan sangat erat dengan
perpindahan atau pergerakan zona konvergensi tersebut sehingga
dapat digunakan dalam memperkirakan fishing ground untuk
Cakalang. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan didapatkan bahwa
ada korelasi yang cukup baik antara kelimpahan relatif Cakalang
dengan variabel proksi untuk zona konvergensi, yaitu garis isotermal
29°C suhu permukaan laut dan indeks osilasi selatan (IOS).
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pola pergerakan
zona konvergensi di kolam air hangat Pasifik bagian barat dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya serta keterkaitannya dengan
kesuburan perairan dan pola migrasi tuna di perairan Indonesia
bagian timur.
Kegiatan penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap
pertama lebih ditekankan pada pengambilan data Insitu (Salinitas,
Temperatur, Nutrien, dan Arus Laut), pengambilan dan pengolahan
data citra satelit (Temperatur Permukaan Laut dan Klorofil-a) dan
pengambilan dan pengolahan data TAO Array di Pasifik Ekuatorial
(temperatur dan salinitas). Tahap kedua dilakukan analisis transpor
massa air di Samudera Pasifik Ekuatorial, analisis front suhu permukaan
laut dengan menggunakan algoritma edge detection serta analisis
korelasi kelimpahan klorofil-a dengan front suhu permukaan laut.
Selain itu dilakukan juga analisis pola pergerakan kolam air hangat
Pasifik Ekuatorial bagian barat dan Keterkaitannya dengan ENSO.
Semua data tersebut nantinya akan dilakukan pemodelan variabel
salinitas, temperatur dan arus laut di Samudera Pasifik ekuatorial
dengan menggunakan model numerik dan verifikasi dengan data
tangkapan cakalang. Data suhu, khlorofil-a didapatkan dari
www.oceancolor.gov.noaa
, NPP dari
www.pmel.noaa
. Data suhu
dan salinitas air laut dari TAO array diunduh di
www.pmel.noaa/tao
.
Data tangkapan ikan cakalang berasal dari DKP Prov Papua, DKP
Prov Maluku, DKP Kota Sorong dan PPN Pengambengan.
Hasil pengukuran in situ suhu dan salinitas pada stasiun
hidrooseanografi di Teluk Weda berkisar antara 8-30°C dan 33,6-35,3
psu. Stasiun biologi, suhu dan salinitas berkisar 28-30°C dan 34,06 –
34,14
psu.
Konsentrasi nitrat 0,002-0,302 ppm; silikat 0,001-0,079 ppm;
fosfat berkisar 0,001-0,081 ppm, kandungan oksigen terlarut 1,18-6,09
ppm, pH 7,89-8,47 dan NPP 377,51 - 2177,01 mg C/m
3/hari.
Pengolahan data SST dari citra Modis dengan Hovmoller menunjukkan
terjadinya pergerakan lapisan isotherm 29 dan pergerakan massa air
pada saat El Nino dan La Nina mempunyai batas pada Bujur 160
oW
(2006, 2008, dan 2011-2012). Adanya pergerakan massa air yang
membawa kandungan khlorofil-a dengan NPP yang tinggi dari Pasifik
Timur menuju barat terutama pada tahun 2006, 2008 dan 2011.
Puncak musim penangkapan cakalang di sekitar perairan
Jayapura (2007-2012) diduga terjadi pada bulan Agustus, dan
paceklik bulan Januari, sedangkan di Kota Sorong, puncak musim
penangkapan bulan Januari dan paceklik bulan Pebruari. Pengaruh El
Nino terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di Kota Sorong (Juli
2009-Februari 2010) menunjukan hasil tangkapan berfluktuasi.
Walaupun El Nino mulai melemah, ikan cakalang yang tertangkap
masih menunjukan nilai yang tinggi. Terjadi pergerakkan masa air
hangat (isotherm 29°C) secara vertikal dan horizontal berdasarkan
data TAO. Pergerakkan kolom massa air hangat suhu 29°C di daerah
equator lintang 0 N menunjukan pergerakan horizontal kearah barat
dan pergerakan vertikal dari layer 25 m hingga layer 65 m dari tahun
2000 ke tahun 2010. Jika memperhatikan indek osislasi selatan,
pergerakan kolom massa air hangat tersebut terkait dengan kejadian
ENSO. Hasil TAO juga memperlihatkan adanya massa air dengan
salinitas rendah terutama terjadi pada tahun 2003, 2005, 2007, dan
2011 dan diduga daerah penangkapan ikan cakalng. Pengaruh
fenomena ENSO terjadi pada tahun-tahun tersebut, namun
intensitasnya tidak terlalu kuat.
