• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENJELASAN UMUM

Perkembangan pembangunan di wilayah Provinsi Jawa Timur sepuluh tahun terakhir nampak terlihat adanya ketimpangan pertumbuhan ekonomi di masing-masing wilayah yang berdampak tidak seimbangnya berkembang wilayah kabupaten/kota.

Ketimpangan tersebut terlihat semakin lebarnya disparitas antara wilayah permukiman perdesaan dengan perkembangan permukiman, perkotaan. Yang nampak terjadi adalah suatu supremasi wilayah perkotaan tertentu yang menimbulkan urbanisasi ke wilayah perkotaan semakin tinggi. Akibatnya sangat dirasakan ,wilayah tersebut, yaitu semakin padatnya wilayah perkbtaan karena melebihi daya tampungnya. Selain itu kerusakan kawasan hutan lindung dan kerusakan Iingkungan lainnya yang dengan sengaja dirusak oleh sekelompok masyarakat secara sporadis serta lemahnya fungsi kontrol dari aparat pemerintah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam pengelolaan hutan dan Iingkungan lainnya. Dampak dari kerusakan hutan dan Iingkungan nyata-nyata merugikan masyarakat.

Pembangunan wilayah sangat erat kaitannya dengan pengembangan wilayah yang berdampak pada pemanfaatan lahan. Namun apabila pengembangan wilayah tanpa memperhatikan daya dukung lahan, dipastikan akan menimbulkan kegagalan dalam pembangunan. Dengan demikian, maka dalam pelakssanaan pembangunan yang berwawasan tataruang harus mengedepankan aspek keberlanjutan pembangunan. Hal-hal berkait dengan pelestarian alam, upaya mempertahankan keanekaragaman hayati, keseimbangan ekosistem harus menjadi pertimbangan utama.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah diartikan sebagai masa kebebasan kabupaten/kota sebagai daerah dalam melakukan percepatan pertumbuhan wilayahnya tanpa memperhatikan kepentingan wilayah lain yang mempunyai ikatan erat antar wilayah yang bersebelahan. Undang-Undang tersebut memang menyebutkan bahwa wilayah kabupaten/kota mempunyai kewenangan yang sebesar-besarnya dalam pengembangan wilayahnya. Kondisi inilah pada akhirnya yang menimbulkan masalah pengendalian pemanfaatan lahan yang bersifat regional maupun nasional terabaikan.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyebutkan adanya kewenangan provinsi sebagai daerah otonom dimana dalam hal penyusunan tata ruang wilayah provinsi harus berdasarkan keserasian antar wilayah kabupaten/kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada dasarnya ,merupakan kebijakan perencanaan pembangunan daerah untuk digunakan sebagai pedoman dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang.

Berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat harus mengacu pada arahan perencanaan tata ruang, sehingga ruang yang terbatas dapat dimanfaatkan secara optimum, dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip: daya dukung kingkungan, keseimbangan alam dan keberlanjutan dalam jangka panjang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar wilayah, sehingga pertumbuhan wilayah di Provinsi Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama antar wilayah sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang dimilikinya.

Berdasarkan Undang-Undang 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa penyusunan rencana tata ruang harus sesuai hierakinya, sedangkan menurut Undang-Undang 32 Tahun 2004 rencana tata ruang disusun berdasarkan kesepakatan antar wilayah. Dengan demikian penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi harus disusun berdasarkan konsep Top Down dan Bottom Up Planning meliputi tata ruang daratan, lautan dan udara beserta sumber daya alam yang terkandung didalamnya sebagai satu kesatuan, yang dapat dimanfaatkan berdasar wawasan Jingkungan.

Seluruh kajian analisa teknis pemanfaatan lahan yang meliputi kawasan Jindung dan budidaya harus dituangkan dalam peraturan daerah Provinsi Jawa Timur, yang harus dipatuhi oleh semua elemen stakeholder mulaipemerintah, swasta dan masyarakat sebagai suatu ketentuan hukum yang dijadikan pedoman untuk pemanfaatan lahan.

Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur disusun berdasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Tata Ruang di Daerah.

