RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA ... 1
3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang ... 1
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 1
3.1.2 Arahan Penataan Ruang ... 3
3.1.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ... 10
3.1.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ... 40
3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis Kabupaten Bolaang Mongondow ... 62
3.1.3.1 Kawasan Strategis Provinsi Di Kabupaten Bolaang Mongondow ... 63
3.1.3.2 Penetapan kawasan strategis Kabupaten Bolaang Mongondow ... 64
3.1.3.3 Rencana pengembangan kawasan strategis Kabupaten ... 67
Bolaang Mongondow ... 67
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah ... 71
3.1.4.1 Visi Kabupaten Bolaang Mongondow ... 71
3.1.4.2 Misi Kabupaten Bolaang Mongondow ... 74
3.2 Rencana Strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 76
3.2.1 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) ... 78
3.2.2 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) ... 78
3.2.3 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ... 79
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
DAFTAR GAMBAR
BAB 3 ... 1
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA ... 1
Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional ... 1
Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional ... 2
Tabel 3. 1 Persebaran Rawan Gerakan Tanah di Kabupaten Bolaang Mongondow ... 20
Tabel 3. 2 Distribusi Kerawanan Bencana di Kabupaten Bolaang mongondow ... 22
Tabel 3. 3 Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bolaang Mongondow. ... 24
Gambar 3. 3 Jalur Pergerakan Lempeng Tektonik ... 28
Gambar 3. 4 Pembagian Wilayah Gempa di Indonesia ... 29
Gambar 3. 5 Peta Bencana Geologi Pada Zona Sesar Di Kabupaten Bolaang Mongondow Dengan Buffer 200 M... 30
Tabel 3.4 Kawasan berpotensi Lahar ... 33
Gambar 3.6 Ilustrasi Aliran Air Tanah ... 38
Gambar 3. 7 Siklus Hidrologi... 38
Gambar 3. 8 Konsep Sumur Resapan dari sebuah Bangunan ... 39
Gambar 3. 9 Daerah Perlindungan Air Tanah ... 39
Tabel 3. 5 Daerah Perlindungan Air tanah ... 40
Gambar 3. 10 Peta Overlay antara peta Hidrogeologi dan Peta kawasan pertambangan ... 53
Gambar 3. 11 Ilusterasi lokasi pengembangan industri di Kabupaten Bolaang Mongondow, pada Kawasan Perkotaan Lolakuan Uki ... 54
Pus ... 54
Tabel 3. 6 Jenis Wisata Dan Peruntukan Kawasan... 56
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Persebaran Rawan Gerakan Tanah di Kabupaten Bolaang Mongondow ... 20
Tabel 3. 2 Distribusi Kerawanan Bencana di Kabupaten Bolaang mongondow... 22
Tabel 3. 3 Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bolaang Mongondow. ... 24
Tabel 3.4 Kawasan berpotensi Lahar ... 33
Tabel 3. 5 Daerah Perlindungan Air tanah ... 40
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan daam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:
A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangunan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, produktivas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
B. Dimensi Pembangunan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
2. Dimensi pembangunan sector unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energy dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak bergantung kepada negara lain.
Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan kawasan Timur.
C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Struktur ruang wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow adalah suatu struktur
yang memperlihatkan dan terbentuk dari struktur pengembangan sistem pusat
kegiatan wilayah dalam radius pelayanannya, terkaitan fungsional dengan
jaringan prasarana transportasi, kelistrikan, telekomunikasi dan sumber daya
air dalam mendukung fungsi utama pada bagian wilayah kota sebagai pusat
kegiatan pelayanan kegiatan.
Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kabupaten
Bolaang Mongondow adalah berupa pengembangan dari sistem pusat-pusat
kegiatan yang terhubung oleh system melalui pembangunan prasarana
transportasi ke arah pusat-pusat pertumbuhan/produksi sebagai penggerak
sumberdaya. Disamping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki
pusat-pusat kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah
kawasan dan sub kawasan kota dan jaringan pendukungnya dengan tetap
memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan wilayah dalam satuan
ruang.
