BAB II PROFIL PERUSAHAAN
H. Rencana Usaha
Divisi Perencanaan dan Pengembangan Bisnis merupakan divisi yang ada pada PT. Taspen (Persero) dibawah Direktorat Utama. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Direksi Nomor: PD-11/DIR/2012 tanggal 08 Agustus 2012.
Divisi Rembang Bisnis mempunyai fungsi melakukan perencanaan strategis perusahaan (pengembangan usaha) dalam jangka panjang dan pendek ini dapat dilihat berdasarkan visi, misi, paradigma dan sasaran serta kebijakan strategis yang telah ditetapkan perusahaan. Divisi Renbang Bisnis juga melakukan pengembangan konsep bisnis yang sesuai dengan perusahaan, melakukan kajian pengembangan produk-produk baru asuransi sosial (pensiun, tabungan hari tua dan program kesejahteraan PNS lainnya) termasuk study kelayakannya.
Sebagai pemenuhan atas ketentuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor:40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 11 ayat 2b Anggaran Dasar PT. Taspen (Persero), keputusan Pemegang Saham PT. Taspen (Persero) Nomor KEP-211/M-PBUMN/199 Pasal 7 ayat 1, dan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor:64 Tahun 2001 Tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Bidang Usaha Milik Negara, Divisi Renbang dan Bisnis ditugaskan perusahaan untuk membuat Laporan Manajemen Konsolidasi dan Laporan Manajemen Program Pensiun PT.
Taspen (Persero) Cabang Utama Medan.
26
Divisi Renbang Bisnis melakukan kajian terhadap posisi kegiatan usaha PT. Taspen (Persero) pada masa sekarang dan dimasa yang akan datang, serta perusahaan dapat melakukan monitoring resiko koorporasi melalui unit manajemen resiko untuk mengetahui sampai dimana perusahaan berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh perusahaan. Divisi Renbang Bisnis juga melakukan penerbitan Laporan Manajemen, Laporan Statistik, Annual Report dan Company Profile, disamping melakukan perumusan kebijakan dan SOP untuk pengendalian resiko bisnis.
BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012:256) aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Aset tetap terdiri dari tanah, peralatan, gedung, kendaraan, mesin, dan harta berwujud lainnya. Perusahaan dapat memperoleh aset tetap dengan berbagai cara, misalnya pembelian tunai, pembelian cicilan, hadiah, tukar tambah, dibuat sendiri dan sebagainya.
Menurut Rudianto (2012:256) berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa tidak setiap aset perusahaan dapat dikelompokkan sebagai aset tetap. Agar dapat dikelompokkan sebagai aset tetap, suatu aset harus memiliki kriteria tertentu, yaitu:
1. Berwujud
Ini berarti aset tersebut berupa barang yang memiliki wujud fisik, bukan sesuatu yang tidak memiliki bentuk fisik seperti goodwill, hak paten, dan sebagainya.
2. Umurnya Lebih dari Satu Tahun
Aset ini harus dapat digunakan lebih dari satu tahun atau satu periode.
Walaupun memiliki bentuk fisik, tetapi jika masa manfaatnya kurang dari satu tahun seperti kertas, tinta printer, pensil, penghapus, selotip, dan sebagainya tidak dapat dikategorikan sebagai aset tetap. Dan yang dimaksudkan dengan umur aset tersebut adalah umur ekonomis, bukan
28
umur teknis, yaitu jangka waktu dimana suatu aset dapat digunakan secara ekonomis oleh perusahaan.
3. Digunakan dalam Operasi Perusahaan
Barang tersebut harus dapat digunakan dalam operasi normal perusahaan, yaitu dipakai untuk menghasilkan pendapatan bagi organisasi.
Jika suatu aset memiliki wujud fisik dan berumur lebih dari satu tahun tetapi rusak dan tidak dapat diperbaiki sehingga tidak dapat digunakan untuk operasi perusahaan, maka aset tersebut harus dikeluarkan dari kelompok aset tetap.
