• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 2017-2022 | VI-1

BAB VI

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Strategi merupakan Langkah langkah yang berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi, misi, pembangunan daerah, setiap strategi bisa untuk satu atau beberapa sasaran atau sebaliknya satu sasaran menggunakan beberapa strategi. Strategi memiliki parameter keberhasilan dan kegagalan yang berupa capaian indikator kinerja, pengelolaan kapasitas birokrasi, sistem menejemen atau implmentasi teknologi.

6.1 STRATEGI

6.1.1 Strategi pada RPJPD Provinsi Banten 2005 - 2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten tahun 2012-2017 tahap akselerasi I berakhir dan dilanjutkan dengan RPJMD Provinsi Banten 2018-2022. Tahap akselerasi II . Dalam menyelaraskan perencanaan daerah tersebut merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Provinsi Banten tahun 2005 – 2025 yang setiap tahapannya memiliki strategi dengan prioritas pembangunan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 6.1 Tahap RPJPD Provinsi Banten 2005 – 2025

RPJMD Ke-1 (2005-2007) RPJMD Ke-2 (2008-20012) RPJMD Ke-3 (2013-2017) RPJMD Ke-4 (2018-2022) RPJMD Ke-5 (2023-2025) Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi

1

Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1

.Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Peningkatan Kesejahteraan Sosial ; 2 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 2

Penanggulangan

Kemiskinan, 2

Pemantapan

Kualitas Sumber 2

Peningkatan Daya Saing Sumber Daya 2

Pemantapan Daya Saing Sumber Daya

3 PeningkatanPertumbu han Perekonomian; 3

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3

Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian; 3 Peningkatan Daya Saing Perekonomian; 3 Pemantapan Daya Saing Perekonomian; 4 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 4 Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; 4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Wilayah; 4 Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana wilayah;

4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 5 Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup;

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih; Perencanaan dan Percepatan Pengembangan dan Pengembangan dan Optimalisasi

(2)

Pemerintah Provinsi Banten

6.2. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan merupkan rumusan yang merasionalisasi pilihan strategi agar agar lebih terarah mencapai tujuan sasaran dalam waktu 5 tahun, memiliki fokus berdasarkan Identifikasi permasalahan dan isu strategis, mengarahkan target kinerja yang akan dicapai pada tingkatan strukur yang diperlukan untuk dapat menguatkan penyelesaian masalah sesuai dengan target indikator kinerja outcome. Sebagaimana tabel 6.2 Uraian Strategi dan arah kebijakan (terlampir)

RPJMD Ke-1 (2005-2007) RPJMD Ke-2 (2008-20012) RPJMD Ke-3 (2013-2017) RPJMD Ke-4 (2018-2022) RPJMD Ke-5 (2023-2025) Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi

1

Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1

.Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Peningkatan Kesejahteraan Sosial ; 2 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 2

Penanggulangan

Kemiskinan, 2

Pemantapan

Kualitas Sumber 2

Peningkatan Daya Saing Sumber Daya 2

Pemantapan Daya Saing Sumber Daya 3 PeningkatanPertumbu

han Perekonomian; 3

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3

Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian; 3 Peningkatan Daya Saing Perekonomian; 3 Pemantapan Daya Saing Perekonomian; 4 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 4 Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; 4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Wilayah; 4 Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana wilayah;

4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 5 Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup;

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih; 7 Perencanaan dan Penataan Pelabuhan-Pelabuhan Lokal, Nasional, dan 7 Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis;. 7 Pengembangan dan Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis. 7 Pengembangan dan Pembangunan serta Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat

7

Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat Pertumbuhan dan RPJMD Ke-1 (2005-2007) RPJMD Ke-2 (2008-20012) RPJMD Ke-3 (2013-2017) RPJMD Ke-4 (2018-2022) RPJMD Ke-5 (2023-2025) Tahap Revitalisasi-I Tahap Revitalisasi-II Tahap Akselerasi-I Tahap Akselerasi-II Tahap Modernisasi

1

Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1

.Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;

1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 1 Peningkatan Kesejahteraan Sosial ; 2 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 2

Penanggulangan

Kemiskinan, 2

Pemantapan

Kualitas Sumber 2

Peningkatan Daya Saing Sumber Daya 2

Pemantapan Daya Saing Sumber Daya

3 PeningkatanPertumbu han Perekonomian; 3

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3

Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian; 3 Peningkatan Daya Saing Perekonomian; 3 Pemantapan Daya Saing Perekonomian; 4 Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 4 Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; 4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Wilayah; 4 Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana wilayah;

4 Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; 5 Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

5

Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup;

5

Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

6

Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih; 7 Perencanaan dan Penataan Pelabuhan-Pelabuhan Lokal, Nasional, dan 7 Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis;. 7 Pengembangan dan Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis. 7 Pengembangan dan Pembangunan serta Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat

7

Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat

Pertumbuhan dan

(3)

Tabel 6.2

Uraian Strategi dan Arah Kebijakan

Visi : BANTEN YANG MAJU, MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL KARIMAH

Misi : 1. Menciptakan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.1 Mewujudkan kelembagaan pemerintahan daerah yang berakhlakul karimah dengan efektif, efisien,transparan, akuntabel,dan sumber daya aparatur berintegritas, berkompetensi serta melayani masyarkat

1.1.1 Meningkatnya akuntabilitas kinerja, Efektifitas, dan Kualitas Penyelenggaraan pemerintahan daerah 1.01 Meningkatkan Kualitas kelembagaan dan ketatalaksaan perangkat daerah 1.01 Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Pelaksanaan Program Kegiatan 1.02 Meningkatkan pelayanan publik yang dilakukan setiap perangkat daerah yang melayani langsung kepada masyarakat

1.02 Melakukan standarisasi bisnis proses pada setiap perangkat daerah dan mendetailkannya pada standar operasional dan prosedur (sop) pelayanan , serta meminta respon angket langsung untuk menuju pelayanan prima 1.03 Meningkatkan kinerja peneyelenggaraan pemerintah daerah 1.03 Peningkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah 1.04 Meningkatkan akses

keuangan daerah 1.04 Peningkatan masyarakat masyarakat melalui kesejahteraan kemudahan akses ke lembaga keuangan

pelayanan prima 1.05 Meningkatkan akses

perekonomian masyarakat

1.05 Peningkatan kualitas kebijakan yang berpihak kepada peningkatan perekonomian masyarakat

(4)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.06 Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hukum daerah