Gambar 4. Hasil Pengolahan Data Suhu (kiri) dan NPP (kanan) dari Citra Satelit
Gambar 6. Hasil Pengolahan Data Salinitas dari TAO di 5N 147E
2. Studi Implikasi Pengasaman Laut pada Ekosisitem Terumbu Karang di
Kawasan Coral Triangle Initiative (CTI)
Meningkatnya jumlah CO
2yang diserap laut selama akhir abad
ini rata-rata telah menurunkan pH air laut sebesar 0,1 (Orr et al., 2005).
Akibatnya, kebutuhan akan karbonat untuk menetralisir tambahan
H
2CO
3telah melampaui pasokannya dan mengakibatkan pH air laut
mulai menurun. Kecenderungan inilah yang dikenal sebagai
pengasaman laut. Dampak yang paling signifikan dari pengasaman
laut adalah pada organisme berkapur di laut seperti karang,
Pteropods, dan bentuk kehidupan lainnya yang bergantung pada ion
CO
32-dan HCO
3-1untuk membentuk kerangka dan kerangnya.
Karang dan Pteropods sangat bergantung pada tingkat kelarutan
yang tinggi dari bentuk tak stabil kalsium karbonat (aragonite dan
calcite), dimana pengasaman laut akan menurunkan konsentrasi
aragonite dan calcite sehingga kemampuan organisme untuk
membentuk kerangka akan terganggu (Gattuso et al., 1998; Bach et
al., 2011; Orr et al., 2005).
Penelitian Prof. Suharsono tentang laju
pertumbuhan
tahunan
karang
di
Indonesia
menunjukkan
kecenderungan penurunan laju pertumbuhan tahunan Porites selama
20 tahun terakhir. Dari hasil perbandingan dengan temperatur di
lokasi Wakatobi, Sulawesi Selatan, kenaikan Suhu Permukaan Laut
(SPL) cukup signifikan yang berkorelasi dengan menurunnya laju
pertumbuhan karang sedangkan di lokasi Biak-Maumere didapatkan
bahwa laju pertumbuhan karang meningkat seiring adanya
peningkatan SPL.
Proses pengasaman laut belum banyak dikaji
implikasinya terhadap ekosistem terumbu karang di perairan
Indonesia yang relatif cukup hangat, dengan keanekaragamannya
yang tinggi dan mewakili 18% dari seluruh terumbu karang di dunia.
Untuk itu perlu dilakukan observasi dan pemantauan implikasi proses
pengasamanan laut pada ekosistem terumbu karang di kawasan CTI.
Dari pengolahan data pada tahu 2011, didapatkan bahwa
pola monsun di perairan Indonesia berperan signifikan terhadap
variasi pH air laut. Nilai pH air laut perairan Indonesia barat di musim
barat lebih rendah daripada di musim timur dan sebaliknya nilai pH air
laut perairan Indonesia timur di musim barat lebih tinggi daripada di
musim timur. Pada pengukuran lapang di tahun 2012, pH yang terukur
di Nusa Penida pada bulan Mei berkisar pada 8,274 dan menurun
pada pengukuran di bulan Oktober yaitu berkisar 8,159. Di
Pemuteran, pada pengukuran di bulan Maret berkisar pada 8,148
dan menurun pada pengukuran di bulan Oktober yaitu berkisar 8,124.