4. Tidak Diperjualbelikan
Suatu aset berwujud yang dimiliki perusahaan dan umurnya lebih dari satu tahun, tetapi dibeli perusahaan dengan maksud untuk dijual lagi tidak dapat dikategorikan sebagai aset tetap dan harus dimasukkan dalam kelompok persediaan.
5. Material
Barang milik perusahaan yang berumur lebih dari satu tahun dan digunakan dalam operasi perusahaan tetapi nilai atau harga per unitnya atau harga totalnya relatif tidak terlalu besar dibanding total aset perusahaan, tidak perlu dimasukkan aset tetap.
6. Dimiliki Perusahaan
Aset berwujud yang bernilai tinggi yang digunakan dalam operasi dan berumur lebih dari satu tahun, tetapi dibawa perusahaan dari pihak lain, tidak boleh dikelompokkan sebagai aset tetap.
Pengendalian intern aset tetap adalah dimana aset tetap tersebut tidak hanya diawasi secara fisik, tetapi juga secara administratif dengan menyelenggarakan perkiraan pengendali untuk tiap golongan aset dengan perhitungan dalam buku tambahan. Aset tetap harus dilakukan dengan mendapat lebih dulu persetujuan dari yang berwenang, dan suatu note tentang pengafkiran harus dikirimkan pada bagian pembukuan untuk pembukuannya.
Banyak aset tetap adalah kecil, tetapi secara individual berharga. Barang-barang itu harus diawasi dengan ketat terhadap pencurian dan harus sering dibandingkan dengan catatan persediaan inventaris. Dan setiap aset tetap berwujud pada perusahan satu dengan perusahan lainnya pastilah berbeda, tergantung sifat, jenis dan skala usahanya.
B. Jenis-jenis Aset Tetap
Jenis aset tetap disetiap perusahaan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan jenis kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan.
Secara umum, penggolongan aset tetap didasarkan pada beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Substansi
Substansi yaitu aset tetap yang dapat digantikan dengan sejenisnya. Aset tetap dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Aset Berwujud (Tangible Fixed Asset)
Contohnya : Lahan, Mesin, Gedung, Peralatan, dan lainnya.
b. Aset Tidak Berwujud (Intangible Fixed Asset)
Contohnya : Goodwill, Paten, Copy Right, Frenchise, dan lainnya.
30
2. Umur
Penggolongan aset tetap dari segi umur berguna untuk mengetahui apakah aset tetap tersebut perlu disusutkan atau tidak dari harga perolehannya, karena aset tetap itu berbeda-beda umurnya. Ada yang umurnya tidak terbatas dan ada pula yang terbatas umurnya. Dan biasanya kebanyakan aset tetap itu memiliki umur yang terbatas. Penggolongannya adalah sebagai berikut :
a. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti : tanah untuk letak perusahaan, pertanian, dan peternakan.
b. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa digantikan dengan aset yang sejenis, seperti : bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan, dan lain-lain.
c. Aset tetap yang umurnya terbatas apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aset lain yang sejenis, seperti : sumber-sumber alam seperti tambang, hutan, dan lain-lain.
3. Disusutkan atau Tidak Disusutkan
Penggolongan aset dari segi disusutkan atau tidak disusutkan biasanya dicirikan dengan ada atau tidaknya penurunan nilai dari aset tetap tersebut. Aset tetap yang mengalami penurunan nilai selama masa manfaatnya dilakukan penyusutan terhadap harga perolehan. Dan aset tetap yang tidak mengalami penurunan nilai tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya. Adapun penggolongannya sebagai berikut :
a. Depreciated Plant Assets (Aset tetap yang disusutkan) yaitu aset tetap yang disusutkan, seperti : bangunan, peralatan, mesin, inventaris, jalan, dan sebagainya.
b. Undepreciated Plant Assets (Aset tetap yang tidak disusutkan) yaitu aset tetap yang tidak disusutkan , seperti : Tanah.