Peraturan Daerah Tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi ini memberi kewenangan kepada Gubernur untuk mengendalikan pemanfaatan lahan yang bersifat Iintas batas dan regional seperti apa yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Secara umum peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah provinsi ini berisikan tentang arahan pemanfaatan dan pengendalian penggunaan lahan sesuai substansi yang telah diatur dalam Undang-Undang 24 Tahun 1992.

Pasal 1 : Cukup jelas.

Pasal 2 : Pengertian ruang yang diatur dalam peraturan ini dititik beratkan pada ruang daratan yaitu ruang yang terletak diatas dan dibawah permukaan bumi daratan sejauh terkait langsung dengan penggunaan diatasnya, termasuk permukaan permukaan perairan darat dan sisi darat dari garis laut atau surut terendah.

Ketentuan mengenai penataan ruang lautan dan ruang udara akan diatur' lebih lanjut sesuai peraturan yang berlaku

Pasal 3 : Cukup jelas.

Pasal 4 : Yang dimaksud dengan semua kepentingan adalah

bahwa penataan ruang dapat menjamin seluruh kepentingan, . yakni kepentingan pemerintah dan masyarakat secara adil dengan memperhatikan golongan ekonomi lemah. Yang dimaksud dengan terpadu adalah bahwa penataan ruang dianalisis dan dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penataan ruang dilakukan secara terpadu dan menyeluruh mencakup antara lain pertimbangan aspek waktu, modal, optimasi, daya dukung dan daya dukung Iingkungan hidup dan geopolitik. Dalam mempertimbangkan aspek waktu, suatu perencanaan tata ruang memperhatikan adanya aspek prakiraan, ruang Iingkup wilayah yang direncanakan, persepsi yang mengungkapkan berbagai keinginan serta kebutuhan dan tujuan

pemanfaatan ruang. Penataan ruang

diselenggarakan secara tertib sehingga memenuhi proses dan prosedur yang berlaku serta konsisten. Yang dimaksud dengan berdaya guna dan berhasil guna adalah bahwa penataan ruang dapat mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang. Yang dimaksud dengan serasi, selaras, dan seimbang adalah bahwa penataan ruang dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola pemanfaatan ruang bagi

persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan. dan perkembangan antar sektor, antar daerah serta antara sektor dalam satu kesatuan Wawasan Nusantara. Yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah bahwa penataan ruang menjamin kelestarian kemampuan daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan antar generasi. Serta memiliki makna mengedepankan keseimbangan ekosistem wilayah, dan keanekaragaman hayati.

Pasal 5 : Cukupjelas.

Pasal 6 ayat (1) : Cukupjelas.

ayat (2) huruf a : Arahan Struktur Pemanfaatan Ruang merupakan kebijakan penyusunan unsur-unsur pembentuk rona Iingkungan alam, lingkungan sosial, dan Iingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkls dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk struktur ruang provinsi. Isi arahan struktur pemanfaatan Ruang diantaranya. meliputi hirarki pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan, hirarkhi sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan kolektor, dan kelas terminal.

Sedangkan Pola Pemanfaatan Ruang

menggambarkan kebijakan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan Iindung.

huruf b : Cukup jelas.

huruf c : Arahan pengelolaan kawaan Iindung dan budidaya merupakan arahan yang ditekankan pada kawasan konservasi dan kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya.

huruf d : Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu mencakup. strategi yang

ditempuh untuk lebih meningkatkan

hubunganlketerkaitan fungsi antar kawasan serta keterkaitannya dengan sistem jaringan prasarana transportasi dan sistem prasarana lainnya.

Dalam hal ini perlu ditentukan bagaimana kota dikembangkan agar dapat memicu pertumbuhan dan pemerataan, bagaimana desa dikembangkan sesuai dengan strategi pengembangan kawasan

dikembangkan sesuai dengan strategi pengembangan sektor produksi.

huruf e : Arahan ini mencakup penentuan pusat-pusat permukiman perdesaan, permukiman perkotaan dan keterkaitan di antara pusat-pusat permukiman perdesaan dan perkotaan, serta kebijakan pengembangannya dengan melihat struktur kota-kota di wilayah provinsi.