Pada tahun 2013 telah dilakukan pemantauan kualitas air dan
melakukan coring di lokasi Nusa Penida, Bunaken dan Selayar. Pada
kegiatan coring, dilakukan pengambilan sampel karang dengan
metode drilling, hal ini dilakukan karena keterbatasan data tentang
kondisi terumbu karang dalam jangka panjang yang bersifat time
series, sementara karang dapat merekam perubahan kondisi
lingkungan fisik selama pertumbuhannya. Sampel karang dari ketiga
lokasi telah dianalisa laju pertumbuhan tahunannya dengan metode
X-Radiograph. Hasil analisa menunjukkan adanya variasi laju
pertumbuhan tahunannya
10 mm/tahun yang dipengaruhi oleh
variasi suhu perairan. Laju pertumbuhan karang memberikan respon
yang bervariasi terhadap index NINO3.4. Pada tahun 1983 saat
terjadinya el nino, tingginya laju pertumbuhan karang mencapai 15
mm/tahun. Sedangkan pada tahun 1998 laju pertumbuhan karang
berbanding terbalik dengan besarnya index NINO3.4.
Pengamatan karang (Maret) terlihat beberapa bagian dari
koloni karang jenis Acropora sp dan Pocillopora sp ini mengalami
pemutihan, yang dapat terjadi karena banyak faktor, antara lain
perubahan suhu yang signifikan dan perubahan salinitas.
Pertumbuhan dan perkembangan karang sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti kedalaman, suhu perairan, salinitas,
sedimentasi, kekeruhan dan aspek ekologis lainya. Monitoring
beriktunya pada Juni dan September, karang tersebut telah mati dan
ditumbuhi alga. Berdasarkan penyebabnya penyakit karang dibagi
menjadi dua yaitu penyakit karang yang disebabkan oleh mikro dan
makro parasit (infeksi pathogen) dan penyakit karang non infeksi
seperti karena kekurangan nutrisi dan faktor lingkungan. Berdasarkan
ciri-cirinya karang pada gambar disamping terkena penyakit karang
yang disebabkan oleh infeksi pathogen.
Gambar 7. Hasil Monitoring Terhadap Acropora sp. dan Analisis pH di Pemuteran
3. Penguatan Penelitian Adaptasi Lahan Basah di Indonesia terhadap
Dampak Proyeksi Kenaikan Muka Laut
Mangrove merupakan ekosistem kunci yang menyediakan
berbagai kebutuhan yang sangat crusial untuk menjaga sumberdaya
pesisir dan perikanan. Saat ini, keberadaan mangrove terancam oleh
berbagai hal, salah satunya adalah kenaikan muka air laut (sea level
rise). Sebagaimana kita ketahui bahwa hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan di wilayah pesisir (banjir) dan
mempengaruhi kehidupan masyarakat yang hidup di wilayah
tersebut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki area
mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan pembatas
antara wilayah pesisir dimana di dalamnya terjadi proses-proses
penting untuk beradaptasi terhadap kenaikan muka air laut.
Mangrove di Indonesia terancam oleh kenaikan muka air laut,
namun pemahaman tentang respon mangrove terhadap hal tersebut
masih belum banyak dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun pemahaman yang lebih baik terhadap proses adaptasi
lahan basah, terutama mangrove, terhadap kenaikan muka air laut di
Indonesia, serta untuk meningkatkan kemapuan para peneliti
Indonesia dalam melakukan monitoring sistem yang terjadi di pesisir.
Melalui kegiatan ini juga akan dikembangkan data dan model yang
dapat menjadi bahan pemahaman bagaimana mangrove merespon
kenaikan muka air laut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses geomorfologi dan biologi yang memberikan
kontribusi kepada kemampuan lahan basah dalam menghadapi
kenaikan muka air laut dan implikasinya terhadap perubahan lanskap
dan produktivitas hutan mangrove, serta untuk meningkatkan
kapasitas peneliti Indonesia dalam melakukan pemantauan
kemampuan hutan mangrove dalam beradaptasi terhadap proyeksi
kenaikan muka air laut.
Hasil pengukuran laju elevasi permukaan tanah, akresi vertikal,
dan shallow subsidence menunjukan adanya variasi antar musim. Laju
elevasi permukaan tanah cenderung yang meningkat pada saat
musim hujan dan sebaliknya. Laju akresi vertikal dan shallow
subsidence juga menunjukan hasil yang juga dipengaruhi oleh musim.
