• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Rencana Kawasan Lindung di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2010-2030 meliputi:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan resapan air;

c. sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;

d. kawasan suaka alam kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: cagar alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;

f. kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

A. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Keppres No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah:

a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau

b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau

c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih.

Di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kawasan Hutan Lindung didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.

Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan.

Kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki luas 195996.326 yang meliputi wilayah kecamatan Bilalang, Bolaang, Bolaang Timur, Dumoga Barat, Dumoga Timur, Dumoga Utara, Lolak, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur, Poigar, Sangtombolang.

Rencana pengelolaan untuk kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut:

Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya.

Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan lindung.

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan reboisasi.

Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung;

Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada.

Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu fungsi lindung.

B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya, Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

Rencana Kawasan Resapan Air Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran, seperti Pegunungan Buludaweketan dengan puncak- puncaknya adalah G. Poniki, G. Matabulewa, G. Bumbungon. Daerah yang memiliki kemiringan lahan > 40% ditetapkan sebagai kawasan resapan air.

C. Kawasan Lindung Setempat

Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air.

1. Sempadan pantai

Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. .

Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Bolaang Mongondow mencakup pantai utara terutama yang berpotensi abrasi, terdapat di sepanjang lintas utara trans

Sulawesi yaitu antara Kecamatan Sang Tombolang – Kecamatan Lolak –

Kecamatan Bolaang - Kecamatan Bolaang Timur - Kecamatan Poigar.

Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah sebagai berikut :

Mencegah kegiatan di sepanjang sungai yang dapat menganggu kelestarian fungsi pantai.

Permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu dikendalikan aktifitasnya.

Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke pantai/badan air.

Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.

Tidak menggunakan pantai/laut sebagai tempat pembuangan sampah.

Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.

Menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana.

2. Sempadan sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria: a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidka bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

Dalam implementasinya, penetapan sempadan sungai mengacu pada Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan :

a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

b. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang- kurangnya 3 (tiga) meter.

c. Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan

- sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

seluas 500 km2 . Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

- sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 km2 , ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

d. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai berikut:

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

- sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

- Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

e. Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau.

Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan, adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

Rencana Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow, yaitu Sungai Poigar (perbatasan dengan Kabupaten Minahasa Selatan), Ongkak Dumoga, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup. Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan sungai sebagai berikut:

Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta alirannya.

Kawasan pemukiman yang dilewati sungai harus memperhatikan batas sempadan sungai menurut ketentuan yang ada, antara lain Permen PU No. 63/PRT/1993.

Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke sungai.

Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumahtangga agar tidak langsung masuk ke sungai tapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.

Tidak menggunakan sungai sebagai tempat MCK.

Menanami kawasan sempadan sungai dengan vegetasi permanen.

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.

3. Kawasan sekitar waduk

Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan di sekeliling danau yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau. Wilayah tersebut adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu pelestarian fungsi danau.

Rencana Kawasan Sekitar Danau di Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 meliputi kawasan di sekitar Danau Iloloi.

Rencana Pengelolaan Kawasan Sekitar Danau adalah sebagai berikut:

Mencegah kegiatan budidaya di sekitar danau yang dapat mengganggu kuantitas air danau dan merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.

Menanami kawasan sekitar danau dengan vegetasi permanen.

Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sekitar danau dengan mengarahkan penggunaan lahan yang memiliki penutupan lahan tinggi.

4. Kawasan sekitar mata air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria yang digunakan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN, untuk mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air sebagai kawasan lindung. Perlindungan kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan di sekitarnya.

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat.

Rencana Pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air adalah sebagai berikut:

Mencegah kegiatan budidaya di sekitar mata air yang dapat mengganggu kuantitas air dan merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.

Menanami kawasan sekitar mata air dengan vegetasi permanen.

Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sekitar mata air dengan mengarahkan penggunaan lahan yang memiliki penutupan lahan tinggi.

Mengupayakan pembebasan lahan yang telah dikuasai penduduk dengan penggantian yang layak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai hutan lindung.

Pembuatan resapan air di daerah permukiman, penghijauan di luar kawasan hutan dan reboisasi di dalam kawasan hutan.

D. Kawasan Suaka Alam; Pelestarian Alam; Cagar Budaya

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang termasuk dalam Kawasan Lindung Nasional (Lampiran VIII, PP No. 28 Tahun 2008) yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah kawasan Cagar Alam Gunung Ambang dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Di samping itu, terdapat juga kawasan-kawasan yang belum termasuk dalam kawasan-kawasan lindung nasional sehingga dengan demikian ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi, seperti kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

1. Cagar Alam Gunung Ambang

Penunjukan Cagar alam Gn. Ambang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 359/Kpts/Um6/1978 memiliki luas 8.638 ha. Kawasan ini telah diperluas menjadi 18.765,4 ha berdasarkan Tata Batas Definitif Kawasan Hutan dan SK Menhutbun No.452/Kpts-II/99. Kawasan cagar alam ini terletak di dalam tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Luas kawasan ini yang terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 12.409 ha

Perlindungan terhadap kawasan cagar alam dilakukan dengan tujuan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Berdasarkan tujuan di atas maka rencana pengelolaan yang ditetapkan untuk kawasan cagar alam meliputi:

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

Pengelolaan kawasan cagar alam sesuai dengan tujuan perlindungannya Kegiatan budidaya tidak diperkenankan, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada.