4. Berdasarkan Jenisnya
Aset tetap banyak ragamnya, maka aset tetap dapat pula dibagi berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut :
a. Tanah
Menurut Hery (2014:89) tanah adalah bagian dari bumi yang dikuasai perusahaan dan digunakan dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan normal perusahaan. Termasuk dalam kelompok tanah adalah tanah yang di atasnya terdapat bangunan gedung untuk kegiatan usaha perusahaan dan tanah yang ditanami pepohonan atau tetumbuhan pada perkebunan. Apabila ada lahan yang diatasnya didirikan bangunan, pencatatannya harus dipisahkan dari lahan itu sendiri khususnya bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya dapat digolongkan kedalam nilai Untuk memperoleh tanah tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya akuisisi aset tetap, yang meliputi : Harga beli, ijin dari pemerintah, komisi pialang, biaya survey.
32
b. Gedung/Bangunan
Menurut Hery (2014:89) gedung/bangunan adalahbangunan-bangunan yang dikuasai oleh perusahaan yang penggunaannya berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan. Contoh: gedung kantor, gedung pabrik, dan gedung garasi. Nilai bangunan dicatat sebesar harga bangunan itu siap dipergunakan dalam operasi perusahaan.
Pencatatannya harus terpisah dari tanah yang menjadi lokasi gedung itu.
Biaya yang timbul dari perolehan bangunan maupun gedung, antara lain: Biaya arsitek, biaya asuransi, ijin dari pemerintah, biaya balik nama.
c. Mesin
Menurut Hery (2014:89) Mesin adalah segenap alat yang digunakan dalam pengolahan barang yang berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan. Alat mekanis yang dikuasai perusahaan dalam kegiatan proses produksi seperti mesin pabrik, mesin pembangkit, dan mesin-mesin lainnya yang dipergunakan dalam proses produksi.
Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. Adapun biaya yang ditanggung perusahaan untuk memperoleh mesin tersebut adalah : Pengujian sebelum digunakan, sewa mesin
d. Kendaraan
Menurut Hery (2014:89) kendaraan adalah segala alat transportasi yang dikuasai perusahaan dan digunakan dalam rangka kegiatan
normal perusahaan, sebagai pengangkut barang atau karyawan. Sarana angkutan orang atau barang yang dimiliki perusahaan untuk kegiatan operasional. Kelompok aset tetap ini yaitu : semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, meliputi : truk, traktor, forklift, mobil, sepeda motor, dan sebagainya.
e. Alat-alat Perkantoran
Menurut Hery (2014:89) alat-alat perkantoran meliputi perangkat, perabot dan perkakas perkantoran yang dikuasai perusahaan dan digunakan dalam kaitannya dengan kegiatan normal perusahaan.
Perangkat perkantoran dapat berupa perangkat untuk kantor administrasi, dapat pula untuk toko atau bagian penjualan. Peralatan dapat menunjang jalannya kegiatan operasional alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan yang dapat menunjang jalannya kegiatan operasional suatu perusahaan seperti inventaris gudang dan lain-lain.
Biaya akuisisi untuk memperolehnya antara lain : Reparasi pembelian (peralatan bekas), penyesuaian pembelian (peralatan bekas)
C. Cara-cara Memperoleh Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012:259) tidak semua aset tetap selalu dibeli oleh perusahaan dari pihak lain. Aset tetap dapat diperoleh dari berbagai cara, di mana masing-masing cara perolehan itu akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aset tetap tersebut. Cara perolehannya antara lain:
34
1. Pembelian Tunai
Aset tetap yang diperoleh melalui pembelian tunai dicatat dalam buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut, yaitu mencakup harga faktur aset tetap, bea balik nama, beban angkut, beban pemasangan, dan lain-lain.
2. Pembelian Angsuran
Apabila aset tetap diperoleh melalui pembelian angsuran, harga perolehan aset tetap tersebut tidak termasuk bunga.
Bunga selama masa angsuran harus dibebankan sebagai beban bunga periode akuntansi berjalan. Sedangkan yang dihitung sebagai harta perolehan adalah total angsuran ditambah beban tambahan seperti beban pengiriman, bea balik nama, beban pemasangan, dan lain-lain.
