RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1
H. Kegiatan Pembelajaran
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar Guru mengorganisasikan siswa untuk membentuk
kelompok diskusi sebanyak 5 kelompok dalam memecahkan masalah yang telah diajukan guru di awal pembelajaran.
Guru membagikan artikel tentang cara pencegahan peristiwa alam yang disebabkan oleh manusia seperti : pentingnya penanaman pohon dan reboisasi, terasiring cegah longsor, dan kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Guru membagikan lembar diskusi tentang artikel cara pencegahan peristiwa alam yang disebabkan oleh manusia
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
melalui diskusi
Setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya pada lembar kerja kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapinya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Siswa dengan bimbingan guru menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan tanya jawab dan berargumentasi.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman dan memberikan penguatan.
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini.
Guru memberi kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.
Guru meminta siswa untuk belajar materi selanjutnya pada siswa tentang cara mencegah peristiwa alam yang disebabkan oleh manusia
Salam dan doa penutup.
10 menit
I. Penilaian
Prosedur Penilaian : Penilaian hasil belajar siklus 1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis.
Bentuk Penilaian : Tes Pilihan Ganda. Skor Penilaian :
Ini Penyebab Banjir di Jakarta
JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar air Universitas Indonesia (UI), Firdaus Ali, menyatakan bahwa banjir besar yang kembali terulang di Jakarta saat ini, salah satunya, dipicu kondisi tanah yang jenuh. Hal itu menyebabkan proses peresapan air menjadi tak optimal.
Selain itu, kondisi drainase di Jakarta yang buruk pun memperparah keadaan. Firdaus menjelaskan, seluruh volume air di Jakarta dapat ditampung melalui dua media, yakni yang mengalir di sungai, dan yang meresap ke dalam tanah. Dengan kondisi tanah Jakarta yang jenuh, akibatnya hanya 15 persen yang mampu terserap dan sisanya tumpah di permukaan. "Tanah jenuh, dan hujan terus turun. Akhirnya air mengalir ke mana-mana," kata Firdaus, Kamis (17/1/2013).
Lebih jauh Firdaus menyampaikan, daya tampung 13 sungai yang terdapat di Jakarta mencapai 8 juta meter kubik, sedangkan Kanal Banjir Barat (KBB) sanggup menampung volume air 500.000 meter kubik per detik. Meski demikian, semua menjadi tidak berlaku saat hujan terus mengguyur tanpa henti.
Menurut dia, curah hujan di Jakarta saat ini masih berada di kisaran 95 milimeter, dan di wilayah hulu (Puncak, Bogor) masih di bawah 75 milimeter. Angka ini jauh dibandingkan hujan yang mengguyur Jakarta pada 2007 yang mencapai 320 milimeter.
Perlu diketahui, satu milimeter air hujan di satu meter persegi dapat menghasilkan air sebanyak satu liter. Dapat dibayangkan, luas Jakarta yang mencapai 626 kilometer persegi dikali curah hujan saat ini yang mencapai sekitar 95 milimeter."Tapi sekarang kan hujan terus menerus. Air pasang laut juga lagi tinggi sehingga volume menampung air jadi tak berlaku," ujar Firdaus.
Penyebab Utama Longsor Banjarnegara Terungkap
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menurunkan tim dari Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta Badan Geologi pasca terjadinya bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara. Tim yang mendapat tugas melakukan penyelidikan guna mencari penyebab terjadinya longsor tersebut telah menghasilkan tiga kesimpulan sementara.