Pengaruh pasang surut juga akan dipertimbangkan dalam
pengukuran laju elevasi permukaan tanah, akresi vertikal, dan shallow
subsidence dan akan dihitung di kegiatan tahun 2014. Meskipun hasil
pengukuran laju perubahan elevasi permukaan tanah (soil surface
accretion), akresi vertikal (vertical acreation), dan shallow subsidence
menunjukan variasi nilai di setiap musim, namun secara umum trend
yang diperlihatkan meningkat dari waktu ke waktu, Pelaksanaan
workshop berjudul “Response of Mangrove Wetlands to Sea Level
Rise” diselenggarakan pada tanggal 19 – 22 Agustus 2013, bertempat
di Jembrana, Bali. Workshop tersebut terselenggara atas kerjasama
Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) dengan Smithsonian
Environmental Research Center – Smithsonian Institution, USA sebagai
patner PEER Science, serta institusi lainnya yaitu University of
Queensland (Australia), National University of Singapore (NUS) dan
Mangrove Action Project (MAP) Indonesia. Para peserta yang hadir
sebanyak 20 peneliti junior di bidang yang terkait dengan ekosistem
pesisir. Selain itu, dihasilkan juga alat muffle furnace dan crucible
porselain.
Gambar 8. Laju dan Trend Elevasi Permukaan Tanah
Sasaran Strategis 4 : Terkuasainya IPTEK observasi di bidang kelautan untuk
mewujudkan system observasi laut terpadu yang mendukung
implementasi InaGOOS
1. Operasional Sistem Observasi Laut
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut
secara periodik yang diakibatkan oleh interaksi antara bumi,
matahari, bulan, dan benda langit lainnya. Fenomena ini merupakan
hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek gaya sentrifugal, dimana gaya
tarik matahari dan gaya tarik grafitasi bulan menarik air laut ke arah
0 20 40 60 80 100 120 -1 0 1 2 3 Time (week) V e r ti c a l a c c r e ti o n ( c m ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -1 0 1 2 3 Week S u r fa c e e le v a ti o n g a in ( c m ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -1 0 1 2 3 Week S h a ll o w s u b s id e n c e ( c m ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -15 -10 -5 0 5 10 Time (week) V e r ti c a l a c c r e ti o n r a te s ( c m y e a r -1) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -15 -10 -5 0 5 10 Week S u r fa c e e le v a ti o n r a te s ( c m /y e a r ) Forests Ponds 0 20 40 60 80 100 120 -15 -10 -5 0 5 10 Time (week) S h a ll o w s u b s id e n c e r a te s ( c m y e a r -1) Forests Ponds
bulan dan matahari. Dalam aplikasinya informasi pasang surut
dibutuhkan untuk banyak keperluan, diantaranya adalah transportasi
laut, kegiatan di pelabuhan, dan kegiatan rekayasa di daerah pesisir
atau pantai. Selain itu informasi pasang surut juga diperlukan untuk
mengetahui sirkulasi arus di suatu perairan, transport sedimen dan
proses lain yang terkait dengan hidrodinamika perairan.
Selain data fluktuasi muka laut yang diperoleh dari sensor
elevasi muka laut, data lain yang juga diperlukan dalam pemantauan
dinamika laut dan pesisir adalah data angin pesisir. Data ini
dibutuhkan dalam perhitungan dan prediksi parameter dinamika laut
dipermukaan, satu diantaranya adalah gelombang laut. Dengan
alasan tersebut maka pada beberapa stasiun pengamatan yang
dibangun juga terpasang sensor pengukuran arah dan kecepatan
angin. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pematauan secara
kontinu berupa data fluktuasi muka air laut dan vektor angin
permukaan.
Hasil dari kegiatan ini adalah data elevasi muka laut secara real
time (waktu nyata) dari stasiun observasi kelautan ke server data
mempunyai interval 5 (lima) menit. Pada kondisi ideal dimana tidak
ada permasalahan sama sekali pada proses pematauan dan
pengiriman data maka seharusnya di peroleh (60/5) x 24 = 288 data
dalam 1 (satu) hari. Jadi perolehan data setiap bulannya yaitu untuk
bulan Januari sekitar 8928 data, Februari sekitar 8352 data, Maret
sekitar 8928 data, April sekitar 8640 data, Mei sekitar 8928 data, Juni
sekitar 8640 data, Juli sekitar 8928 data, Agustus sekitar 8928 data,
September sekitar 8640 data, Oktober sekitar 8928 data, Nopember
sekitar 8640 data, sedangkan bulan Desember sekitar 8928 data.