huruf f : Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah meliputi prasarana transportasi darat, laut, dan udara yang terkait sehingga dapat menghubungkan atau terjadi interkoneksitas antara wilayah.

huruf g : Arahan pengembangan kawasan diprioritaskan meliputi dua kawasan prioritas, antara lain : Kawasan yang relatif cepat pertumbuhan / perkembangan kegiatannya serta Kawasan yang di dalamnya dimungkinkan bagi perkembangan sektor-sektor strategis dan memberikan sumbangan bagi perkembangan wilayah.

huruf h : Arahan pengembangan pesisir sumberdaya kelautan pada pulau-pulau kecil didasarkan potensi keaneka-ragaman hayati yang bernilai ekonomi tinggi serta upaya pelestarian Iingkungan.

huruf i : Arahan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air dan tata guna udara, berisi arahan mengenai penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya alam yang dijabarkan dalam mekanisme penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan serta pengendaliannya.

huruf j : Cukup jelas

Pasal 7 : Arahan pengelolaan struktur ruang meliputi:

a. pembentukah pusat permukiman perdesaan dah perkotaan secara berhirarkidan saling berhubungan mulai dari tingkat dusun desa -kota sampai ibu-kota provinsi sebagai satu sistem.

b. setiap pusat pengembangan perlu didorong pertumbuhannya sehingga akan tercipta

keseimbangan perkembangan antar wilayah. c. setiap pusat pelayanan memiliki jangkauan

sesuai dengan tingkatan pelayanan masing-masing yang sesuai dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki serta hubungan antar wilayah yang ada.

d. struktur pemanfaatan ruang perdesaan dan perkotaan secaara keseluruhan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur tata ruang nasional, provinsi dan kota/kabupaten. e. memantapkan fungsi wilayah melalui penetapan

fungsi dan peran wilayah dalam konteks lokal, regional dan nasional.

f. untuk mewujudkan struktur ruang yang mantap dan berhirarki, maka antara pusat pelayanan perdesaan dan .perkotaan dikembangkan sebagai satu kesatuan mulai dari pusat satuan wilayah pengembangan, sub pusat satuan wilayah pengembangan, Ibukota Kecamatan, Pusat Antar Desa, Pusat Desa, sampai Pusat Perdusunan.

Pasal 8 ayat (1) : Cukup jelas

ayat (2) huruf a : Pusat pelayanan yang melingkupi beberapa desa dalam satu kecamatan

huruf b : Pusat pelayanan yang diperlukan pada setiap desa sesuai dengan besaran dan ukuran desa masing-masing

huruf c : Setiap desa pada dasarnya terdiri dari tiap dusun dan tiap dusun mempunyai pusat pelayanan sendiri

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal10 ayat (1) : Tingkat perkembangan antar wilayah kota dan perkotaan di Provinsi Jawa Timur yang secara keseluruhan me mili ki tata jenjang sesuai dengan tingkat perkembangan tiap kota dan perkotaan maing-masing.

ayat (2) : Menggambarkan ukuran besaran perkotaan yang diindikasikan dengan adanya berbagai kelengkapan fasilitas penunjang.

interaksi perkotaan dengan area disekitarnya, sehingga dalam satu wilayah pelayanan memiliki pusat pengembangan.

ayat (4) : Dalam satuan wilayah pengembangan, terdapat fungsi wilayah dan pusat pengembangan dengan potensi sesuai karakeristik wilayah.

Pasal 11 : Cukup jelas.

Pasal 12 : Cukup jelas.

Pasal 13 huruf a : Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

huruf b : Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan, sistem penyangga, pengewetan keaneka ragaman jenis tumbuhan dan satwa.

huruf c : Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai tinggi, situs purbakala.

huruf d : Kawasan perlindungan bawahan adalah kawasan yang digunakan sebagai zona penyangga untuk melindungi kawasan disekitarnya.

huruf e : Kawasan perlindungan setempat merupakan

kawasan yang digunakan untuk melindungi sumber daya alam seperti sempadan pantai, sungai danau, mata air.

huruf f : Kawasan rawan beneana alam adalah area yang diidentifikasi sebagai daerah dengan rawan tanah longsor, banjir, gempa dsb.