Pusat Vulkanologi dan Badan Geologi mencatat pergerakan tanah di Desa Tunggoro, Kecamatan Sigaluh dan Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara mulai terjadi pada Kamis, 11 Desember 2014 pada pukul 11.00 WIB. Gerakan tanah yang terjadi diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan pada tebing di tepi jalan. “Tim memperkirakan ada tiga faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di lokasi bencana,” bunyi informasi resmi yang
dikutip dari situs Kementerian ESDM, Senin(15/12). Tiga faktor tersebut adalah :
Pertama, morfologi daerah bencana dan sekitarnya yang secara umum berupa perbukitan dengan kemiringan landai hingga terjal. Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Jawa Tengah Desember 2014 versi Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, daerah tersebut termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah menncegah sampai tinggi . Sehingga pada daerah tersebut dapat terjadi longsor jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan tinggi, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Kedua, litologi yang diperkirakan bersifat sarang dengan daya resap air yang tinggi, yaitu berupa lahar dan endapan alluvium dari bahan rombakan gunung api, aliran lava dan breksi, dengan batuan dasar yang berupa aglomerat bersusunan andesit, lava andesit hornblenda, dan tuf.
Ketiga,curah hujan yang tinggi dan lama pada saat dan sebelum kejadian longsor juga turut berkontribusi menggerakkan tanah ke pemukiman penduduk. Temuan tersebut telah disampaikan kepada otoritas dan warga setempat oleh tim Kalji kelayakan huni yang beranggotakan ahli-ahli geologi tersebut.Tim juga memberikan rekomendasi teknis penanganan bencana longsor. Selain memberikan penjelasan atas penyebab longsor tersebut. Tim juga akan melakukan kajian kelayakan huni di daerah sekitar bencana dan jika daerah bencana tidak layak huni, tim akan mencari lokasi yang aman untuk relokasi.
2014 terus dikaji Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Mereka meyakini letusan ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah letusan Gunung Kelud. Ketua Tim Pemantau Aktivitas Gunung Kelud dari PVMBG Bandung Umar Rosyadi mengatakan letusan tahun ini sangat luar biasa. Ketinggian lontaran material ke angkasa hingga radius 17 kilometer menjadi bukti besarnya daya ledak magma Gunung Kelud. "Ini letusan terbesar sepanjang sejarah Gunung Kelud," kata Umar, di pos pemantauan Gunung Kelud Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Rabu, 26 Februari 2014. Tak hanya daya ledak ke angkasa yang fenomenal, lontaran pasir dan debu vulkanik yang menyebar hingga ke kawasan Jawa Barat menjadi ukuran kedahsyatan letusan ini. Bahkan, akibat tingginya intensitas debu, sejumlah bandara di Pulau Jawa terpaksa berhenti beroperasi. Menurut Umar, daya ledak dan dampak letusan ini bahkan jauh melebihi Gunung Merapi dan Sinabung. Ini menunjukkan aktivitas dapur magma Gunung Kelud jauh melebihi dapur magma gunung api lainnya. "Karena kekuatan letusan sangat dipengaruhi aktivitas dapur magma," kata Umar.
Tingginya energi dari perut bumi ini juga terukur dari jumlah kegempaan yang ada saat letusan atau erupsi. Jika pada erupsi 2007 silam tercatat 500 kali gempa, letusan tahun ini mencapai 1.000 kali. Menurut Umar, besarnya gempa ini cukup menjadi parameter bagi tim vulkanologi untuk memperkirakan erupsi yang terjadi akan bersifat eksplosif (meledak). Jika letusan seperti ini tak bisa dibaca oleh sistem mitigasi yang ada, bisa dipastikan jumlah korban yang ditimbulkan akan sangat besar. Hal ini pernah terjadi pada letusan 1919 ketika terjadi lepasan volume vulkanik sebesar 40 juta meter kubik ke angkasa hingga menewaskan 5.110 jiwa. Kala itu pergerakan awan panas mencapai 37,5 kilometer dari pusat letusan. Besarnya letusan ini juga diakui sejumlah orang tua di lereng Kelud. Suprihatin, 51 tahun, warga Desa Sugihwaras mengatakan letusan yang dia alami pada 1990 dan 2007 tak sehebat saat ini. Meski hujan pasir juga terjadi pada letusan tahun 1990, namun segera hilang setelah diguyur hujan dua hari paska letusan. Sementara letusan 2007 justru tak dirasakan sama sekali karena bersifat efusif atau lelehan. "Ini letusannya besar sekali," katanya.
