• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru di Kabupaten Jepara dilakukan dengan 2 cara yaitu dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat, dan sekitar 20% disediakan oleh pemerintah serta swasta/developer. 1. Penyediaan rumah oleh swadaya masyarakat

Pada tingkat lokal atau pelaksanaan di lapangan banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat antara lain: pengkaplingan lahan, pengadaan sarana dan prasarana setempat, perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan rumah, pengelolaan bangunan rumah dan kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya lebih detail. Contoh riil adalah dalam proses pembangunan rumah dan kawasan permukiman di sepanjang pantai, permukiman nelayan, di daerah perdesaan, di kawasan hutan lindung, atau paling tidak dilakukan dengan menerapkan aturan main yang telah disepakati secara kolektif. Hal ini terjadi karena sumber daya alam, lahan, bahan bangunan, teknologi lokal, sampai dengan ahli bangunan dan tukang/tenaga kerja konstruksi tersedia. Hal ini perlu ada aturan dan pengendalian agar pembangunan tidak menempati lokasi-lokasi yang berbahaya dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

2. Penyediaan rumah oleh swasta

Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para developer (pengembang perumahan). Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak pengembang perumahan (developer), selain mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan rumah yang layak, juga mempunyai misiprofit oriented. Sehingga dalam pelaksanaannya lebih didasari oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama sekali sifat kegotong-royongan. Walaupun demikian, diharapkan ada misi sosial yaitu menyediakan rumah yang layak yang dapat dijangkau oleh semua kalangan termasuk penduduk dengan penghasilan rendah. Seperti pembangunan rumah sangat sederhana (RSS) danrumah sederhana (RS). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan pola pengadaan perumahan 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 1 unit rumah

mewah harus juga dibangun 3 unit rumah sederhana dan 6 unit rumah sangat sederhana. Sesuai dengan UU No 1 tahun 2011 luas bangunan minimal 36 m2, sehingga luasan kapling yang direncanakan untuk luas bangunan sesuai dengan UU tersebut.

Pengembangan dan pembangunan perumahan oleh developer di Kabupaten Jepara sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa perumahan developer yang ada di Kabupaten Jepara. Selain itu, antusias dari masyarakat terhadap perumahan developer sangat tinggi. Dengan melihat potensi tersebut, dapat dikatakan usaha properti di Kabupaten Jepara cukup menjanjikan.

Lokasi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Baru

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat.Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal melainkan juga mempunyai arti penting bagi penghuninya.Rumah diharapkan dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi penduduk yang menempatinya. Untuk itu, lokasi perumahan dan kawasan permukiman harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak terganggu oleh kebisingan 2. Tersedia air bersih

3. Memiliki kemudahan mencapai fasilitas umum

4. Tidak berada di daerah genangan air atau wilayah banjir, dan bencana 5. Memiliki pola permukiman yang kompak

Luas total untuk kawasan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru di Kabupaten Jepara adalah 7.892 Ha.Pembangunan suatu perumahan baru seharusnya juga memperhatikan kondisi ekonomi dan skala prioritas kebutuhan setiap penduduk, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Turner (Turner; 1971) yang merujuk pada teori Maslow, terdapat kaitan antara kondisi ekonomi seseorang dengan skala prioritas kebutuhan hidup dan prioritas kebutuhan perumahan. Lebih lanjut ini dapat diterangkan sebagai berikut:

• Dalam menentukan prioritas tentang rumah, seseorang atau se-unit keluarga yang berpendapatan sangat rendah cenderung meletakkan prioritas utama pada lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang memberikan kesempatan kerja. Sebab bagi mereka tanpa ada kesempatan kerja yang dapat menopang

kebutuhan sehari-hari, sulit bagi mereka untuk dapat mempertahankan hidupnya. Status kepemilikan rumah dan lahan menempati prioritas kedua, sedangkan bentuk maupun kualitas rumah menjadi prioritas terakhir. Yang terpenting pada tahap ini adalah tersedianya rumah untuk berlindung dan istirahat dalam upaya mempertahankan hidupnya.

• Selanjutnya seiring dengan meningkatnya pendapatan, prioritas kebutuhan perumahannya akan berubah pula. Status pemilikan rumah maupun lahan menjadi prioritas utama, karena orang atau keluarga tersebut ingin mendapatkan kejelasan tentang status kepemilikan rumahnya. Dengan demikian mereka yakin bahwa tidak akan digusur, sehingga mereka dapat bekerja dengan tenang untuk menaikkan pendapatannya.