Rencana struktur ruang Kabupaten Bolaang Mongondow sangat dipengaruhi
oleh kondisi wilayah saat ini serta ketetapan-ketetapan dalam rencana struktur
perwilayahan yang diatasnya yaitu RTRW Nasional dan RTRW Provinsi. Tabel
berikut memperlihatkan penetapan struktur ruang berdasar RTRW Nasional
dan RTRW Provinsi yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Struktur
ruang Kabupaten Bolaang Mongondow akan memperlihatkan sebuah bentuk dari
pengembangan sistem pusat kegiatan dengan dukungan dari infrastruktur
wilayah seperti jaringan prasarana transportasi, energi/kelistrikan,
telekomunikasi dan sumber daya air. Dukungan terhadap pusat-pusat kegiatan ini
akan mendorong fungsinya sehingga bersinergi antar pusat kegiatan. Struktur
ruang wilayah kabupaten yang baik adalah sebuah struktur yang mampu
menghidupkan sebuah hubungan saling ketergantungan antara daerah produksi
dengan daerah konsumen, daerah produksi dalam hal ini adalah kawasan
perdesaan dan daerah konsumen adalah kawasan perkotaan yang tidak terbatas
dalam satu wilayah kabupaten saja tetapi dapat juga kawasan perkotaan dalam
wilayah lain.
Dari hasil analisis identifikasi daerah fungsional perkotaan di Kabupaten
Bolaang Mongondow sistem perkotaan yang dapat dibentuk dalam Rencana sistem
perkotaan wilayah kabupaten hanya pada 2 kawasan saja yang dapat ditetapkan
sebagai kawasan perkotaan. Hal ini berdasar pada tingkat kemampuan pelayanan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
dan prasarana-sarana wilayah penting. Adapun kedua kawasan perkotaan
tersebut adalah Kawasan Perkotaan Lolak dengan Kawasan Perkotaan Dumoga.
Untuk kawasan perkotaan Lolak kawasan yang termasuk dalam adalah beberapa
desa yang masuk dalam IKK (Ibukota Kecamatan), sedangkan kawasan perkotaan
Dumoga terdiri dari 3 wilayah kecamatan (Dumoga Barat, Dumoga Timur dan
Dumoga Utara) dengan kawasan perkotaan terdiri dari desa-desa yang masuk
dalam IKK dari ketiga kecamatan tersebut. Dengan adanya kedua kawasan
perkotaan ini maka system perkotaan dan Satuan Wilayah Pengembangan
daplat dibentuk di Kabupaten Bolaang Mongondow, di dalam Satuan Wilayah
Pengembangan tersebut terdapat Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan.
Tabel berikut memperlihatkan rencana pembentukan Rencana Struktur Ruang dan
Satuan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Bolaang Mongondow.
Sesuai dengan kebijakan Nasional penataan ruang, serta visi, misi, dan tujuan
pembangunan Kota Bolaang Mongondow, maka kebijakan dasar penataan ruang
witayah Kota Bolaang Mongondow ditetapkan sebagai berikut:
a. Membangun struktur ruang yang berhirarki untuk meningkatkan
efisiensi sarana dan prasarana.
b. Membangun infrastruktur yang mendukung kegiatan budidaya yang
bernilai ekonomi, khususnya sektor air bersih, energi listrik, telekomunikasi, dan
pengelolaan persampahan.
c. Membangun Ruang-ruang. Terbuka Hijau untuk mendapatkan kondisi iklim
dan lingkungan fisik kota yang sehat dan nyaman.
d. Memprioritaskan pengembangan pusat-pusat kegiatan jasa,
perdagangan, industri pertanian dalam pengertian luas yang
menyebarkan pengaruh kegiatan dibawahnya.
e. Menetapkan kawasan strategi. Potensi perekonomian wilayah dengan
kegiatan unggulan dikembangkan dalam konteks menjangkau peluang pasar yang
lebih luas, terutama di kawasan Regional.
f. Membuka peluang bagi penyelesaian konflik kepentingan pemanfaatan
ruang, baik antara kepentingan Provinsi dan Kota; antar sektor; dan antara
fungsi konservasi dengan fungsi budidaya.
g. Membatasi kepadatan di daerah permukiman yang berada di kawasan rawan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Strategi dasar penataan ruang wilayah di Kota Bolaang Mongondow
ditetapkan sebagai berikut:
1. Penetapan neraca lahan secara seimbang sesuai dengan amanat UU No. 26
tahun 2007 tentang penataan ruang dan demi kelestarian lingkungan hidup.
2. Pengalokasian ruang bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat kinerja pusat
dan sub pusat kegiatan wilayah Kota Bolaang Mongondow. Pusat utama Bolaang
Mongondow akan didukung secara hirarkis oleh pusat - pusat lainnya pada
ordinasi yang lebih rendah.
3. Pengalokasian ruang bagi pengembangan perumahan rakyat untuk
memenuhi kebutuhan satu rumah bagi setiap keluarga
4. Pengalokasian ruang bagi pengembangan kegiatan-kegiatan strategis seperti
jasa dan perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan industri pertanian.
5. Pengalokasian ruang berupa sentra-sentra produksi pangan dan industry
pertanian bagi kegiatan-kegiatan untuk membangun citra penguasaan
teknologi pangan bagi Kota Bolaang Mongondow.