3. Ditukar dengan surat berharga
Aset tetap yang ditukar dengan surat berharga, baik saham atau obligasi perusahaan tertentu, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar.
4. Ditukar dengan aset tetap yang lain
Jika aset tetap diperoleh melalui aset tetap yang lain, maka prinsip harga perolehan tetap harus digunakan untuk memperoleh aset yang baru tersebut, yaitu aset baru harus dikapitalisasi dengan jumlah sebesar harga pasar aset lama ditambah uang yang dibayarkan (jika ada). Selisih antara harga perolehan tersebut dan nilaibuku aset lama diakui sebagai laba atau rugi pertukaran
5. Diperoleh sebagai Donasi
Jika aset diperoleh sebagai donasi, maka aset tersebut dicatat dan diakui sebesar harga pasarnya.
Berdasarkan data diatas adalah beberapa cara perolehan aset tetap, sedangkan PT. Taspen (Persero) Cabang Utama Medan melakukan perolehan aset tetap dengan cara kontrak berjangka tidak langsung.
D. Penyusutan Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012:260) total pengeluaran yang terjadi pada ssuatu periode akuntansi untuk memperoleh aset tetap tertentu tidak boleh dibebankan seluruhnya sebagai beban periode berjalan. Jika pengeluaran tersebut dibebankan seluruhnya pada periode berjalan, maka beban periode berjalan akan terlalu berat sedangkan beban periode berikutnya yang ikut menikmati dan memperoleh manfaat dari aset tetap tersebut menjadi terlalu ringan. Ini berarti ketidakadilan dalam proses pembebanan suatu pengeluaran karena periode di mana aset tetap tersebut dibeli bebannya menjadi terlalu besar, sedangkan periode berikutnya menjadi terlalu ringan. Karena itu, agar keadilan pembebanan pengeluaran dapat terjadi harus dilakukan penyusutan terhadap aset tetap tersebut.
Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aset tetap tersebut.
Suatu aset tetap dikatakan tidak layak lagi apabila kemampuannya untuk memenuhi permintaan peningkatan produksi tidak memadai lagi. Ada
36
beberapa metode yang biasanya dipergunakan untuk menentukan besarnya pennyusutan aset tetap menurut Rudianto (2012:261) untuk mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke periode yang menikmati aset tetap tersebut bukan hanya dapat digunakan satu metode saja, tetapi ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menhitung beban penyusutan periodik, yaitu:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Ini adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap di mana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata. Beban penyusutan dihitung dengan cara mengurangi harga perolehan dengan nilai sisa dan dibagi dengan umur ekonomis aset tetap tersebut.
Metode perhitungan penyusutan garis lurus akan menghasilkan beban penyusutan aset tetap yang sama dari tahun ke tahun. Metode ini juga dapat menghasilkan beban penyusutan berupa suatu persentase dari harga perolehan aset tetap.
2. Metode Jam Jasa (service Hour Method)
Ini adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut menggunakan aset tetap itu. Semakin lama aset tetap digunakan dalam suatu priode, semakin besar beban penyusutannya.
Demikian pula sebaliknya. Besarnya beban penyusutan aset tetap dihitung dengan cara mengurangkan taksiran nilai residu dari harga perolehannya,
Harga Perolehan – Nilai Sisa Penyusutan =
Taksiran Umur Ekonomis Aset
dan membagi hasilnya dengan taksiran jumlah jam pemakaian total dari aset tetap tersebut selama umur ekonomisnya. Dari hasil pembagian tersebut akan diketahui beban peyusutan per jam. Jumlahnya lalu dijadikan dasar untuk mengalikan dengan jumlah jam aktual pemakain aset tetap tersebut dalam suatu priode, sehingga diketahui beban penyusutan aset tetap pada suatu priode.