1.06 Peningkatan kualitas dan kuantitas kebijakan peraturan perundangan daerah

1.07 Meningkatkan akses infrastruktur bagi masyarakat

1.07 Peningkatan kualitas kebijakan akses infrastruktut bagi masyarakat

1.08 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

1.08 Peningkatan kualitas kebijakan bidang kesejahteraan rakyat 1.09 Meningkatkan kinerja

Administrasi Pembangunan 1.09 Peningkatan kualitas kebijakan bidang administrasi pembangunan

1.10 Meningkatkan kualitas pelayanan pimpinan

1.10 Peningkatan kualitas pelayanan pimpinan

1.11 Meningkatkan kualitas pelayanan secretariat daerah

1.11 Meningkatkan kualitas pelayanan pimpinan daerah

1.12 Meningkatkan Fasilitasi, Koordinasi pelaksanaan urusan pemerintahan

1.12 Peningkatan Koordinasi, mediasi dan fasilitasi pelaksanaan urusan pemerintahan

1.33 Meningkatkan Fasilitasi Tugas dan Fungsi Anggota DPRD

1.34 Peningkatan Pelayanan Tugas dan Fungsi Anggota DPRD

1.1.2 Meningkatnya Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

1.13 Meningkatkan Kualitas Tata kelola Pemerintahan

1.13 Peningkatan Kualitas Penatausahaan Keuangan dan aset daerah 1.1.3 Meningkatnya Pengawasan dan Pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan untuk Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi

1.14 Mengoptimalkan peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)

1.14 Peningkatan Peran APIP Terhadap Capaian Opini BPK

(5)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.29 Meningkatkan Penerapan SPIP

1.31 Peningkatan Peran OPD dalam pelaksanaan SPIP

1.30 Meningkatkan Pembinaan penyelenggaraan

pemerintahan

1.32 Peningkatan Peran APIP dalam pencegahan Korupsi

1.1.4 Mewujudkan Pelayanan Pemerintah Yang Berbasis Teknologi Informasi

1.15 Meningkatkan pelayanan berbasis teknologi informasi

1.15 Peningkatan sarana prasarana teknologi informasi dan Sumber daya manusia

1.16 Meningkatnya

penyelenggaraan dan pelayanan aksesbilitas serta kapasitas Telekomunikasi, informasi dan teknologi informatika sebesar 100%

1.16 Peningkatan aksesbilitas serta kapasitas Telekomunikasi, informasi dan teknologi informatika 1.1.5 Meningkatkan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah 1.17 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah

1.17 Peningkatan perencananan dan penganggaran berbasis kinerja dan teknologi informasi

1.18 Meningkatkan kualitas

Penelitian 1.18 Peningkatan Kualitas Analisis kebutuhan Penelitian 1.19 Meningkatkan kualitas

pelayanan data dan informasi pembangunan daerah

1.19 Peningkatan Kualitas Pelayanan data dan Informasi berbasis Teknologi Informasi 1.1.6 Mewujudkan Reformasi Birokrasi Melalui Peningkatan Profesionalisme aparatur 1.21 Meningkatkan

Profesionalisme Aparatur 1.21 Peningkatan Pengelolan Sumber daya Aparatur

1.22 Peningkatan Disiplin dan Kesejahteraan Aparatur

(6)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

1.1.7 Mewujudkan Reformasi Birokrasi melalui Peningkatan Kompetensi dan Integritas Aparatur

1.20 Meningkatkan kompetensi aparatur

1.20 Peningkatan Kualitas Sarana, Prasarana dan Sumber daya manusia serta standarisasi dan sertifikasi kompetensi

1.1.8 Meningkatkan Pendapatan Daerah

1.22 Meningkatkan Pelayanan Pendapatan Daerah

1.23 Peningkatan Tata Kelola Pelayanan pendapatan Daerah dan Pemanfaatan teknologi Informasi 1.1.9 Mewujudkan ketentraman dan

ketertiban umum daerah

1.23 Meningkatkan Penegakan Peraturan Daerah Serta ketentraman dan ketertiban umum daerah

1.24 Penegakan Peraturan daerah yang mendukung pelayanan publik dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban umum daerah 1.1.10 Mewujudkan Wawasan

Kebangsaan, Keamanan dan Stabilitas Daerah untuk mendukung NKRI

1.24 Meningkatkan Wawasan Kebangsaan

1.25 Peningkatan Peran Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan

1.31 Meningkatkan keamananan dan stabiitas daerah

1.33 Peningkatan Peran Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan dalam menjaga keamanan dan stabilitas daerah

1.1.11 Mewujudkan Sistem Penanggulangan

Kebencanaan yang efektif

1.25 Meningkatkan Mitigasi dan Pengurangan Resiko Bencana

1.26 Peningkatan koordinasi penanggulangan kebencanaan 1.26 Meningkatkan Ketersediaan

Peralatan dan Logistik, Prabencana dan Tanggap Darurat Bencana

1.27 Meningkatkan Ketersediaan Peralatan dan Logistik, Prabencana dan Tanggap Darurat Bencana 1.27 Meningkatkan Pemulihan

Kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana pasca bencana

1.28 Meningkatkan Pemulihan Kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana pasca bencana

(7)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 1 2 3 4 5 1.1.12 Terkendalinya Laju Pertumbuhan Penduduk 1.28 Meningkatkan Pengendalian Penduduk

1.29 Peningkatan Kerjasama dengan Kabupaten Kota untuk pengendalian pertumbuhan penduduk 1.1.13 Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan 1.32 Meningkatkan Tertib Administrasi Kependudukan

1.30 Peningkatan Kerjasama dengan Kabupaten Kota untuk tertib administrasi Kependudukan

Misi : 2. Membangun dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

2.1 Meningkatkan infrastruktur daerah yang berkualitas dalam mendukung kelancaran arus barang, orang dan jasa yang berorientasi pada peningkatan pembangunan wilayah dan perekonomian daerah

2.1.1 Meningkatnya kualitas infrastuktur jalan, jembatan, Penanggulangan Banjir dan Abrasi, serta Ketersediaan Air Baku

2.01 Meningkatkan Kualitas infrastruktur Jalan

2.01 Pembangunan dan Pemeliharaan infrastruktur Jalan yang mendukung kawasan strategis, potensi Kemaritiman, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kawasan Agrobisnis

2.02 Meningkatkan Kualitas infrastruktur Jembatan

2.02 Pembangunan dan Pemeliharaan infrastruktur Jembatan yang mendukung kawasan strategis, potensi Kemaritiman, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kawasan Agrobisnis