6. Pengalokasian ruang untuk pengembangan infra struktur kawasan.
7. Penetapan kawasan strategis Kota terhadap sudut pandang Ekonomi,
Lingkungan Hidup dan kepentingan lainnya.
Penataan ruang wilayah Kota Bolaang Mongondow diselenggarakan
berdasarkan asas:
a. Manfaat, yaitu pemanfaatan ruang wilayah kota sesuai dengan potensi yang
terdapat didalamnya sehingga berdaya guna dan berhasil guna secara optimal;
b. Kelestarian, yaitu kewajiban mengingat dan menjaga sifat lingkungan alam dan
budaya warisan alam dan warisan budaya serta manfaat sosial dalam semua
tindakan dan kegiatan usaha yang dilakukan;
c. Keterpaduan, yaitu pengaturan atas semua penggunaan ruang dan sumber
daya yang ada, agar tercapai keserasian, keseimbangan dan keterkaitan yang
saling menguntungkan antara berbagai bentuk penggunaan, serta mengurangi
benturan kepentingan yang saling merugikan antara bentuk penggunaan ruang
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
d. Berkelanjutan, yaitu pemanfaatan sumber daya, agar kehidupan dan
penghidupan dapat tetap berlangsung dalam kualitas harapan yang semakin
meningkat; dan
e. Keterbukaan, Persamaan, Keadilan dan Perlindungan Hukum, yaitu
keterbukaan rencana tata ruang wilayah kota untuk umum dengan mewajibkan
setiap orang berperan serta dalam memelihara kualitas ruang wilayah kota dan
mentaati serta memperoleh manfaat dari rencana tata ruang wilayah kota.
Penataan ruang wilayah kota Bolaang Mongondow bertujuan untuk
memaksimalkan fungsi kawasan Bolaang Mongondow sebagai pendorong pusat
pertumbuhan ekonomi sektor jasa dan perdagangan, sosial dan budaya kawasan
sekitarnya dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
Kebijakan penataan ruang wilayah kota Bolaang Mongondow meliputi:
a. peningkatan akses ke fasilitas pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah kota yang merata dan berhierarki;
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu, merata
dan berkeadilan di seluruh wilayah kota;
c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup;
e. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi
daya;
f. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
g. pelestarian, peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup guna
mempertahankan, meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam;
h. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian kota yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian regional dan nasional; dan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah meliputi:
a. menjaga keterkaitan antar kawasan kecamatan, antara kawasan pusat kota
dan kawasan pinggiran kota, serta antara kawasan kota dan wilayah di sekitarnya;
b. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani
oleh pusat pertumbuhan yang sudah ada;
c. mengembangkan keterhubungan fungsional diantara pusat-pusat
pertumbuhan agar berfungsi secara sinergi sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi kawasan sekitarnya;
d. mengendalikan perkembangan kecamatan-kecamatan yang berbatasan
dengan wilayah kabupaten/kota lainnya agar tidak menimbulkan konflik
perbatasan; dan
e. mendorong pusat–pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah kecamatan di sekitarnya.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana meliputi:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi sebagai bagian dari sistim pembangunan ekonomi
kawasan;
b. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan
tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik; dan
c. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air.
Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan
hidup meliputi:
a. menetapkan kawasan lindung di ruang darat, termasuk ruang di dalam bumi;
b. mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah kota dengan luas
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kota sesuai dengan kondisi
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya dalam rangka mewujudkan
dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.
Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:
a. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup;
b. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan
dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
d. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
e. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk
menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
g. mengembangkan kegiatan budi daya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budi daya meliputi:
a. menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kota untuk
pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat termasuk ruang di dalam bumi
secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah
kota;
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
dalam kawasan pedesaan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan
untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah
sekitarnya;
c. mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik,
pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan
d. mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan di
wilayah pedesaan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:
a. membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan
bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian
akibat bencana;
b. menetapkan penyangga disekitar batas kawasan rawan bencana
c. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan
d. mengembangkan kegiatan budi daya yang dapat mempertahankan
keberadaan sentra-sentra pertanian didalam wilayah kota.
Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup meliputi:
a. menetapkan kawasan strategis kota berfungsi lindung;
b. mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis kota yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
c. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis kota yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
d. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis kota yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;
e. mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis kota yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kota meliputi:
a. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;
d. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
e. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
f. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengambangkan zona penyangga yang melindungi dan mendukung fungsi
kawasan pertahanan dan keamanan; dan
d. memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/TNI.
3.1.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana Kawasan Lindung di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow tahun
2010-2030 meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi: kawasan resapan air;
c. sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;
d. kawasan suaka alam kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan
pantai, sempadan, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: cagar alam
Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;
f. kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan
rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah
A. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun
sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Keppres
No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah:
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih,
dan/atau
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000
meter atau lebih.