Namun demikian dikarenakan adanya beberapa permasalahan
yang terjadi misalnya pada sistem transmisi yang terkadang tidak
mengirim data ke server penerima data maka seringkali data yang
diperoleh tidak lengkap. Adannya kendala dalam pengumpulan
data tersebut menjadikan proses pengolahan data merupakan hal
yang wajib dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan.
Gambar 9. Hasil Keluaran Pasut Prediksi Pengambengan
Gambar 10. Hasil Keluaran Arah Angin Dominan Pengambengan
2. INDO CHINA CRUISE EXPEDITION
Kepulauan Indonesia yang terletak diantara Samudera Hindia
dan Samudera Pasifik memiliki fenomena laut yang sangat strategis
dan dinamik. Laut-laut Indonesia merupakan salah satu alur yang
terpenting dalam siklus arus laut dunia dan merupakan suatu daerah
laut tropis yang sangat berpotensi untuk fenomena interaksi
laut-atmosfer dalam perubahan iklim dunia. Dinamika laut di wilayah
perairan
Indonesia
dipengaruhi
beberapa
fenomena
laut
diantaranya yaitu ARLINDO (Arus Lintas Indonesia) yaitu massa air dari
samudera Pasifik yang bergerak menuju samudera Hindia melewati
beberapa laut-laut di Indonesia sepanjang tahun, ARMONDO ( Arus
Monsun Indonesia) yang merupakan arus laut musiman (monsun),
Kelvin Wave yang merupakan gelombang panjang yang terinisiasi di
Samudera Hindia mempengaruhi tinggi muka laut dalam
pergerakannya masuk ke laut Indonesia, dan jenis-jenis pasang surut
dan interaksinya dengan topografi menyebabkan adanya
Gelombang Dalam (Internal Wave) yang sudah terindikasi
keberadaannya di beberapa laut di Indonesia.
Selain itu fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang terinisiasi
di Samudera Hindia mempengaruhi pergerakan massa air yang
masuk ke laut-laut Indonesia dari Samudera Hindia mempengaruhi
variabilitas temperatur dan salinitas laut di Indonesia dan fenomena
Madden Julian Oscilation yang merupakan interaksi laut dan atmosfir
di laut-laut Indonesia yang dipengaruhi oleh trade winds yang
bergerak dari barat ke arah timur menyebabkan perubahan curah
hujan dalam musim-musim tertentu di Indonesia. ARLINDO yang
masuk ke Laut-laut Indonesia melalui Selat Makassar dan Selat
Lifamatola dan keluar melalui Selat Lombok, Selat Ombai dan Laut
Timor, ARMONDO perubahan arus monsun yang lebih dibangkitkan
oleh sistem Northwest Moonson dan Southeast Moonson yang
melewati Selat Karimata dan Laut Jawa, dan Indian Ocean Dipole
yang membawa massa air dari Samudera Hindia sangat
mempengaruhi karakterisik massa air di Laut-laut Indonesia yang
sangat berperan dalam perubahan iklim dunia. Sangat pentingnya
peranan perairan Indonesia dalam sistem iklim dunia bertolak
belakang dengan kenyataan bahwa system pemantauan
berkelanjutan dalam jangka panjang ternyata baru dimulai sekitar
satu dekade yang lalu. Dalam kaitan ini, Badan Penelitian dan
Pengembangan Perikanan dan Kelautan (Balitbang KP), Kementerian
Perikanan dan Kelautan (KKP), Indonesia bersama dengan First
Institute of Oceanography (FIO), State Oceanic Administration (SOA),
China, telah dan sedang melakukan kerjasama internasional untuk
pemantauan laut dalam kerangka Indo China Cruise Expedition.
Kegiatan Indo China Cruise Expedition merupakan pendukung
Pendukung Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2011,
tanggal
20
September
2011.
