• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA UNTUK JEMBER YANG AMAN DARI BENCANA 12.1 Perencanaan Tata Guna Lahan yang Aman

(2) Jaminan Guru Sementara

BAB 12 RENCANA UNTUK JEMBER YANG AMAN DARI BENCANA 12.1 Perencanaan Tata Guna Lahan yang Aman

Penanggungjawab: Bappekab

Tata guna lahan yang baik dan efisien dapat membuat kota menjadi lebih aman dari bencana seperti banjir dan longsor. Tata guna lahan yang baik akan mempertimbangkan tempat-tempat pengungsian yang aman serta rute untuk mencapainya.

1) Peningkatan dan Penambahan Jalur pengungsian

Pada saat terjadi bencana, jalur transportasi dan pengungsian diperlukan kelancaran kegiatan darurat dan pengungsian. Rencana tata guna lahan harus memasukan jalan negara dan jalan provinsi sebagai jalan utama untuk jalur darurat dan pengungsian. Jalan ini akan menghubungkan tempat pengungsian dan fasilitas darurat lainnya. Dengan visi multipleksi sistem jalur pengungsian, rencana tata guna lahan juga harus mencantumkan jalur alternatif sebagai jalur pengungsian.

hal-hal berikut dapat dilaksanakan dalam rangka peningkatan jalur pengungsian: z Mencantumkan jalur pengungsian dan jalur alternatif pada rencana tata guna lahan

z Memprioritaskan peningkatan kapasitas jalan dengan pelebaran dan pengaspalan kembali.

2) Menyediakan Ruang Terbuka untuk Mendukung Penanggulangan

bencana

Di daerah permukiman dan perkantoran, ruang terbuka seperti taman dan jalur hijau memegang peranan penting sebagai tempat pengungsian ketika bencana alam terjadi. Oleh karena itu, ruang terbuka yang aman dari bencana harus dijaga dan dirawat. Selain itu lahan-lahan kosong yang belum terpakai juga dapat digunakan sebagai tempat pengungsian. Agar ruang terbuka ini terjamin keberadaannya, rencana tata guna lahan Kabupaten Jember harus mencantumkan lokasi-lokasi yang akan digunakan sebagai ruang terbuka dan jalur hijau sehingga tidak digunakan untuk peruntukan lainnya.

3) Mengurangi Bangunan yang berada di Zona Rawan

Peta daerah rawan bencana akan menunjukan wilayah-wilayah yang rawan bencana, sehingga semua bangunan yang berdiri di wilayah tersebut berada pada kondisi tidak aman. Untuk mengurangi resiko kerusakan yang parah, prioritas pembangunan dan perbaikan harus dititik beratkan di wilayah rawan bencana. hal-hal berikut dapat dilaksanakan dalam rencana tata guna lahan:.

z Memperkokoh bangunan yang berada di daerah rawan bencana

z Mendistribusikan ruang terbuka yang sesuai tingkat kepadatan bangunanya

Di sisi lain, rencana tata guna lahan harus memberi batasan yang jelas untuk daerah rawan bencana:.

z Melarang pembangunan baru di daerah rawan

12.2 Pembangunan Fasilitas Mitigasi Bencana

Penanggungjawab: Bakesbang Linmas

Pembangunan fasilitas mitigasi bencana termasuk diantaranya prasarana dasar, taman, jalan, jalur kereta, dan jembatan adalah sangat vital untuk membuat kota lebih aman dari bencana.

1) Pengembangan Fasilitas pada Jalur pengungsian

Untuk kelancaran dan keamanan pengungsian dan tanggap darurat pada saat bencana terjadi, fasilitas pada jalur pengungsian penting untuk ditingkatkan dan dipelihara. Jembatan dan terowongan kereta dari dan menuju Surabaya merupakan fasilitas transportasi yang penting di Kabupaten Jember. Jika dirasa perlu. Peningkatan kekuatan dan kapasitas serta perawatan berkala harus dilakukan oleh dinas terkait.

Transportasi alternatif perlu dipertimbangkan, mengingat jember hanya bergantung pada transportasi darat, sehingga jika terjadi bencana longsor dan banjir besar Kabupaten Jember akan terisolasi. Oleh karena itu, transportasi udara dan air adalah alternartif yang baik. Pengembangan fasilitas untuk kedua moda transportasi ini sangat diperlukan. Pembangunan bandara, helipad dan pelabuhan laut akan perlu untuk dipertimbangankan. Terutama pembangunan bandara perlu segera diselesaikan.

2) Pengembangan Daerah Lereng

Kabupaten Jember berdasarkan karakteristik geografisnya memiliki banyak daerah lereng. Terdapat Gunung Argopuro di sebelah utara, Gunung Raung di sebelah barat daya, dan Pegunungan serta Perbukitan Tenggara di sebelah tenggara. Banyak penduduk desa yang tinggal di daerah lereng tersebut dan memanfaatkanya untuk lahan pertanian, industri hutan dan tambang batu kapur. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penduduk tersebut tinggal di daerah yang rawan bencana sehingga perlu tindakan khusus untuk penanggulangan bencana longsor dan erosi. Ada dua hal penting yang dapat dilakukan, yaitu :

Pertama, meningkatakan tingkat keamanan jalan di daerah lereng untuk keperluan pengungsian dan pemberian bantuan jika terjadi bencana. Yang harus diperhatikan bukan hanya jalan negara dan jalan propinsi, namun juga jalan alternatif dan jalan desa yang akan membentuk jaringan jalan yang berguna saat pengungsian nantinya.

Kedua, membangkitkan kesadaran masyarakat yang hidup di daerah curam mengenai penanggulangan bencana dan pengetahuan dasar mengenai bencana alam melalui pelatihan dan penyebaran brosur dan poster.

3) Peningkatan keamanan wilayah perkotaan

Untuk mengurangi korban dan kerusakan yang besar, wilayah perkotaan harus mampu memiliki perencanaan yang baik untuk menghadapi bencana. Biasanya, pengungsian dan pemberian bantuan sangat sulit dilakukan karena padanya perumahan dan bangunan serta tidak adanya tempat pengungsian. Oleh karena itu, dinas terkait harus mendata bangunan-bangunan yang berbahaya dan rawan runtuh ketika ada bencana. Selain itu, jumlah serta ukuran ruang terbuka juga harus ditentukan dan didaftar untuk keperluan pengungsian.

Pembangunan kembali wilayah padat

Pembangunan kembali wilayah yang padat merupakan salah satu cara penanganan yang baik namun drastis dalam memperkuat kota dari bencana. Dengan pembangunan kembali, daerah yang sebelumnya padat, penuh gedung tinggi dan tidak teratur dapat dirancang ulang dan dibentuk menjadi daerah yang aman. Orang-orang yang tinggal didaerah rawan direlokasi dan ditempatkan di daerah aman. Namun, cara ini membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang sangat panjang, terutama untuk memperoleh konsensus dari seluruh penduduknya. Selain itu dampak sosialnya juga tinggi, sehingga perlu sebuah kajian yang mendalam sebelum dilaksanakan..

Æ

Kondisi Awal Pembangunan Kembali

Sumber: Tim Kajian JICA

BAB 13 PENGENDALIAN EROSI DAN SABO

Dokumen terkait