Penyusunan rencana strategis merupakan tahap awal untuk menentukan peluang yang akan diterapkan pada strategi yang akan derencanakan. Menurut James & Edward (dalam Umar 2002), rencana strategis merupakan rencana yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan
43
organisasi yang lebih luas. Oleh karenanya kepala sekolah sebagai seorang manajer dalam penerapannya di sekolah perlu membuat suatu rencana strategis yang dikoordinasi dengan guru-guru untuk dijalankan bersama.
Renstra merupakan rencana-rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha menempatkan organisasi dan berusaha menempatkan organisasi tersebut dalam lingkungannya (Robbins & Coulter 2009). Dengan maksud agar rencana strategis sekolah yang dibuat dapat menempatkan sekolah sesuai posisi di lingkungannya. Selain itu rencana strategis dapat membantu memberikan arahan yang tepat mengenai bagaimana cara memanfaatkan berbagai alat bantu perencanaan. Hal ini ini sesuai dengan pendapat Anglin (2003) bahwa rencana strategis yaitu suatu proses membantu organisasi menjadi lebih produktif dan mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah organisasi pada mas depan dengan menggunakan berbagai macam alat perncanaan seperti konstituen/pihak, dokumen yang ada, program internal organisasi atau perangkat keras.
Renstra dapat sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih afisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa (Tjokroamidjojo 2000). Dalam arti tujuan sebaik-baiknya/maximum output dapat dicapai dengan cara
44
membuat rencana strategis yang tepat dengan sumber yang diperoleh secara efektif dan efisien.
Rencana strategi merupakan suatu rencana organisasi yang berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif (Dessler 2008).
Berdasar dari beberapa pendapat mengenai rencana strategis secara garis besar bahwa renstra dimaksudkan untuk mengembangkan manajemen strategis dalam mencapai tujuan program sekolah. Suatu proses rencana manajemen strategis difungsikan dalam menganalisis lingkungan strategis baik yang langsung maupun tidak terhadap pelaksanaan tugas pokok.
Tahapan Rencana Strategis menurut Jhon M. Bryson (2004) terdapat delapan tahapan menyusun rencana strategi, yaitu: (1) Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan, (2) Memperjelas makna organisasi, (3) menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan, (4) memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, (5) menilai-nilai lingkungan eksternal; peluang dan tantangan, (6) menilai lingkungan internal; kekuatan dan kelemahan, (7) mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi, (8) merumuskan strategi untuk mengelola isu.
SDN 1 Gambasan terkait program strategis pengembangan sekolah sudah banyak yang
45
direalisasikan namun secara manajemen belum dibuat rencana strategis program pengembangan secara sistematis dan baru dimiliki RKS tahunan. Untuk itu peneliti dengan pertimbangan pihak sekolah menyusun draft renstra bidang kesiswaan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Dasar Hukum
D. Sitematika
BAB II Profil Sekolah A. Deskripsi Sekolah B. Visi, Misi, dan Tujuan C. Kesiswaan
D. Pendidik dan Tenaga Kependidikan E. Sarana dan Prasarana
F. Prestasi
BAB III Analisis Lingkungan dan Program Strategis A. Isu-isu Strategi Sekolah
B. Analisis Lingkungan
C. Analisis Pendidikan Saat ini
D. Analisis Kondisi 4 Tahun ke Depan E. Penetapan Program-program Strategis
F. Penetapan Program-program dalam Mengatasi Akar Masalah
G. Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan
BAB IV Implementasi Rencana Strategis
46
B. Koordinasi Pelaksanaan Rencana Strategis C. Monitoring Dan Evaluasi
BAB V Penutup
2.5
Diagram Tulang Ikan (Fishbone
Diagrams)
Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) merupakan konsep analisis sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa dari Jepang untuk mendeskripsikan permasalahan dan penyebabnya dalam bentuk menyerupai kerangka tulang ikan.
Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone (Ishikawa) adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.
Diagram tulang ikan dapat dipergunakan untuk : 1. Membantu memfokuskan dalam
mengidentifikasi penyebab masalah dari suatu masalah.
2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.
4. Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
5. Membuat issue yang berkembang. 6. Menghasilkan ide baru.
47
FISHBONE DIAGRAM
Cause Effect
Gambar 2.1 Sebab Akibat Fishbone (Ishikawa)
Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagrams) sebagai berikut:
1. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah (problem statement).
Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diinginkan menurut W. Pounds (dalam Robbins dan Coulter, 2012), pada langkah awal ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah yang dimaksud diinterpretasilan sebagai effect atau akibat secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan. Selanjutnya menuliskan problem statement
disebelah kanan diagram dan menggambar sebuah tempat (kotak/lingkaran) yang mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan membuat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak/lingkaran.
2. Mengidentifikasi kategori penyebab masalah yang mungkin. Kategori 1 Kategori 3 Kategori 2 Kategori 4 Problem
48
Identifikasi penyebab dilakukan dengan metode
brainstorming. Menurut Wibisono (2006 dalam FP Sitepu 2011), penyebab permasalahan diagram Ishikawa (Ishikawa's diagram) dapat dikelompokkan dalam empat kategori (sudah dimodifikasi) yaitu:
1) Place (tempat/lingkungan) 2) Materials (sarpras)
3) People (staff/guru)
4) Polices (kebijakan/aturan) 3. Menemukan sebab potensial
Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak tulang kecil keluar dari garis diagonal.
4. Mengkaji kembali kategori sebab utama
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar penyebabnya.
5. Mencapai kesepakatan
1) Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul secara berulang, didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab yang paling mungkin dan
tanyakan, “Mengapa ini sebabnya?”.
2) Pertanyaan “Mengapa” akan dapat membantu sampai pokok permasalahan teridentifikasi.
49
3) Tanyakan “Mengapa” berulang kali (5 W) sampai pertanyaan tidak bisa terjawab lagi sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling penting dan dapat diatasi.