Pada
kegiatan
ini
diimplementasikan dua riset bersama yaitu kerjasama riset yaitu Java
Upwelling Variations Observation (JUVO) dan The South China Sea –
Indonesian Seas Transport/Exchange (SITE) and Dynamics of Sunda
and Lombok Straits. Cruise JUVO telah dilaksanakan sebanyak tiga
kali. Pada leg I, cruise hanya mampu merecovery sub surface
mooring buoy karena pelaksanaan dilapangan lebih cepat dari total
waktu yang telah direncanakan. Adanya pengaruh badai Rusty di
Samudera hindia menyebabkan kondisi perairan tidak mendukung
untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pada leg I ini. Pada leg II
dilanjutkan kembali penurunan Subsurface mooring buoy serta
deploy-recovery surface mooring buoy. Adanya kendala surface
mooring buoy yang putus dari rangkaian sistemnya menyebabkan
dilaksanakannya cruise leg III untuk merecoveri baik surface mooring
buoy maupun sub surface mooring buoy. Sehingga secara
keseluruhan perekaman data panjang selama tahun 2013 yang telah
direncanakan tidak dapat terlaksana dengan baik.
Sedangkan pelaksanaan cruise SITE selama tahun 2013 telah
melakukan dua kali cruise yaitu di Selat Karimata dan Selat Lombok.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, distribusi temperatur dan salinitas
suhu perairan Selat Karimata sangat dipengaruhi oleh massa air dari
Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. Pada saat monsun Tenggara,
massa air laut berperan dalam pembentukan karakteristik perairan
Selat Karimata, dan sebaliknya pada monsun Baratlaut, massa air laut
dari Laut Cina Selatan mempengaruhi sebaran kedua parameter di
Selat Karimata. Selain itu adanya masukkan air tawar dari
sungai-sungai besar baik dari Pulau Sumatera maupun Kalimantan ikut
mempengaruhi karakteristik massa air di Selat ini. Kondisi arus Pada
bulan Mei-Oktober arus di Selat Karimata bergerak ke arah barat laut
menuju Laut Cina Selatan dan pada bulan November-Maret arus di
Selat Karimata bergerak ke arah tenggara menuju Laut Jawa. Hasil
yang diperoleh ini sesuai dengan hasil observasi lapangan yang telah
dilakukan oleh Fang (2010) yang menunjukkan di Selat Karimata arus
bergerak ke arah tenggara menuju Laut Jawa pada monsun
baratlaut dan sebaliknya pada monsun tenggara arus bergerak
menuju Laut Cina Selatan. Cruise di Selat Lombok merupakan
pertama kali dilaksanakan dan berhasil menurunkan sub surface
buoy. Karakteristik massa air di selat Lombok berdasarkan pengukuran
CTD menunjukkan massa airnya berkaitan erat dengan pengaruh
Indonesian Throughflow (ITF) yang melintas di daerah ini. Sebagai
contoh aliran ITF di barat Selat Lombok diduga menjadi penyebab
tingginya nilai DO di wilayah tersebut. Daerah hipoksia dimana
konsentrasi oksigen dibawah 2 mg/L belum terjadi pada stasiun 4, 5,
dan 6. Namun pada stasiun 6, terdapat konsentrasi oksigen yang
mendekati hipoksia namun konsentrasinya lebih tinggi yaitu berkisar
2,5 mg/L pada kedalaman 600 m.
Sasaran Strategis 5 : Tersedianya PPDPI yang akurat untuk seluruh wilayah
perairan Indonesia melalui proses otomatisasi dan dapat mendukung
rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan
1. Operasional Data Satelit dan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan
Ikan (PPDPI)
Kegiatan Operasional data satelit dan PPDPI ini dilakukan untuk
mendukung salah satu tugas dan fungsi Balai Penelitian dan Observasi
Laut yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 34/MEN/2011, yaitu melakukan penelitian dan observasi
sumber daya laut di bidang fisika dan kimia kelautan, daerah
potensial penangkapan ikan, dan perubahan iklim, serta pengkajian
teknologi kelautan. Pemanfaatan teknologi remote sensing atau
penginderaan jauh juga dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan perikanan tangkap. Dengan menggunakan citra satelit dan
mempelajari perilaku ikan yang dikaitkan dengan kondisi hidup ikan di
perairan seperti konsentrasi klorofil-a, suhu permukaan laut, arah
angin, gelombang, dan anomali tinggi muka air laut maka Balai
Penelitian dan Observasi Laut mampu menghasilkan data
pendugaan wilayah perairan Indonesia yang berpotensi terdapat
ikan. Pembuatan PPDPI ini dilakukan secara kontinyu, dengan
harapan peta ini dapat membantu meningkatkan hasil tangkapan
para nelayan dan membuat kegiatan penangkapan ikan lebih efektif
dan efisien.
