• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.5 Prospek Home Industri Kerawang Gayo

4.8.2 Rendahnya Skill Pekerja

Rendahnya skill juga merupakan kendala karena proses pembuatan kerawang gayo tidaklah mudah, dibutuhkan waktu yang lama agar mahir dalam membuat kerawang gayo.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu kasmawati :

“Wan mujelenen usaha ni tentue ara kendala ataupe massalah si ihedepi, kendala si kole menurut ibu oya modal si terbatas orom rendahe kemampuen tenaga kerja si ibu miliki. Gere meh ne tenaga kerja isien pane nejit meh ne motif, hanye motip-motip tertentu si pas I jet orom pakea karna tingket kesuliten wan mubordir motip oya”.

Terjemahan :

“Dalam menjalankan usahanya tentunya terdapat kendala atau masalah yang dihadapi, kendala terbesar menurut ibu itu modal yang terbatas dan rendahnya skill tenaga kerja yang dimiliki. Tidak semua tenaga kerja disini bisa menjahit semua motif, hanya motif-motif tertentu yang bisa mereka jahit karena tingkat kesulitan dalam membordir motif tersebut”.

Seperti yang dikatakan oleh pengrajin lain yaitu ibu Rizkiani:

“kurange modal orom kemampuen tenaga kerja merupeken kendala si kol wan mujalanen usaha ni. Kurang e kemampuen pekerja oya karna dele si pekerja nge pane mujit renyel kerje jadi I tarengne buet nejit kerawang gayo, karna pakea nge nunung rawan pakea si umahe gep lagu beda Kecamaten. Jadie ibu turah ngenal pekerja len si ayu tapi oya gere tentu len pane sehinge ibu turah mulei mien ari awal”.

Terjemahan :

“Kurangnya modal dan skill tenaga kerja sangat kurang itu merupakan kendala terbesar dalam menjalankan usaha ini. Kurangnya skill pekerja itu karena banyak pekerja yang setelah mahir menjahit mereka menikah dan meninggalkan pekerjaan menjahit kerawang gayo, karena mereka mengikuti suami mereka yang bertempat tinggal jauh seperti berbeda Kecamatan. Jadinya ibu harus mencari pekerja yang baru dan tentunya belum mahir sehingga harus memulai lagi dari awal”.

Dari penjelasan kedua pengrajin diatas menjelaskan bahwa pekerja termasuk kedalam kendala mereka dalam menjalankan usaha kerawang gayo. Pekerja yang merupakan tamatan SMA atau tidak melanjutkan sekolah lagi mereka dijadikan sebagai pekerja dilatih terlebih dahulu hingga mahir, tetapi sering kali ketika pekerja sudah menikah, pekerja jadi tidak memiliki waktu yang banyak lagi dalam pelatihan kerawang gayo serta pembuatan kerawang gayo karena dia telah berumah tangga dan terkadang mengikuti pekerjaan suaminya

seperti berkebun atau pindah tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat dia bekerja sebagai pekerja kerawang gayo.

Jadi ketika pekerja yang hampir mahir dalam menjahit jadi tidak bekerja lagi dan pengrajin harus mencari pekerja baru lagi yang tentunya memiliki skill yang masih kurang dan ini tentunya sangat membuat para pengrajin kesulitan dalam melakukan produksi karena harus mencari pekerja yang baru. Selain itu kendala lain yaitu tidak semua pekerja benar-benar mahir dalam membordir motif-motif kerawang gayo, karena menurut pengrajin setiap motif memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam proses pembuatannya sehingga pengrajin sendirilah yang harus turun tangan jika dalam pembuatan motif yang rumit.

