• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data Fokus Penelitian 1. Upaya Pembangunan Infrastruktur

4) Rencana Relokasi Infrastruktur

Dampak bencana akibat lumpur Sidoarjo yang mengganggu kawasan permukiman yang padat penduduknya, selain menimbulkan dampak sosial kemasyarakatan, juga mengganggu kondisi dan fungsi infrastruktur vital yang berada di sekitar pusat semburan yakni jalan tol segmen Porong – Gempol, jalan kereta api Tanggulangin – Porong, jalan arteri Porong ruas Porong – Siring, jalur pipa PDAM dari Umbulan dan Pandaan ke Surabaya, jaringan SUTT 150 KV dan 70 KV Waru – Buduran – Porong – Bangil, dan pipa gas Pertamina.

BPLS selain menangani dampak sosial, juga menangani dampak luapan lumpur terhadap infrastruktur yang ada di sekitar pusat semburan dengan melakukan relokasi infrastruktur yang terkena dampak. Pembangunan jalan tol Surabaya – Gempol (segmen Porong – Gempol) akan dilaksanakan oleh PT Jasa Marga, jalan kereta api Tanggulangin – Porong– Gunung Gangsir akan dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan, konstruksi & instalasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) akan dilaksanakan oleh PT PLN,jalan arteri

Porong ruas Porong – Siring serta konstruksi Relokasi Pipa Air Baku PDAM Kota Surabaya akan dilaksanakan oleh BPLS.

Untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang terjadi, maka pembangunan jalan tol Surabaya – Gempol (segmen Porong – Gempol), jalan arteri Porong ruas Porong – Siring dan jalan kereta api Tanggulangin – Porong – Gunung Gangsir dilengkapi dengan dokumen AMDAL yang meliputi ANDAL, RKL dan RPL. Maksud dilaksanakannya Studi AMDAL ini antaralain adalah untuk merumuskan tindakan pencegahan, penanggulangan danpengendalian dampak negatif maupun dampak positif yang ditimbulkan. Studi AMDAL Relokasi Infrastruktur telah diselesaikan pada tahun 2008. Gubernur Jawa Timur telah memberikan persetujuan ANDAL, RKL dan RPL Relokasi Jalan Tol Surabaya – Gempol (segmen Porong – Gempol) dan Jalan Arteri Raya Porong pada tanggal18 September 2008 melalui Surat Nomor: 660/3138/203.2/2008.

a. Rencana Relokasi Jalan Arteri Porong (Segmen Siring – Porong)

Jalan arteri Porong merupakan satu-satunya jalan arteri yang menghubungkan Surabaya dan Sidoarjo ke Malang dan Pasuruan selain melewati jalan tol Surabaya-Gempol. Dengan telah ditutupnya secara permanen jalan tol Surabaya – Gempol (Segmen Porong – Gempol), maka jalan arteri Porong merupakan jalur jalan ke arah selatan atau sebaliknya yang menampung beban lalu lintas yang cukup padat sehingga kemacetan sering terjadi pada jalur jalan tersebut.

Alternatif lain dari Surabaya ke Malang/Pasuruan adalah lewat jalur Surabaya – Krian – Mojosari – Kejapanan untuk menuju ke Malang – Pasuruan, sehingga memerlukan waktu tempuh yang lebih lama. Untuk mengatasi kemacetan dan melancarkan arus barang dan jasa, maka relokasi Infrastruktur jalan arteri Porong merupakan alternatif yang perlu direalisasikan agar jalur transportasi antara Surabaya – Malang – Pasuruan dapat lancar, sehingga pertumbuhan perekonomian dan investasi di Jawa Timur tidak terhambat.

Dalam rangka untuk dapat segera memulihkan kegiatan sektor ekonomi, terutama kelancaran distribusi arus barang dan jasa, pada tahun 2007 dilaksanakan pekerjaan Penyusunan Detail Desain Relokasi Jalan Arteri Porong (segmen Siring – Porong) dan Relokasi Jalan Tol Surabaya – Gempol (segmen Porong –Gempol). Akibat existing jalan Tol Surabaya – Gempol Km 36+100 s/d Jalan Raya Porong sampai saat ini masih dioperasikan, sedangkan pelaksanaan jalan arteri Paket – 1 yang berpotongan dengan jalan Tol tersebut juga harus dilaksanakan konstruksinya supaya keduanya berfungsi maka pada tanggal 20 September 2011 telah dilakukan pembahasan bersama oleh BPLS, BPJT, Ditjen Bina Marga, DPU

Bina Marga Prov dan DPU Bina Marga Kab Sidoarjo untuk mencari alternatif solusi. Sebagai tindak lanjut atas hasil pembahasan tersebut BPLS telah melakukan koordinasi dengan PT, Jasa Marga, BPJT dan Bina Marga untuk menyiapkan Review Design.

