• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Pertumbuhan Dan Kesehatan Soft Coral Sinularia Dura Hasil Transplantasi Pada Sistem Resirkulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laju Pertumbuhan Dan Kesehatan Soft Coral Sinularia Dura Hasil Transplantasi Pada Sistem Resirkulasi"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL

Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM

RESIRKULASI

Aulia Al Delanov

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL Sinularia dura

HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

RINGKASAN

AULIA AL DELANOV . LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI. Dibimbing oleh Mujizat Kawaroe dan BEGINER SUBHAN.

Karang lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah karang lunak jenis Sinularia dura. Pemilihan karang lunak jenis ini berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana jenis Sinularia dura merupakan karang yang dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang keruh Manuputty (1986), maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur.

Pemanfaatan yang terus meningkat dari karang lunak tanpa diikuti usaha pelestarian akan mengancam keberadaannya di alam. Ancaman kelestarian tersebut terlihat pada proses pengumpulan spesimen untuk pemanfaatan dengan tujuan tertentu, pada umumnya diambil secara langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya, untuk melestarikan pemanfaatan sumberdaya hayati karang lunak yang telah rusak dan mencegah terjadinya penurunan populasi maka

dikembangkan suatu gagasan atau metode, yaitu transplantasi dengan fragmentasi buatan. Kegiatan transplantasi ini dilakukan pada sistem resirkulasi yang

berlangsung selama bulan Februari 2011 - Agusutus 2011, untuk mengetahui laju pertumbuhan (panjang, lebar, dan luas) dan tingkat kesehatan karang lunak. Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan software image J untuk pengukuran tingkat kesehatan dilakukan dengan menggunakan Coralwatch.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada tahap awal transplantasi karang lunak melakukan proses penyembuhan. Proses ini pada umumnya berlangsung selama satu bulan. Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada sistem resirkulasi ini mencapai 100%, sedangkan untuk tingkat

kesehatan mengalami fluktuasi dimana pada penelitian ini ditemukan tiga hal dari hasil tingkat kesehatan karang antara lain karang lunak yang pada awal penelitian mengalami tingkat kesehatan pada kondisi yang baik pada akhir penelitian

mengalami tingkat kesehatan yang kurang baik. Yang kedua karang lunak pada kondisi baik pada bulan kedua mengalami penurunan tingkat kesehatan yang kurang baik dan di akhir penelitian ditemukan mengalami tingkat kesehatan yang baik kembali dan yang ketiga karang lunak yang pada awal penelitian tingkat kesehatan yang kurang baik dan di akhir penelitian mengalami tingkat kesehatan yang baik.

Transplantasi pada sistem terkontrol, menunjukkan persamaan pola pada grafik pertumbuhan antara panjang, lebar, dan luas. Dari penelitian diperoleh bahwa tingkat kelangsungan hidup karang berbandingan lurus dengan laju

(4)

© Hak Cipta milik Aulia Al Delanov 2012

Hak Cipta dilindungi

(5)

LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL

Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM

RESIRKULASI

Aulia Al Delanov

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan Pada Depatemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(6)

SKRIPSI

Judul Penelitian : LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

Nama Mahasiswa : Aulia Al Delanov

Nomor Pokok : C54070050

Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir Mujizat Kawaroe, M.Si Beginer Subhan S.Pi.M.Si NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19800118 200501 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc NIP. 19580909 198303 1 003

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT

CORAL Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM

RESIRKULASI merupakan tugas akhir yang dibuat sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2011

hingga Agustus 2011.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak

kekurangan terkait dengan isi yang ada. Namun demikian, penulis berharap

semoga informasi yang terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat untuk

berbagai pihak.

Bogor, Januari 2012

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Allah SWT yang selalu melindungi, memberikan ketenangan hati dan

mengabulkan semua doa-doa saya.

2. Orang tuaku Bapak Yunus Suwandi dan Ibu Indah wahyuni atas semua

doa restu yang diberikan kepada saya, serta adikku Muhammad Luqman

Al Faisal atas doa dan semangatnya.

3. Ibu Dr. Ir Mujizat Kawaroe, M.Si dan Bapak Beginer Subhan, S.Pi. M.Si

selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan

pengetahuan dan nasehat, serta kesempatan yang diberikan kepada penulis

dalam kegiatan penelitian.

4. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc selaku pembimbing akademik, atas

bimbinganya kepada penulis.

