• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIPP Lama Tangisan

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer (SPSS Versi 13.0 dan Microsoft Excell tahun 2003). Disain analitik dipakai untuk menganalisis variabel yang berperan. Uji statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah x2 untuk kelompok independen. Dikatakan bermakna bila nilai P < 0.05. Kesesuaian antar dua penilai dihitung dengan strength of agreement yaitu Koefisien Kappa.

BAB 4. HASIL

Pada penelitian terdapat 96 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada yang hilang dalam pemantauan. Bayi tersebut dibagi menjadi dua kelompok responden yaitu kelompok bayi yang mendapat ASI dan kelompok bayi yang mendapatkan NNS (Gambar 4.1).

Gambar 4.1. Profil penelitian

Bayi baru lahir sesuai kriteria inklusi (N=96) ASI (n=48) NNS (n=48) Bayi yang mengikuti penelitian dari awal hingga akhir (n=48) Bayi yang mengikuti penelitian dari awal hingga akhir (n=48)

Randomisasi

Pada kelompok bayi yang memperoleh ASI, mayoritas berjenis kelamin perempuan (62.5%) sedangkan pada kelompok NNS jumlah bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir sama banyak yaitu 52.1% dan 47.9% (Tabel 4.1).

Prosedur invasif minor pada kedua kelompok bayi mayoritas adalah jenis suntikan Hepatitis B, masing-masing 28 bayi (58.3%) pada kelompok yang mendapat ASI dan 33 bayi (68.8%) pada kelompok NNS. Pada kelompok bayi yang mendapat NNS, yang terbanyak dilahirkan secara spontan (56.3%) sedangkan pada kelompok yang memperoleh ASI yang dilahirkan secara spontan dan dengan sectio cessaria jumlahnya sama yaitu sebanyak 24 bayi (tabel 4.1).

Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian

KARAKTERISTIK ASI NNS (n=48) (n=48) Jenis Kelamin n (%) - Laki-laki 18 (37.5) 25 (52.1) - Perempuan 30 (62.5) 23 (47.9) Jenis Suntikan n (%) - Vitamin K 20 (41.7) 15 (31.2) - Hepatitis B 28 (58.3) 33 (68.8) Partus n (%) - Spontan 24 (50) 27 (56.3) - Sectio cessaria 24 (50) 21 (43.7)

Usia gestasi (minggu), rerata (SD) 36.3 (3.7) 36.9 (4.1) Usia kronologis (hari), rerata (SD) 1.9 (1.2) 1.7 (1.0) Berat badan lahir (gram), rerata (SD) 3134.6 (356.3) 3165.4 (467.8) Berat badan sekarang (gram), rerata (SD) 3115.6 (361.2) 3133.8 (469.9) APGAR 1, rerata (SD) 8 (0.9) 8.4 (0.8) APGAR 5, rerata (SD) 9.8 (1.6) 10 (1.5)

Usia gestasi ditentukan dengan kriteria BALLARD, dimana kedua kelompok ASI dan NNS menunjukkan usia gestasi yang cukup bulan yaitu masing-masing 36.3 (3.7) minggu dan 36.9 (4.1) minggu. Usia kronologis untuk

kedua kelompok juga tidak jauh berbeda yaitu 1.9 (1.2) hari dan 1.7 (1.0) hari. Untuk kedua kelompok juga menunjukkan berat lahir dan berat saat penelitian berlangsung tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P > 0.05).

Nilai Apgar 1 pada kelompok bayi yang memperoleh ASI berbeda bermakna dengan nilai Apgar 1 pada kelompok bayi yang memperoleh NSS (P = 0.04). Namun untuk nilai Apgar 5 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P = 0.52) dengan nilai masing-masing 9.8 (1.6) dan 10 (1.5).

Skala PIPP

Dari tabel 4.2 dapat dilihat kesesuaian antara kedua penilai yang digunakan dalam menghitung koefisien Kappa. Nilai kosefisien Kappa untuk skala PIPP adalah 0,8 (p = 0,0001), yang menunjukkan bahwa kekuatan kesesuaian (strength of agreement) antara dua penilai sangat baik. Dengan menggunakan korelasi Pearson diperoleh nilai r = 0,9 (p = 0,01), artinya korelasi antara penilai pertama dan kedua sangat kuat.