Beban penyusutan aset tetap yang dihitung dengan metode jam jasa akan menghasilkan tarif penyusutan per jam atau per satuan waktu tertentu. Berdasarkan tarif penyusutan itu, beban penyusutan suatu priode dihitung dengan mengalikan tarif tersebut dengan jumlah jam atau waktu yang digunakan dalam periode bersangkutan.
3. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)
Ini adalah metode perhitungan penyusutan aset tetap, di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan selama periode akuntansi tersebut dengan menggunakan aset tetap itu. Semakin banyak produk yang dihasilkan dalam suatu periode, semakin beasr beban penyusutannya. Demikian pula sebaliknya. Besarnya beban penyusutan aset tetap dihitung dengan cara mengurangkan taksiran nilai residu dari harga perolehannya, dan membagi hasilnya dengan taksiran jumlah produk yang akan dihasilkan dari aset tetap tersebut selama umur ekonomisnya. Dari hasil pembagian tersebut
Harga Perolehan – Nilai Sisa Penyusutan =
Taksiran Jam Pemakaian Total
38
akan diketahui beban penyusutan per unit produk. Jumlahnya lalu dijadikan dasar untuk mengalikan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan secara aktual selama sutu periode, sehingga diketahui beban penyusutan aset tetap pada suatu periode.
Beban penyusutan aset tetap yang dihitung dengan metode hasil produksi akan menghasilkan tarif penyusutan per unit atau per satuan tertentu. Berdasarkan tarif penyusutan itu, beban penyusutan suatu periode dihitung dengan mengalikan tarif tersebut dengan jumlah unit atau satuan lain yang digunakan dalam periode bersangkutan.
4. Metode Beban Menurun (Reducing Charge Method) a. Metode Jumlah Angka (Sum Of Years Digits Method) b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
c. Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance Method) d. Metode Tarif Menurun (Declining Rating On Cost Method)
Di antara keempat metode yang menjadi bagian dari kelompk metode beban menurun, hanya metode jumlah angka tahun yang akan dibahas di buku ini.
Metode jumlah angka tahun adalah metode perhitungan penysutan aset tetap, di mana beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung dengan cara mengalikan harga perolehan aset tetap yang telah dikurangi dengan nilai sisanya dengan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu
Harga Perolehan – Nilai Sisa Penyusutan =
Taksiran Jumlah Total Produk yang Dapat Dihasilkan
berkurang. Bagian pengurang tersebut dihitung dengan cara membagi bobot untuk tahun bersangkutan dengan jumlah angka tahun selama umur ekonomis aset.
Jika penyusutan aset tetap dihitung dengan metode ini, beban penyusutan aset tetap akan semakin berkurang dari tahun ke tahun. Pada awal tahun umur aset tetap tersebut, beban penyusutannya akan menjadi paling besar, kemudian akan berkurang pada tahun berikutnya, dan semakin berkurang pada tahun berikutnya lagi.
Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Utama Medan, semua aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus/straight line method. Dengan metode ini diasumsikan besarnya biaya penyusutan
tiap periode akan tetap sama sepanjang aset tetap masih digunakan dalam operasi perusahaan. Nilai buku aset tetap akan semakin menurun akibat adanya alokasi, akan tetapi apabila aset tetap diadakan perbaikan yang dapat memperpanjang umur aset tetap tersebut, maka jumlah penyusutannya akan berubah. Penyusutan terjadi pada setiap tahunnya dimana batas minimal aset tetap berumur 5 tahun setelah masa pemakaian.
Bobot untuk tahun yang bersangkutan Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) x
Jumlah angka tahun umur ekonomis
40
E. Faktor yang Berpengaruh
Menurut Rudianto (2012:260) terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode, yaitu:
1. Harga perolehan, yaitu keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.
2. Nilai sisa (Residu), yaitu taksiran harga jual aset tetap pada akhir masa manfaatnya. Setiap perusahaan akan memiliki taksiran yang berbeda satu dengan lainnya atau suatu jenis aset tetap yang sama. Jumlah taksiran nilai residu juga akan sangat dipengaruhi oleh umur ekonomisnya, inflasi, niali tukar mata uang, bidang usaha, dan sebagainya.