Di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kawasan Hutan Lindung didasarkan pada
Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 :
250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.
Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah mencegah terjadinya
erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan.
Kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki
luas 195996.326 yang meliputi wilayah kecamatan Bilalang, Bolaang, Bolaang
Timur, Dumoga Barat, Dumoga Timur, Dumoga Utara, Lolak, Lolayan, Passi
Barat, Passi Timur, Poigar, Sangtombolang.
Rencana pengelolaan untuk kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut:
Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990
melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk
memudahkan pengendaliannya.
Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami
kerusakan dengan reboisasi.
Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman
yang sesuai dengan fungsi lindung;
Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan
pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai
ekosistem yang pernah ada.
Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar
tidak mengganggu fungsi lindung.
B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya, Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer)
yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air ditetapkan dengan
kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Perlindungan terhadap
kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi
peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan
kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Rencana Kawasan Resapan Air Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030
meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah
perbukitan sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah
meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan
secara besar-besaran, seperti Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-
puncaknya adalah G. Poniki, G. Matabulewa, G. Bumbungon. Daerah yang
memiliki kemiringan lahan > 40% ditetapkan sebagai kawasan resapan air.
C. Kawasan Lindung Setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air.
1. Sempadan pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan
sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan
Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah pantai dari
usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. .
Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Bolaang Mongondow mencakup pantai
utara terutama yang berpotensi abrasi, terdapat di sepanjang lintas utara trans
Sulawesi yaitu antara Kecamatan Sang Tombolang – Kecamatan Lolak –
Kecamatan Bolaang - Kecamatan Bolaang Timur - Kecamatan Poigar.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Bolaang
Mongondow adalah sebagai berikut :
Mencegah kegiatan di sepanjang sungai yang dapat menganggu kelestarian
fungsi pantai.
Permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu
dikendalikan aktifitasnya.
Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke
pantai/badan air.
Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar
tidak langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang
resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak
penampungan/IPAL.
Tidak menggunakan pantai/laut sebagai tempat pembuangan sampah.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai
fungsi lindung.
Menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami
dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana.
2. Sempadan sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
dan
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidka bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
Dalam implementasinya, penetapan sempadan sungai mengacu pada Permen PU
No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai,
Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis sempadan sungai
ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang berpengaruh terhadap
sungai pada saat ditetapkan :
a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) meter.
c. Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan
- sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas 500 km2 . Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan
dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan.
- sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas kurang dari 500 km2 , ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
d. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
- sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan.
- Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)
meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
e. Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai
jalur hijau.
Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan, adalah
tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan
penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta
bangunan sungai.
Rencana Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Bolaang Mongondow
2010-2030 mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten
Bolaang Mongondow, yaitu Sungai Poigar (perbatasan dengan Kabupaten
Minahasa Selatan), Ongkak Dumoga, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan sungai sebagai berikut:
Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu
dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
alirannya.
Kawasan pemukiman yang dilewati sungai harus memperhatikan batas
sempadan sungai menurut ketentuan yang ada, antara lain Permen PU No.
63/PRT/1993.
Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke
sungai.
Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumahtangga agar
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak
penampungan/IPAL.
Tidak menggunakan sungai sebagai tempat MCK.
Menanami kawasan sempadan sungai dengan vegetasi permanen.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi
lindung.
3. Kawasan sekitar waduk
Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan di sekeliling danau yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
waduk/danau. Wilayah tersebut adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya
proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan perlindungan terhadap kawasan
sekitar danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang
dapat mengganggu pelestarian fungsi danau.
Rencana Kawasan Sekitar Danau di Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030
meliputi kawasan di sekitar Danau Iloloi.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sekitar Danau adalah sebagai berikut:
Mencegah kegiatan budidaya di sekitar danau yang dapat mengganggu
kuantitas air danau dan merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.
Menanami kawasan sekitar danau dengan vegetasi permanen.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sekitar danau dengan
mengarahkan penggunaan lahan yang memiliki penutupan lahan tinggi.
4. Kawasan sekitar mata air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata
air. Kriteria yang digunakan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan PP No. 26 tahun
2008 tentang RTRWN, untuk mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua
ratus) meter di sekitar mata air sebagai kawasan lindung. Perlindungan kawasan
sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030
mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi
masyarakat.
Rencana Pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air adalah sebagai berikut:
Mencegah kegiatan budidaya di sekitar mata air yang dapat mengganggu
kuantitas air dan merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.
Menanami kawasan sekitar mata air dengan vegetasi permanen.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sekitar mata air dengan
mengarahkan penggunaan lahan yang memiliki penutupan lahan tinggi.
Mengupayakan pembebasan lahan yang telah dikuasai penduduk dengan
penggantian yang layak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai hutan lindung.
Pembuatan resapan air di daerah permukiman, penghijauan di luar
kawasan hutan dan reboisasi di dalam kawasan hutan.
D. Kawasan Suaka Alam; Pelestarian Alam; Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang termasuk dalam
Kawasan Lindung Nasional (Lampiran VIII, PP No. 28 Tahun 2008) yang berada di
Kabupaten Bolaang Mongondow adalah kawasan Cagar Alam Gunung Ambang dan
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Di samping itu, terdapat juga
kawasan-kawasan yang belum termasuk dalam kawasan-kawasan lindung nasional sehingga dengan
demikian ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi, seperti kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan
1. Cagar Alam Gunung Ambang
Penunjukan Cagar alam Gn. Ambang berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 359/Kpts/Um6/1978 memiliki luas 8.638 ha. Kawasan ini telah
diperluas menjadi 18.765,4 ha berdasarkan Tata Batas Definitif Kawasan Hutan
dan SK Menhutbun No.452/Kpts-II/99. Kawasan cagar alam ini terletak di
dalam tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten
Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Luas kawasan ini
yang terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 12.409 ha
Perlindungan terhadap kawasan cagar alam dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam
bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya. Berdasarkan tujuan di atas maka rencana pengelolaan yang ditetapkan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Pengelolaan kawasan cagar alam sesuai dengan tujuan perlindungannya
Kegiatan budidaya tidak diperkenankan, kecuali kegiatan yang berkaitan
dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan
lahan, serta ekosistem alami yang ada.
Pengembangan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata
Alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/ rekreasi
alam.
2. Kawasan pantai berhutan bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan
habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada
perkehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau,
tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung panati dan
pengikisan air laut.
Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling
sedikit 130 (seratus tiga puluh) kalinilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi
dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
3. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
pariwisata, rekreasi dan pendidikan. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan
Taman Nasional adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan
pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan
dari pencemaran.
Kriteria kawasan lindung untuk taman nasional menurut PP No. 26 tahun 2008
adalah:
Kawasan berhutan dan bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa
yang beragam;
Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi
secara alami;
Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara
materi atau secara fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun
pendudukan manusia.
Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata alam.
4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan merupakan kawasan yang di
dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi ,
situs purbakala maupun bentukan geologi alami yang khas, yang mempunyai
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008
ditetapkan dengan Kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang
dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Tujuan Pemantapan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan adalah untuk
memelihara nilai sejarah, pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata
serta perlindungan dari kepunahan. Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan
Ilmu Pengetahuan (CBP) di Kabupaten Bolaang Mongondow berlokasi di
Rencana Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah
sebagai berikut:
Melestarikan dan melindungi kawasan lindung dari alih fungsi.
Melestarikan bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/ atau bernilai
arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai
sejarah .
Seperti kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
E. Kawasan Rawan Bencana Alam
Sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bahwa yang dimaksud dengan Bencana Alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana alam ini sangat sulit dideteksi namun dapat dipelajari dan dapat
dipetakan dimana wilayah yang kemungkinan besar akan terkena bencana
tersebut setelah terlebih dahulu dipelajari berbaqai karakteristik wilayahnya
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
topografinya, kelerengan, kondisi hidrologi, kondisi oseanografis, serta
penggunaan lahannya dan kondisi demografisnya serta infrastruktur wilayah.
1. Kawasan rawan tanah longsor
Berdasarkan hasil investigasi dan analisis kawasan-kawasan longsor yang ada di
Kabupaten Bolaangmongondow tersebar di berbagai wilayah Kecamatan.
Kecamatan-kecamatan yang wilayah rentan terhadap bahaya tanah longsor adalah
Kecamatan Dumoga Barat, Bilalang, Bolaang, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur dan
Poigar. Sedangkan yang rawan terhadap gerakan tanah adalah di Kecamatan
Dumoga Barat, Passi Timur, dan Sangtobolang. Adapun luasan wilayah yang
rentang terhadap gerakan tanah dan longsor dapat dilihat pada Tabel A.
Potensi gerakan tanah di zona ini termasuk pada klasifikasi tinggi, setempat
pada zona lapukan batuan dasar dijumpai gerakan tanah jenis aliran bahan
rombakan (debris flow) dan runtuhan batu (rock fall).
Tabel 3. 1 Persebaran Rawan Gerakan Tanah di Kabupaten Bolaang Mongondow
Dengan demikian maka di wilayah yang rawan bencana tanah longsor dan gerakan
tanah ini sebaiknya dibatasi pembangunannya terutama pembangunan
permukiman. Sebaiknya daerah ini dijadikan daerah hijau dengan memperbanyak
tanaman tahunan.
Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
NO.
JENIS GERAKAN
TANAH
KECAMATAN LUAS (HA)
1 Gerakan Tanah
Kec. Dumoga Barat 425.87
Kec. Passi Timur 412.80
Kec. Sangtombolang 971.86
2 Longsor
Kec. Dumoga Barat 792.34
Kec. Bilalang 1,226.17
Kec. Bolaang 1,408.41
Kec. Lolayan 0.02
Kec. Passi Barat 4,687.16
Kec. Passi Timur 109.11
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Secara umum, faktor
pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah curah hujan
yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis
batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola tanam yang tidak
mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik,
kendaraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan
kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi, adanya material
timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani,
adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau daerah pembuangan
sampah. Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di
daerah-daerah berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab
terjadinya longsor.
Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Tujuan
perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk melindungi manusia
dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau batuan yang
disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia.
Rencana Pengembangan Kawasan Rawan Tanah Longsor Kabupaten Bolaang
Mongondow 2010-2030 tersebar di kecamatan Dumoga barat, Bilalang, Bolaang,
Lolayan, Passi Barat, Passi Timur, Poigar.
Pengelolaan kawasan rawan longsor:
Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk
pembangunan fisik).
Pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat
dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya
diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk
menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya
rekayasa kondisi alam yang ada.
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera
dihentikan atau direlokasi.
Kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota, dan Hutan
Produksi/Hutan Rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan
seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem teras dan drainase
lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga
sedang.
2. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi
Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi terletak di wilayah pesisir utara
mulai dari Kecamatan Santobolang hingga Poigar. Persebaran lokasi dan luasan
untuk potensi bahaya pasang dan abrasi dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3. 2 Distribusi Kerawanan Bencana di Kabupaten Bolaang mongondow
Berdasarkan Tabel diatas dan dalam rangka mitigasi bencana alam, maka
pemerintah Kabupaten Bolaangmongondow wajib menetapkan batas-batas dan
pemetaan detail tentang kondisi kerawanan bencana yang akan menimpa di
lokasi di atas. Khusus untuk penanggulang abrasi upaya-upaya yang ditempuh
melalui usaha vegetative dengan cara penanaman bakau atau jenis pepohonan
pesisir lainnya. Selain itu cara-cara teknik sipil dengan menempatkan konstruksi
pemecah gelombang pada beberapa titik yang dianggap perlu.
Mengingat kondisi kegempaan di sekitar Kabupaten Bolaangmongondow cukup
besar maka sepanjang pesisir utara daerah ini adalah rawan tsunami, terutama
pada desa-desa yang terletak dekat pantai dengan topografi yang datar. Pada NO.
JENIS KERAWANAN
BENCANA KECAMATAN LUAS (HA)
1 Pasang
Kec. Lolak 2,404.37
Kec. Sangtombolang 1,410.36
Kec. Sangtombolang 246.32
Kec. Bolaang 410.57
Kec. Bolaang Timur 1,097.44
2 Abrasi
Kec. Lolak 449.78
Kec. Bolaang Timur 487.00
Kec. Poigar 451.40
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
wilayah dengan topografi datar dengan ketinggian wilayah hingga 5-10 meter
adalah daerah yang rawan terhadap tsunami.
Untuk mencegah dan mitigasi bencana yang ada di wilayah peisisir maka
Penetapan batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan dalam UU No. 27 tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil sebagai berikut:
a) perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
b) perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
c) perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir,
dan bencana alam lainnya;
d) perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove,
terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
e) pengaturan akses publik; serta
f) pengaturan untuk saluran air dan limbah.
Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan
membentuk variasi muka air laut dengan periode gelombang yang panjang.
Yang termasuk dalam kategori gelombang periode panjang, antara lain:
gelombang pasang surut (astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami,
dan gelombang badai (storm wave). Gelombang pasang surut (pasut) adalah
gelombang yang ditimbulkan oleh Gelombang pasang surut (pasut) adalah
gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan
planet‐planet lain terutama dengan bulan dan matahari. Gelombang ini
mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam.
a) Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam
dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) dan
pasang perbani (pasang kecil, neap tide). Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15
(saat bulan mati dan bulan purnama) posisi bulan‐bumi‐matahari berada
pada satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap
bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama dimana
tinggi pasang sangat besar disbanding pada hari‐hari yang lain. Sedangkan pada
sekitar tanggal 7 dan 21, dimana bulan dan matahari membentuk sudut
siku‐siku terhadap bumi maka gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi
saling mengurangi. Dalam keadaan ini terjadi pasang perbani, dimana
tinggi pasang yang terjadi lebih kecil dibanding dengan hari‐hari yang lain.
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang
tropis dengan kecepatan rata‐rata (34–64) knots di sekitar pusatnya.
c) Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan
kecepatan antara 10 sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat
angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang
pasang di Kabupaten Bolaang Mongondow meliputi pesisir pantai utara.
3. Kawasan rawan banjir
Kawasan rawan banjir yang ada di Kabupaten Bolaangmongondow, berdasarkan
peta kerawanan bencana dan hasil pengamatan di lapangan terletak di Kecamatan
Dumoga Barat, Dumoga Timur dan Dumoga Utara. Di ketiga kecamatan tersebut
banjir disebabkan oleh kondisi daerah aliran sungai yang ada dan kondisi
topografinya (Datar dan relatif cekung) lihat Tabel C. Selain itu banjir juga
terdapat di wilayah yang rawan akan Pasang, dimana saat pasang air laut terjadi
akan menggenangi wilayah tersebut seperti yang ada pada Tabel 3.3
Tabel 3. 3 Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bolaang Mongondow.
NO.
Banjir yang terjadi di tiga kecamatan tersebut selain dapat menggenangi
permukiman juga menggenangi sawah yang kemungkinan besar dapat
menyebabkan banyak kerugian. Penanggulan banjir di tiga kecamatan
sebagaimana pada tabel 3.4 dilakukan dengan melakukan perbaikan daerah aliran
sungai yang ada dengan cara melakukan reboisasi daerah-daerah yang kritis,
khususnya di DAS Domoga bagian hulu dan tengah. Selain melakukan
reboisasi juga dilakukan tindakan konservasi lainnya seperti pembuatan
terasering pada lahan produktif yang mempunyai kemiringan lereng yang relatif
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Banjir pada umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai
alamiah serta system saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang
ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya
sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat
phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran
dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan
terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya.
Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi
atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat
dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika
terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi
aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air
sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.
Berdasarkan sumber airnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori:
Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas
penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan
sistem drainase buatan manusia.
Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat
pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia
seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai
akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungantidak
dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang
terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.
Kawasan Rawan Banjir di Kabupaten Bolaang Mongondow meliputi daerah muara
sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang Sungai. Daerah
yang sering terkena banjir, yaitu di sekitar Mopuya dan Imandi (Kecamatan
Dumoga Barat dan Kecamatan Dumoga Utara) dan daerah pantai utara di sekitar
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Rencana pengelolaan kawasan rawan banjir dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai dan pengendalian
larian air hujan di wilayah cekungan.
Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan
dari sampah dan memperbaiki struktur saluran.
Membangun bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun
saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan
menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang.
Mengkaji dan melakukan pelurusan sungai, pengerukan endapan, serta
perelokasian kawasan terbangun yang mengganggu fungsi sungai.
Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau
melalui media massa mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut.
Perlu ditetapkan Perda sempadan sungai.
Meningkatkan upaya pemeliharaan keseimbangan tata air dengan
melibatkan masyarakat untuk berperan serta dalam menahan larian air hujan
melalui peresapan-peresapan buatan.
F. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan rawan bencana alam geologi, dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
1. kawasan cagar alam geologi
Pengertian/definisi cagar alam adalah suatu tempat yang dilindungi baik dari
segi tanaman maupun binatang yang hidup di dalamnya yang nantinya dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan di masa kini dan masa mendatang.
Khusus Kawasan Cagar alam geologi adalah cagar alam yang ditetapkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan geologis antara lain daerah itu
mempunyai fosil yang sangat berharga bagi sejarah kehidupan, daerah tersebut
mempunyai struktur geologi yang kompleks sehingga dapat digunakan untuk
laboratoriumm alam geologis contohnya Cagar Alam Geologi karang Sambung di
Jawa tengah. Karakteristik geologis lainnya adalah jenis batuan dan memiliki
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
pengetahuan dan atau pariwisata sehingga memenuhi syarat sebagai kawasan
keunikan batuan dan fosil.
Dengan demikian Kriteria kawasan cagar alam geologi adalah kawasan yang
Mengkaji dan melakukan pelurusan sungai, pengerukan endapan, serta
perelokasian kawasan terbangun yang mengganggu fungsi sungai.
Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau
melalui media massa mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut.
Perlu ditetapkan Perda sempadan sungai.
Meningkatkan upaya pemeliharaan keseimbangan tata air dengan
melibatkan masyarakat untuk berperan serta dalam menahan larian air hujan
melalui peresapan-peresapan buatan.
F. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan rawan bencana alam geologi, dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
2. kawasan cagar alam geologi
Pengertian/definisi cagar alam adalah suatu tempat yang dilindungi baik dari
segi tanaman maupun binatang yang hidup di dalamnya yang nantinya dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan di masa kini dan masa mendatang.
Khusus Kawasan Cagar alam geologi adalah cagar alam yang ditetapkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan geologis antara lain daerah itu
mempunyai fosil yang sangat berharga bagi sejarah kehidupan, daerah tersebut
mempunyai struktur geologi yang kompleks sehingga dapat digunakan untuk
laboratoriumm alam geologis contohnya Cagar Alam Geologi karang Sambung di
Jawa tengah. Karakteristik geologis lainnya adalah jenis batuan dan memiliki
keragaman batuan dan atau fosil yang bersifat langka, mempunyai nilai ilmu
pengetahuan dan atau pariwisata sehingga memenuhi syarat sebagai kawasan
keunikan batuan dan fosil.
Dengan demikian Kriteria kawasan cagar alam geologi adalah kawasan yang
memiliki wujud dan cirri geologi unik, langka dan khas sebagai hasil proses
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Mendasarkan hal-hal tersebut diatas maka untuk kabupaten
Bolaangmongondow, kawasan yang mempunyai parameter tersebut hingga kini
belum teridentifikasi. Oleh karena itu hal ini harus dilakukan kajian dan penelitian
lebih lanjut sebelum diusulkan ke Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
Republik Indonesia.
2. kawasan rawan bencana alam geologi
disebabkan lokasi kabupaten yang terletak pada pertemuan 4 lempeng tektonik
utama, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Fhilipine
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah. Pertemuan empat lempeng
tersebut mengakibatkan mekanisme tektonik dan geologi di wilayah ini
menjadi lebih rumit. Wilayah ini juga memiliki struktur island-arc dengan
karakteristik physiografik yang unik seperti palung samudera yang dalam,
geanticlines belt, volcanic inner arc, dan marginal basin.
Gambar 3. 3 Jalur Pergerakan Lempeng Tektonik
Berdasarkan SNI-1726 2002 Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa seperti
ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Dimana wilayah gempa 1 adalah
wilayah dengan kegempaan yang paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah
wilayah dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa
rencana dengan periode ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap
wilayah gempa ditetapkan dalam tabel dibawah ini. Wilayah Kabupaten
Bolaang Mongondow terletak pada zona wilayah 5 yaitu zona tinggi dengan
percepatan puncak batuan dasar mencapai 0.25 g. Melihat urain diatas dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Bolaangmongondow berpotensi untuk
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
Gambar 3. 4 Pembagian Wilayah Gempa di Indonesia
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan
mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah
tersebut menimbulkan percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan
mengalami gaya berdasarkan rumus F = m x a. Namun struktur pada umumnya
memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan gaya vertikal dibandingkan
dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa vertikal harus diperhitungkan untuk
unsur-unsur struktur gedung yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban
gravitasi seperti balkon, kanopi dan balok kantilever berbentang panjang, balok
transfer pada struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau
lebih tingkat diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan
gaya gempa lateral bekerja pada setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan
tiga kriteria standar sebagai berikut:
Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan
arsitektural tapi bukan merupakan kerusakan struktural
Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada
gempa kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan
bangunan runtuh. Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya
probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat
daktilitas struktur yang mengalaminya, dan oleh kekuatan lebih yang terkandung
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow
kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya adalah gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat
daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan
faktor kuat lebih f1 untuk struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6.
Dengan demikian, beban gempa nominal adalah beban akibat pengaruh gempa
rencana yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama didalam struktur
gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih f1.
Oleh karena itu struktur bangunan yang akan dibangun di wilayah kabupaten ini
harus memperhatikan faktor kegempaan ini, agar bangunan yang ada aman
terhadap gempa yang mungkin terjadi. Secara mikro wilayah yang kemungkin
besar mempunyai resiko besar terhadapat terjadi gempa di Kabupaten Bolaang
Mongondow adalah pada wilayah yang dilalui oleh sesar aktiv. Sesar aktif yang
ditunjukkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3. 5 Peta Bencana Geologi Pada Zona Sesar Di Kabupaten Bolaang Mongondow Dengan Buffer 200 M
Dengan banyaknya desa dan permukiman yang dilalui jalur sesar di Kabupaten
Bolaang Mongondow maka hal ini menjadi kewaspadaan bagi pemerintah dalam
pelaksanaan penataan bangunan dan gedung yang ada dan yang akan dibangun.
Peran serta dan tanggung jawab pemerintah terhadap mitigasi bencana Didalam
UU No 24 Tahun 2007 secara umum adalah bertanggung jawab dalam