Hasil yang diperoleh selama tahun 2013 adalah sebagai berikut :
a. Inventarisasi Data selama tahun 2013 adalah data NOAA
sebanyak 1.613 data dan data MODIS adalah sebanyak 1.507
data
b. PPDPI total yang dihasilkan adalah sebanyak 1.664 peta
c. Distribusi PPDPI melalui website, email dan sms center
d. Diseminasi PPDPI di beberapa wilayah pelabuhan perikanan
e. Pemetaan data respon balik
f. penyusunan sub sistem otomatisasi PPDPI
g. 2 buah karya tulis ilmiah
2. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) untuk Ikan Tuna
dan Lemuru
Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) telah berhasil
menghasilkan peta yang berisi informasi daerah penangkapan ikan.
Informasi tersebut dikenal dengan Peta Prakiraan Daerah
Penangkapan Ikan (PPDPI). Metode penyusunan PPDPI berdasarkan
analisa data satelit oseanografi. PPDPI sudah disebarkan secara
meluas kepada masyarakat nelayan, baik neayan tradisional maupun
nelayan modern. Nelayan dapat mengakses informasi itu melalui
berbagai media baik email, fax, website maupun SMS. Penelitian dan
pengembangan sistem prediksi daerah potensial penangkapan ikan
pelagis terus dilakukan. Ada tiga aspek penelitian dan
pengembangan yang dilakukan yaitu (1) frekuensi penerbitan, (2)
metode yang digunakan dan (3) akurasi informasi. Berkaitan dengan
metode prediksi, diharapkan PPDPI mampu memberikan informasi
daerah penangkapan ikan untuk jenis ikan tertentu, khususnya yang
bernilai ekonomis tinggi misalnya tuna, cakalang maupun lemuru
dengan tingkat keakurasian yang baik. Informasi yang akurat akan
sangat membantu nelayan dalam membuat rencana kegiatan
operasional penangkapan dengan baik. Penelitian sebelumnya telah
berhasil menemukan beberapa metode untuk memprediksi ikan tuna
mata besar (bigeye tuna) dan lemuru (bali sardinella). Tak kalah
pentingnya yaitu peningkatan akurasi hasil prediksi. Hal ini penting
karena ikan hidup di habitat yang dinamis, sehingga kebaradaan dan
kelimpahan ikan pun mengikuti variasi lingkungan tempat ikan hidup.
Informasi PPDPI yang akurat akan memudahkan nelayan dalam
mencapai lokasi penangkapan ikan.
Hasil yang diperoleh selama tahun 2013 adalah sebagai berikut :
a. Hasil analisis persamaan GAM terhadap ketiga variabel penduga
menunjukkan bahwa tidak semua variabel berpengaruh
terhadap kelimpahan zooplankton di perairan Selat Bali.
Persamaan yang diperoleh 2 persamaan yaitu crustacean= exp
(s(sst) + s(ssc) + s(par)) dengan nilai deviance sebesar 72,5% dan
crustacean= exp (s(sst) + s(par)) dengan nilai deviance sebesar
60,1%.
b. Berdasarkan data hidroakustik terlihat adanya hubungan positif
antara kepadatan ikan lemuru dengan kelimpahan plankton
seperti yang perekaman hari ke empat. Perekaman data akustik
pada hari keempat cukup sukses dan berhasil merekam dari pagi
hingga malam hari. Gerombolan ikan yang cukup besar terlihat
pada lokasi perairan dengan kelimpahan plankton yang relatif
tinggi dibanding lokasi sekitarnya.
c. Selama survei terdeteksi 43 titik lokasi schooling. Sebagian besar
schooling berada pada kolom permukaan dan terdapat hampir
disemua paparan baik Bali maupun Jawa. Gerombolan ikan
lemuru di Selat Bali terutama terkonsentrasi di paparan (shelf)
Jawa dan Bali, pada kedalaman kurang dari 200 m. Pada lapisan
kedalaman antara 5-10 meter gerombolan ikan lemuru tersebar di
perairan Selat Bali bagian utara. Sedangkan gerombolan ikan di
perairan Selat Bali bagian selatan, menyebar pada kedalaman
10-30 meter.
d. Komposisi fitoplankton di perairan Selat Bali lebih banyak
didominasi oleh diatome dengan komposisi sekitar 70-80%.