4.8.3 Kurangnya perhatian dari pemerintah

Selain itu pengrajin juga memiliki kendala lain yaitu kurangnya perhatian pemerintah. Pemerintah masih kurang dalam membantu pengrajin baik dari segi modal, mesin maupun promosi-promosi yang seharusnya lebih gencar karena seharusnya pemerintah itu sadar bahwa kerawang gayo merupakan salah satu khas suku Gayo yang perlu dijaga dan dilestarikan, seperti yang dikatakan oleh salah satu pengrajin yaitu ibu Nurinah :

“kurange perhatien ari pemerintah oya pe teramsuk kendala ken kami pengrajin kerawang gayo, kune gere seharuse pemerintahle si gencar mupromosikan produk-produk kerawang gayo si kami tos, jadi ara kesinambungen wan mempertehenkan kerawang gayo ni, sehinge masyarakat lues mubetehi kerawang gayo. Selaen oya pemerintah gere penah nosah ibu bantuen baik oya ari segi dana maupe msin jit, jadi nguk ibu peren pemerintah kurang memperhatikan kami pengrajin kerawang gayo”.

Terjemahan :

“Kurangnya perhatian pemerintah itu juga termasuk kedalam kendala kami pengrajin kerawang gayo, bagaimana tidak seharusnya pemerintahlah yang gencar mempromosikan produk-produk kerawang gayo yang kami buat, jadi ada kesinambungan dalam mempertahankan kerawang gayo ini,

sehingga masyarakat luas mengetahui mengenai kerawang gayo. Selain itu pemerintah tidak pernah memberikan ibu bantuan baik dari segi dana maupun mesin jahit, jadi bisa ibu katakan pemerintah sangat kurang dalam memperhatikan kami para pengrajin kerawang gayo”.

Hal serupa juga ditegaskan oleh ibu Hj.Salimah beliau mengatakan :

“sikep pemerintah ibu peren bahwa pemerintah gere peduli ku kami pengrajin kerawang gayo, pakea gere ara vmu bantu baik ari segi modal, mesin jit nye len sebagai e. seseger wa pemerintah mu promosinen kerawang gayo kuluer daerah, perhatien pemerintah si kurang oya merupaken kendala bagi ibu karna seharuse pemerintah mudukung pengrajin kerawang gayo”.

Terjemahan :

“Sikap pemerintah ibu katakan bahwa pemerintah kurang peduli terhadap pengrajin kerawang gayo, mereka tidak ada membantu dalam hal modal, mesin jahit dan lainnya. Hanya sesekali pemerintah mempromosikan kerawang gayo keluar daerah, perhatian pemerintah sangat kurang merupakan kendala juga bagi ibu. Karena seharusnya pemerintah mendukung pengrajin kerawang gayo”.

Tetapi hal ini berlawanan dengan apa yang dikatakan oleh ibu Kartinah, ibu Kartinah mengatakan bahwa:

“perhatien pemerintah nge jeroh wan mubantu ibu mungembangen kerawang gayo lagu muperkenalen kerawamg gayo liwet pameren- pameren kebudayaen daerah nye pemerintah pe pernah nos pelatihen tun 2010. Selaen oya pemerintah pe peduli ken pengrajin kerawang gayo lagu nosah mesin jit renyel oya mubantu ibu wan proses produksi nos produk- produk kerawang gayo”.

Terjemahan :

“ perhatian pemerintah sudah cukup baik dalam membantu ibu dalam mengembangkan kerawang gayo seperti memperkenalkan kerawang gayo lewat pameran-pameran kebudayaan daerah dan juga pernah membuat pelatihan pada tahun 2010. Selain itu pemerintah juga pernah memberikan mesin jahit dan itu sangat membantu proses produksi dalam membuat produk-produk kerawang gayo”.

Dari ketiga pernyataan pengrajin diatas terdapat ketidaksesuaian pandangan pengrajin mengenai pemerintah daerah. Dari hasil wawanacara hanya sedikit pengrajin yang mendapatkan perhatian dari pemerintah baik itu bantuan berupa modal ataupun mesin jahit. Tetapi banyak pengrajin yang mengatakan bahwa pemerintah tidak peduli terhadap pengrajin karena tidak pernah memberikan modal ataupun maesin jahit, selain itu pemerintah juga kurang gencar dalam mempromosikan kerawang gayo. Hal ini mengungkapkan bahwa adanya ketidakterbukaan antara pengrajin dan pemerintah karena hanya sebagian kecil pengrajin yang mendapatkan bantuan baik itu modal maupun mesin, artinya disini hanya pengrajin-pengrajin tertentu yang memiliki hubungan emosional dengan pemerintah yang hanya mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Dokumen terkait