2.03 Meningkatkan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir

2.03 Peningkatan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir 2.04 Meningkatkan Kualitas

Tampungan dan

Penyediaan Air Baku

2.04 Pembangunan,

Pemeliharaan dan Pengembangan Tampungan dan Penyediaan Air Baku

(8)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

2.05 Pembangunan Bendung, empang dan situ

2.05 Meningkatkan Sarana dan Prasarana jaringan irigasi

2.06 Pembangunan, Pemeliharaan dan Pengembangan jaringan Irigasi 2.06 Meningkatkan Profesionalisma Badan Usaha Jasa Konstruksi

2.07 Penigkatan SumberDaya Badan Usaha Jasa Konstruksi

2.1.2 Meningkatnya Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang

2.07 Meningkatkan Kualitas Perencanaan Penataan Ruang dan Pemanfaatan Ruang

2.08 Peningkatan kualitas Regulasi Penataan dan Pemanfaatan Ruang

2.1.3 Terwujudnya Perumahan dan Pemukiman yang layak. Ketersediaan Air Minum dan Sanitasi lingkungan, Pengelolaan Sampah regional, dan Penyediaan Sarana dan prasarana gedung Strategis Provinsi

2.08 Meningkatkan penataan dan penatagunaan kawasan perumahan dan permukiman

2.17 Penataan Kawasan Permukiman, Infrastruktur Permukiman kumuh

2.09 Meningkatkan Sistem Tata

Air Terpadu 2.09 Pembangunan Pengelolaan Air Minum Sistem (SPAM) Regional

2.10 Meningkatkan pengeloaan sarana dan prasarana lingkungan yang sehat

2.10 Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan yang sehat 2.11 Meningkatkan pengeloaan

sarana dan prasarana persampahan

2.11 Pembangunan TPST Regional

(9)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

2.12 Meningkatkan pengelolaan gedung, sarana dan prasarana strategis provinsi

2.12 Peningkatan pengelolaan gedung, sarana dan prasarana strategis provinsi

2.1.4 Meningkatnya keselamatan dan kenyamanan lalulintas

2.13 Meningkatkan manajemen rekayasa lalulintas

2.13 Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi 2.14 Meningkatkan sarana dan

prasarana kelengekapan jalan

2.14 Pembangunan sarana dan Prasarana kelengkapan Jalan 2.15 Penyusunan Regulasi dan

Pedoman Standar Pelayanan Transportasi

2.15 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi

2.16 Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi

2.16 Pembangunan Sarana dan prasarana trasnportasi

Misi : 3. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan Pendidikan berkualitas

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

3.1 Mewujudkan Akses dan kualitas pendidikan menuju kualitas sumber daya manusia yang berakhlakul karimah dan berdaya saing

3.1.1 Meningkatnya Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan Menengah dan Khusus

3.01 Meningkatkan Akses Pendidikan dan penyedian biaya operasional sekolah Menengah

3.01 Peningkatan Akses layanan pendidikan menengah serta relevansi pendidikan

3.09 Meningkatkan Mutu Pendidikan dan penyedian biaya operasional sekolah Khusus

3.09 Peningkatan kualitas layanan pendidikan khusus serta relevansi pendidikan

3.1.2 Terwujudnya Sumberdaya Manusia yang Berkarakter

3.02 Meningkatkan perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan kebudayaan 3.02 Revitalisasi museum, pengembangan taman budaya

(10)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

3.1.3 Meningkatnya kualitas peran pemuda dan Olah Raga

3.03 Meningkatkan partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan berbasis komunitas

3.03 Peningkatan kelembagaan karang taruna dan/atau organisasi lain yang berafiliasi dengan kepemudaan

3.04 Meningkatkan prestasi

olahraga di berbagai event 3.04 Peningkatan sarana dan prasarana olahraga 3.1.4 Meningkatkan kualitas

kelembagaan PUG

(Pengarusutamaan Gender) dan PUHA

3.05 Meningkatkan

pengarusutaaman gender pada semua sektor

3.05 Peningkatan peran perempuan yang dapat meningkatkan partisipasi pendidikan, kualitas kesehatan serta peningkatan perekonomian keluarga 3.06 Meningkatkan Peran

Masyarakat dalam Penurunan Angka Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

3.06 Peningkatan/Penurunan angka Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 3.1.5 Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat

3.07 Meningkatkan Minat Baca masyarakat dengan peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan

3.07 Peningkatan sarana dan prasrana perpustakaan dan penerapan teknologi informasi

3.1.6 Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang berkualitas

3.08 Meningkatkan pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi, dan handal

3.08 Peningkatan pengelolaan arsip pemerintah daerah secara profesional yang didukung dengan teknologi dan Informasi

(11)

Misi : 4. Meningkatkan Akses dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Berkualitas

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

4.1 Mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan banten menuju sumber daya manusia banten yang berdaya saing

4.1.1 Meningkatknya Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan

4.01 Meningkatkan akses dan kualitas Upaya Kesehatan Perorangan

4.01 Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan pelayanan kesehatan, Peningkatan sumber daya kesehatan dan kefarmasian

4.02 Meningkatkan

Pelayanan Kesehatan Keluarga

4.02 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lansia 4.03 Meningkatkan akses dan

kualitas Upaya Kesehatan Masyarakat

4.03 Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan kesehatan masyarakat, Pencegahan dan pengendalian penyakit

Misi : 5. Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1 Meningkatan perekonomian banten melalui kualitas pengelolaan keuangan daerah yang baik, pengembangan sumber daya alam dan Inovasi daerah yang memberikan solusi terhadap pengangguran dan kemiskinan

5.1.1 Meningkatnya Investasi PMA

dan PMDN serta

Meningkatnya Peringkat Banten pada Kemudahan Berusaha

5.01 Meningkatkan iklim

investasi, dan

Meningkatkan promosi Potensi investasi

5.01 Peningkatan investasi dalam negeri (PMDN), dan PMA dengan mendorong kemitraan PMA dan PMDN, serta kebijakan pemanfaatan bahan baku local

5.02 Meningkatkan pelayanan melalui kemudahan perizinan, serta meningkatkan kepuasan masyarakat

5.02 Peningkatan pelayanan perizinan melalui peningkatan infrastruktur pelayanan perizinan, kepastian prosedur dan jenis layanan, serta kapasitas SDM pelayanan

(12)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN 1 2 3 4 5 5.1.2 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perindustrian 5.03 Meningkatkan pengembangan sektor industri

