• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Dalam dokumen 09. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN (Halaman 30-36)

5. Arahan Pengembangan Angkutan Massal

6.2.2.5. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Arahan pengembangan prasarana sumberdaya air adalah upaya-upaya pengembangan prasarana sumberdaya air dalam rangka memenuhi berbagai kepentingan.Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air bersih diarahkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah yang sudahdikembangkan sebagai suplai sumber daya air CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang.

Adapun arahan pengembangan sumberdaya air di Provinsi Banten dikembangkan padalokasi :

b. Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

c. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

d. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

e. Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian.

d. Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian. f. Bendungan Cibaliung di Kabupaten Pandeglang untuk kebutuhan

pertanian.

g. Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang untuk kebutuhan pertanian.

h. Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang untuk kebutuhan pertanian.

i. Bendungan Pasar Baru di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir. j. Bendung Cisadane pintu sepuluh di Kota Tangerang untuk

pengendalian banjir.

k. Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang. l. Cekungan Air Tanah (CAT) Serang-Tangerang.

m. Cekungan Air Tanah (CAT) Labuhan. n. Cekungan Air Tanah (CAT) Malimping. o. Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta.

p. Situ/Waduk/Danau/Rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon diarahkan untuk kolam penyimpanan (retention pond).

Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait

dengan pengelolaan sumber daya air, dilakukan dengan

mempertimbangkan :

a. Daya dukung sumber daya air.

b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat. c. Kemampuan pembiayaan

d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air. e. Posisi Banten sebagai lumbung nasional.

Di samping itu, area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidakberubah fungsi menjadi peruntukan yang lain. Jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka perlu disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama. Berkenaan dengan hal tersebut, perencanaan prasarana pengairan harus disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis. Dalam revisi tata ruang wilayah Banten ini tidak direncanakan perluasan sawah, tetapi peningkatan pengairan dari irigasi non teknis atau setengah teknis menjadi irigasi teknis. Di samping itu direncanakan pula beberapa pemindahan sawah yang menempati lahan dengan fungsi lindung mutlak,

ke lahan dengan fungsi semusim sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

Gambar 6.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air 6.2.2.6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang digunakanlintas wilayah administratif, prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif, meliputi arahan pengembangan :

a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan perbatasan antara Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi DKI.

Arahan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang terpadudikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah harus sesuai dengan persyaratan teknis yang diamanatkan oleh UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan TPA Regional pada tahun 2010 harus menggunakan System t SanitaryLandfill.

Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Regional diarahkan pada TPST Bojong Menteng di Kabupaten Serang

yang nantinya dapat dimanfaatkan bekerjasama dengan Kota Serang, pengembangan TPST ini telah memenuhi syarat berdasarkan kajian site selection terhadap beberapa calon lokasi TPS, analisis berdasarkan SK SNI-7-11-1991-03 Dep. PU dan SK SNI-19-3242-1994 Dep. PU, kriteria dari direktorat geologi tata lingkungan. Selain itu pengembangan TempaPengolahan Sampah Terpadu (TPST) lainnya diarahkan di Desa Ciangir Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang yang merupakan program kerjasama antar daerah yakni Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada PP Nomor 50 Tahun 2007.

Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup. Jumlah konsumsi yang berlebihan dan banyaknya pembuangan sampah, merupakan penyebab utama dari semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup.

Wilayah yang dikembangkan sebagai tempat pembuangan akhir terletak di masingmasing Kabupaten dan Kota, yang digunakan sebagai pembuangan sampahnya. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola secara bersama antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan berperan aktif dalam mengenal alam sekitar.

- Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle dan sedikit ebannya terhadap lingkungan hidup.

- Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah sampah dan lain-lain.

- Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat.

- Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya.

b. Pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3.

Kawasan industri di Provinsi Banten memerlukan suatu pengolah limbah B3, maka limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan Kawasan Industri yang dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian diperlukan prasarana pengolah limbah terpadu yang lokasinya di arahkan di Kota Cilegon.

c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.

e. Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyediakan ruang untuk TPA dan/atau TPA terpadu.

6.2.2.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PADA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;

 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

 mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung;

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;

 menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah. 3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang;  mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya

kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di kawasan sekitarnya;

 mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan

mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;

Dalam dokumen 09. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN (Halaman 30-36)

Dokumen terkait