Pada tanggal 29 November 2011 Dirjen Bina Marga telah menyetujui pembongkaran overpass PT. Jasa Marga pada Km 36+200 guna memberikan keamanan dan kenyamanan pemakai jalan serta memperbaiki alignement horizontal jalan Tol menuju Arteri (Ramp 4) yang rencananya akan dilaksanakan oleh PT. Jasa Marga, namun sampai Desember 2012 pembongkaran overpass tersebut belum dilaksanakan karena Ramp 4 belum dibangun.Untuk sementara, sebagai akses penghubung dari jalan Tol menuju jalan arteri, PT. Jasa Marga telah membangun U - Turn di Km 37+250 dan Left Turn di Km 36+300, sedangkan sebagai penghubung jalan arteri menuju jalan Tol (existing) arah Surabaya, PT. Jasa Marga telah membangun Ramp-3.

Gambar 14. Rencana Relokasi Jalan Arteri Porong (Segmen Siring – Porong)

b. Rencana Relokasi Jalan Kereta Api Ruas Tanggulangin – Porong

Relokasi jalan kereta api Tanggulangin – Porong semula terintegrasi dengan relokasi jalan arteri Porong dan Relokasi pipa PDAM Surabaya. Rencana ini tidak dilaksanakan karena Kementerian Perhubungan/PT KAI merubah jalur kereta api di luar trase yang direncanakan.

Sesuai Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/333/KPTS/013/2008 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Relokasi Jalur Kereta Api Sidoarjo – Gunung Gangsir yang diawali dari Stasiun KA Sidoarjo, maka trase jalan kereta api yang semula terintegrasi dengan jalur arteri menjadi terpisah dan penanganannya dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan/PT KAI.

Gambar 15. Rencana Relokasi Jalan Kereta Api Ruas Tanggulangin – Porong

Selain dengan menggunakan upaya fisik, dalam suatu pembangunan juga menggunakan upaya lain, yaitu melalui upaya non fisik. Jika dalam upaya fisik hal yang ditekankan pembangunan yang bersifat nyata atau terlihat, atau wujud bangunan jadi contohnya jalan, jembatan dan lain sebagainya. Akan tetapi jika upaya non fisik lebih menekankan pada faktor manusia sebagai pelaku pembangunan. Karena dalam suatu pembangunan diperlukan peran aktif dari masyarakat, buaka berarti pemerintah saja. Berikut ini pernyataan dari dari staf ahli Bidang Permukiman Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang :

“Kami melakukan berbagai langkah-langkah non fisik dalam pembangunan, misalnya dengan melakukan penyuluhan atau melakukan sosialisai tentang program-program dinas. Lalu dengan meningkatkan peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan atau diberbagai bidang. Tidak hanya upaya fisik saja mbak, nggak bakal jalan proyeknya kalau Cuma fokus dipembangunan fisiknya saja” (Wawancara dengan Bapak Samsul Arifin, tanggal 9 Juli 2014 Pukul 12.00 WIB)

Selain melalui sosialisai, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo juga mempunyai kiat lain dalam melakukan upaya non fisik dalam rangka meningkatkan pembangunan infrastruktur yaitu dengan melakukan pebdataan desa yang perlu mendapatkan prioritas pembangunan dan diolah melalui data base. Seperti peryataan Kasi Pengawasan dan Perencanaan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo berikut ini :

“Kami baru selesai membuat trobossan dalam melakukan pendataan desa yang perlu mendapat prioritas pembangunan melalui database. Jadi kami gak perlu repo-repot dalam mencari desa mana yang perlu mendapatkan prioritas pembangunan, meskipun memang tidak sedikit desa yang harus pendapat prioritas akibat dampak bencana itu. (wawancara dengan Bapak Samsul Arifin tanggal 9 Juli 2014 pukul 12.45 WIB)

Faktor lain yang mempengaruhi upaya non fisik dalam suatu pembangunan adalah kesiapan sumber daya manusia dalam menerima dan melakukan suatu perubahan lingkungannya agar menjadi lebih baik. Karena faktor

sumber daya manusia yang kurang mendudkung maka dalam mewujudkan suatu pembangunan yang diharapkan tidak akan berjalan lancar. Selain sumber daya manusia pennyertaan dana partisipasi atau dana swadaya yang bersumber dari masyarakat serta pemahaman dari materi sosialisai yang akan dilakukan oleh pemerintah sangat berpengaruh dalam pembangunan suatu wilayah. Hal ini lebih penting yaitu penyiapan kelembagaan, karena suatu wilayah yang menentukan keberhasilan pembangunan dipengaruhi kelembagaan yang baik.

Sebelum melakukan berbagai upaya dalam pembangunan, pemerintah Kabupaten Sidoarjo serta masyarakat mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Begitu pula dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo yang mempunyai tujuan dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur di suatu wilayah desa atau kecamatan. Menciptakan suatu kawasan desa atau kecamatan yang berwawasan lingkungan (bersih, indah dan nyaman) merupakan tujuan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo.