• Tidak ada hasil yang ditemukan

09. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "09. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 2017-2022 | VI-1

BAB VI

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Strategi merupakan Langkah langkah yang berisikan program indikatif untuk

mewujudkan visi, misi, pembangunan daerah, setiap strategi bisa untuk satu atau

beberapa sasaran atau sebaliknya satu sasaran menggunakan beberapa strategi.

Strategi memiliki parameter keberhasilan dan kegagalan yang berupa capaian

indikator kinerja, pengelolaan kapasitas birokrasi, sistem menejemen atau

implmentasi teknologi.

6.1 STRATEGI

6.1.1 Strategi pada RPJPD Provinsi Banten 2005 - 2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten tahun 2012-2017

tahap akselerasi I berakhir dan dilanjutkan dengan RPJMD Provinsi Banten

2018-2022. Tahap akselerasi II . Dalam menyelaraskan perencanaan daerah tersebut

merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Provinsi

[image:1.595.86.520.577.755.2]

Banten tahun 2005 – 2025 yang setiap tahapannya memiliki strategi dengan prioritas pembangunan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 6.1 Tahap RPJPD Provinsi Banten 2005 – 2025

RPJMD Ke-1 (2005-2007) RPJMD Ke-2 (2008-20012) RPJMD Ke-3 (2013-2017) RPJMD Ke-4 (2018-2022) RPJMD Ke-5 (2023-2025)

Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi

1

Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1

.Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Peningkatan Kesejahteraan Sosial ; 2 Peningkatan Kualitas

Sumber Daya Manusia; 2

Penanggulangan Kemiskinan, 2

Pemantapan

Kualitas Sumber 2

Peningkatan Daya Saing Sumber Daya 2

Pemantapan Daya Saing Sumber Daya 3 PeningkatanPertumbu

han Perekonomian; 3

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3

Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian;

3 Peningkatan Daya

Saing Perekonomian; 3

Pemantapan Daya Saing

Perekonomian; Penanggulangan

(2)

6.2. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan merupkan rumusan yang merasionalisasi pilihan strategi agar agar

lebih terarah mencapai tujuan sasaran dalam waktu 5 tahun, memiliki fokus

berdasarkan Identifikasi permasalahan dan isu strategis, mengarahkan target

kinerja yang akan dicapai pada tingkatan strukur yang diperlukan untuk dapat

menguatkan penyelesaian masalah sesuai dengan target indikator kinerja outcome.

Sebagaimana tabel 6.2 Uraian Strategi dan arah kebijakan (terlampir)

Perekonomian; 4 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 4 Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; 4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Wilayah; 4 Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana wilayah;

4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 5 Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup;

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; 6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih; 7 Perencanaan dan Penataan Pelabuhan-Pelabuhan Lokal, Nasional, dan 7 Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis;. 7 Pengembangan dan Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis. 7 Pengembangan dan Pembangunan serta Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat

7

Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat Pertumbuhan dan RPJMD Ke-1 (2005-2007) RPJMD Ke-2 (2008-20012) RPJMD Ke-3 (2013-2017) RPJMD Ke-4 (2018-2022) RPJMD Ke-5 (2023-2025)

(3)
[image:3.842.28.789.161.511.2]

Tabel 6.2

Uraian Strategi dan Arah Kebijakan

Visi : BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL KARIMAH

Misi : 1. Menciptakan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.1 Mewujudkan kelembagaan pemerintahan daerah yang berakhlakul karimah dengan efektif, efisien,transparan, akuntabel,dan sumber daya aparatur berintegritas, berkompetensi serta melayani masyarkat

1.1.1 Meningkatnya akuntabilitas kinerja, Efektifitas, dan Kualitas Penyelenggaraan pemerintahan daerah

1.01 Meningkatkan Kualitas kelembagaan dan ketatalaksaan perangkat daerah

1.01 Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Pelaksanaan Program Kegiatan

1.02 Meningkatkan pelayanan publik yang dilakukan setiap perangkat daerah yang melayani langsung kepada masyarakat

1.02 Melakukan standarisasi bisnis proses pada setiap perangkat daerah dan mendetailkannya pada standar operasional dan prosedur (sop) pelayanan , serta meminta respon angket langsung untuk menuju pelayanan prima 1.03 Meningkatkan kinerja

peneyelenggaraan pemerintah daerah

1.03 Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

1.04 Meningkatkan akses keuangan daerah

1.04 Peningkatan kesejahteraan masyarakat masyarakat melalui kemudahan akses ke lembaga keuangan

pelayanan prima 1.05 Meningkatkan akses

perekonomian masyarakat

(4)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.06 Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hukum daerah

1.06 Peningkatan kualitas dan kuantitas kebijakan peraturan perundangan daerah

1.07 Meningkatkan akses infrastruktur bagi masyarakat

1.07 Peningkatan kualitas kebijakan akses infrastruktut bagi masyarakat

1.08 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

1.08 Peningkatan kualitas kebijakan bidang kesejahteraan rakyat 1.09 Meningkatkan kinerja

Administrasi Pembangunan

1.09 Peningkatan kualitas kebijakan bidang administrasi pembangunan

1.10 Meningkatkan kualitas pelayanan pimpinan

1.10 Peningkatan kualitas pelayanan pimpinan

1.11 Meningkatkan kualitas pelayanan secretariat daerah

1.11 Meningkatkan kualitas pelayanan pimpinan daerah

1.12 Meningkatkan Fasilitasi, Koordinasi pelaksanaan urusan pemerintahan

1.12 Peningkatan Koordinasi, mediasi dan fasilitasi pelaksanaan urusan pemerintahan

1.33 Meningkatkan Fasilitasi Tugas dan Fungsi Anggota DPRD

1.34 Peningkatan Pelayanan Tugas dan Fungsi Anggota DPRD

1.1.2 Meningkatnya Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

1.13 Meningkatkan Kualitas Tata kelola Pemerintahan

1.13 Peningkatan Kualitas Penatausahaan Keuangan dan aset daerah

1.1.3 Meningkatnya Pengawasan

dan Pembinaan

penyelenggaraan

Pemerintahan untuk Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi

1.14 Mengoptimalkan peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)

(5)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.29 Meningkatkan Penerapan SPIP

1.31 Peningkatan Peran OPD dalam pelaksanaan SPIP

1.30 Meningkatkan Pembinaan penyelenggaraan

pemerintahan

1.32 Peningkatan Peran APIP dalam pencegahan Korupsi

1.1.4 Mewujudkan Pelayanan Pemerintah Yang Berbasis Teknologi Informasi

1.15 Meningkatkan pelayanan berbasis teknologi informasi

1.15 Peningkatan sarana prasarana teknologi informasi dan Sumber daya manusia

1.16 Meningkatnya

penyelenggaraan dan pelayanan aksesbilitas serta kapasitas Telekomunikasi, informasi dan teknologi informatika sebesar 100%

1.16 Peningkatan aksesbilitas serta kapasitas Telekomunikasi, informasi dan teknologi informatika

1.1.5 Meningkatkan Kualitas

Perencanaan dan

Penganggaran Pembangunan Daerah

1.17 Meningkatkan kualitas

perencanaan dan

penganggaran pembangunan daerah

1.17 Peningkatan perencananan dan penganggaran berbasis kinerja dan teknologi informasi

1.18 Meningkatkan kualitas Penelitian

1.18 Peningkatan Kualitas Analisis kebutuhan Penelitian

1.19 Meningkatkan kualitas pelayanan data dan informasi pembangunan daerah

1.19 Peningkatan Kualitas Pelayanan data dan Informasi berbasis Teknologi Informasi

1.1.6 Mewujudkan Reformasi Birokrasi Melalui Peningkatan Profesionalisme aparatur

1.21 Meningkatkan

Profesionalisme Aparatur

1.21 Peningkatan Pengelolan Sumber daya Aparatur

(6)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.1.7 Mewujudkan Reformasi Birokrasi melalui Peningkatan Kompetensi dan Integritas Aparatur

1.20 Meningkatkan kompetensi aparatur

1.20 Peningkatan Kualitas Sarana, Prasarana dan Sumber daya manusia serta standarisasi dan sertifikasi kompetensi

1.1.8 Meningkatkan Pendapatan Daerah

1.22 Meningkatkan Pelayanan Pendapatan Daerah

1.23 Peningkatan Tata Kelola Pelayanan pendapatan Daerah dan Pemanfaatan teknologi Informasi 1.1.9 Mewujudkan ketentraman dan

ketertiban umum daerah

1.23 Meningkatkan Penegakan Peraturan Daerah Serta ketentraman dan ketertiban umum daerah

1.24 Penegakan Peraturan daerah yang mendukung pelayanan publik dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban umum daerah 1.1.10 Mewujudkan Wawasan

Kebangsaan, Keamanan dan Stabilitas Daerah untuk mendukung NKRI

1.24 Meningkatkan Wawasan Kebangsaan

1.25 Peningkatan Peran Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan

1.31 Meningkatkan keamananan dan stabiitas daerah

1.33 Peningkatan Peran Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan dalam menjaga keamanan dan stabilitas daerah

1.1.11 Mewujudkan Sistem Penanggulangan

Kebencanaan yang efektif

1.25 Meningkatkan Mitigasi dan Pengurangan Resiko Bencana

1.26 Peningkatan koordinasi penanggulangan kebencanaan 1.26 Meningkatkan Ketersediaan

Peralatan dan Logistik, Prabencana dan Tanggap Darurat Bencana

1.27 Meningkatkan Ketersediaan Peralatan dan Logistik, Prabencana dan Tanggap Darurat Bencana 1.27 Meningkatkan Pemulihan

Kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana pasca bencana

(7)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.1.12 Terkendalinya Laju Pertumbuhan Penduduk

1.28 Meningkatkan Pengendalian Penduduk

1.29 Peningkatan Kerjasama dengan Kabupaten Kota untuk pengendalian pertumbuhan penduduk

1.1.13 Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan

1.32 Meningkatkan Tertib Administrasi Kependudukan

1.30 Peningkatan Kerjasama dengan Kabupaten Kota untuk tertib administrasi Kependudukan

Misi : 2. Membangun dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

2.1 Meningkatkan infrastruktur daerah yang berkualitas dalam mendukung kelancaran arus barang, orang dan jasa yang berorientasi pada peningkatan pembangunan wilayah dan perekonomian daerah

2.1.1 Meningkatnya kualitas infrastuktur jalan, jembatan, Penanggulangan Banjir dan Abrasi, serta Ketersediaan Air Baku

2.01 Meningkatkan Kualitas infrastruktur Jalan

2.01 Pembangunan dan Pemeliharaan infrastruktur Jalan yang mendukung kawasan strategis, potensi Kemaritiman, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kawasan Agrobisnis

2.02 Meningkatkan Kualitas infrastruktur Jembatan

2.02 Pembangunan dan Pemeliharaan infrastruktur Jembatan yang mendukung kawasan strategis, potensi Kemaritiman, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kawasan Agrobisnis

2.03 Meningkatkan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir

2.03 Peningkatan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir 2.04 Meningkatkan Kualitas

Tampungan dan

Penyediaan Air Baku

2.04 Pembangunan,

(8)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

2.05 Pembangunan Bendung, empang dan situ

2.05 Meningkatkan Sarana dan Prasarana jaringan irigasi

2.06 Pembangunan,

Pemeliharaan dan Pengembangan jaringan Irigasi

2.06 Meningkatkan

Profesionalisma Badan Usaha Jasa Konstruksi

2.07 Penigkatan SumberDaya Badan Usaha Jasa Konstruksi

2.1.2 Meningkatnya Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang

2.07 Meningkatkan Kualitas Perencanaan Penataan Ruang dan Pemanfaatan Ruang

2.08 Peningkatan kualitas Regulasi Penataan dan Pemanfaatan Ruang

2.1.3 Terwujudnya Perumahan dan Pemukiman yang layak. Ketersediaan Air Minum dan Sanitasi lingkungan, Pengelolaan Sampah regional, dan Penyediaan Sarana dan prasarana gedung Strategis Provinsi

2.08 Meningkatkan penataan dan penatagunaan kawasan perumahan dan permukiman

2.17 Penataan Kawasan Permukiman, Infrastruktur Permukiman kumuh

2.09 Meningkatkan Sistem Tata Air Terpadu

2.09 Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Regional

2.10 Meningkatkan pengeloaan sarana dan prasarana lingkungan yang sehat

2.10 Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan yang sehat 2.11 Meningkatkan pengeloaan

sarana dan prasarana persampahan

(9)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

2.12 Meningkatkan pengelolaan gedung, sarana dan prasarana strategis provinsi

2.12 Peningkatan pengelolaan gedung, sarana dan prasarana strategis provinsi

2.1.4 Meningkatnya keselamatan dan kenyamanan lalulintas

2.13 Meningkatkan manajemen rekayasa lalulintas

2.13 Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi 2.14 Meningkatkan sarana dan

prasarana kelengekapan jalan

2.14 Pembangunan sarana dan Prasarana kelengkapan Jalan 2.15 Penyusunan Regulasi dan

Pedoman Standar Pelayanan Transportasi

2.15 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi

2.16 Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi

2.16 Pembangunan Sarana dan prasarana trasnportasi

Misi : 3. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan Pendidikan berkualitas

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

3.1 Mewujudkan Akses dan kualitas pendidikan menuju kualitas sumber daya manusia yang berakhlakul karimah dan berdaya saing

3.1.1 Meningkatnya Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan Menengah dan Khusus

3.01 Meningkatkan Akses Pendidikan dan penyedian biaya operasional sekolah Menengah

3.01 Peningkatan Akses layanan pendidikan menengah serta relevansi pendidikan

3.09 Meningkatkan Mutu Pendidikan dan penyedian biaya operasional sekolah Khusus

3.09 Peningkatan kualitas layanan pendidikan khusus serta relevansi pendidikan

3.1.2 Terwujudnya Sumberdaya Manusia yang Berkarakter

3.02 Meningkatkan perlindungan,

pemanfaatan dan pengembangan

kebudayaan

(10)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

3.1.3 Meningkatnya kualitas peran pemuda dan Olah Raga

3.03 Meningkatkan partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan berbasis komunitas

3.03 Peningkatan kelembagaan karang taruna dan/atau organisasi lain yang berafiliasi dengan kepemudaan

3.04 Meningkatkan prestasi olahraga di berbagai event

3.04 Peningkatan sarana dan prasarana olahraga

3.1.4 Meningkatkan kualitas

kelembagaan PUG

(Pengarusutamaan Gender) dan PUHA

3.05 Meningkatkan

pengarusutaaman gender pada semua sektor

3.05 Peningkatan peran perempuan yang dapat meningkatkan partisipasi pendidikan, kualitas kesehatan serta peningkatan perekonomian keluarga 3.06 Meningkatkan Peran

Masyarakat dalam Penurunan Angka Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

3.06 Peningkatan/Penurunan angka Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 3.1.5 Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat

3.07 Meningkatkan Minat Baca masyarakat dengan peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan

3.07 Peningkatan sarana dan prasrana perpustakaan dan penerapan teknologi informasi

3.1.6 Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang berkualitas

3.08 Meningkatkan pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi, dan handal

(11)

Misi : 4. Meningkatkan Akses dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Berkualitas

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

4.1 Mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan banten menuju sumber daya manusia banten yang berdaya saing

4.1.1 Meningkatknya Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan

4.01 Meningkatkan akses dan kualitas Upaya Kesehatan Perorangan

4.01 Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan pelayanan kesehatan, Peningkatan sumber daya kesehatan dan kefarmasian

4.02 Meningkatkan

Pelayanan Kesehatan Keluarga

4.02 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lansia 4.03 Meningkatkan akses dan

kualitas Upaya Kesehatan Masyarakat

4.03 Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan kesehatan masyarakat, Pencegahan dan pengendalian penyakit

Misi : 5. Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1 Meningkatan perekonomian banten melalui kualitas pengelolaan keuangan daerah yang baik, pengembangan sumber daya alam dan Inovasi daerah yang memberikan solusi terhadap pengangguran dan kemiskinan

5.1.1 Meningkatnya Investasi PMA

dan PMDN serta

Meningkatnya Peringkat Banten pada Kemudahan Berusaha

5.01 Meningkatkan iklim

investasi, dan

Meningkatkan promosi Potensi investasi

5.01 Peningkatan investasi dalam negeri (PMDN), dan PMA dengan mendorong kemitraan PMA dan PMDN, serta kebijakan pemanfaatan bahan baku local

5.02 Meningkatkan pelayanan melalui kemudahan perizinan, serta meningkatkan kepuasan masyarakat

(12)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.2 Meningkatnya Pertumbuhan

Ekonomi Sektor

Perindustrian

5.03 Meningkatkan

pengembangan sektor industri

5.03 Pengembangan perwilayahan Industri melalui pembentukan sektra industri Kecil pada kawasan dan luar kawasan industri

5.04 Pengembangan SDM yang berkualitas dan berdaya saing

5.05 Peningkatan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan pengawasan barang/jasa yang beredar

5.06 Pengembangan kualitas produk industri kecil

5.1.3 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan dan menjaga Stabilitas Inflasi

5.04 Meningkatkan Stabilitas Harga Komoditas penting dan stratgeis

5.07 Peningkatkan Efesiensi Sistem dan Distribusi Logistik melalui Pembangunan Pusat Distribusi provinsi dan sistem informasi komoditas penting dan strategis 5.05 Memperluas pangsa pasar

Ekspor dan luar Daerah

5.08 Pemanfaatan peran Perwalikan perdagangan di luar negeri dan luar daerah dalam meningkakan akses pasar komidatas unggulan provinsi banten

5.06 Meningkatkan daya saing Produk berbasis keunggulan lokal

5.09 Peningkatan Standarisasi, Mutu Produk, kelembagaan dan Regulasi Pro Konsumen

5.1.4 Meningkatnya Pertumbuhan Sektor Perikanan

5.08 Meningkatkan produksi, Nilai Tambah daya saing Produk Kelautan dan perikanan

(13)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.5 Meningkatkan ketersediaan bahan pangan

5.09 Meningkatkan ketahanan pangan dengan upaya meningkatkan Ketersediaan Pangan, mengoptimalkan Sumberdaya Pangan, Cadangan Pangan dan Distribusi Pangan.serta kestabilan harga pangan

5.12 Peningkatan Ketersedian Pangan yang di dukung oleh Infrasruktur yang berkualitas untuk menjamin kestabilan stok pangan daerahPemeliharaan infrastruktur Jalan jembatan dan irigasi yang mendukung kestabilan stok pangan daerah

5.1.6 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pariwisata

5.10 Meningkatkan jumlah Kunjungan Wisatawan melalui Pengelolaan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Produk Pariwisata, Pengembangan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan menggunakan teknologi informasi

5.13 Peningkatan jumlah destinisasi wisata yang berkualitas dan didukung oleh akses infrastruktur

5.14 Peningkatan Pengelolaan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi

5.15 Peningkatan Pengembangan pangsa pasar, kelembagaan dan kemitraan pariwisata

(14)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.7 Meningkatnya Omset Koperasi

5.11 Meningkatkan koperasi aktif melalui penataan kelembagaan dan pengawasan,Pemberdayaan Koperasi, kemitraan strategis, pemanfaatan teknologi informasi

5.17 Kemudahan perizinan kelembagaan pembinaan dan pengawasan koperasi, untuk mencapai jumlah Pertumbuhan koperasi aktif dan sehat

5.18 Kemudahan akses inovasi produk, informasi teknologi dan pembiayaan bagi koperasi aktif

5.1.8 Meningkatnya jumlah wirausaha Menengah baru (WUB)

5.12 Meningkatkan Akses permodalan dan layanan kredit, pendampingan dan pengembangan usaha serta mendorong terwujudnya kemudahan kepastian dan perlindungan usaha

5.19 Peningkatan tumbuhnya wirausaha kelas menengah baru yang bergerak di sektor Usaha Kecil melalui pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, dan bimbingan teknis manajemen usaha, serta akses permodalan

5.1.9 Menurunnya PMKS 5.13 Meningkatkan

Pemberdayaan Masyarakat Miskin

5.20 Peningkatan pemberdayaan Sosial, Penanganan Fakir Miskin, Rehabilitasi Sosial, Perlindungan dan jaminan sosial, serta Penanganan Kelembagaan perawatan dan pengasuhan

5.1.10 Meningkatkan cakupan pelayanan kelistrikan dan energi terbarukan

5.14 Meningkatkan sapras kelistrikan dan EBT

5.21 Penyediaan peraturan, dokumen teknis, pengawasan dan pengendalian jaringan bidang ketenagalistrikan 5.1.11 Meningkatkan pengendalian,

pengawasan dan perijinan Geologi, Air Tanah, Mineral dan Batubara

5.15 Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan geologi, Air Tanah, Mineral dan Batubara

(15)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.12 Meningkatnya kualitas pertumbuhan ekonomi

5.16 Mengurangi jumlah desa tertinggal

5.23 Peningkatkan Penataan, pembinaan dan pengembangan Desa melalui Penataan dan Pembinaan Desa Adat serta Pembinaan Kelembagaan dan kerjasama desa

5.1.13 Meningkatnya Indeks Pembangunan

Ketenagakerjaan

5.17 Memperluas kesempatan dan penyediaan lapangan kerja

5.24 Penurunan tingkat pengangguran terbuka dengan meningkatkan layanan pencari kerja melalui pelatihan, pemagangan, kelembagaan dan akreditasi serta pembinaan produktifitas

5.18 Meningkatkan

Perlindungan dan pengawasan tenaga kerja

5.25 Peningkatan perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, termasuk norma kerja, serta norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, dan menciptakan hubungan industrial yang kondusif

5.26 Memperluas Cakupan BPJS ketenagakerjaan pada Pekerja sektor formal dan informal

5.22 Meningkatkan jaminan ketenagakerjaan

5.1.14 Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup

5.19 Meningkatkan

pengendalian pengawasan lingkungan hidup

5.27 Peningkatan kualitas air dan udara melalui pengelolaan sampah dan limbah

5.20 Meningkatkan Konservasi Daerah Aliran Sungai

5.28 Peningkatan Konservasi Daerah Aliran Sungai

5.1.15 Meningkatnya kualitas perencanaan, pengendalian dan perlindungan serta pemeliharaan Kehutanan

5.21 Meningkatkan Fungsi Hutan dan Kawasan Lindung

(16)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.16 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

5.07 Meningkatkan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, mekanisasi, dan rehabilitasi bidang pertanian

(17)

6.2.2 ARAH KEBIJAKAN TATARUANG WILAYAH

1. Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat pelayanan

dalam wilayah Provinsi Banten;

 mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;

 mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW);

2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang

merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah

Provinsi Banten;

 mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

 mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh

wilayah Provinsi Banten.

 mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan kereta api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis, dan terhubung

dengan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi/kabupaten/kota dan

simpul transportasi antar moda di Kota Cilegon, Tangerang, dan Bandara

Panimbang melalui pembangunan jaringan jalan tol;

6.2.2.1. Rencana Sistem Perkotaan

Arahan Sistem Pusat tersebut mengidentifikasikan bahwa di Provinsi

Banten akan terdapat beberapa jenjang sistem pusat, yaitu sebagai

berikut.

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang meliputi perkotaan antara lain

(18)

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang

Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, selain itu Kawasan

Perkotaan Serang dan Cilegon sesuai ketentuan dalam PP No. 26

Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat

Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang meliputi perkotaan antara lain

Pandeglang dan Rangkasbitung sesuai ketentuan dalam PP No. 26

Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional serta

RTRW Provinsi Banten 2002-2017. PKW tersebut merupakan

kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penyediaan prasarana dan

fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka

penguatan fungsi kota-kota tersebut. Adapun yang diusulkan sebagai

PKW Promosi (PKWp) antara lain perkotaan Panimbang, Bayah,

Maja, Balaraja dan Teluk Naga.

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi perkotaan antara lain Labuan, Cibaliung, Malingping, Tigaraksa, Kronjo, Anyar, Baros,

Kragilan. Dengan demikian, maka kotakota tersebut perlu didorong

sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan

skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Penyediaan

prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan

dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut sebagai Pusat

Kegiatan Lokal (PKL).

Pada Arahan Sistem perkotaan terdapat dua arahan pegelolaan kawasan

(19)

1. Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam

rencana struktur ruang nasional, Provinsi Banten ditetapkan sebagai

kawasan andalan dengan mengembangkan sistem kota-kota yang

sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan

dominannya. Adapun arahan pengelolaan kawasan perkotaan di

Wilayah Provinsi Banten, meliputi:

a. Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi

wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian,

perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta

transportasi, pergudangan dan sebagainya.

b. Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan

agrobisnis.

c. Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial

ekonomi mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan

produktifitasnya.

d. Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem

lingkungan perkotaan, mewujudkankesimbangan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, dan

meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah,

bersih dan nyaman

2. Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

(20)

susunan fungsi kawasansebagai tempat permukiman perdesaan,

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Pengembangan kawasan perdesaan dilakukan dengan dasar

pertimbangan ekonomi keruangan dan lingkungan dengan

mempertimbangan hirarki perdesaan sesuai dengan kriteria pusat

desa pertumbuhan. Pertimbangan ekonomi keruangan dalam hal ini

adalah untuk menciptakan keseimbangan perkembangan kawasan

perdesaan dengan kawasan perkotaan, dalam struktur

perekonomian. Kawasan perdesaan akan dikembangkan sebagai

kawasan ekonomi berbasis kepada kegiatan pertanian.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka arahan pengelolaan

kawasan perdesaan yang berada di Provinsi Banten merupakan

sistem perkotaan dalam wilayah provinsi yang berkaitan dengan

kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya terdiri dari Pusat

Kegiatan Lokal (PKL) dan pusat- pusat kecamatan yang berfungsi

sebagai pusat pengembangan untuk meningkatkan fungsi desa-desa

lainnya serta perlu diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana,

sehingga pengelolaan kawasan perdesaan dapat diarahkan sebagai

berikut:

a. Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan perdesaan dapat

berbentuk kawasan agropolitan.

b. Kegiatan budidaya lain yang berkaitan dengan pengembangan

pertanian, seperti industri pengolahan hasil pertanian, dapat

dilaksanakan pada kawasan ini.

c. Fungsi kegiatan pelayanan perkotaan dikembangkan pada

pusat-pusat permukiman perdesaan potensial, sebagai daerah

penyangga antara perdesaan dengan perkotaan.

d. Pola permukiman perdesaan dikembangkan dengan sedapat

mungkin adanya satu pusat permukiman perdesaan untuk setiap

kawasan tertentu, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial,

(21)

6.2.2.2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

1. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat

Arahan pengembangan sistem transportasi darat di Provinsi Banten,

dikelompokkan ke dalam golongan prasarana berikut ini : jaringan jalan

nasional, jaringan jalan propinsi, terminal penumpang jalan, jaringan

kereta api, jaringan penyeberangan, dan jaringan penghubung antar

pulau.

a. Arahan Pengembangan Jaringan Jalan Nasional

Perkembangan jalan nasional di wilayah Banten sudah baik,

tertata sesuai dengan hirarki dan tingkat perkembangan wilayah,

arahan struktur wilayah Banten, arahan pengembangan wilayah

perkotaan dan perdesaan maupun sentra-sentra perekonomian

wilayah. Rencana pengembangan jaringan jalan nasional di

Provinsi Banten meliputi jaringan jalan arteri primer, kolektor

primer, dan jalan tol/bebas hambatan.

a. Arahan Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi

Jalan propinsi berfungsi sebagai jalan kolektor primer dalam

sistem jaringan jalan primer. Jalan ini merupakan jalan

penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW

(Pusat Kegiatan Wilayah) dan antar PKW (Pusat Kegiatan

Wilayah). Jaringan jalan ini menghubungkan ibukota propinsi

dengan Ibukota Kabupaten/Kota, antaribukota kabupaten/kota,

dan jalan strategis propinsi. Jalan strategis propinsi adalah jalan

yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan propinsi

berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan

ekonomi, kesejahteraan dan keamanan propinsi. Rencana

pengembangan jaringan Jalan Provinsi diarahkan pada ruas

(22)

1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi

pada ruas Tangerang –Serpong – Batas Provinsi Jawa Barat sebagai akses penghubung wilayah Provinsi Banten – Provinsi Jawa Barat.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi

pada ruas Bayah – Cikotok – Citorek – Majasari – Cigelung – Rangkasbitung – Kopo – Cisoka – Tigaraksa – Serpong untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘ring selatan -timur’ ProvinsiBanten.

3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan pada ruas Pontang – Ciruas – Warung Gunung – Gunung Kencana – Malingping, ruas Warung Gunung – Cipanas, Rangkasbitung – Citeras – Tigaraksa untuk melengkapi perwujudan pengembanganjaringan jalan ‘cincin’ Provinsi Banten

4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi

dan kabupaten pada ruas Panimbang – Angsana – Munjul – Cikeusik – Muarabinuangeun, Panimbang – Citeureup – Banyuasih – Cimanggu – Cigeulis – Wanasalam – Malingping, Citeurep – Cibaliung – Cikeusik – Wanasalam - Malingping, Bayah – Cilograng – Cibareno – Batas Provinsi Jawa Barat untuk akses penghubung dan sekaligus pengembangan

wilayah Banten Selatan.

b. Arahan Pengembangan Terminal

Arahan pengembangan terminal di Provinsi Banten meliputi

terminal tipe A dan B, yaitu :

1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal

penumpang Tipe A meliputi Terminal Merak (Kawasan

Terminal Terpadu Merak - Kota Cilegon), Terminal Pakupatan

(23)

Terminal Kadubanen (Kabupaten Pandeglang), Terminal

Kaduagung (Kabupaten Lebak).

2. Pengembangan terminal penumpang Tipe B untuk melayani

angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan

kota/pedesaan meliputi Terminal Pandeglang

(KabupatenPandeglang), Labuan (Kabupaten Pandeglang),

Rangkasbitung (Kabupaten Lebak), Bayah (Kabupaten Lebak),

Malingping (Kabupaten Lebak), Ciputat (Kota Tangerang

Selatan), Balaraja (Kabupaten Tangerang), Cipocokjaya (Kota

Serang), Ciledug (Kota Tangerang), Cimone (Kota Tangerang),

Cadas (Kota Tangerang), Jatiuwung (Kota Tangerang), Tanara

(Kabupaten Serang), Cibeber (Kota Cilegon).

3. Pengembangan terminal pada kawasan-kawasan strategis untuk mendukung sektor pariwisata dan industri di wilayah

Bojonegara, Pulomerak, Ciwandan, Cikande, Balaraja, Anyer,

Carita, Banten Lama, Tanjung Lesung, Panimbang, Sumur. 4. Pengembangan Terminal Agribisnis di Kecamatan Ciruas

Kabupaten Serang yang melayani perpindahan barang hasil

pertanian.

5. Pengembangan alat pengawasan dan pengamanan jalan

berupa pembangunan jembatan timbang tetap (statis) pada

lokasi-lokasi strategis sesuai dengan kebutuhan transportasi

dan kepentingan penanggulangan muatan lebih.

c. Arahan Pengembangan Jaringan Kereta Api

Provinsi Banten dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak yang

melewati wilayah DKI Jakarta – Kabupaten Tangerang – Serang – Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Optimalisasi penggunaan

moda angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif terbaik

untuk mengatasi masalah kongesti lalu lintas jalan raya, di

(24)

Arahan pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian

meliputipengembangan jaringan jalur kereta api umum, jaringan

jalur kereta api khusus, dan stasiun kereta api.

d. Arahan Pengembangan Jaringan Penyeberangan

Kondisi sistem jaringan penyeberangan lebih diarahkan untuk

meningkatkan interaksi antar pulau. Adapun arahan

pengembangan jaringan transportasi penyeberangan di Provinsi

Banten adalah mengembangkan pelayanan angkutan

penyeberangan yang melayani pulau-pulau berpenghuni

diantaranya penyeberangan Cituis/ Tanjungkait/ Tanjungpasir – Kep. Seribu, Karangantu – Pulau Tunda, Grenjang – Pulau Panjang, Sumur – Pulau Panaitan, Muarabinuangeun – Pulau Deli, Labuan – Pulau Sangiang, Merak – Kepulauan anak Gn. Krakatau.

e.

Arahan Pengembangan Jaringan Penghubung Antar Pulau

Pembangunan Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau

Jawa denganPulau Sumatera untuk mendukung kelancaran lalu

lintas dan angkutan jalan pada koridor regional dan nasional Jawa – Sumatera sebagai alternatif pelayanan penyeberangan lintas Merak – Bakauheuni.

2. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut

Adapun rencana pengembangan transportasi laut diarahkan pada :

a. Mewujudkan pengembangan Pelabuhan Bojonegara sebagai

pelabuhan utama dalam satu sistem dengan Pelabuhan Tanjung

Priok (DKI Jakarta).

b. Mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Pengumpul Merak

dengan mengembangkan prasarana, sarana dan sistem

pengoperasian pelabuhan dan penambahan pelayanan kapal yang

(25)

kelancaran dankeselamatan pelayanan angkutan penyeberangan

lintas Merak – Bakauheni.

c. Mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan

Cigading sebagai terminal untuk kepentingan sendiri pada

kawasan industri di wilayah Cilegon.

d. Mewujudkan Pelabuhan Kubangsari sebagai pelabuhan

pengumpul.

e. Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan pelabuhan

pengumpan antara lain Pelabuhan Anyer, Pelabuhan Labuan,

Pelabuhan Muarabinuangeun, Pelabuhan Bojonegara Wadas, dan

Pelabuhan Bayah.

f. Pengembangan terminal khusus untuk mendukung potensi

industri, pariwisata, pertanian dan pertambangan di wilayah

Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

dan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Teluk Naga Kabupaten

Tangerang merupakan terminal khusus sebagai bagian dari

pengembangan Terminal Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta).

g. Pengembangan pelabuhan perikanan yaitu kewenangan pusat

meliputi peningkatan Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

sebagai Pelabuhan Nusantara di Kota Serang. Kewenangan

provinsi meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun di

Kabupaten Lebak, Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan, Carita,

Sukanegara, Sidamukti, Panimbang, Citeureup, Sumur, Cikeusik,

Tamanjaya di Kabupaten Pandeglang. Kewenangan kabupaten

meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungpasir dan Kronjo di

Kabupaten Tangerang, serta Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis di

Kabupaten Tangerang. Kewenangan kota meliputi Pangkalan

(26)

h. Mengembangkan pelayanan sarana dan prasarana pelabuhan laut

dan penyeberangan perintis yang melayani pulau-pulau kecil dan

terisolir.

i. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan

terminal khusus dalam rangka mewujudkan tatanan

kepelabuhanan yang efisien dan efektif.

j. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan pelayaran angkutan

laut dengan penyediaan fasilitas sarana bantu navigasi pelayaran

dan falitas keselamatan lainnya. mengembangkan sistem

pelayanan administrasi yang terpadu dalam rangka mendukung

pelayanan jasa kepelabuhanan dan kepabeanan.

3. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara

Kondisi sistem jaringan transportasi udara lebih diarahkan untuk

meningkatkan interaksi antar kawasan, sehingga arahan

pengembangan bandar udara di Provinsi Banten adalah:

a. Mengembangkan pelayanan sarana, prasarana dan sistem

pengoperasian Bandar Udara Soekarno Hatta sesuai dengan

fungsinya sebagai bandara pusat penyebaran primer yang secara

langsung melayani pergerakan orang dan barang dalam negeri

dan ke luar negeri.

b. Bandar Udara Budiarto di Kabupaten Tangerang sebagai bandar

udara yang diperuntukan khusus sebagai pusat pendidikan

penerbangan di Indonesia.

c. Kawasan Lapangan Terbang Pondok Cabe di Kota Tangerang

Selatan keberadaannya disesuaikan dengan pengembangan

potensi unggulan dan penataan ruang wilayah nasional dan

daerah serta dengan mempertimbangkan kepentingan pertahanan

(27)

d. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Gorda di Kabupaten

Serang sebagai bandar udara khusus untuk kepentingan

pertahanan dan sipil..

e. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Banten Selatan di

Kabupaten Pandeglang untuk mendukung pengembangan

potensi unggulan daerah pada sektor pariwisata, perikanan,

perkebunan dan pertambangan.

f. Mewujudkan pengembangan bandar udara khusus untuk

mendukung pertumbuhan kebutuhan pelayanan angkutan

barang ekspor impor.

g. Mengembangkan dan memantapkan jaringan pelayanan

angkutan udara pada rute-rute penerbangan domestik dan

internasional.

h. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan

pembangunan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

(KKOP).Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan

barang dari dan ke Provinsi Banten dengan menggunakan Bandar

Udara Soekarno-Hatta, maka yang diperlukan adalah rencana

pembangunan jalan bebas hambatan untuk meningkatkan

aksesibilitas ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

5. Arahan Pengembangan Angkutan Massal

Arahan pengembangan angkutan masal cepat di wilayah perkotaan

meliputipengembangan angkutan masal cepat di wilayah

Jabodetabekpunjur dalam sistem transportasi yang saling terkait

dengan sistem transportasi Provinsi DKI Jakarta dan pengembangan

angkutan massal perkotaan Cilegon – Serang – Pandeglang – Rangkasbitung (CISEPARANG). Penentuan teknologi angkutan

masal cepat yang akan diterapkan harus dilakukan melalui kajian

(28)

permintaan dan kemampuan pendanaan oleh Pemerintah. Layanan

angkutan umum massal perkotaan merupakan sebuah Public Service

Obligation (PSO) yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab

pemerintah. Penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan

dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, atau kerjasama antara

pemerintah dan swasta.

6.2.2.3. Rencana Sistem Jaringan Energi

Arahan pengembangan prasarana energi menekankan pada keberadaan

prasarana kelistrikan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Provinsi Banten terhadap energi listrik, meliputi :

a. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 1 Suralaya

Kota Cilegon dengan kapasitas 600 s.d 700 MW;

b. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 2 Labuan

Kabupaten Pandeglang dengan kapasitas 300 s.d 400 MW;

c. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 3 Lontar

Kabupaten Tangerang dengan kapasitas 300 s.d 400 MW;

d. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Banten atau PLTN

Banten perlu diatur kemudian dalam kawasan strategis pada wilayah

yang tidak bertentangan dengan kepentingan ekonomi dan

masyarakat;

e. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLT

Panas Bumi Kaldera Danau Banten di Kabupaten Pandeglang dan

Kabupaten Serang.

Prasarana migas adalah jaringan/distribusi minyak dan gas bumi

melalui pipa di darat dan laut, perkeretaapian dan angkutan jalan raya.

Sampai sekarang pertamina telah memiliki jaringan pipa bawah laut

yang menghubungkan dengan jalur Sumatera Selatan hingga ke Stasiun

(29)

yang sedang dikembangkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara. Untuk

lebih jelasnya mengenai rencana transmisi dan distribusi gas

Adapun arahan pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi

dikembangkan untuk :

a. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang

pengolahan dan/atau tempat penyimpanan setelah melalui koordinasi

dengan kabupaten/kota.

b. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat

penyimpanan ke konsumen setelah melalui koordinasi dengan

kabupaten/kota.

c. Pengembangan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang meliputi :

a. Pelaksanaan dan pengendalian usaha eksplorasi dan eksploitasi

secara berdaya guna, berhasil guna serta berdaya saing tinggi dan

berkelanjutan;

b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan daerah untuk

lebih mampu bersaing di tingkat nasional dan regional;

c. Mendorong terciptanya lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan hidup;

d. Rencana transmisi dan distribusi gas diarahkan di Kota Cilegon, Kota

Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,

dan Kota Tangerang Selatan.

6.2.2.4 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi adalah perangkat komunikasi dan pertukaran

informasi yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan

keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telekomunikasi

yang dikembangan, meliputi :

a. Jaringan terestrial

b. Jaringan satelit

(30)

perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang belum

terjangkau sarana prasarana telekomunikasi mendorong kualitas

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk meningkatkan

pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi dukungan dalam

pengembangan kemudahan jaringan telekomunikasi. Perkembangannya

hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana

prasarana telekomunikasi mendorong kualitas perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan.

Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah

memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan

telekomunikasi, dalam pengembangan sambungan kabel, telah

dikembangkan teknologi Fiber Optik yang mampu meningkatkan

kualitas suara dan jumlah sambungan, sedangkan pengembangan

teknologi seluler untuk mempercepat jumlah satuan sambungan

merupakan alternatif pengembangan telekomunikasi. Pengembangan

teknologi seluler mampu menumbuhkan peningkatan jumlah satuan

sambungan, mengingat teknologi ini lebih murah dibandingkan dengan

teknologi kabel.

6.2.2.5. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Arahan pengembangan prasarana sumberdaya air adalah upaya-upaya

pengembangan prasarana sumberdaya air dalam rangka memenuhi

berbagai kepentingan.Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk

air bersih diarahkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air

permukaan dan sumber air tanah yang sudahdikembangkan sebagai

suplai sumber daya air CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang.

Adapun arahan pengembangan sumberdaya air di Provinsi Banten

dikembangkan padalokasi :

b. Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan

air baku di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota

(31)

c. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air

baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai

jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten

Serang dan sekitarnya.

d. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku

industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan

air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang

dan sekitarnya.

e. Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan

pertanian.

d. Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian.

f. Bendungan Cibaliung di Kabupaten Pandeglang untuk kebutuhan

pertanian.

g. Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang untuk kebutuhan

pertanian.

h. Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang untuk kebutuhan

pertanian.

i. Bendungan Pasar Baru di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir.

j. Bendung Cisadane pintu sepuluh di Kota Tangerang untuk

pengendalian banjir.

k. Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang.

l. Cekungan Air Tanah (CAT) Serang-Tangerang.

m. Cekungan Air Tanah (CAT) Labuhan.

n. Cekungan Air Tanah (CAT) Malimping.

o. Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta.

p. Situ/Waduk/Danau/Rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak,

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang,

Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon

(32)

Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait

dengan pengelolaan sumber daya air, dilakukan dengan

mempertimbangkan :

a. Daya dukung sumber daya air.

b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat.

c. Kemampuan pembiayaan

d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.

e. Posisi Banten sebagai lumbung nasional.

Di samping itu, area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar

tidakberubah fungsi menjadi peruntukan yang lain. Jika areal tersebut

terpaksa harus berubah fungsi maka perlu disediakan lahan areal baru

yang menggantikannya dengan luasan minimal sama. Berkenaan dengan

hal tersebut, perencanaan prasarana pengairan harus disesuaikan

dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis. Dalam revisi tata

ruang wilayah Banten ini tidak direncanakan perluasan sawah, tetapi

peningkatan pengairan dari irigasi non teknis atau setengah teknis

menjadi irigasi teknis. Di samping itu direncanakan pula beberapa

pemindahan sawah yang menempati lahan dengan fungsi lindung

mutlak,

ke lahan dengan fungsi semusim sesuai dengan daya dukung

(33)
[image:33.595.86.518.64.372.2]

Gambar 6.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

6.2.2.6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang

digunakanlintas wilayah administratif, prasarana yang digunakan lintas

wilayah secara administratif, meliputi arahan pengembangan :

a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan

masalah sampah terutama di wilayah perkotaan perbatasan antara

Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi DKI.

Arahan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah

yang terpadudikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah

harus sesuai dengan persyaratan teknis yang diamanatkan oleh UU

No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan TPA

Regional pada tahun 2010 harus menggunakan System t

SanitaryLandfill.

Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

(34)

yang nantinya dapat dimanfaatkan bekerjasama dengan Kota Serang,

pengembangan TPST ini telah memenuhi syarat berdasarkan kajian

site selection terhadap beberapa calon lokasi TPS, analisis

berdasarkan SK SNI-7-11-1991-03 Dep. PU dan SK SNI-19-3242-1994

Dep. PU, kriteria dari direktorat geologi tata lingkungan. Selain itu

pengembangan TempaPengolahan Sampah Terpadu (TPST) lainnya

diarahkan di Desa Ciangir Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang

yang merupakan program kerjasama antar daerah yakni Kabupaten

Tangerang Provinsi Banten dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dengan mengacu pada PP Nomor 50 Tahun 2007.

Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk

kondisi lingkungan hidup. Jumlah konsumsi yang berlebihan dan

banyaknya pembuangan sampah, merupakan penyebab utama dari

semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup.

Wilayah yang dikembangkan sebagai tempat pembuangan akhir

terletak di masingmasing Kabupaten dan Kota, yang digunakan

sebagai pembuangan sampahnya. Untuk itu diperlukan adanya

perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola

secara bersama antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

- Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan

berperan aktif dalam mengenal alam sekitar.

- Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle

dan sedikit ebannya terhadap lingkungan hidup.

- Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah

sampah dan lain-lain.

- Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan

yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat.

- Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat

(35)

b. Pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3.

Kawasan industri di Provinsi Banten memerlukan suatu pengolah

limbah B3, maka limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh

kegiatan Kawasan Industri yang dibuang ke lingkungan hidup dan

diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Dengan

demikian diperlukan prasarana pengolah limbah terpadu yang

lokasinya di arahkan di Kota Cilegon.

c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai

dengan kaidah teknis.

d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan

daya dukung lingkungan.

e. Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyediakan ruang untuk TPA

dan/atau TPA terpadu.

6.2.2.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PADA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi

perlindungannya;

 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam

rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem

wilayah;

 mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung;

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;

 menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.

3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

(36)

 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi

masa depan;

4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang;  mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya

kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran

sungai dan beban di kawasan sekitarnya;

 mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan

mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;

6.2.3 ARAH KEBIJAKAN POLA RUANG

Dinamika penggunaan lahan suatu daerah dapat dilihat dari potensi yang dimiliki

serta kecenderungan perubahan fungsi lahan mungkin terjadi. Kecenderungan

perubahan fungsi dan pola penggunaan lahan sangat berkaitan dengan kondisi

eksisting serta kestabilan pemanfaatannya. Berikut kebijakan pola ruang Provinsi

Banten.

6.2.3.1 POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;

 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka

mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

(37)

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup

 menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.

3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

kerusakan lingkungan hidup;

 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang;

 mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di

kawasan sekitarnya;

(38)
(39)
(40)

6.2.3.2 POLA RUANG KAWASAN BUDI DAYA

1. Peningkatan produktivitas kawasan budidaya

 memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung serta kawasan bekas pertambangan harus direhabilitasi

menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;

2. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya

(41)

mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya

dengan mengalokasikan ruang dan akses masyarakat;

 mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan;

3. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan

 mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai ekonomi

tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada

kawasan tersebut;

 mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan

(42)
(43)
(44)
(45)

6.2.4. KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS

1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan

ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan

dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan.

 mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang dapat memicu

perkembangan kegiatan budidaya;

(46)

kawasan-kawasan strategis dan pengendalian ruang terbuka hijau di

wilayah kabupaten/kota.

2. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan

sebagai warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar;

 melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan

ekosistemnya;

 meningkatkan kepariwisataan;

3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam

pengembangan perekonomian nasional dan daerah yang produktif,

efisien dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan

internasional;

 menciptakan iklim investasi yang kondusif;

 mewujudkan penataan kawasan andalan melalui pemanfaatan

ruang untuk pengembangan kawasan industri dan pariwisata

secara produktif;

4. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan;

6.2.5 ARAH KEBIJAKAN WILAYAH KERJA PEMBANGUNAN

Perwilayahan Provinsi Banten direncanakan dalam Wilayah Kerja Pembangunan

(WKP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan,

merupakanupaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang

berkembang cenderung terus membesar dan berpotensi mendorong

perkembangan mega urban di WKP I, menyeimbangkan perkembangan perkotaan

lain di wilayah Banten dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di

perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkelanjutan. Penataan Satuan Wilayah Pengembangan dengan kedalaman hingga

penataan struktur pusat permukiman perkotaan, adalah upaya untuk mendorong

perkembangan perkotaan yang serasi dengan kawasan perdesaan secara optimal

(47)

menengah dan kota kecil perlu didorong perannya melalui penyediaan berbagai

fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan

melalui skala pelayanan wilayah dengan membentuk perwilayahan, dimana

masing-masing WKP memiliki satu pusat. Untuk itu, maka Propinsi Banten dibagi

menjadi 3 Wilayah Kerja

Pembangunan (WKP), yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang,

dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan

Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.

Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan

(WKP) tersebut meliputi :

a. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan

kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan;

b. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan

kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan,

pergudangapariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;

c. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan

kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan

(48)
[image:48.595.88.521.68.393.2]

Gambar 6.2 Wilayah Kerja Pembangunan

6.2.6 ARAH KEBIJAKAN HOLISTIK TEMATIK INTEGRATIF SPASIAL

PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN

HOLISTIK – TEMATIK

Pengertian holistik adalah cara pandang yang menyatakan keseluruhan sebagai

satu kesatua lebih penting dari pada bagian-bagiannya,kamuslife.com. Kata holistik

berasal dari bahasa inggris Holistic yang artinya menekankan pentingnya

keseluruhan dan saling terkait dari bagin-bagiannya.

Pengertian tematik dalam kamus besar bahasa indonesia mengadung pengertian

segala seseuatu berhubungan dengan tema ( menjadi pokok permasahan ). Dalam

pendekatan tematik di artikan sebagai sebuah pola yang menyatukan unsur yang

dikaitkan/terpusat pada suatu tema/pokok permasalahan sehingga terjadi

(49)

Pendekatan tematik – holistik adalah pendekatan yang menekankan pada pentingnya keseluruhan dengan terdapat keterkaitan antara bagian-bagiannya

untuk mencapai tujuan utama. Jadi pendekatan ini mengutamkan pada

kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional, prioritas pembangunan di Provinsi

dengan indikasi kegiatan sampai koodinasi antar kementrian dan lembaga, serta

antar perangkat daerah bertujuan mencapai sasaran prioritas nasioanl dan prioritas

tingkat provinsi yang didukung oleh kementrian dan lembaga, perangkat daerah

pada tingkat provinsi dan tingkat kabupaten /kota.

PENDEKATAN INTEGRATIF

Pengertian integratif sebagai penyatuan berbagai aspek kedalam satu keutuhan

yang padu yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa

aspek kedalam satu proses. Jika dihubungkan dengan perencanaan pembangunan,

pendekatan integratif melakukan proses mengidentifkasi dan mengarahkan agar

output dari kegiatan yang terdapat pada perangkat daerah agar dapat saling

terintegrasi dengan kegiatan pada perangkat daerah lainnya dalam mendukung

keberhasilan kebijakan priioritas.

PENDEKATAN SPASIAL

Pengertian spasial dalam kamus besar bahasa indonesia diartika sebagai segala

sesuatu yang berkenaan dengan ruang dan tempat.

Pendekatan spasial lebih sering digunakan dalam bidang geografi (keuruangan)

yang merupakan pendekatan yang khas, karena merupakan studi tentang

keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-masing aspek

keruangannya. Dalam pembangunan daerah pendekatan spasial instrumen bagi

penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan pembangunan

yang telah direncanakan, pembahasan spasial digunakan saat pembahasan

menyepakati lokus dari suatu kegiatan prioritas yang terdapat pada beberapa ajuan

perangkat daerah untuk diintegrasikan yang selanjutnya diselaraskan dengan

(50)

Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Provinsi Banten tahun 2017-2018

melakukan pendekatan holistik – tematik, integratif spasial pada 6 tema pembangunan dengan mempertimbangkan

1. Tematik tersebut merupakan agenda pembagunan nasional yang selaras dengan solusi yang ingin di selesaikan terhadap persoalan yang ada di Provinsi

Banten.

2. Tematik tersebut merupakan isu stratetis pembangunan daerah yang selaras dengan solusi yang ingin diselesaikan terhadap persoalan yang ada di Provinsi

Banten.

3. Tematik tersebut merupakan bagian dari prioritas pembangunan daerah yang selaras dengan solusi yang ingin di selesaikan terhadap persoalan yang ada di

Provinsi Banten.

4. Tematik tersebut merupakan pilihan tema pembangunan daerah yang selaras dengan sasaran strategis dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah

yang ingin dikembangkan diprovnsi Banten

Arah kebijakan tematik tersebut yaitu :

1. Penanggulangan Kemiskinan dan pengaangguran 2. Ketahanan Pangan

3. Parawisata

4. Kota Metropolitan Serang 5. Daya saing daerah

(51)
[image:51.595.164.465.78.252.2]

Gambar 6.3 Tematik-Holistik Integratif Spasial

(52)

Meningkatkan taraf hidup

penduduk ekonomi desa

miskin dan peluang bekerja

1.Perencanaan, pengendalian pertumbuhan

ekonomi tinggi,ketimpangan

dan inflasi rendah

2.Penciptaan lapangan kerja

dengan memperbesar investasi padat

karya

3.Perkuatan infrastruktur desa

miskin 4.Pembangunan

kewirausahaan KUKM dan ekonomi kreatif 5.Pengurangan

beban penduduk miskin

6.2.6.1 ARAH KEBIJAKAN TEMATIK KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN

LEVEL 1 : Meningkatkan taraf hidup penduduk ekonomi desa miskin dan peluang bekerja

(53)

1. Perencanaan, pengendalian pertumbuhan

ekonomi tinggi,ketimpangan

dan inflasi rendah

1. Penyusunan program dan

kegiatan kemisikan dan pengangguran terealisir baik

2. Arahan kegiatan intervensi kemiskinan dan

pengangguran versi BPS

3. Arahan kegiatan intervensi kemiskinan dan

pengangguran versi BI 4. Kebijakan

ekonomi dalam intervesi kegiatan

kimisikan dan penganguran 5. Kaji terap

penelitian intervensi kemiskinan dan

pengangguran 6. kaji terap strategi naker dalam intervensi

pengangguran

(54)

2.Penciptaan lapangan kerja

dengan memperbesar investasi padat karya 1. Kegiatan padat karya pembangunan jalan jembaatan dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran. 2. Kegiatan padat karya pembangunan praswil dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran 3. target penanaman modal dalam solusi kemiskinan dan pengagguran 4.Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada parawisaa 5. Kegiatan intervensi kemiskinan dan pengangguran pada pertanian 6.Kegiatan manunggal pada opd terkait dalam intervensi kemiskinan dan pengangguran 7. Kegi

Gambar

Tabel 6.1  Tahap RPJPD Provinsi Banten  2005 – 2025
Tabel 6.2
Gambar 6.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Gambar 6.2 Wilayah Kerja Pembangunan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dengan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Probolinggo.. -

Kinerja Sasaran Strategi 2.1 Meningkatka n penyediaan sarana dan prasarana dasar dengan kapasitas dan kualitas yang setara dengan standar dunia Berkembangnya

Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, optimalisasi kinerja penyelenggaran pelayanan publik

1) Mengembangkan pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan pada zona kawasan pertanian Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Lingga meliputi Desa

Arah Kebijakan Pembangunan Flores Timur, adalah Optimalisasi Kelembagaan Koperasi dan Keuangan Mikro dalam pengembangan perekonomian masyarakat, upaya peningkatan pendapatan

Kata Kunci 1 : Mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, merata dan berkelanjutan untuk mewujudkan kemandirian daerah = pada tahun 2022 program-kegiatan

Penyaluran sarana produksi pertanian dan perikanan skala kecil pada masyarakat.. Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Kabupaten Rembang Pembangunan wilayah memiliki fungsi

Angka Harapan Hidup 4.1.1 Meningkatknya Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan 5 Meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi 5.1 Meningkatan perekonomian