• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

2. TINJAUAN PUSTAKA 1 Karang Lunak Sinularia dura

2.4. Reproduksi Soft coral

Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi, maupun pembentukan tunas.Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru (Fabricius and Alderslade, 2001).

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Manuputty, 1986). Larva yang

terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian

membentuk koloni baru (Manuputty, 2005).

Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Tumbuh mempunyai arti yang berlainan bagi organisme yang berbeda. Menurut

Buddemeir 1978 in Suharsono pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu,

perubahan area permukaan per satuan waktu. Semua perubahan bersifat

irreversible yaitu tidak kembali atau tidak menyusut. Kecepatan tumbuh karang bervariasi tergantung dari jenisnya, tempat tumbuh dan faktor lain yang

berpengaruh. Pada karang yang bercabang kecepatan kalsifikasi cenderung berkurang secara sistematis dari titik paling ujung ke arah pangkal. Dibagian tengah relative lambat dan pertumbuhan terendah terdapat dibagian pangkal. Kecepatan tumbuh karang sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter koloni. 2.5. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak

Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa tersebut dibawa masuk kedalam perut dan dicerna.

Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan zooxanthella. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer, 1956 in Manuputty 1986).

2.6. Faktor Lingkungan

Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang. Pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari beberapa parameter, yaitu :

2.6.1 Salinitas

Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak. Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35‰. Pada perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu karang mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat tinggi (Nybakken, 1982).

2.6.2 Suhu

Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.

Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya. Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam Nugroho 2008)

2.6.3. Nutrien

Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka (oceanic) berasal dari berbagai sumber. Di perairan terbuka di daerah tropis nutrient diperoleh dari proses pertumbuhan plankton dan organisme pengurai lainnya terutama di perairan yang biru dan jernih. Pada daerah pesisir, konsentrasi zat makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal ini disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient (Manuputty, 2008).

2.6.4 Kecerahan

Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25 meter atau kurang.

2.6.5 Sirkulasi Arus

Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam hal pembersihan dari endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer energi dari alam terhadap hewan karang.

2.7 CoralWatch

Klasifikasi karang pada tingkat spesies sangat sulit, sehingga kelompok yang mudah diidentifikasi, sering digunakan saat merekam data tentang

karang yang dijelaskan hanya dengan dasar pertumbuhan bentuk atau bentuk koloni karang. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Kartu kesehatan karang menggunakan empat jenis karang untuk mengklasifikasikan karang,Klasifikasi jenis karang tersebut dapat kita lihat sebagai berikut (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) :

CoralWatch Karang,Bagan Kesehatan, suatu standar referensi kartu warna, adalah alat yang murah dan fleksibel, siapapun dapat menggunakan untuk

penilaian cepat, area luas perubahan kondisi karang . (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Bercabang contoh spesies Acropora Boulder contoh spesies Porites

Gambar 3 Gambar 5

Plate contoh spesies Acropora tabular Lembut contoh spesies Xenia

Gambar 7.Coral Colour Reference (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) 2.7.1 Cara Pemakaian Coral Watch

Dalam pemakaian Coral Watch atau diagram warna ada dua cara umum yang biasa digunakan untuk melihat dan melakukan pengambilan data tentang kondisi kesehatan karang, dimana metodologi ini dapat kita gunakan pada kondisi terumbu karang dari waktu ke waktu, metode ini adalah

'fingerprinting' dan pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Pemakaian Coral Watch dengan menggunakan 'fingerprinting' merupakan metode yang paling mudah digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang yang akan kita amati daripada metode pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih, dalam 'fingerprinting' hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana pemakai tinggal melihat atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis karang yang akan di amati, hanya mencatat baik ringan dan daerah tergelap termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang sesuai dengan diagram kesehatan karang milik kita. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Sedangkan untuk Pemantauan jangka panjang (Long-term monitoring) pertama kita memilih koloni karang secara acak, kemudian tandai daerah yang akan jadikan sebagai tempat pengambilan data kesehatan karang, dalam kegiatan ini harus memisahkan jumlah koloni karang yang berada pada rentangan warna <2 pada diagram kesehatan karang dan memisahkan jumlah koloni karang yang berada pada rentang >3 pada diagram kesehatan karang. Setelah itu lakukan pengambilan data dengan rentang waktu setiap dua minggu sekali selama satu tahun. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008).

3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Agustus 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Ancol. Laboratorium ini digunakan sebagai tempat transplantasi karang lunak dengan menggunakan sistem resirkulasi. Pengambilan sampel karang dilakukan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan selama penelitian No Alat dan Bahan Kegunaan

1

Peralatan SCUBA (BCD, regulator,

tabung, masker, snorkel, pemberat, fins) Untuk mengambil sampel 2 Kapal Motor

Sarana Transportasi untuk pengambilan sampel karang untuk di transplantasikan

3 Substrat atau base

Media buatan sebagai tempat menempel fragmen karang transplantasi

4 Jangka sorong

Skala tetap dalam mengukur sampel karang lunak

5 Kamera underwater Alat dokumentasi 6 Wearing (jaring) dan cool box

Tempat menyimpan sampel karang dari daerah pengambilan sampai tempat transplantasi 7 Kolam Resirkulasi Tempat penempatan sampel

8 Thermometer Mengukur suhu pada kolam 9 Refraktometer Mengukur salinitas pada kolam 10 Spektrofotometer Mengukur nitrat,nitrit dan amonia

Tabel 3. Alat dan Bahan Pengambilan Data Kualitas Air

Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan

Kimia

Amonium mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Fisika

Suhu °C Termometer Pengukuran Langsung Salinitas ‰ Refraktrometer Pengukuran Langsung

3.3. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini. Secara umum tahap-tahap penelitian dapat dilihat pada skema disajikan pada gambar 8.

Gambar 8. Diagram alir kegiatan transplantasi

3.3.1 Persiapan kolam

Sebelum melakukan penelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah pembersihan kolam, hal ini dikarenakan kolam ini akan dijadikan sebagai tempat untuk pemeliharaan hewan karang, agar penelitian ini berjalan baik maka tingkat persiapan kolam harus benar-benar sesuai dengan prosedur.

Persiapan kolam dilakukan dengan menyiramkan kaporit ke dalam kolam setelah diisi dengan patahan-patahan karang, selanjutnya dibersihkan dengan melakukan penyemprotan air sambil digosok sampai bersih dan dibilas, selanjutnya kolam tersebut diisi dengan air laut.

Persiapan Kolam budidaya dengan aerator dan filter

Pengambilan sample karang Aklimatisasi sample karang Transplantasi sample karang Pengamatan pertumbuhan sample karang Analisis data

Gambar 9. Persiapan Kolam Percobaan 3.3.2 Pengambilan sample karang

Tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel karang dari Kepulauan Seribu dalam kegiatan pengambilan data, pengambilan biota dilakukan di Pulau Pramuka, pertama persiapkan semua alat yang digunakan, Alat set SCUBA, jaring, pisau, ember dan juga kapal.

Sampel karang diambil dari lokasi habitat alaminya di kepulauan seribu dengan menggunakan alat selam SCUBA. Karang lunak di potong kemudian dimasukkan ke dalam jaring dan setelah sampel karang dirasa sudah mencukupi selanjutnya di bawa ke kapal dan dimasukkan ke dalam ember yang telah diisi dengan air laut.

Gambar 10. Pengemasan karang lunak saat pengangkutan dari laut 3.3.3 Aklimatisasi sample karang

Tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah aklimatisasi sampel karang. Setelah melakukan pengambilan sampel kemudian dibawa ke darat, Sebelum dipindahkan pada bak terkontrol, karang diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu hari pada kedalaman 2-3 m agar tidak mengalami stres pada saat pemindahan media. Setelah aklimatisasi, dilakukan pengangkutan sampel karang

menggunakan coolbox yang telah diisi dengan es batu dan oksigen agar suhunya tetap stabil. Setelah semuanya selesai diangkut dan pindahkan sample karang ke kolam pengamatan.

Setelah sampai kolam, karang diaklimatisasi atau didiamkan lagi selama satu minggu untuk memastikan karang tersebut hidup dan diletakkan di atas substrat. Dalam kegiatan ini merupakan masa kritis bagi karang dimana kemampuan adaptasi karang lunak dipertaruhkan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan habitat dari habitat di alam dan habitat baru yang berada di kolam. Setelah karang dipastikan tahan dan dapat hidup di dalam kolam lakukan tahap selanjutnya.

3.3.4 Transplantasi sample karang

Setelah proses aklimatisasi selesai, dilakukan transplantasi sebanyak 20 buah dan diletakkan pada di dasar bak terkontrol.

Gambar 11. Penempatan fragmen karang pada dasar Dalam proses transplantasi ini lakukan pemotongan terhadap indukan karang, potong sesuai ukuran yang diinginkan, setelah melakukan pemotongan kaitkan ke dalam substrat yang terbuat dari campuran semen dan pasir kemudian ikat dengan kabel ties agar karang yang ditaruh agar tidak mudah lepas oleh arus di dalam kolam.

3.3.5 Pengukuran pertumbuhan

Pada saat aklimatisasi, pengamatan pertumbuhan fragmen dilakukan selama satu bulan dan pada setiap hari dalam seminggu dan setiap minggu selama satu bulan. Setelah itu, pengamatan fragmen seperti tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak, dan penutupan luka dilakukan setiap minggu selama tiga bulan dengan menggunakan jangka sorong dan foto bawah air dengan posisi tegak lurus antara fragmen dan sudut pengambilan gambar dan meletakkan alat ukur (jangka sorong).

Gambar 12. Pengambilan data fragmen dan pengukuran panjang dan lebar 3.3.6 Analisis data

Setelah pengambilan gambar, pengolahan data dengan komputer

menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x dilakukan dengan cara digitasi pada tepian karang lunak, kemudian secara otomatis akan dihasilkan nilai panjang, lebar, dan luas.

Pemakaian mengenai kesehatan karang menggunakan Coral Watch dengan menggunakan metode 'fingerprinting' merupakan metode yang paling mudah digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang yang akan diamati daripada metode pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih, dalam'fingerprinting' hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana cara pemakaianya dengan cara melihat atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis karang yang akan diamati, kemudian mencatat baik ringan dan daerah tergelap termasuk ujung percabangan karang. Kita pilih warna karang yang sesuai dengan diagram kesehatan karang milik kita. (Siebeck, Logan, Marshall,2008).

Panjang L e b a r

Dalam penggunaan metode ini hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana cara pemakaianya dengan cara melihat atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis karang yang akan diamati, kemudian mencatat baik ringan dan daerah tergelap termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang sesuai dengan diagram kesehatan karang.

Gambar 13. Pengambilan data kesehatan fragmen menggunakan CoralWatch Penganalisaan pertumbuhan panjang, lebar dan luasan dari karang lunak yang ditransplantasi menggunakan software Image J 1.38x. Sistem analisanya menggunakan foto karang lunak yang kita didigitasi disekitar tepian karang. Hasil digitasi pada image J tersebut akan menghasilkan secara otomatis panjang,

lebar,dan luasan karang tersebut. Untuk menjaga keakurasian data maka dalam setiap melakukan pengolahan data kita harus membandingkan hasil Image J dengan pengukuran sebelumnya. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap.

Warna karang sesuai dengan CoralWatch

Tidak hanya itu dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data kualitas air pada kolam resirkulasi. Parameter perairan yang akan diamati adalah

parameter fisika dan kimia. Contoh air untuk analisis kandungan kimia perairan diambil dengan botol contoh kemudian disimpan dalam cool box. Analisis kandungan nitrat, asam amino dan oksigen terlarut dilakukan di Laboratorium Produksi Lingkungan. Parameter kualitas air berupa salinitas, suhu diukur mnggunakan refraktometer dan termometer.

3.3.6.1 Kelangsungan Hidup

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup atau mengetahui berapa persen karang lunak yang ditransplantasi masih tetap hidup dari awal hingga akhir kegiatan. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan persamaan (Ricker, 1975 in Pratama 2005):

SR = ( N

t

/ N

o

) x 100 %

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%), Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian, No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian, 3.3.6.2 Pertumbuhan Karang Lunak

Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa parameter yang terkait dengan pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan panjang, lebar, dan luasan kapitulum.

β = Pertumbuhan panjang/lebar Karang Lunak (cm)

Lt = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-t, (cm) Lo = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-o, (cm) t = Waktu pengamatan Karang Lunak (bulan)

3.3.6.3 Laju pertumbuhan karang lunak

Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang lunak, serupa dengan yang digunakan Sadarun (1999) , yaitu :

Keterangan :

β = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm) Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-I, (cm) ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup fragmentasi karang. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan

Parameter Unit Kisaran Nilai Baku Mutu * Bulan I Bulan II Bulan III Fisika Suhu °C 26-28 26 – 28 26 – 28 28 – 30 Salinitas ‰ 31-35 31 – 35 31 -35 33 – 34 Kimia Nitrit mg/l 0,001 0,005 0,014 Nitrat mg/l 0,202 0,215 1,623 0,008 Amonium mg/l 0,187 0,268 0,047 0,003 *Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004 Data penelitian yang menunjukan bahwa nilai suhu yang didapat pada bulan pertama penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Pada umumnya, karang lunak tumbuh secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 25 °C dan 29 °C, namun suhu di luar itu masih dapat ditolelir oleh spesies tertentu dari jenis karang lunak untuk dapat berkembang dengan baik.

Kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35 ‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar 0,202mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam tidak berwarna hijau.

Data penelitian yang menunjukan bahwa nilai suhu pada bulan kedua penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Dari kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35 ‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar 0,215mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam berwarna hijau.

Data penelitian yang didapat, bahwa nilai suhu yang didapat pada bulan ketiga penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Dari kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35 ‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar 1,623mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam berwarna hijau.

Data hasil pengukuran parameter fisika dan kimia didapat bahwa nilai kisaran suhu dan nilai kisaran salinitas tidak berubah secara signifikan hal dapat dikatakan bahwa kondisi kolam dalam keadaan normal dan terkontrol, sedangkan pada nilai nitrat, nitrit, fosfat dan ammonia terjadi peubahan yang signifikan, bahkan melebihi nilai ambang batas dari buku mutu, hal dikarenakan adanya berbagai pengaruh yang mempengaruhi kondisi kimia di dalam kolam, pengaruh-pengaruh ini antara lain adanya pemberiaan pakan, adanya persaingan dalam memperebutkan pakan dengan biota lain yang ada di dalam kolam penelitian. Dengan adanya pengaruh diatas mengakibatkan tingkat ekskresi pada biota-biota selain karang lunak yan digunakan sebagai penelitian menjadi semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi pada kolam penelitian, diantaranya warna kolam akan berwarna hijau diakhir penelitian

Berdasarkan nilai buku mutu kualitas air untuk biota laut jenis karang lunak yang tercantum pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 terhadap parameter fisika dan kimia parairan yang terukur, kondisi fisik dan kimia perairan pada bak terkontrol dapat dikatakan cukup baik dan mampu mendukung kehidupan organisme yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Kesehatan karang

Tingkat kelangsungan hidup karang lunak dalam penelitian mencapai 100% hal ini dikarenakan jumlah fragmen karang yang digunakan tidak

mengalami kematian, dalam hal ini karang lunak tersebut dapat bertahan hidup pada lingkungan yang berbeda. Hal ini hampir sejalan dengan tingkat kesehatan karang dimana ketika karang mengalami tingkat stres maka tingkat kesehatanya akan menurun hal ini dapat dilihat dengan menggunakan diagram Coral Watch (Gambar 7).

Adanya tingkat stres karang, hal ini dikarenakan adanya kompetisi ruang dengan alga dan kecepatan arus yang dihasilkan terlalu kecil di dalam bak

terkontrol, dengan adanya alga kompetisi untuk mendapatkan makanan terganggu belum lagi pada penelitian ditemukan adanya karang lunak yang ditutupi oleh alga, hal tersebut akan menghambat karang untuk menangkap makanan, maka dari itu setiap satu bulan sekali dilakukan pembersihan dengan cara mengelupas alga-alga yang menempel pada karang dan juga membersihkan alga-alga yang ada

dipinggiran kolam, hal ini dilakukan agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang lunak bisa optimal.

Gambar 14. Karang Lunak yang ditumbuhi Alga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utama (2010), tingkat

kelangsungan hidup transplantasi karang lunak Sinularia dura pada bak terkontrol sebesar 100 %. Hasil ini sama dengan nilai tingkat kelangsungan hidup yang didapat selama penelitian walaupun ada perbedaan ketahanan hidup karang untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru dan terjadinya kompetesi ruang pada awal hingga pertengahan bulan, tapi dalam penelitian ini semua fragmen karang yang digunakan untuk penelitian hidup semua walaupun dilihat dari tingkat kesehatan masing-masing fragmen berbeda.

4.3. Pertumbuhan Mutlak

Dokumen terkait