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/02/26/058557676/Letusan-2014-Paling-Besar-dalam-Sejarah-Kelud
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Sedikitnya sekitar 700an rumah dan beberapa bangunan di kawasan Bandung Timur rusak karena terjangan angin puting beliung yang terjadi pada Kamis (18/12) sore sekitar pukul 17.00 WIB. Selain merusak bangunan, puting beliung juga membuat pepohonan di kawasan tersebut tumbang. "Total 700an rumah rusak, 80an pohon tumbang, 1 meninggal dunia," kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil melalui cuitan di twitternya, Jumat (19/12) dini hari.
Ia mengatakan kerusakan terparah berada di daerah Cipadung, Cipadung Wetan, dan Mekar Mulya. Di wilayah tersebut hampir semua atap bangunan tidak luput dari terjangan puting beliung. Akibat musibah tersebut, listrik di daerah tersebut juga mati karena banyaknya tiang listrik yang roboh. Bahkan ratusan warga di daerah Cinambo harus mengungsi di masjid terdekat.
Saat ini penanganan terhadap korban puting beliung tersebut ditangani oleh tim darurat kecamatan setempat. Rencananya, hari ini Pemkot Bandung dan jajaran TNI/ Polri akan melakukan pembersihan wilayah tersebut dan mendirikan dapur umum. "Besok Pemkot bersama TNI/Polri turun ke lokasi, bagi yang mau bantu tenaga besok pasukan/relawan jan 08.00 WIB di Borma AH Nasution," kata Emil, sapaan akrabnya. Hujan besar disertai angin kencang menerjang Kota Bandung dari siang hingga malam kemarin, rumah warga termasuk salah satunya bangunan Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung tak luput dilalui angin kencang tersebut. Hudana warga Cipadung, mengatakan angin puting nampak jelas dari wilayah tersebut. Ia sendiri sempat mengabadikan saat angin puting beliung itu menerjang kawasan Bandung Timur tersebut.
Sumber : http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/12/19/ngt2em-puting-beliung-700-rumah-di-kawasan-bandung-timur-tersapu
Masyarakat memiliki hubungan yang kuat dan terus-menerus dengan lahan dan hutan. Hutan menyediakan pangan, kayu, bahan-bahan alami, obat-obatan, bahan bakar, rumah bagi hewan dan burung dan suatu hubungan rasa dengan nenek moyang atau asal dari binatang-binatang tersebut. Daerah-daerah yang memiliki hutan harus dilindungi dan dikelola dengan hati-hati. Hutan-hutan ini merupakan bank benih untuk masa depan (plasmanutfah).
Kita memiliki berbagai macam tanaman dan binatang yang hanya bisa tumbuh dan hidup di daerah kita. Ini disebabkan karena iklim, bentang alam/lanskap yang khas, dan asal-muasal terbentuknnya lahan itu di masa silam. Pelestarian spesies-spesies ini akan membantu kita untuk mempertahankan budaya dan warisan kita. Banyak sekali jenis tanaman yang bisa dijadikan obat, minyak, dan produk-produk serta kegunaan lainnya yang akan memberikan keuntungan dan pendapatan di masa depan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melindungi dan mengelola hutan secara hati-hati. Langkah berikutnya adalah melakukan reboisasi dan mengembalikan keseimbangan alam. Kita harus memelihara hubungan yang kuat dengan alam. Kita memerlukan solusi jangka panjang untuk membuat lingkungan dan lahan menjadi sehat dan kuat hingga ke masa depan. Banyak daerah yang hutannya telah hilang menderita karena erosi dan krisis tanah. Sulit untuk memperoleh produktivitas yang bagus pada lahan-lahan tersebut. Bahkan sering pertanian pada daerah-daerah ini justru mengakibatkan lebih banyak erosi dan masalah baru. Penanaman pohon dan reboisasi dapat membantu menghentikan erosi, memperbaiki kerusakanlahan, sekaligus memberikan pangan, kayu, minyak, obat-obatan, serat, dan pendapatan lain yang lebih banyak lagi. Ini merupakan pendapatan yang berkelanjutan.
Penanaman pohon juga bisa diintegrasikan dengan peternakan dan tanaman budidaya. Penghasilan dan pendapatan dari pohon dan hutan lebih aman karena tanaman pohon lebih sedikit tercemar oleh kondisi cuaca yang buruk. Suatu sistem hutan yang dirancang dengan baik akan membutuhkan perawatan yang sedikit begitu sistem ini berhasil dibentuk atau dibangun. Hutan dan pohon-pohon akan memperbaiki kesehatan lingkungan, bukan hanya pada lahan tempat tanaman itu ditanam, tetapi juga pada lingkungan sekitar lahan itu. Bahkan, lingkungan yang baik dan sehat pada daerah pegunungan akan dapat mempengaruhi secara tidak langsung daerah pesisir pantai hingga lingkungan laut.
PURWAKARTA, KOMPAS - Ruas tol Purbaleunyi-Cipularang Km 100,6 arah Jakarta dari Bandung, Jawa Barat, yang sempat terputus selama 16 jam akibat tertimbun tanah longsor, Rabu siang kembali normal. Agar longsor tak terjadi lagi, di bukit dibuat terasering.
Kepala Bidang Layanan Jalan Tol PT Jasa Marga Andrie Kustiawan, Rabu (13/2), selaku pengelola jalan tol Purbaleunyi-Cipularang, berharap peristiwa tersebut tak terulang lagi dengan cara mempertahankan tata guna lahan di sekitar jalan tol.
Menurut Andrie, titik longsor bisa dilintasi kendaraan pada pukul 10.10 setelah tumpukan tanah disingkirkan dari badan jalan. Untuk membersihkan timbunan tanah, Jasa Marga mengerahkan 4 ekskavator, 1 buldoser, dan 10 dump truck yang bekerja sejak tengah malam.
Meski demikian, baru satu ruas jalan yang bisa dilalui sehingga pengguna harus bergantian lewat. Inilah penyebab kemacetan panjang hingga 5 kilometer. ”Rekayasa lalu lintas berupa contraflow atau melawan arus di jalur Jakarta-Bandung dihentikan begitu longsoran tanah berhasil disingkirkan,” ungkap Andrie.
Sebelumnya, pembersihan longsoran tanah baru selesai pada pukul 06.00. Untuk mencegah terjadinya longsor lagi, saat ini di bukit tepi jalan tol dibuat terasering.
Longsor terjadi pada Selasa (12/2) pukul 18.45 setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut. Longsoran berasal dari tebing di sebelah barat jalan tol dan menimbun badan jalan arah Bandung-Jakarta serta bahu jalan di jalur sebaliknya. Longsoran membuat jalur tol arah Jakarta terputus karena tinggi timbunan tanah mencapai 3 meter dan panjang 50 meter. Sejak itu, kemacetan terjadi. Sebab, kendaraan dialihkan keluar ke Gerbang Tol Padalarang Timur dan Cikamuning serta melalui jalur arteri Purwakarta. Kendaraan bisa masuk jalan tol lewat Gerbang Tol Jatiluhur.
Kebiasaan Membuang Sampah Sembarangan
Kebiasaan membuang sampah di sembarangan tempat telah tertanam di benak orang Indonesia sejak masih usia dini. Bagaimana tidak orang tua secara tidak sadar mengajarkan cara membuang sampah yang tidak benar kepada anak-anak mereka. Itu bisa dilihat dari cara mereka dengan gampang melempar sebungkus sampah ke sungai atau di depan rumah yang dianggap hal lumrah. Masyarakat kita secara umum mempunyai kesadaran yang rendah dalam hal memikirkan konsekuensinya.
Parahnya lagi kebiasaan tersebut oleh sebagian besar masyarakat kita tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah. Sampah yang tertumpuk di sungai akan menyumbat aliran air dan dengan hanya sedikit curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya atau air kiriman dari daerah yang lebih tinggi, banjir sudah tidak bisa dielakan lagi. Yang disalahkan pasti pemerintah yang tidak becus. Kurangnya kesadaran untuk mendidik dan memberikan contoh adalah hal yang perlu diperbaiki dan akan membutuhkan waktu yang lama supaya kesadaraan akan kebersihan dapat terciptakan. Kebiasaan untuk hidup sehat dan bersih tidak terlalu menjadi prioritas masyarakat karena masih banyak hal-hal yang lebih penting antara lain seperti memikirkan bagaimana menyediakan makanan sehari-hari di atas meja atau lantai untuk keluarga, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Yang kita butuhkan itu adalah kesadaran diri untuk mau hidup sehat dan bersih, bukan hidup bersih karena takut dikenai denda sama Jokowi. Berapapun besarnya denda, tetap saja orang akan curi-curi untuk buang sampah sembarangan, lagian kalau ketangkap, apakah dendanya akan masuk ke Pemprov DKI? Ini akan membuka peluang baru untuk korupsi. Pertanyaannya siapa yang akan menjadi petugas untuk melakukan denda terhadap orang yang membuang sampah sembarang?
Jika hanya mengandalkan petugas saja, saya rasa tidak akan terlalu efektif karena berapa petugas yang harus ditempatkan di tempat-tempat umum? Pembuangan sampah sembarangan itu tidak hanya di tempat umum saja, tapi semuanya bermula dari lingkungan hidup sekitarnya. Melibatkan masyarakat umum untuk membantu menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing secara umum akan lebih efektif dan efisien. Masyarakat harus berani menegur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan membuat sampah
kalau negur orang yang dikenal kan jadinya gak enak dan akan dimusihi, kalau negur orang yang tidak dikenal malah akan terjadi percecokan atau malah terjadi perkelahian.
Pemerintah Pemprov DKI dan Pusat harus secara rutin melakukan kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya akan membuahkan hasil yang diinginkan.
Masyarakat yang hidup di bantaran sungai akan dengan mudah membuang sampah ke dalam sungai dari pada harus buang ke dalam tong sampah. Kebiasaan ini telah dilakukan bertahun-tahun. Lagian tidak akan memakan waktu banyak untuk melemparkan sekantong sampah ke sungai. Kekurangan yang lain karena tidak tersedianya tong sampah yang cukup oleh pemerintah dan adanya iuran sampah bulanan.
Lembar diskusi pertemuan 1
Dengan mencermati artikel di atas, lakukan hal-hal sebagai berikut!
Kumpulkanlah informasi bersama kelompok kalian dengan menerapkan tabel berikut: Jenis Peristiwa Alam Penyebab Dampak Lokasi: Waktu:
Tulislah kesimpulan berdasarkan diskusi kelompok kalian!
Nama Kelompok : ……… Anggota :
1……….. 4.………. 7.……….
2. ……… 5. ………
3. ……… 6. ………
Setelah mencermati artikel, lakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kumpulkanlah informasi bersama kelompok kalian kemudian isi tabel berikut ini:
Nama peristiwa alam Cara pencegahan dan yang harus dilakukan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1
Nama Sekolah : SDN Kutowinangun 04 Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahua Alam) Kelas/ Semester : V (lima)/ 2 (dua)
Materi Pokok : Peristiwa Alam Alokasi Waktu : 4 x 35 menit Jumlah Pertemuan : 2 x pertemuan
A. Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
B. Kompetensi Dasar
7.4 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
C. Indikator