Pengembangan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata Alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/ rekreasi alam.

2. Kawasan pantai berhutan bakau

Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perkehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung panati dan pengikisan air laut.

Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kalinilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

3. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Taman Nasional adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.

Kriteria kawasan lindung untuk taman nasional menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah:

Kawasan berhutan dan bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam;

Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami;

Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh;

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

Memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara materi atau secara fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia.

Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.

4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan merupakan kawasan yang di dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi , situs purbakala maupun bentukan geologi alami yang khas, yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan Kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Tujuan Pemantapan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan adalah untuk memelihara nilai sejarah, pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta perlindungan dari kepunahan. Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (CBP) di Kabupaten Bolaang Mongondow berlokasi di

Rencana Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

Melestarikan dan melindungi kawasan lindung dari alih fungsi.

Melestarikan bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/ atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah .

Seperti kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

Sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bahwa yang dimaksud dengan Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana alam ini sangat sulit dideteksi namun dapat dipelajari dan dapat dipetakan dimana wilayah yang kemungkinan besar akan terkena bencana tersebut setelah terlebih dahulu dipelajari berbaqai karakteristik wilayahnya seperti faktor geologis. volkanologi, jenis tanahnya, kondisi klimatologisnya,

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow topografinya, kelerengan, kondisi hidrologi, kondisi oseanografis, serta penggunaan lahannya dan kondisi demografisnya serta infrastruktur wilayah. 1. Kawasan rawan tanah longsor

Berdasarkan hasil investigasi dan analisis kawasan-kawasan longsor yang ada di Kabupaten Bolaangmongondow tersebar di berbagai wilayah Kecamatan. Kecamatan-kecamatan yang wilayah rentan terhadap bahaya tanah longsor adalah Kecamatan Dumoga Barat, Bilalang, Bolaang, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur dan Poigar. Sedangkan yang rawan terhadap gerakan tanah adalah di Kecamatan Dumoga Barat, Passi Timur, dan Sangtobolang. Adapun luasan wilayah yang rentang terhadap gerakan tanah dan longsor dapat dilihat pada Tabel A.

Potensi gerakan tanah di zona ini termasuk pada klasifikasi tinggi, setempat pada zona lapukan batuan dasar dijumpai gerakan tanah jenis aliran bahan rombakan (debris flow) dan runtuhan batu (rock fall).

Tabel 3. 1 Persebaran Rawan Gerakan Tanah di Kabupaten Bolaang Mongondow

Dengan demikian maka di wilayah yang rawan bencana tanah longsor dan gerakan tanah ini sebaiknya dibatasi pembangunannya terutama pembangunan permukiman. Sebaiknya daerah ini dijadikan daerah hijau dengan memperbanyak tanaman tahunan.

Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun

NO.

JENIS GERAKAN

TANAH

KECAMATAN LUAS (HA)

1 Gerakan Tanah

Kec. Dumoga Barat 425.87 Kec. Passi Timur 412.80 Kec. Sangtombolang 971.86

2 Longsor

Kec. Dumoga Barat 792.34

Kec. Bilalang 1,226.17

Kec. Bolaang 1,408.41

Kec. Lolayan 0.02

Kec. Passi Barat 4,687.16 Kec. Passi Timur 109.11

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani, adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau daerah pembuangan sampah. Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya longsor.

Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah

kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau batuan yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

Rencana Pengembangan Kawasan Rawan Tanah Longsor Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 tersebar di kecamatan Dumoga barat, Bilalang, Bolaang, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur, Poigar.

Pengelolaan kawasan rawan longsor:

Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk pembangunan fisik).

Pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada.

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow

diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi.

Kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota, dan Hutan Produksi/Hutan Rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem teras dan drainase lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang.

2. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi

Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi terletak di wilayah pesisir utara mulai dari Kecamatan Santobolang hingga Poigar. Persebaran lokasi dan luasan untuk potensi bahaya pasang dan abrasi dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3. 2 Distribusi Kerawanan Bencana di Kabupaten Bolaang mongondow

Berdasarkan Tabel diatas dan dalam rangka mitigasi bencana alam, maka pemerintah Kabupaten Bolaangmongondow wajib menetapkan batas-batas dan pemetaan detail tentang kondisi kerawanan bencana yang akan menimpa di lokasi di atas. Khusus untuk penanggulang abrasi upaya-upaya yang ditempuh

Dokumen terkait