Tabel 4.2. Kesesuaian penilaian skala nyeri PIPP antara 2 penilai

PIPP II ** Total

Nyeri minimal

Nyeri

sedang Nyeri hebat

PIPP I * Nyeri minimal 15 0 0 15

Nyeri sedang 0 42 0 42

Nyeri hebat 0 0 39 39

Total 15 42 39 96

Keterangan: PIPP I : Skala PIPP peneliti pertama PIPP II : Skala PIPP peneliti kedua

PIPP I 20 10 0 -10 PI PP I I 30 20 10 0 -10

Gambar 4.2. Penilaian skala nyeri PIPP oleh kedua penilai

Terdapat perbedaan yang bermakna skala PIPP antara kelompok bayi yang mendapat ASI dengan kelompok bayi yang mendapat NNS dengan P = 0.01. Skala PIPP pada kelompok bayi yang mendapat ASI jauh lebih rendah dibandingkan kelompok bayi yang menggunakan NNS (Tabel 4.3). Selain itu, terdapat perbedaan bermakna (P = 0.03) pada lama tangisan kelompok bayi yang mendapat ASI dengan kelompok bayi yang mendapat NNS dengan nilai rata-rata 19.1 (17.1) dan 29.4 (28.1). Dengan hasil ini diketahui lama tangisan pada bayi yang mendapat ASI jauh lebih singkat dibandingkan kelompok bayi yang mendapat NNS, dengan selisih sebesar 10.1 detik.

Tabel 4.3. Perbedaan nilai skala nyeri PIPP dan lama tangisan pada kelompok bayi yang mendapat ASI dan NNS

Karakteristik

Kelompok*

IK 95% P

ASI NNS

(n=48) (n=48)

Skala nyeri (PIPP) 9.3 (3.6) 12.5 (3.3) -4.6 - -1.8 0,001 Lama Tangisan (detik) 19.1 (17,1) 29,4 (28.1) -19.7 - -0.9 0,03 *nilai berupa rerata (SD)

Pada tabel 4.4 tidak terdapat perbedaan yang bermakna skala PIPP dan lamanya tangisan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan nilai P = 0.4 dan P = 0.4.

Tabel 4.4. Perbedaan nilai skala PIPP dan lama tangisan berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik

Kelompok*

IK 95% P

Laki-Laki Perempuan

(n=43) (n=53)

Skala nyeri (PIPP) 11.3 (3.8) 10.6 (3.9) -4.0 – - 0.9 0.4 Lama Tangisan (detik) 22.3 (23.6) 25.9 (23.7) -4.1 – - 0.9 0.5 *nilai berupa rerata (SD)

Pada tabel 4.5 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna skala PIPP antara jenis suntikan vitamin K dan Hepatitis B dengan nilai P = 0.002. Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna lama tangisan responden antara suntikan vitamin K dan Hepatitis B (P = 0.06). Sehingga disimpulkan jenis suntikan Hepatitis B lebih nyeri dibandingkan vitamin K, meskipun lama tagisan tidak berbeda bermakna.

Tabel 4.5. Perbedaan nilai skala PIPP dan lama tangisan berdasarkan jenis suntikan Karakteristik Kelompok* IK 95% P Vitamin K Hepatitis B (n=35) (n=61)

Skala nyeri (PIPP) 9.3 (3.9) 11.8 (3.5) -19.3 – 0.4 0.002 Lama Tangisan (detik) 18.3 (17.7) 27.7 (26.0) -18.3 – 0.6 0.06 *nilai berupa rerata (SD)

Parameter Fisiologis

Frekuensi denyut jantung pada pengamatan detik ke-150 atau 30 detik setelah tindakan invasif minor antara kedua kelompok metode tidak ada perbedaan yang bermakna dengan uji T independen (p = 0.4) dengan IK (-4,03 – 9,22) (Gambar 4.3). Tapi, pada saturasi oksigen terdapat perbedaan yang bermakna dari pengamatan detik ke-150 untuk kedua kelompok studi (p = 0,001) pada IK 95% (2,3-7.4) (Gambar 4.4).

Gambar 4.3. Grafik frekuensi denyut jantung tiap kelompok ASI dan NNS

BAB 5. DISKUSI

Penelitian ini merupakan uji klinis terbuka untuk membandingkan efek anagesik ASI dan NNS pada bayi baru lahir saat prosedur invasif minor berupa injeksi vitamik K dan Hepatitis B.

Karakteristik demografi kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Pada kelompok bayi yang memperoleh ASI, mayoritas berjenis kelamin perempuan (62,5%) sedangkan pada kelompok NSS jumlah bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir berimbang yaitu 52.1% dan 47.9%. Suatu penelitian tahun 1997 menemukan tidak terdapat perbedaan bermakna pada skala nyeri antara laki-laki dan perempuan meskipun ekspresi wajah lebih jelas terlihat pada bayi perempuan.30 Hal ini sesuai pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna skala nyeri PIPP dan lamanya tangisan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Sampai saat ini belum ada skala nyeri yang menjadi baku emas pada bayi baru lahir.31,32 Pembacaan skala nyeri dilakukan oleh 2 orang secara tersamar. Kedua penilai tidak mendapat pelatihan khusus mengenai skala PIPP, namun kesesuaian penilaian skala PIPP oleh keduanya memiliki nilai yang sangat baik. Hasil yang baik ini menunjukkan bahwa penilai memiliki keandalan yang baik.