Sedangkan komposisi zooplankton didominasi oleh marga
crustecea sebesar 78% - 91%
e. Karya Tulis Ilmiah pada PIT-X ISOI Tahun 2013 berjudul “Preferensi
Lingkungan pada Daerah Penangkapan Ikan Lemuru di Selat Bali
dari Data Satelit dan Insitu”
Gambar 11. Distribusi Spasial Kepadatan Ikan Lemuru Terhadap Kelimpahan
Plankton di Perairan Selat Bali pada Survey Validasi Kedua (Musim Timur)
Gambar 12. Distribusi Spasial Prediksi Kelimpahan Zooplankton di Perairan Selat
Bali pada Tanggal 26 Agustus 2013 (Musim Timur)
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Hasil Pengukuran Kinerja
Keberhasilan BPOL dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
dapat dinilai dari pencapaian sasaran kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan. Pada tahun 2013, secara umum dapat dikatakan bahwa
BPOL dapat mencapai keempat sasaran dengan optimal, walaupun
masih terdapat beberapa sasaran yang belum tercapai dengan optimal.
Tabel 5. Pengukuran Kinerja Balai Penelitian dan Observasi Laut Tahun 2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi
Tersedianya SDM yang handal dan profesional serta fasilitas penelitian dan observasi laut yang memadai yang didukung oleh sistem
manajemen yang efisien dan akuntabel dalam
menghasilkan IPTEK yang bermanfaat bagi
pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia Terpenuhinya kebutuhan pokok pegawai 37 Orang 37 orang Terpenuhinya kebutuhan operasional dan
terpeliharanya aset kantor
12 Bulan 12 bulan
Terlaksananya program, monitoring dan evaluasi kegiatan BPOL
46 Kegiatan 46 kegiatan
Terlaksananya pengelolaan kepegawaian dengan baik
37 Orang 37 orang
Sistem akuntansi yang akuntabel
12 Bulan 12 bulan
Terkelolanya anggaran dengan efektif dan efisien
12 Bulan 12 bulan
Meningkatnya fasilitas penelitian dan observasi sumberdaya laut yang memadai
15% 15%
Termanfaatkannya hasil penelitian dan observasi di bidang sumberdaya laut untuk mendukung
pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia serta aktif dalam jejaring kerjasama nasional dan internasional di
Jumlah keikutsertaan dalam pameran
3 kali 3 kali
Rekomendasi Kebijakan 1 Paket 1 Paket Jumlah kerjasama (MoU atau
IA)
6 Perjanjian Kerjasama 6 Perjanjian Kerjasama
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi bidang sumberdaya laut
Tersedianya data dan informasi sumberdaya laut yang lengkap dan memadai untuk mempelajari dan memahami fenomena perubahan iklim dan pemanasan global serta dampaknya pada karakteristik dan dinamika perairan
Indonesia
Frekuensi pemantauan fenomena alam laut dan perubahan iklim di wilayah perairan Indonesia secara terkini, akurat dan kontinu.
320 Sampel 400 Sampel
Terkuasainya IPTEK observasi di bidang sumberdaya laut untuk mewujudkan sistem observasi laut terpadu dalam rangka mendukung
terimplementasinya InaGOOS
Jumlah sumberdaya laut di wilayah perairan Indonesia yang terpantau secara terkini dan akurat.
1 paket database produktivitas perairan laut dan pantai
1 paket database produktivitas perairan laut dan pantai 1 paket database parameter fisika dan kimia perairan laut dan pantai 1 paket database parameter fisika dan kimia perairan laut dan pantai
Tersedianya PPDPI yang akurat untuk seluruh wilayah perairan Indonesia melalui proses otomatisasi yang mampu mendukung rencana strategis KKP
Frekuensi pemantauan daerah penangkapan ikan di perairan Indonesia Frekuensi pemantauan daerah penangkapan ikan melalui satelit: 3 kali/minggu sepanjang tahun 3 kali/minggu sepanjang tahun
1 paket data dan peta prediksi sebaran potensil habitat ikan tuna dan lemuru
1 paket data dan peta prediksi sebaran potensil habitat ikan tuna dan lemuru