5. Ibu Dr.Neviaty P. Zamani selaku penguji skripsi yang telah memberikan

masukkan, dan pengetahuan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Teman-teman di Lab. Hidrobiologi Laut (Bang Aditya, Mbak Femi, Bang

Denny dan Bang. Dondi), Rekan satu tim (Didit, Agus, Nori, Raiz, Taufik,

Putu, Jimmy, Silvia, Guffron dan Arif), atas kerjasamanya selama

penelitian.

7. Anugrah Aditya, Aldino R Wicaksono, Moh.Iqbal Panggarbesi,

teman-teman ITK 44**, dan adik kelas di ITK

8. Pak Jayadi, Pak Teguh dan Pak Mardi yang telah membantu selama

(9)

DAFTAR ISI

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Karang lunak sinularia dura ... 18

2.2 Perbedaan antara karang lunak dan karang batu ... 19

2.3 Transplantasi soft coral ... 21

2.4 Reproduksi soft coral ... 21

2.5 Cara atau kebiasaan makan karang lunak ... 23

2.6 Faktor lingkungan...23

2.7.1 Cara pemakaian coralwatch………..………26

3. BAHAN DAN METODE ... 28

3.1 Waktu dan tempat penelitian... 28

3.2 Alat dan bahan ... 28

3.3 Tahap-tahap penelitian ... 30

3.3.1 Persiapan kolam...30

3.3.2 Pengambilan sampel karang ... 31

3.3.3 Aklimatisasi sample karang ... 32

3.3.4 Transplantasi sample karang………33

3.3.5 Pengukuran pertumbuhan……….33

3.3.6 Analisis data ... 34

3.3.6.1 Kelangsungan hidup ... 36

3.3.6.2 Pertumbuhan karang lunak ... 36

(10)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN………....38

4.1. Parameter fisika kimia perairan……….……....38

4.2. Tingkat kelangsungan hidup dan kesehatan karang……….….41

4.3. Pertumbuhan mutlak……….….42

4.3.1. Pertumbuhan panjang……….…42

4.3.2. Pertumbuhan lebar………...…..44

4.3.3. Pertumbuhan luas………...45

4.4. Laju pertumbuhan………..……46

4.4.1. Laju pertumbuhan panjang………...46

4.4.2. Laju pertumbuhan lebar………..46

4.4.3. Laju pertumbuhan luas……….………..47

4.5 Tingkat Kesehatan Karang……….….…48 5. KESIMPULAN DAN SARAN………..…50

5.1. Kesimpulan……….…………...50

5.2. Saran………..50

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. a. s. brassica dan b. s. lamellate………....18

2.Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu...20

3. Bentuk bercabang……….………...……...25

4. Bentuk piringan………...25

5. Bentuk boulder………...25

6. Bentuk soft...25

7. Coral colour reference………..……….26

8. Diagram alir kegiatan transplantasi………...30

9. Persiapan kolam percobaan.………..…31

10. Pengemasan karang lunak saat pengangkutan dari laut………....32

11. Penempatan fragmen karang pada dasar………...33

12. Pengambilan data fragmen dan pengukuran panjang dan lebar…………34

13

.

Pengambilan data kesehatan fragmen menggunakan coralwatch………..35

14. Karang lunak yang ditumbuhi alga………..……..…………...42

15. Panjang rata-rata fragmen karang lunak………...43

16. Lebar rata-rata fragmen karang lunak………..44

17. Luas rata-rata fragmen karang lunak…...……….45

18. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak………...46

19. Laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak…..………...47

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Perbedaan karang lunak dan karang keras………20

2. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian....………...28

3. Alat dan bahan pengambilan data kualitas air………..29

4. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan………...38

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Gambaran umum daerah penelitian……….……55

2. Ukuran panjang fragmen karang lunak………...56

3. Ukuran lebar fragmen karang lunak……….…..….56

4. Ukuran luas fragmen karang lunak………….………...….….57

5. Pertumbuhan fragmen karang lunak………58

(14)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Octocorallia adalah hewan dari Filum Cnidaria yang memiliki ciri utama

memiliki tubuh simetri radial rangkap delapan atau memiliki tentakel berjumlah

delapan. Hal mendasar ini yang membedakan Octocorallia dengan Scleractinia

(Hexacorallia) yang memiliki tentakel yang berjumlah enam atau kelipatannya

(Fabricius & Alderslade, 2001).Karang lunak sendiri juga menghasilkan kerangka

kapur yang berbentuk duri-duri kokoh yang disebut spikula. Duri-duri ini tersusun

sedemikian rupa sehingga tubuh karang lunak lentur dan tidak mudah putus

(Manuputty, 2002).

Oktokoral (karang lunak) merupakan biota penyusun terumbu karang

kedua setelah karang batu. Sedangkan posisinya dalam sistem taksonomi, karang

lunak bersama dengan kipas laut (sea fans), tergabung dalam ordo Alcyonacea,

termasuk kelas Anthozoa dan sub kelas Octocorallia, yang tersebar luas di

perairan Indo-Pasifik (Manuputy, 2008).

Karang jenis ini dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang

keruh, maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur

demikian pula hubunganya dengan kecerahan air laut, terutama di pulau-pulau

yang masih dirasakan adanya pengaruh dari daratan pulau Jawa (Manuputty

2002).

Di sisi lain, pemanfaatan yang terus meningkat dari karang lunak tanpa

(15)

kelestarian tersebut terlihat pada proses pengumpulan spesimen untuk

pemanfaatan dengan tujuan tertentu, di mana pada umumnya diambil secara

langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya, Cara seperti ini, jika

dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat menurunkan populasi secara

signifikan jenis ini karena terjadi tangkap lebih (overfishing) dan bahkan terancam

kepunahan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan berkesinambungan,

kelestarian karang lunak ini perlu dijaga dan diperhatikan (Haris, 2005).

Dengan adanya pemanfaatan yang terus menerus tanpa diikuti dengan

usaha pelestarian, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan dan dapat

mengancam keberadaann karang lunak di alam. Dalam melestarikan pemanfaatan

sumberdaya hayati karang lunak yang telah rusak, maka dikembangkan suatu

gagasan atau metode, yaitu transplantasi dengan fragmentasi buatan.

Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman dan

pertumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi dimana benih karang

diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007).

Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang

yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang

yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan

(Harriot dan Fisk,1998 in Soedharma dan Arafat, 2007). Penelitian mengenai

transplantasi karang lunak ini telah banyak dilakukan di laut ataupun di kolam,

diantaranya pada karang lunak jenis Lobophytum srictum (Hakim, 2009),

Sinularia dura (Utama, 2010), Sarchopyton sp (Pramayudha, 2009), dan

(16)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati pertumbuhan dan tingkat

kesehatan karang lunak jenis Sinularia dura yang ditransplantasikan pada sistem

resirkulasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk

kepentingan penelitian, rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang rusak,

perdagangan karang lunak dan dapat menjadi dasar dalam memproduksi anakan

karang lunak.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju pertumbuhan, tingkat

kelangsungan hidup dan tingkat kesehatan fragmentasi karang lunak jenis

(17)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karang Lunak Sinularia dura

Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut

: (Hyman, 1940; Bayer 1956 in Ellis and Sharron, 2005):

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria)

Ordo : Alcyonacea

Sub ordo : Alcyoniina

Famili : Alcyoniidae

Genus : Sinularia

Spesies : Sinularia dura

Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001)

Gambar 1. a. S. Brassica dan b. S. lamellate

Istilah Anthozoa berasal dari bahasaYunani yang berarti binatang

berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari Cnidaria, di mana

(18)

tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari Cnidaria,

Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya tercermin dalam

variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson, 1995).

Anggota dari marga Sinularia memiliki bentuk koloni yang lebih

bervariasi dibandingkan dengan anggota karang lunak lainnya. Bentuk

pertumbuhannya bervariasi dari bentuk mengerak (encrusting) dengan lobus yang

berbentuk tonjolan-tonjolan kecil atau seperti pematang, sampai ke bentuk seperti

semak yang rindang (Fabricius and Alderslade 2001; Fabricius and De’ath 2000).

Polip atau binatang karang pada anggota Sinularia bersifat monomorfik

atau bentuknya seragam, mempunyai delapan tentakel yang tersusun pada keping

mulut yang melingkari lobang kecil yang berfungsi sebagai mulut. Koloni

Sinularia berwarna coklat, krem, kuning atau hijau kecoklatan, warna polip, juga

mengikuti warna koloni. Warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae

yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak.

2.2 Perbedaan Antara Karang Batu dan Karang Lunak

Perbedaan antara karang lunak dan karang batu adalah pada jumlah

tentakel, kekenyalan tubuh, dan kerangka penyusunya. Tentakel karang lunak

berjumlah delapan buah dan dilengkapi dengan duri-duri (pinnula), sedangkan

karang batu memiliki tentakel berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak

berduri (Manuputty, 1986).

Karang lunak mudah dikenali karena tekstur tubuhnya yang lunak dan

tertanam dalam massa gelatin. Kerangka tubuh bersifat endoskeleton dan tidak

menghasilkan kapur yang radial. Karang batu menghasilkan kerangka kapur yang

(19)

Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras

Karang Batu Karang Lunak

Tentakel Berjumlah enam atau kelipatan dan tidak berduri

kerangka kapur yang radial.

Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam gelatin.

Membentuk koloni

Kerangka Tubuh

Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal

aragonit.Bersifat eksoskeleton

Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisah-pisah dan berkapur. Bersifat

endoskeleton

Sekret (getah) Tidak menghasilkan senyawa terpen

Menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut,

untuk mempertahankan diri Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002)

Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dalam hal bentuk dan

susunan tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.

(20)

2.3. Transplantasi Soft coral

Transplantasi karang berarti penanaman dan penumbuhan koloni karang

baru dengan metode fragmentasi, namun sebenarnya karang ini dapat

memperbanyak diri dengan fragmentasi, khususnya untuk jenis-jenis karang yang

mempunyai percabangan (Soedharma dan Arafat, 2007).

Melalui transplantasi ini, umumnya karang akan bereproduksi masal

secara aseksual dengan campurtangan manusia.Manfaat transplantasi karang

adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi

lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan

memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu,

konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan (Soedharma dan

Arafat,2007).

2.4. Reproduksi Soft coral

Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual

dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi,

maupun pembentukan tunas.Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak

melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada

reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui

pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan

ada pembentukan koloni baru (Fabricius and Alderslade, 2001).

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma

dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi

fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan

(21)

terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang

sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu,

hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya

berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian

membentuk koloni baru (Manuputty, 2005).

Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Tumbuh

mempunyai arti yang berlainan bagi organisme yang berbeda. Menurut

Buddemeir 1978 in Suharsono pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai

perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu,

perubahan area permukaan per satuan waktu. Semua perubahan bersifat

irreversible yaitu tidak kembali atau tidak menyusut. Kecepatan tumbuh karang

bervariasi tergantung dari jenisnya, tempat tumbuh dan faktor lain yang

berpengaruh. Pada karang yang bercabang kecepatan kalsifikasi cenderung

berkurang secara sistematis dari titik paling ujung ke arah pangkal. Dibagian

tengah relative lambat dan pertumbuhan terendah terdapat dibagian pangkal.

Kecepatan tumbuh karang sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter koloni.

2.5. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak

Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara

makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam

jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan

menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi

keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun

yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa

(22)

Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan

tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa

karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan

pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan zooxanthella.

Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa

(Bayer, 1956 in Manuputty 1986).

2.6. Faktor Lingkungan

Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi

lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang. Pertumbuhan ekosistem

terumbu karang tergantung dari beberapa parameter, yaitu :

2.6.1 Salinitas

Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak.

Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35‰. Pada

perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu

karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu karang

mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat

tinggi (Nybakken, 1982).

2.6.2 Suhu

Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.

Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya.

Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum

terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam

(23)

2.6.3. Nutrien

Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka

(oceanic) berasal dari berbagai sumber. Di perairan terbuka di daerah tropis

nutrient diperoleh dari proses pertumbuhan plankton dan organisme pengurai

lainnya terutama di perairan yang biru dan jernih. Pada daerah pesisir, konsentrasi

zat makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal

ini disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient

(Manuputty, 2008).

2.6.4 Kecerahan

Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh

dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang

terjadinya fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang.

Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25

meter atau kurang.

2.6.5 Sirkulasi Arus

Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai

makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam hal pembersihan dari

endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas.

Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer

energi dari alam terhadap hewan karang.

2.7 CoralWatch

Klasifikasi karang pada tingkat spesies sangat sulit, sehingga kelompok

yang mudah diidentifikasi, sering digunakan saat merekam data tentang

(24)

karang yang dijelaskan hanya dengan dasar pertumbuhan bentuk atau bentuk

koloni karang. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Kartu kesehatan karang menggunakan empat jenis karang untuk

mengklasifikasikan karang,Klasifikasi jenis karang tersebut dapat kita lihat

sebagai berikut (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) :

CoralWatch Karang,Bagan Kesehatan, suatu standar referensi kartu warna,

adalah alat yang murah dan fleksibel, siapapun dapat menggunakan untuk

penilaian cepat, area luas perubahan kondisi karang . (Siebeck, Logan, Marshall,

2008)