5.03 Pengembangan perwilayahan Industri melalui pembentukan sektra industri Kecil pada kawasan dan luar kawasan industri

5.04 Pengembangan SDM yang berkualitas dan berdaya saing

5.05 Peningkatan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan pengawasan barang/jasa yang beredar

5.06 Pengembangan kualitas produk industri kecil

5.1.3 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan dan menjaga Stabilitas Inflasi

5.04 Meningkatkan Stabilitas Harga Komoditas penting dan stratgeis

5.07 Peningkatkan Efesiensi Sistem dan Distribusi Logistik melalui Pembangunan Pusat Distribusi provinsi dan sistem informasi komoditas penting dan strategis 5.05 Memperluas pangsa pasar

Ekspor dan luar Daerah 5.08 Pemanfaatan perdagangan di luar negeri dan luar peran Perwalikan daerah dalam meningkakan akses pasar komidatas unggulan provinsi banten

5.06 Meningkatkan daya saing Produk berbasis keunggulan lokal

5.09 Peningkatan Standarisasi, Mutu Produk, kelembagaan dan Regulasi Pro Konsumen

5.1.4 Meningkatnya Pertumbuhan Sektor Perikanan

5.08 Meningkatkan produksi, Nilai Tambah daya saing Produk Kelautan dan perikanan

5.11 Meningkatkan pembangunan kelautan dan perikanan melalui pengelolaan SDKP yang bertanggung jawab, berdaya saing dan berkelanjutan

(13)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.5 Meningkatkan ketersediaan bahan pangan

5.09 Meningkatkan ketahanan pangan dengan upaya meningkatkan Ketersediaan Pangan, mengoptimalkan Sumberdaya Pangan, Cadangan Pangan dan Distribusi Pangan.serta kestabilan harga pangan

5.12 Peningkatan Ketersedian Pangan yang di dukung oleh Infrasruktur yang berkualitas untuk menjamin kestabilan stok pangan daerahPemeliharaan infrastruktur Jalan jembatan dan irigasi yang mendukung kestabilan stok pangan daerah

5.1.6 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pariwisata

5.10 Meningkatkan jumlah Kunjungan Wisatawan melalui Pengelolaan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Produk Pariwisata, Pengembangan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan menggunakan teknologi informasi

5.13 Peningkatan jumlah destinisasi wisata yang berkualitas dan didukung oleh akses infrastruktur

5.14 Peningkatan Pengelolaan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi

5.15 Peningkatan Pengembangan pangsa pasar, kelembagaan dan kemitraan pariwisata

5.16 Peningkatan pengembangan bidang usaha dan industri kreatif pariwisata

(14)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.7 Meningkatnya Omset Koperasi

5.11 Meningkatkan koperasi aktif melalui penataan kelembagaan dan pengawasan,Pemberdayaan Koperasi, kemitraan strategis, pemanfaatan teknologi informasi

5.17 Kemudahan perizinan kelembagaan pembinaan dan pengawasan koperasi, untuk mencapai jumlah Pertumbuhan koperasi aktif dan sehat

5.18 Kemudahan akses inovasi produk, informasi teknologi dan pembiayaan bagi koperasi aktif

5.1.8 Meningkatnya jumlah wirausaha Menengah baru (WUB)

5.12 Meningkatkan Akses permodalan dan layanan kredit, pendampingan dan pengembangan usaha serta mendorong terwujudnya kemudahan kepastian dan perlindungan usaha

5.19 Peningkatan tumbuhnya wirausaha kelas menengah baru yang bergerak di sektor Usaha Kecil melalui pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, dan bimbingan teknis manajemen usaha, serta akses permodalan

5.1.9 Menurunnya PMKS 5.13 Meningkatkan

Pemberdayaan Masyarakat Miskin

5.20 Peningkatan pemberdayaan Sosial, Penanganan Fakir Miskin, Rehabilitasi Sosial, Perlindungan dan jaminan sosial, serta Penanganan Kelembagaan perawatan dan pengasuhan

5.1.10 Meningkatkan cakupan pelayanan kelistrikan dan energi terbarukan

5.14 Meningkatkan sapras

kelistrikan dan EBT 5.21 Penyediaan teknis, pengawasan dan pengendalian peraturan, dokumen jaringan bidang ketenagalistrikan 5.1.11 Meningkatkan pengendalian,

pengawasan dan perijinan Geologi, Air Tanah, Mineral dan Batubara

5.15 Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan geologi, Air Tanah, Mineral dan Batubara

5.22 Penyediaan peraturan, dokumen teknis, pengawasan dan pengendalian jaringan bidang geologi dan minerba

(15)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.12 Meningkatnya kualitas pertumbuhan ekonomi

5.16 Mengurangi jumlah desa tertinggal

5.23 Peningkatkan Penataan, pembinaan dan pengembangan Desa melalui Penataan dan Pembinaan Desa Adat serta Pembinaan Kelembagaan dan kerjasama desa

5.1.13 Meningkatnya Indeks Pembangunan

Ketenagakerjaan

5.17 Memperluas kesempatan dan penyediaan lapangan kerja

5.24 Penurunan tingkat pengangguran terbuka dengan meningkatkan layanan pencari kerja melalui pelatihan, pemagangan, kelembagaan dan akreditasi serta pembinaan produktifitas

5.18 Meningkatkan

Perlindungan dan pengawasan tenaga kerja

5.25 Peningkatan perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, termasuk norma kerja, serta norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, dan menciptakan hubungan industrial yang kondusif

5.26 Memperluas Cakupan BPJS ketenagakerjaan pada Pekerja sektor formal dan informal

5.22 Meningkatkan jaminan ketenagakerjaan 5.1.14 Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup 5.19 Meningkatkan pengendalian pengawasan lingkungan hidup

5.27 Peningkatan kualitas air dan udara melalui pengelolaan sampah dan limbah

5.20 Meningkatkan Konservasi

Daerah Aliran Sungai 5.28 Peningkatan Aliran Sungai Konservasi Daerah 5.1.15 Meningkatnya kualitas

perencanaan, pengendalian dan perlindungan serta pemeliharaan Kehutanan

5.21 Meningkatkan Fungsi Hutan dan Kawasan Lindung

5.29 Peningkatan fungsi hutan dan kawasan lindung serta kesadaran masyarakat peduli hutan

(16)

NO. TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 2 3 4 5

5.1.16 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

5.07 Meningkatkan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, mekanisasi, dan rehabilitasi bidang pertanian

5.10 Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri (agroindustri)

(17)

6.2.2 ARAH KEBIJAKAN TATARUANG WILAYAH

1. Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat pelayanan dalam wilayah Provinsi Banten;

 mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;

 mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW);

2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Provinsi Banten;

 mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.  mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum

terlayani oleh pusat pertumbuhan;

3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah Provinsi Banten.

 mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan kereta api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis, dan terhubung dengan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi/kabupaten/kota dan simpul transportasi antar moda di Kota Cilegon, Tangerang, dan Bandara Panimbang melalui pembangunan jaringan jalan tol;

6.2.2.1. Rencana Sistem Perkotaan

Arahan Sistem Pusat tersebut mengidentifikasikan bahwa di Provinsi Banten akan terdapat beberapa jenjang sistem pusat, yaitu sebagai berikut.