• Tanpa jaminan adanya kejelasan tentang status kepemilikan rumah dan lahannya, seseorang atau unit keluarga akan selalu tidak merasa aman sehingga mengurangi minat mereka untuk memperluas, memelihara atau meningkatkan kualitas rumahnya dengan baik. Prioritas kedekatan lokasi rumah dengan fasilitas pekerjaan untuk buruh-buruh kasar menjadi prioritas kedua, karena kesempatan kerja bukan lagi masalah yang sangat mendesak. Sedangkan bentuk maupun kualitas rumah masih tetap menempati prioritas terakhir.

• Berdasarkan pertimbangan persebaran permukiman yang sudah ada dan data kasiba lisiba dari obeservasi lapangan yang telah dilakukan, pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Jepara berada di Desa/Kelurahan Demaan, Pengkol, Mulyoharjo, Bandengan, Bapangan, Ujungbatu Kecamatan Jepara; Bangsri, Wedelan, Purwogondo, Pedosawalan Kecamatan Kalinyamatan; Lebuawu, Pulodarat, Troso Kecamatan Pecangaan: Telukawur, Tahunan Kecamatan Tahunan: Mayong, Singorojo, Sengonbugel, Buaran Kecamatan Mayong.

Daya Tampung Penduduk dan Kebutuhan Ruang

Kependudukan merupakan aspek penting dalam perencanaan pembangunan suatu daerah, apalagi pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Data Jumlah penduduk secaratime seriessangat diperlukan dalam hal ini untuk memprediksikan jumlah penduduk. Informasi ini akan dikaitkan dengan daya tampung lokasi-lokasi yang akan direncanakan dan dialokasikan sebagai tempat pengembangan dan

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Dengan mengetahui jumlah penduduk, akan dapat diprediksikan luas ruang/ kebutuhan ruangnya.

Kebutuhan ruang yang ada akan digunakan untuk mengetahui daya tampung. Nantinya, dengan melihat daya tampung yang ada dapat diketahui apakah seluruh penduduk teralokasikan dengan baik sesuai dengan standar minimun kebutuhan ruang perorang atau tidak. Dengan pertimbangan penyebaran rencana pola penggunaan lahan dan sebaran kepadatan perumahan, maka daya tampung rumah di kawasan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Jepara diarahkan sebagai berikut:

• Perumahan di kawasan perkotaan merupakan perumahan yang tumbuh di pusat-pusat kota untuk yang terletak di lokasi dengan lahan yang sangat terbatas sehingga daya tampungnya tidak terpenuhi, maka pengembangannya diarahkan untuk pembangunan secara vertikal. Sedangkan untuk perumahan dan kawasan permukiman di kawasan perdesaan daya tampung perumahannya dengan kepadatan sedang dan rendah, teratur dan mengikuti sarana dan prasarana yang telah dikembangkan.

• Penyediaan kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Jepara untuk pembangunan baru saat ini dilakukan oleh pengembang perumahan, koperasi, atau instansi lain yang terkait dengan pembangunan perumahan, disamping pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat secara swadaya. Namun pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri kuantitasnya masih sangat kecil dan bersifat spontan. Sehingga dalam pembangunan dan pengembangan perumahan oleh masyarakat dan developer perlu didukung dan diawasi agar tidak berkembang ke peruntukan lahan yang lain seperti konservasi, hutan lindung dan RTH lainnya.

• Pada tahun 2032 jumlah penduduk Kabupaten Jepara diperkirakan mencapai1.439.030jiwa. Kebutuhan rumah berdasarkan perkiraan jumlah penduduk tahun 2032 tersebut mencapai156.020unit.

• Kebutuhan lahan berdasarkan kebutuhan perumahan tahun 2032 di Kabupaten Jepara mencapai3.994Ha. Lahan untuk pembangunan permukiman harus diarahkan sesuai dengan peruntukannya.

Apabila diasumsikan bahwa kebutuhan ruang (dikaitkan dengan luas lantai bangunan dalam penilaian kumuh) dalam suatu rumah, penggunaan/kebutuhan luas lantai

minimum/ ruang minimum adalah 9 m2 dan satu rumah dihuni satu KK dengan jumlah keluarga 4 orang, maka setiap KK membutuhkan luas ruang minimum 36 m2 (sesuai denganUU No 1 tahun 2011).Apabila diasumsikan 36 m2 sebagai lahan terbangun sebesar 60% dan 40% lahan terbuka, maka luas kapling minimal adalah 70 m2. (Dalam pedoman teknik pembangunan perumahan sederhana tidak bersusun, standard minimum 60 m2 dan maksimum 200 m2). Untuk pengadaan 156.020unit rumah baru sampai 20 tahun yang akan datang, dengan rata-rata pengadaan rumah baru pertahunnya 7.430unit. Rincian kebutuhan rumah dan luas lahan di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel berikut.

Dokumen terkait