• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur Rencana (UR)

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 32-37)

5. Tentukan titik nilai FR dari Tabel 2.5

2.7. Perencanaan Perkerasan Lentur Menggunakan Desain Manual Perkerasan Menggunakan Metode Bina Marga 2013

2.7.1. Umur Rencana (UR)

Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlahn tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan structural (sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan). Selain umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan nonstrktural yang berfungsi sebagai lapis aus (Tenriajeng, 1999:53).

Dalam Manual Deasin Perkerasan Jalan Nomor 02/m.bm/2013 umur rencana digunakan untuk menentukkan jenis perkerasan dengan mempertimbangkan elemen elemen perkerasan berdasarkan analisis discounted whole of life cost terendah. Berikut ini adalah tabel ketentuan umur rencana dengan mempertimbangkan elemen perkerasan yang diasajikan dalam manual desain perkerasan jalan nomor 02/M.BM/2013 (Pratama, 2015). Untuk menentukkan umur rencana jalan baru yang akan direncanakan pada pembangunan proyek dapat dilihat pada Tabel 2.14

Tabel 2. 5 Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru

Jenis Perkerasan Elemen Perkerasan Umur Rencana

(tahun)(1)

Perkerasan lentur

Lapisan aspal dan lapisan berbutir(2). 20 Fondasi Jalan

40 Semua perkerasan untuk daerah yang tidak

dimungkinkan pelapisan ulang (overlay), seperti: jalan perkotaan, underpass, jembatan, terowongan.

Cement Treated Based (CTB)

Perkerasan kaku Lapis fondasi atas, lapis fondasi bawah, lapis

beton semen, dan fondasi jalan. 40

Jalan tanpa

penutup Semua elemen (termasuk fondasi jalan) Minimum 10

Sumber: Bina Marga 2013:9 2.7.2. Lalu Lintas

Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukkan dari beban yang akan dipikul, hal ini berhubungan dengan arus lalu lintas yang hendak melewati jalan tersebut.

Besarnya arus lalu lintas dapat diperoleh dari (Tenriajeng,1999:53):

1. Analisa lalu lintas saat ini, sehingga diperoleh data mengenai: jumlah kendaraan yang akan memakai jalan, jenis kendaraan, konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan, serta beban masing masing sumbu kendaraan.

2. Perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana, antara lain berdasarkan atas analisa.

Perencanaan teknik jalan lalu lintas sangat diperlukan, karena kapasitas dan

konstruksi struktur perkerasan yang akan direncanakan tergantung pada komposisi lalu lintas yang akan menggunkan jalan pada suatu segmen jalan yang ditinjau, adapun pendahuluan Manual PD T-19-2004-B survei lalu lintas dapat dilakukan dengan cara manual, semi manual (dengan bantuan kamera video), ataupun otomatis (menggunakan tube maupun loop) (Rahadian, 2013).

1. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu (hari, jam, atau menit). Lalu lintas harian rata rata adalah volume lalu lintas rata rata dalam satu hari. Dari lama waktu pengamatan untuk mendapat nilai lalu lintas harian rata rata, dikenal dengan 2 jenis lalu lintas harian rata rata (Sukirman,2010:46):

a. Lalu lintas Harian Rata Rata Tahunan (LHRT), Yaitu volume lalu lintas harian yang diperoleh dari nilai rata rata jumlah kendaraan selama satu tahun penuh.

b. Lalulintas Harian Rata rata (LHR), yaitu volume lalu lintas harian yang diperoleh dari nilai rata rata jumlah kendaraan selama beberapa hari pengamatan.

Dalam desain manual perkerasan jalan Nomor 02/m.bm/2013. Analisis volume lalu lintas di dasarkan pada survey faktual. Umtuk keperluaan desain, volume lalu lintas diperoleh dari(Bina Marga 2013:15):

a. Survey lalu lintas aktual, dengan durasi minimal 7x 24 jam.

Pelaksanaan survey agar ,engacu pada pedoman survei pencacahan lalu lintas dengan cara manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan dengan pendekatan yang sama

b. Hasil hasil survey lalu lintas sebelumnya

c. Untuk jalan dengan lalu lintas rendah dapat menggunakan nilai perkiraan.

Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). LHRT yang dihitung adalah untuk semua jenis kendaraan kecuali sepeda motor, ditambah 30% jumlah sepeda motor.

2. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas

Dalam perancangan perkerasan jalan baru, estimasi volume lalu lintas pada saat jalan dibuka pertama kali sangat penting. Untuk ini di butuhkan data survei lalu lintas. Dalam survei tersebut, dilakukan pencatatan kendaraan yang lewar untuk arah yang berbeda dengan memperhatikan kategori kendaraanya (Hardiyatmo, 2019:138).

Dalam kebijakan pada Faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan pada data – data pertumbuhan historis atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang valid. Dalam mendapatkan faktor pertumbuhan lalu lintas pada perencanaan perkerasan jalan baru disajikan di Tabel 2.15

Tabel 2. 6 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas

KELAS JALAN

FAKTOR PERTUMBUHAN LALU LINTAS (%) 2011 – 2020 >2021 – 2030

Arteri perkotaan 5 4

Kolektor rural 3.5 2.5

Jalan desa 1 1

Sumber: Bina Marga 2013:15

Menghitung pertumbuhan lalu litas selama umur rencana Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M.BM/2013 menyajikan rumus sebagai berikut:

R=( ? , >)FGH

, > ………...2.16

 R = Faktor Pengali Pertumbuhan Lalu lintas

 i = Tingkat pertumbuhan lalu lintas tahunan

 UR = Umur Rencana (tahun) 3. Faktor Lajur

Lajur rencana adalah salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Kendaraan niaga adalah kendaraan yang mempunyai paling sedikit 2 gandar, yang setiap kelompok rodanya.

Paling tidak, mempunyai satu roda tunggal dengan berat total minimum 5 ton ( 50Kn).

Dalam menentukkan arah dan lajur rancangan adalah dengan cara menghitung volume lalu lintas jalan raya pada seluruh lajur yang ada. Untuk menentukkan volume lalu lintas rancangan di dalam lajur rencana, maka harus dilakukan pembagian volume lalu lintas berdasrkan arah dan mendistribusikan arah lalu lintas berdasrkan arah lalu lintas menurut kajurnya.

Faktor distribusi lajur untuk kendaraan niaga (truk dan bus) beban desain pada setiap lajur tidak boleh melampaui kapasitas lajur pada setiap tahun selama umur rencana.Kapasitas lajur mengacu kepada Permen PU No.19/PRT/M/2011 mengenai Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan berkaitan Rasio Volume Kapasitas (RVK) yang harus dipenuhi.Kapasitas lajur maksimum agar mengacu pada MKJI. Dalam merencanakan pembangunan jalan baru maka menentukkan terlebih dahulu jumlah lajur dan presentase kendaraan niaga yang terdapat pada Tabel 2.16

Tabel 2. 7 Faktor Distribusi Lajur

Jumlah lajur setiap arah Kendaraan niaga pada lajur desain (% terhadap populasi kendaraan niaga)

4. Perkiraan Faktor Ekivalen Bebas (Vehicle Damage Factor)

Perusakan jalan oleh kendaraan dihitung dalam bentuk satuan faktor yang disebut dalam faktor perusak jalan (Vehicle Damage Vactor). Menghitung faktor kerusakan jalan perlu diperoleh gambaran tentang beban sumbu kendaraan dan konfigurasi sumbu kendaraan yang ada. Perhitungan beban lalu lintas yang akurat sangatlah diperlukan dalam tahap perhitungan dalam kebutuhan konstruksi jalan.

Pada panduan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M.BM/2013 perhitungan beban lalu lintas dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu (Pratama,2015):

Perhitungan beban lalu lintas yang akurat sangatlah penting. Beban lalu lintas tersebut diperoleh dari (Bina Marga 2013:16):

I. Studi jembatan timbang/timbangan statis lainnya khusus untuk ruas jalan yang didesain.

II. Studi jembatan timbang dan standar yang pernah dikeluarkan dan dilakukan sebelumnya juga telah publikasikan serta dianggap cukup resprensentatif untuk ruas jalan yang didesain.

III. Data WIM Regional yang dikeluarkan oleh Direktorat Binamarga Teknik.

IV. Tabel Klarifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standard Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M.BM/2013 pada tabel 2.17.

Dari keempat ketentuan sumber pengumpulan data beban lalu lintas berbeda terhadap prasarana jalan yang akan dibangun. Ketentuan untuk cara pengumpulan data beban lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 2.17:

Tabel 2. 8 Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas

Spesifikasi penyediaan prasarana jalan Sumber data beban lalu lintas

Jalan bebas hambatan 1 atau 2

Jalan raya 1 atau 2 atau 4

Jalan sedang 1 atau 2 atau 3 atau 4

Jalan kecil 1 atau 2 atau 3 atau 4

Sumber: Bina Marga 2013: 16

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 32-37)

Dokumen terkait