Pasal 14 ayat (1) huruf a : Cagar alam merupakan kawasan perlindungan mutlak, yang memiliki luas areal 10.947,90 ha maka kawasan tersebut harus tetap dipertahankan dan diupayakan untuk tidak terjadi alih fungsi lahan.

huruf b : Suaka margasatwa di Provinsi Jawa Timur memiliki luas 18.008,6 ha merupakan areal dimana masih banyak flora fauna yang dilestarikan sehingga kawasan tersebut dapat di kembangkan sebagai obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan fungsi lindung dan diupayakan tidak di alih fungsi.

ayat (2) : Cukup jelas

ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 15 ayat (1) huruf a : Taman nasional di Provinsi Jawa Timur seluas 178.291,30 ha dan terdapat di empat lokasi, dimana kawasan tersebut merupakan wilayah dengan fungsi lindung disamping sebagai pengembangan obyek wisata dan diupayakan untuk tidak terjadi alih fungsi lahan.

huruf b : Taman hutan raya R Soeryo terdapat di tiga wilayah dengan luas areal 27.868,30 ha, kawasan tersebut memiliki fungsi sebagai kawasan lindung dimana air dapat langsung berintrusi ketanah dan diupayakan untuk tidak terjadi alih fungsi lahan .

huruf c : Kawasan taman wisata alam merupakan kawasan yang dilestarikan dan digunakan sebagai tempat wisata, adapun luas taman wisata alam di Provinsi Jawa Timur 297,5 ha dan diupayakan untuk tidak terjadi alih fungsi lahan.

ayat (2) s/d (4) : Cukup jelas

Pasal 16 ayat (1) huruf a : Kawasan lingkungan non bangunan adalah kawasan eagar budaya yang dikembangkan sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan seperti adanya situs peningalan bersejarah yang dapat di kembangkan sebagai taman wisata pendidikan.

huruf b : Kawasan lingkungan bangunan non gedung yang dimaksud adalah suatu tempat yang dapat di peruntukan sebagai eagar budaya bersejarah dengan bentuk bangunan non gedung yang harus dilestarikan.

halamannya merupakan eagar budaya yang bersifat pelestarian terhadap bangunan kona peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan sebagai ciri cagar budaya setempat.

huruf d : Kebun raya merupakan tempat pelestarian flora dan jenis tumbuhan lainnya yang sekaligus dapat berfungsi sebagai taman rekreasi/tempat wisata. ayat (2) s/d (5) : Cukup jelas

Pasal 17 ayat (1) huruf a : Hutan Lindung, kawasan dengan sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kawasan sekitarnya dan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegaherosi dan banjir yang mutlak fungsinya sebagai penyangga kehidupan tidak dapat dialihkan peruntukannya.

huruf b : kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar

wadukldanau ditetapkan dalam RTRW

kabupaten/kota, yang lebarnya antara 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

huruf c : kawasan perlindungan setempat (KPS) sempadan sungai terdiri atas sungai di kawasan bukan permukiman sekurang-kurangnya 100 meter dan anak sungai sekurang - kurangnya 50 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah Jawa Timur.

huruf d : kawasan perlindungan setempat (KPS) sempadan pantai secara umum ditetapkan sekurang -kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi untuk kawasan pesisir, Sedangkan sekurang -kurangnya 130 x rata-rata perbedaan pasang tertinggi dan surut air terendah, untuk pesisir pulau-pulau keci!.

huruf e : kawasan perlindungan setempat sempadan sungai di. kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter

huruf f : kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat tumbuhnya tanaman mangrove di wilayah pesisirllaut yang berfungsi untuk melindungi habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan mencegah terjadinya

pencemaran pantai. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) sempadan pantai berhutan bakau minimal 130 kali rata rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat yang merupakan habitat hutan bakau/mangrove.

Adapun kawasan perlindungan mangrove meliputi sepanjang pantau utara dan pantai selatan Jawa Timur

huruf g : Kawasan Iindung untuk kawasan terbuka hijau kota adalah termasuk didalamnya hutan kota, meliputi kawasan permukiman industri, tepi sungai, pantai dan jalan dikawasan perkotaan.