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang meliputi perkotaan antara lain KawasanPerkotaan Tangerang dan Tangerang Selatan sesuai

(18)

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, selain itu Kawasan Perkotaan Serang dan Cilegon sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang meliputi perkotaan antara lain Pandeglang dan Rangkasbitung sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional serta RTRW Provinsi Banten 2002-2017. PKW tersebut merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut. Adapun yang diusulkan sebagai PKW Promosi (PKWp) antara lain perkotaan Panimbang, Bayah, Maja, Balaraja dan Teluk Naga.

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi perkotaan antara lain Labuan, Cibaliung, Malingping, Tigaraksa, Kronjo, Anyar, Baros, Kragilan. Dengan demikian, maka kotakota tersebut perlu didorong sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Pada Arahan Sistem perkotaan terdapat dua arahan pegelolaan kawasan yaitu :

(19)

1. Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam rencana struktur ruang nasional, Provinsi Banten ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan mengembangkan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya. Adapun arahan pengelolaan kawasan perkotaan di Wilayah Provinsi Banten, meliputi:

a. Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya.

b. Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis.

c. Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial

ekonomi mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan

produktifitasnya.

d. Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem

lingkungan perkotaan, mewujudkankesimbangan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman

2. Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,termasuk di dalamnya pengelolaan sumberdaya alam dengan

(20)

susunan fungsi kawasansebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pengembangan kawasan perdesaan dilakukan dengan dasar pertimbangan ekonomi keruangan dan lingkungan dengan mempertimbangan hirarki perdesaan sesuai dengan kriteria pusat desa pertumbuhan. Pertimbangan ekonomi keruangan dalam hal ini adalah untuk menciptakan keseimbangan perkembangan kawasan

perdesaan dengan kawasan perkotaan, dalam struktur

perekonomian. Kawasan perdesaan akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi berbasis kepada kegiatan pertanian.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka arahan pengelolaan kawasan perdesaan yang berada di Provinsi Banten merupakan sistem perkotaan dalam wilayah provinsi yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya terdiri dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan pusat- pusat kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan untuk meningkatkan fungsi desa-desa lainnya serta perlu diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana, sehingga pengelolaan kawasan perdesaan dapat diarahkan sebagai berikut:

a. Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan.

b. Kegiatan budidaya lain yang berkaitan dengan pengembangan pertanian, seperti industri pengolahan hasil pertanian, dapat dilaksanakan pada kawasan ini.

c. Fungsi kegiatan pelayanan perkotaan dikembangkan pada pusat-pusat permukiman perdesaan potensial, sebagai daerah

penyangga antara perdesaan dengan perkotaan.

d. Pola permukiman perdesaan dikembangkan dengan sedapat mungkin adanya satu pusat permukiman perdesaan untuk setiap kawasan tertentu, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan pemerintahan.

(21)

6.2.2.2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

1. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat

Arahan pengembangan sistem transportasi darat di Provinsi Banten, dikelompokkan ke dalam golongan prasarana berikut ini : jaringan jalan nasional, jaringan jalan propinsi, terminal penumpang jalan, jaringan kereta api, jaringan penyeberangan, dan jaringan penghubung antar pulau.

a. Arahan Pengembangan Jaringan Jalan Nasional

Perkembangan jalan nasional di wilayah Banten sudah baik, tertata sesuai dengan hirarki dan tingkat perkembangan wilayah, arahan struktur wilayah Banten, arahan pengembangan wilayah perkotaan dan perdesaan maupun sentra-sentra perekonomian wilayah. Rencana pengembangan jaringan jalan nasional di Provinsi Banten meliputi jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan jalan tol/bebas hambatan.

a. Arahan Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi

Jalan propinsi berfungsi sebagai jalan kolektor primer dalam sistem jaringan jalan primer. Jalan ini merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan antar PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Jaringan jalan ini menghubungkan ibukota propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota, antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis propinsi. Jalan strategis propinsi adalah jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan propinsi berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan propinsi. Rencana pengembangan jaringan Jalan Provinsi diarahkan pada ruas jalan :

(22)

1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Tangerang –Serpong – Batas Provinsi Jawa Barat sebagai akses penghubung wilayah Provinsi Banten – Provinsi Jawa Barat.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Bayah – Cikotok – Citorek – Majasari – Cigelung – Rangkasbitung – Kopo – Cisoka – Tigaraksa – Serpong untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan ‘ring selatan-timur’ Provinsi Banten.

3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan pada ruas Pontang – Ciruas – Warung Gunung – Gunung Kencana – Malingping, ruas Warung Gunung – Cipanas, Rangkasbitung – Citeras – Tigaraksa untuk melengkapi perwujudan pengembanganjaringan jalan ‘cincin’ Provinsi Banten

4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi dan kabupaten pada ruas Panimbang – Angsana – Munjul – Cikeusik – Muarabinuangeun, Panimbang – Citeureup – Banyuasih – Cimanggu – Cigeulis – Wanasalam – Malingping, Citeurep – Cibaliung – Cikeusik – Wanasalam - Malingping, Bayah – Cilograng – Cibareno – Batas Provinsi Jawa Barat untuk akses penghubung dan sekaligus pengembangan wilayah Banten Selatan.

b. Arahan Pengembangan Terminal

Arahan pengembangan terminal di Provinsi Banten meliputi terminal tipe A dan B, yaitu :

1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal penumpang Tipe A meliputi Terminal Merak (Kawasan Terminal Terpadu Merak - Kota Cilegon), Terminal Pakupatan (Kota Serang), Terminal Poris Plawad (Kota Tangerang),

(23)

Terminal Kadubanen (Kabupaten Pandeglang), Terminal Kaduagung (Kabupaten Lebak).