Skala nyeri yang digunakan yaitu skala nyeri PIPP, skala ini merupakan skala yang banyak digunakan dalam penelitian. Universitas

Federal de Sao Paulo menyimpulkan dalam satu penelitiannya bahwa dari 7 skala nyeri yang diteliti, skala nyeri NFCS, NIPS dan PIPP merupakan skala nyeri yang valid untuk mengevaluasi nyeri32 maupun mengevaluasi gerakan ekspresi muka terhadap stimulus nyeri.33

Pada salah satu penelitian tahun 2007 yang membandingkan skala PIPP dan NIPS menyimpulkan bahwa kedua skala tersebut sangat baik untuk penelitian karena peneliti tidak memerlukan pembacaan skala nyeri saat itu juga, melainkan data direkam dan dilihat pada waktu yang berbeda dan dapat di ulang melalui video rekaman.34

Penelitian di Universitas Indonesia yang membandingkan glukosa oral dan plasebo pada 80 bayi saat pengambilan darah dengan menggunakan skala nyeri PIPP dan DAN menyimpulkan bahwa skala PIPP memberikan hasil yang bermakna dibandingkan DAN. Penelitian ini menyatakan skala DAN lebih subjektif dari PIPP,35 hal ini berbeda dengan penelitian lainnya di Prancis dimana kedua skala DAN dan PIPP memiliki hasil yang serupa.23 Namun suatu penelitian NICU di Iceland menyimpulkan bahwa skala PIPP merupakan suatu skala yang sensitif untuk menilai suatu nyeri dan direkomendasikan digunakan oleh klinisi dan penelitian.36

Penelitian ini menggunakan skala PIPP karena skala ini merupakan salah satu skala yang valid menurut konsensus nyeri internasional. Hasilnya ASI memiliki skala PIPP lebih rendah dibanding NNS sesaat setelah prosedur invasif minor. Hal ini sesuai dengan suatu penelitian yang membandingkan

menyusui, pelukan ibu, air steril dan 30% glukosa dengan kompeng namun lebih baik penggunaan menyusui karena lebih mudah.22

Pada penelitian tahun 2006 yang membandingkan kompeng dan menyusui pada 20 bayi baru lahir dan disimpulkan bahwa mengisap dengan kompeng baik digunakan untuk mengurangi nyeri namun menyusui jauh lebih baik dalam mengurangi rasa nyeri pada bayi baru lahir saat prosedur invasif.37 Penelitian ini menguatkan penelitian tersebut bahwa ASI benar-benar memiliki efek lebih baik dibandingkan NNS bukan karena efek pelukan dari ibunya.

Perubahan parameter fisiologis yang bermakna pada penelitian ini ialah penurunan saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan tahun 1997 dimana colostrum dapat menurunkan peningkatan denyut jantung dan penurunan saturasi oksigen.31

Suatu penelitian di Turki menemukan tidak ada perbedaan bermakna dengan pemberian ASI selama proses imunisasi. Namun hal ini disebabkan karena kurangnya sensitifitas alat yang digunakan.38 Beberapa penelitian yang membandingkan pemberian 5 ml ASI dengan 5 ml plasebo menghasilkan ASI lebih diterima dan toleransi oleh bayi dengan berkurangnya peningkatan denyut jantung, penurunan saturasi oksigen, dan lama tangisan,39 dan merupakan suatu prosedur yang mudah dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.40

Hal ini sesuai dengan penelitian ini dimana ada penurunan saturasi oksigen secara bermakna, namun tidak terdapat penurunan peningkatan denyut jantung yang mungkin disebabkan kurangnya sensitifitas alat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI merupakan suatu prosedur yang mudah dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi nyeri saat prosedur invasif minor.

Penelitian tahun 2001 menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna lama tangisan bayi antara kelompok yang diberi kolostrum dengan NNS.41 Namun pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara bayi yang diberikan ASI dibandingkan NNS dimana lamanya tangisan signifikan lebih rendah pada bayi yang diberi ASI. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa ASI efektif untuk mengurangi rasa nyeri saat prosedur invasif minor dimana lamanya tangisan berkurang secara spontan dibandingkan plasebo42,43,44 dan dapat direkomendasikan untuk mengurangi stres pada neonatus saat prosedur invasif minor.45

BAB 6. KESIMPULAN

Dari penelitian ini didapati bahwa dua milliliter ASI yang diberikan dua menit sebelum prosedur invasif minor efektif mengurangi nyeri pada bayi baru lahir yang tampak pada berkurangnya skala PIPP dan lamanya tangisan dan peningkatan saturasi oksigen dibandingkan NNS.

Dokumen terkait