Pasal 19 ayat (1) huruf a : Kawasan rawan letusan gunung berapi di Jawa Timur· berada pada lereng gunung berapi yang masih aktif. Terdapat 12 gunung berapi aktif di Jawa Timur serta lokasi yang merupakan wilayah rawan bencana letusan.

huruf b : Kawasan rawan banjir, rawan gempa, gerakan tanah dan longsor di Provinsi Jawa Timur terletak pada bagian selatan, namun yang perlu di waspadai adalah gerakan tanah yang berada di bagian laut lselatan yang dapat menimbulkan bahaya tsunami bila terjadi gempa

Wilayah rawan bencana terutama tanah longsor, banjir lumpur, erosi, dan wilayah aliran lahar gunung berapi terutama yang mempunyai tektur tanah halus dan ketebalan soil melebihi 90 cm. huruf c : Penetapan wilayah rawan tsunami didasarkan pada

angka kejadian di masa lalu serta keberadaan lempeng tektonik. Berdasarkan Kondisi geologi, selain kaya akan . sumberdaya alam wilayah selatan Jawa juga merupakan daerah dengan tingkat· kerawanari . yang tiilggi terhadap bencana alam, seperti rawan gempa tektonik dan vulkanik disepanjang "ring of fire" dari Sumatra - Jawa - Bali. Ayat (2) s/d (4) : Cukup jelas

Pasal 20 huruf a : Kawasan hutan produksi merupakan kawasan hutan yang digunakan untuk keperluan budidaya. huruf b : Kawasan pertanian merupakan lahan yang

sesuai dengan pola tanamnya yang perairannya dapat diperoleh seeara alamiah maupun teknis. huruf c : Kawasan yang digunakan sebagai perikanan

budidaya berupa pertambakan, budidaya rumput laut, budidaya ikan air tawar dan tangkap.

huruf d : Kawasan perkebunan merupakan lahan yang digunakan bagi tanaman perkebunan tahunan yang menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri.

huruf e : Kawasan yang diperuntukan bagi ternak besar, kecil dan unggas.

huruf f : Kawasan pariwisata merupakan kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

huruf g : Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan sebagai perkembangan lahan permukiman dan tidak berlokasi pada area konservasi.

huruf h : Kawasan industri merupakan kawasan yang diperuntukan bagi industri yang berupa tempat pemusatan kegiatan industri yang dikelola oleh satu manajemen perusahaan industri.

huruf i : Kawasan yang digunakan dikarenakan terdapat sumber daya tambang yang potensial untuk diolah guna menunjang pembangunan.

huruf j : Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi perdagangan yang berupa tempat pemusatan kegiatan perdagangan.

Pasal 21 : Cukup jelas.

Pasal 22 ayat (1 ) : Rencana penggunaan tanah untuk persawahan dan pertanian tanaman kering dengan memperhatikan daya dukung lahan rencana pengembangan jaringan irigasi di Provinsi Jawa Timur, dan proyeksi kebutuhah pang an serta potensi ekonomi maka sawah Irigasi dipertahankan sebesar 991.678 ha, dengan peningkatan jaringan irigasi semi teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis seluas 101.725 ha yang tersebar di masing-masing wilayah sungai.

ayat (2) dan (3) : Cukup jelas

Pasal 23 : Cukup jelas

Pasal 24 : Cukup jelas

Pasal 25 : penentuan pengembangan kawasan ternak dengan

memperhatikan aspek :

a. potensi ternak yang dimiliki dalam suatu wilayah. b. faktor daya dukung lingkungan antara lain ketersediaan sarana prasarana produksi, potensi wilayah dan agroklimat yang mendukung untuk pengembangan ternak

c. mempertahankan alih fungsi padang penggembalaan dan kebun hijauan pakan ternak.

d. peningkatan produksi dengan menggunakan teknologi tepat guna, ramah Iingkungan dangan memperhatikan produksi dan orientasi agribisnis e. faktor keamanan dan kesehatan Iingkungan f. perlindungan masyarakat dari penyakit hewan

menular.

Pasal 26 : Cukup jelas.