3. Taksiran Umur Kegunaan, yaitu taksiran masa manfaat dari aset tetap.
Masa manfaat adalah taksiran umur ekonomis dari aset tetap, bukan umur teknis. Taksiran masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi, atau satuan jam kerja.
F. Penggantian Aset Tetap
Perusahaan mengambil suatu kebijakan terkait penggantian aset tetap dikarenakan aset tersebut tidak lagi dapat dipergunakan dalam kegiatan operasioanal perusahaan. Aset tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirement) tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara :
1. Dengan Cara Dibuang
Suatu aset tetap dibuang disebabkan aset tetap tersebut sudah tidak lagi berguna untuk perusahaan, disertai tidak lagi memiliki nilai residu atau
nilai pasar. Apabila suatu aset belum disusutkan sepenuhnya, maka penyusutan terlebih dahulu dicatat sebelum aset dibuang dan dihapus dari catatan akuntansi.
2. Dengan Cara Dijual
Aset tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat dijual dengan cara lelang.
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap sama dengan ayat jurnal yang telah ilustrasikan sebelumnya, kecuali bahwa kas atau aset lainnya yang diterima juga harus dicatat.
3. Dengan Cara Tukar dengan Aset Lain Keuntungan dari pertukaran :
Jika nilai tukar tambah melebihi nilai buku aset lama yang ditukarkan dan tidak ada keuntungan yang diakui, maka biaya atau harga pokok yang dicatat untuk aset tetap baru dapat ditentukan dengan salah satu cara berikut :
a. Biaya aset baru = Harga aset baru – Keuntungan yang tidak diakui b. Biaya aset baru = Harga aset baru + Keuntungan yang tidak diakui Keuntungan pertukaran aset tetap sama tidak diakui untuk pelaporan keuangan dan untuk tujuan pajak penghasilan federal.
Kerugian dari pertukaran :
Kerugian pertukaran aset sejenis untuk tujuan pelaporan keuangan diakui jika nilai tukar tambah lebih rendah dari nilai buku peralatan lama.
Apabila terjadi kerugian, biaya yang dicatat untuk aset baru adalah harga pasar aset tersebut. Berdasarkan data diatas adalah beberapa cara yang paling sering digunakan dalam penggantian aset tetap.
42
Sedangkan PT. Taspen (Persero) Cabang Utama Medan melakukan penggantian aset tetap dengan cara dilelang.
G. Sistem Pengendalian Intern Terhadap Aset Tetap pada PT. Taspen (PERSERO) Cabang Utama Medan
Sistem pengendalian internal atau internal control meliputi evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan dengan cara membandingkan realisasi dengan rencana, dan melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada penyimpangan yang merugikan). Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kebenaran data akuntansi, mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya, dalam upaya meningkatkan efisiensi usaha, serta mondorong ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen.
Pada PT.Taspen (Persero) Cabang Utama Medan, pengendalian internal adalah pengawasan terhadap kegiatan/aktivitas yang ada dalam suatu kegiatan kerja, apakah kegiatan kerja di PT. Taspen (Persero) Cabang Utama Medan sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
Menurut Anastasia dan Lilis (2011:82) Pengendalian Internal adalah semua rencana organisasi, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu kegiatan usaha untuk mengamankan harta kekayaannya, mengecek keakuratan dan keandalan data usaha tersebut, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
Dari uraian sebelumnya, maka dapat dijelaskan pengertian pengendalian internal adalah evaluasi secara menyeluruh yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan cara membandingkan antara prosedur-prosedur yang telah dibuat oleh manajemen suatu oraganisasi dengan keadaan yang
Dari uraian sebelumnya, maka dapat dijelaskan pengertian pengendalian internal adalah evaluasi secara menyeluruh yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan cara membandingkan antara prosedur-prosedur yang telah dibuat oleh manajemen suatu oraganisasi dengan keadaan yang