2. Pengembangan terminal penumpang Tipe B untuk melayani angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan

kota/pedesaan meliputi Terminal Pandeglang

(KabupatenPandeglang), Labuan (Kabupaten Pandeglang), Rangkasbitung (Kabupaten Lebak), Bayah (Kabupaten Lebak), Malingping (Kabupaten Lebak), Ciputat (Kota Tangerang Selatan), Balaraja (Kabupaten Tangerang), Cipocokjaya (Kota Serang), Ciledug (Kota Tangerang), Cimone (Kota Tangerang), Cadas (Kota Tangerang), Jatiuwung (Kota Tangerang), Tanara (Kabupaten Serang), Cibeber (Kota Cilegon).

3. Pengembangan terminal pada kawasan-kawasan strategis untuk mendukung sektor pariwisata dan industri di wilayah Bojonegara, Pulomerak, Ciwandan, Cikande, Balaraja, Anyer, Carita, Banten Lama, Tanjung Lesung, Panimbang, Sumur. 4. Pengembangan Terminal Agribisnis di Kecamatan Ciruas

Kabupaten Serang yang melayani perpindahan barang hasil pertanian.

5. Pengembangan alat pengawasan dan pengamanan jalan berupa pembangunan jembatan timbang tetap (statis) pada lokasi-lokasi strategis sesuai dengan kebutuhan transportasi dan kepentingan penanggulangan muatan lebih.

c. Arahan Pengembangan Jaringan Kereta Api

Provinsi Banten dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak yang melewati wilayah DKI Jakarta – Kabupaten Tangerang – Serang – Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan jalan.

(24)

Arahan pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian meliputipengembangan jaringan jalur kereta api umum, jaringan jalur kereta api khusus, dan stasiun kereta api.

d. Arahan Pengembangan Jaringan Penyeberangan

Kondisi sistem jaringan penyeberangan lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar pulau. Adapun arahan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan di Provinsi

Banten adalah mengembangkan pelayanan angkutan

penyeberangan yang melayani pulau-pulau berpenghuni diantaranya penyeberangan Cituis/ Tanjungkait/ Tanjungpasir – Kep. Seribu, Karangantu – Pulau Tunda, Grenjang – Pulau Panjang, Sumur – Pulau Panaitan, Muarabinuangeun – Pulau Deli, Labuan – Pulau Sangiang, Merak – Kepulauan anak Gn. Krakatau.

e.

Arahan Pengembangan Jaringan Penghubung Antar Pulau

Pembangunan Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa denganPulau Sumatera untuk mendukung kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan pada koridor regional dan nasional Jawa – Sumatera sebagai alternatif pelayanan penyeberangan lintas Merak – Bakauheuni.

2. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut

Adapun rencana pengembangan transportasi laut diarahkan pada : a. Mewujudkan pengembangan Pelabuhan Bojonegara sebagai

pelabuhan utama dalam satu sistem dengan Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta).

b. Mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Pengumpul Merak dengan mengembangkan prasarana, sarana dan sistem pengoperasian pelabuhan dan penambahan pelayanan kapal yang memenuhi persyaratan pelayaran dalam rangka mewujudkan

(25)

kelancaran dankeselamatan pelayanan angkutan penyeberangan lintas Merak – Bakauheni.

c. Mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan Cigading sebagai terminal untuk kepentingan sendiri pada kawasan industri di wilayah Cilegon.

d. Mewujudkan Pelabuhan Kubangsari sebagai pelabuhan pengumpul.

e. Mewujudkan pengembangan dan pengelolaan pelabuhan pengumpan antara lain Pelabuhan Anyer, Pelabuhan Labuan, Pelabuhan Muarabinuangeun, Pelabuhan Bojonegara Wadas, dan Pelabuhan Bayah.

f. Pengembangan terminal khusus untuk mendukung potensi industri, pariwisata, pertanian dan pertambangan di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Teluk Naga Kabupaten Tangerang merupakan terminal khusus sebagai bagian dari pengembangan Terminal Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta). g. Pengembangan pelabuhan perikanan yaitu kewenangan pusat meliputi peningkatan Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu sebagai Pelabuhan Nusantara di Kota Serang. Kewenangan provinsi meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Binuangeun di Kabupaten Lebak, Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan, Carita, Sukanegara, Sidamukti, Panimbang, Citeureup, Sumur, Cikeusik, Tamanjaya di Kabupaten Pandeglang. Kewenangan kabupaten meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungpasir dan Kronjo di Kabupaten Tangerang, serta Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis di Kabupaten Tangerang. Kewenangan kota meliputi Pangkalan Pendaratan Ikan Merak di Kota Cilegon.

(26)

h. Mengembangkan pelayanan sarana dan prasarana pelabuhan laut dan penyeberangan perintis yang melayani pulau-pulau kecil dan terisolir.

i. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan terminal khusus dalam rangka mewujudkan tatanan kepelabuhanan yang efisien dan efektif.

j. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan pelayaran angkutan laut dengan penyediaan fasilitas sarana bantu navigasi pelayaran dan falitas keselamatan lainnya. mengembangkan sistem pelayanan administrasi yang terpadu dalam rangka mendukung pelayanan jasa kepelabuhanan dan kepabeanan.

3. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara

Kondisi sistem jaringan transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar kawasan, sehingga arahan pengembangan bandar udara di Provinsi Banten adalah:

a. Mengembangkan pelayanan sarana, prasarana dan sistem pengoperasian Bandar Udara Soekarno Hatta sesuai dengan fungsinya sebagai bandara pusat penyebaran primer yang secara langsung melayani pergerakan orang dan barang dalam negeri dan ke luar negeri.

b. Bandar Udara Budiarto di Kabupaten Tangerang sebagai bandar udara yang diperuntukan khusus sebagai pusat pendidikan penerbangan di Indonesia.

c. Kawasan Lapangan Terbang Pondok Cabe di Kota Tangerang Selatan keberadaannya disesuaikan dengan pengembangan potensi unggulan dan penataan ruang wilayah nasional dan daerah serta dengan mempertimbangkan kepentingan pertahanan dan keamanan.