Pasal 27 : Pengembangan kawasan permukiman, harus

berdasar pada peraturan daerah dengan kriteria dasar, meliputi :

a. Perlu adanya pengaturan terhadap luas lahan terbangun dengan tak terbangun pada kawasan pengembangan permukiman.

b. Perlu adanya penegasan batas kawasan terhadap kawasan non permukiman.

c. Perlu adanya penetapan tinggi bangunan pada kawasan pengembangan permukiman.

ayat (1) s/d (7) : Cukup jelas

ayat (8) : Kawasan peru mahan adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk peru mahan dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau Iingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Terkait dalam pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan renqah yang menjadi

dapat dibangun sendiri oleh pemerintah atau dengan bantuan swasta sebagai pelaksana. Maka Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan lahan untuk perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kawaan permukiman dengan perbandingan 1 : 3 : 6 sesuai ketentuan dalam Keputusan Menteri Perumahan Rakyat No. 04/KPTS/BK 4 N/1995. Pasal 28 : Pasal 29 : Pasal 30 : Pasal 31 : Pasal 32 : Pasal 33 : Pasal 34 :

Huruf b : Istilah keterkaitan kawasan. Perkotaan - perdesaan merupakan penjabaran dari istilah urban - rural linkages.

Pasal 35 : Cukup jelas.

Pasal 36 : Cukup jelas.

Pasal37 : Cukup jelas.

Pasal38 : Cukup jelas.

Pasal39 : Cukup jelas.

Pasal40 : Cukup jelas.

Pasal41 : Cukup jelas.

Pasal 42 ayat (1) s/d (7) : Cukup jelas.

ayat 8 : Konservasi disini diartikan sebagai menjaga dan memanfaatkan kembali prasarana transportasi.

Pasal43 : Cukup jelas.

Pasal44 : Cukup jelas.

Pasal45 : Penyediaan transportasi udara di Jawa Timur untuk

dibedakan Bandara Udara Umum dan Bandara Udara Khusus.

Terkait dengan tidak dikembangkannya Bandara Iswahyudi sebagai bandara komersialdikarenakan bandara tersebut men,lpakan . pusat pertahanan skwadron tempur TNI - AU yang memiliki batas ruang udara tertentu.

Pasal46 : Cukup jelas.

Pasal47 : Cukup jelas.

Pasal48 : Pengembangan energi alternatif yang dapat

dikembangkan antara lain tenaga surya, kincir angin, microhydro, dan sebagainya.

Pasal49 : Prasarana sumber daya air direncanakan sesuai

dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis, peningkatan pengairan dari irigasi non teknis atau setengah teknis menjadi irigasi teknis.

Pasal50 ayat (1) s/d (4) : Cukup jelas

ayat (5) : Tipologi DAS dibagi menjadi : daerah hulu sungai, daerah sepanjang aliran sungai, daerah irigasi, daerah perkotaan dan industri, serta daerah muara sungai.

Pasal 51 : Cukup jelas

Pasal 52 : Cukup jelas

Pasal 53 ayat (1 ) : Cukup jelas

ayat (2) huruf a : Kawasan ekonomi potensial tersebut berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan disekitarnya, selain itu dapat

: a. ... b. ... c. ...

d. Melakukan pembinaan kepada masyarakat melalui pengembangan keanekaragaman pengolahan hasil panen, pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi secara inovatif dan sasaran pemasaran yang dilakukan sehubungan dengan produksi yang diciptakan.

e. Melakukan pendekatan dilakukan secara personal kepada swasta agar dapat menarik semaksimal mungkin kesempatan guna menunjang peningkatan pemasaran yang

produktif dari hasil produksi.

huruf c : Kawasan tertinggal merupakan wilayah kurang dalam hal perekonomian, infrastruktur atau prasarana penunjang

huruf d : Kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah rawan terhadap bahaya gempa, longsor, tsunami.

huruf e : Kawasan khusus militer merupakan kawasan yang digunakan untuk kepentingan pertahanan -keamanan nasional dan untuk kepentingan militer. huruf f : Kawasan perbatasan merupakan kawasan yang

terdapat di area perbatasan antara provinsi, kabupaten dan kota.

huruf g : Kawasan pengendalian ketat merupakan kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif, menjamin

Dokumen terkait