(27)

d. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Gorda di Kabupaten Serang sebagai bandar udara khusus untuk kepentingan pertahanan dan sipil..

e. Mewujudkan pengembangan Bandar Udara Banten Selatan di Kabupaten Pandeglang untuk mendukung pengembangan potensi unggulan daerah pada sektor pariwisata, perikanan, perkebunan dan pertambangan.

f. Mewujudkan pengembangan bandar udara khusus untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan pelayanan angkutan barang ekspor impor.

g. Mengembangkan dan memantapkan jaringan pelayanan angkutan udara pada rute-rute penerbangan domestik dan internasional.

h. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Provinsi Banten dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno-Hatta, maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas hambatan untuk meningkatkan aksesibilitas ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

5. Arahan Pengembangan Angkutan Massal

Arahan pengembangan angkutan masal cepat di wilayah perkotaan meliputipengembangan angkutan masal cepat di wilayah Jabodetabekpunjur dalam sistem transportasi yang saling terkait dengan sistem transportasi Provinsi DKI Jakarta dan pengembangan angkutan massal perkotaan Cilegon – Serang – Pandeglang – Rangkasbitung (CISEPARANG). Penentuan teknologi angkutan masal cepat yang akan diterapkan harus dilakukan melalui kajian teknis berdasarkan penetapan trayek, kondisi medan, prakiraan

(28)

permintaan dan kemampuan pendanaan oleh Pemerintah. Layanan angkutan umum massal perkotaan merupakan sebuah Public Service Obligation (PSO) yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah. Penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, atau kerjasama antara pemerintah dan swasta.

6.2.2.3. Rencana Sistem Jaringan Energi

Arahan pengembangan prasarana energi menekankan pada keberadaan prasarana kelistrikan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Provinsi Banten terhadap energi listrik, meliputi :

a. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 1 Suralaya Kota Cilegon dengan kapasitas 600 s.d 700 MW;

b. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 2 Labuan Kabupaten Pandeglang dengan kapasitas 300 s.d 400 MW;

c. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU 3 Lontar Kabupaten Tangerang dengan kapasitas 300 s.d 400 MW;

d. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Banten atau PLTN Banten perlu diatur kemudian dalam kawasan strategis pada wilayah yang tidak bertentangan dengan kepentingan ekonomi dan masyarakat;

e. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLT Panas Bumi Kaldera Danau Banten di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang.

Prasarana migas adalah jaringan/distribusi minyak dan gas bumi melalui pipa di darat dan laut, perkeretaapian dan angkutan jalan raya. Sampai sekarang pertamina telah memiliki jaringan pipa bawah laut yang menghubungkan dengan jalur Sumatera Selatan hingga ke Stasiun MR/S di Bojonegara yang diteruskan hingga Kabupaten Tangerang,

(29)

yang sedang dikembangkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana transmisi dan distribusi gas

Adapun arahan pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk :

a. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota.

b. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota.

c. Pengembangan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang meliputi : a. Pelaksanaan dan pengendalian usaha eksplorasi dan eksploitasi

secara berdaya guna, berhasil guna serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan;

b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan daerah untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional dan regional;

c. Mendorong terciptanya lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup;

d. Rencana transmisi dan distribusi gas diarahkan di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

6.2.2.4 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi adalah perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telekomunikasi yang dikembangan, meliputi :

a. Jaringan terestrial b. Jaringan satelit

(30)

perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telekomunikasi. Perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telekomunikasi, dalam pengembangan sambungan kabel, telah dikembangkan teknologi Fiber Optik yang mampu meningkatkan kualitas suara dan jumlah sambungan, sedangkan pengembangan teknologi seluler untuk mempercepat jumlah satuan sambungan merupakan alternatif pengembangan telekomunikasi. Pengembangan teknologi seluler mampu menumbuhkan peningkatan jumlah satuan sambungan, mengingat teknologi ini lebih murah dibandingkan dengan teknologi kabel.

6.2.2.5. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Arahan pengembangan prasarana sumberdaya air adalah upaya-upaya pengembangan prasarana sumberdaya air dalam rangka memenuhi berbagai kepentingan.Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air bersih diarahkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah yang sudahdikembangkan sebagai suplai sumber daya air CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang.

Adapun arahan pengembangan sumberdaya air di Provinsi Banten dikembangkan padalokasi :

b. Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

(31)

c. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

d. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

e. Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian.

d. Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian. f. Bendungan Cibaliung di Kabupaten Pandeglang untuk kebutuhan

pertanian.

g. Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang untuk kebutuhan pertanian.

h. Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang untuk kebutuhan pertanian.

i. Bendungan Pasar Baru di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir. j. Bendung Cisadane pintu sepuluh di Kota Tangerang untuk

pengendalian banjir.

k. Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang. l. Cekungan Air Tanah (CAT) Serang-Tangerang.

m. Cekungan Air Tanah (CAT) Labuhan. n. Cekungan Air Tanah (CAT) Malimping. o. Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta.

p. Situ/Waduk/Danau/Rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon diarahkan untuk kolam penyimpanan (retention pond).

(32)

Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait

dengan pengelolaan sumber daya air, dilakukan dengan

mempertimbangkan :

a. Daya dukung sumber daya air.

b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat. c. Kemampuan pembiayaan

d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air. e. Posisi Banten sebagai lumbung nasional.

Di samping itu, area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidakberubah fungsi menjadi peruntukan yang lain. Jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka perlu disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama. Berkenaan dengan hal tersebut, perencanaan prasarana pengairan harus disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis. Dalam revisi tata ruang wilayah Banten ini tidak direncanakan perluasan sawah, tetapi peningkatan pengairan dari irigasi non teknis atau setengah teknis menjadi irigasi teknis. Di samping itu direncanakan pula beberapa pemindahan sawah yang menempati lahan dengan fungsi lindung mutlak,

ke lahan dengan fungsi semusim sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

(33)

Gambar 6.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air 6.2.2.6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang digunakanlintas wilayah administratif, prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif, meliputi arahan pengembangan :

a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan perbatasan antara Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi DKI.

Arahan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang terpadudikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah harus sesuai dengan persyaratan teknis yang diamanatkan oleh UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan TPA Regional pada tahun 2010 harus menggunakan System t SanitaryLandfill.

Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Regional diarahkan pada TPST Bojong Menteng di Kabupaten Serang

(34)

yang nantinya dapat dimanfaatkan bekerjasama dengan Kota Serang, pengembangan TPST ini telah memenuhi syarat berdasarkan kajian site selection terhadap beberapa calon lokasi TPS, analisis berdasarkan SK SNI-7-11-1991-03 Dep. PU dan SK SNI-19-3242-1994 Dep. PU, kriteria dari direktorat geologi tata lingkungan. Selain itu pengembangan TempaPengolahan Sampah Terpadu (TPST) lainnya diarahkan di Desa Ciangir Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang yang merupakan program kerjasama antar daerah yakni Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada PP Nomor 50 Tahun 2007.

Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup. Jumlah konsumsi yang berlebihan dan banyaknya pembuangan sampah, merupakan penyebab utama dari semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup.

Wilayah yang dikembangkan sebagai tempat pembuangan akhir terletak di masingmasing Kabupaten dan Kota, yang digunakan sebagai pembuangan sampahnya. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola secara bersama antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan berperan aktif dalam mengenal alam sekitar.

- Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle dan sedikit ebannya terhadap lingkungan hidup.

- Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah sampah dan lain-lain.

- Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat.

- Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya.

(35)

b. Pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3.

Kawasan industri di Provinsi Banten memerlukan suatu pengolah limbah B3, maka limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan Kawasan Industri yang dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian diperlukan prasarana pengolah limbah terpadu yang lokasinya di arahkan di Kota Cilegon.

c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.

e. Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyediakan ruang untuk TPA dan/atau TPA terpadu.

6.2.2.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PADA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;

 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

 mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung;

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;

 menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah. 3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

(36)

 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang;  mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya

kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di kawasan sekitarnya;

 mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan

mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;

6.2.3 ARAH KEBIJAKAN POLA RUANG

Dinamika penggunaan lahan suatu daerah dapat dilihat dari potensi yang dimiliki serta kecenderungan perubahan fungsi lahan mungkin terjadi. Kecenderungan perubahan fungsi dan pola penggunaan lahan sangat berkaitan dengan kondisi eksisting serta kestabilan pemanfaatannya. Berikut kebijakan pola ruang Provinsi Banten.

6.2.3.1 POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

1. Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;

 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

 mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung;

(37)

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup

 menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.

3. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup;

 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

4. Perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang;

 mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran sungai dan beban di kawasan sekitarnya;

 mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;

(38)
(39)
(40)

6.2.3.2 POLA RUANG KAWASAN BUDI DAYA 1. Peningkatan produktivitas kawasan budidaya

 memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung serta kawasan bekas pertambangan harus direhabilitasi menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya; 2. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan

budidaya

 mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan budidaya beserta prasarana pendukungnya secara sinergis dan berkelanjutan untuk

(41)

mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya dengan mengalokasikan ruang dan akses masyarakat;

 mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan;

3. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan

 mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut;

 mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

(42)
(43)
(44)
(45)

6.2.4. KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS

1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan.

 mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;

 menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang secara produktif dan berkelanjutan melalui pengendalian pembangunan

(46)

kawasan-kawasan strategis dan pengendalian ruang terbuka hijau di wilayah kabupaten/kota.

2. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar;

 melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;

 meningkatkan kepariwisataan;

3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam

pengembangan perekonomian nasional dan daerah yang produktif, efisien dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional;

 menciptakan iklim investasi yang kondusif;

 mewujudkan penataan kawasan andalan melalui pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan industri dan pariwisata secara produktif;

4. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan;

6.2.5 ARAH KEBIJAKAN WILAYAH KERJA PEMBANGUNAN

Perwilayahan Provinsi Banten direncanakan dalam Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan, merupakanupaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang

berkembang cenderung terus membesar dan berpotensi mendorong

perkembangan mega urban di WKP I, menyeimbangkan perkembangan perkotaan lain di wilayah Banten dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penataan Satuan Wilayah Pengembangan dengan kedalaman hingga penataan struktur pusat permukiman perkotaan, adalah upaya untuk mendorong perkembangan perkotaan yang serasi dengan kawasan perdesaan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk mendorong perkembangan wilayah maka perkotaan

(47)

menengah dan kota kecil perlu didorong perannya melalui penyediaan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan melalui skala pelayanan wilayah dengan membentuk perwilayahan, dimana masing-masing WKP memiliki satu pusat. Untuk itu, maka Propinsi Banten dibagi menjadi 3 Wilayah Kerja

Pembangunan (WKP), yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,

dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) tersebut meliputi :

a. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan; b. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangapariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;

c. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan.

(48)

Gambar 6.2 Wilayah Kerja Pembangunan

6.2.6 ARAH KEBIJAKAN HOLISTIK TEMATIK INTEGRATIF SPASIAL

PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN

HOLISTIK – TEMATIK

Pengertian holistik adalah cara pandang yang menyatakan keseluruhan sebagai satu kesatua lebih penting dari pada bagian-bagiannya,kamuslife.com. Kata holistik berasal dari bahasa inggris Holistic yang artinya menekankan pentingnya keseluruhan dan saling terkait dari bagin-bagiannya.

Pengertian tematik dalam kamus besar bahasa indonesia mengadung pengertian segala seseuatu berhubungan dengan tema ( menjadi pokok permasahan ). Dalam pendekatan tematik di artikan sebagai sebuah pola yang menyatukan unsur yang dikaitkan/terpusat pada suatu tema/pokok permasalahan sehingga terjadi keterpaduan antara satu dengan yang lain.

Gambar

Tabel 6.1  Tahap RPJPD Provinsi Banten  2005 – 2025
Gambar 6.1 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air  6.2.2.6.   Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
Gambar 6.2 Wilayah Kerja Pembangunan
Gambar 6.3 Tematik-Holistik Integratif Spasial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis tersebut didapatkan banyak perjalanan yang terproduksi dalam satu hari serta jumlah perjalanan dari masing – masing variabel seperti: jumlah

Kecuali untuk pupuk kimia lain, koefisien determinasi (adjusted R 2 ) untuk urea dan TSP adalah cukup tinggi yaitu masing-masing 88,18 persen dan 86,88 persen. U ntuk

Dengan upaya kerjasama tersebut yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dapat membantu menutupi kekurangan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini akan membahas manfaat informasi akuntansi yaitu laba akuntansi dan total arus kas terhadap return saham pada

Az e-learning olyan számítógépes hálózaton elérhető nyi- tott – tér- és időkorlátoktól független – képzési forma, amely a tanítási-tanulási folyamatot megszervezve

pembelajaran fisika kuantum dengan menggunakan media animasi Macromedia Flash – MX dan gambar pada mata kuliah Fisika Kuantum pada umumnya siswa menyatakan senang

Rencana Tata Ruang Kota Denpasar meliputi rencana struktur tata ruang, rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan lindung, rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan budidaya,

Proses watermarking diperlihatkan pada Gambar 5. Proses watermarking melibatkan dua buah citra yaitu citra cover yang merupakan citra yang ingin disisipkan pesan