Bercabang contoh spesies Acropora Boulder contoh spesies Porites

Gambar 3 Gambar 5

Plate contoh spesies Acropora tabular Lembut contoh spesies Xenia

(25)

Gambar 7.Coral Colour Reference (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

2.7.1 Cara Pemakaian Coral Watch

Dalam pemakaian Coral Watch atau diagram warna ada dua cara umum

yang biasa digunakan untuk melihat dan melakukan pengambilan data tentang

kondisi kesehatan karang, dimana metodologi ini dapat kita gunakan pada

kondisi terumbu karang dari waktu ke waktu, metode ini adalah

'fingerprinting' dan pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih (Siebeck,

Logan, Marshall, 2008)

Pemakaian Coral Watch dengan menggunakan 'fingerprinting' merupakan

metode yang paling mudah digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang

yang akan kita amati daripada metode pemantauan jangka panjang dari koloni

yang dipilih, dalam 'fingerprinting' hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang

yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana pemakai

tinggal melihat atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis

karang yang akan di amati, hanya mencatat baik ringan dan daerah tergelap

termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang sesuai dengan

(26)

Sedangkan untuk Pemantauan jangka panjang (Long-term monitoring)

pertama kita memilih koloni karang secara acak, kemudian tandai daerah yang

akan jadikan sebagai tempat pengambilan data kesehatan karang, dalam kegiatan

ini harus memisahkan jumlah koloni karang yang berada pada rentangan warna <2

pada diagram kesehatan karang dan memisahkan jumlah koloni karang yang

berada pada rentang >3 pada diagram kesehatan karang. Setelah itu lakukan

pengambilan data dengan rentang waktu setiap dua minggu sekali selama satu

(27)

3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Agustus 2011

bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Ancol. Laboratorium ini digunakan

sebagai tempat transplantasi karang lunak dengan menggunakan sistem

resirkulasi. Pengambilan sampel karang dilakukan di Kepulauan Seribu, DKI

Jakarta.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini diperlihatkan pada Tabel

2 di bawah ini.

Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan selama penelitian No Alat dan Bahan Kegunaan

1

Peralatan SCUBA (BCD, regulator,

tabung, masker, snorkel, pemberat, fins) Untuk mengambil sampel

2 Kapal Motor

Sarana Transportasi untuk pengambilan sampel karang untuk di transplantasikan

3 Substrat atau base

Media buatan sebagai tempat menempel fragmen karang transplantasi

4 Jangka sorong

Skala tetap dalam mengukur sampel karang lunak

5 Kamera underwater Alat dokumentasi

6 Wearing (jaring) dan cool box

Tempat menyimpan sampel karang dari daerah pengambilan sampai tempat transplantasi 7 Kolam Resirkulasi Tempat penempatan sampel

(28)

Tabel 3. Alat dan Bahan Pengambilan Data Kualitas Air

Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan

Kimia

Amonium mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Fisika

(29)

3.3. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini. Secara umum tahap-tahap penelitian dapat dilihat pada skema disajikan pada gambar 8.

Gambar 8. Diagram alir kegiatan transplantasi

3.3.1 Persiapan kolam

Sebelum melakukan penelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah

pembersihan kolam, hal ini dikarenakan kolam ini akan dijadikan sebagai tempat

untuk pemeliharaan hewan karang, agar penelitian ini berjalan baik maka tingkat

persiapan kolam harus benar-benar sesuai dengan prosedur.

Persiapan kolam dilakukan dengan menyiramkan kaporit ke dalam kolam

setelah diisi dengan patahan-patahan karang, selanjutnya dibersihkan dengan

melakukan penyemprotan air sambil digosok sampai bersih dan dibilas,

(30)

Gambar 9. Persiapan Kolam Percobaan 3.3.2 Pengambilan sample karang

Tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel karang dari Kepulauan

Seribu dalam kegiatan pengambilan data, pengambilan biota dilakukan di Pulau

Pramuka, pertama persiapkan semua alat yang digunakan, Alat set SCUBA,

jaring, pisau, ember dan juga kapal.

Sampel karang diambil dari lokasi habitat alaminya di kepulauan seribu

dengan menggunakan alat selam SCUBA. Karang lunak di potong kemudian

dimasukkan ke dalam jaring dan setelah sampel karang dirasa sudah mencukupi

selanjutnya di bawa ke kapal dan dimasukkan ke dalam ember yang telah diisi

(31)

Gambar 10. Pengemasan karang lunak saat pengangkutan dari laut

3.3.3 Aklimatisasi sample karang

Tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah aklimatisasi sampel karang.

Setelah melakukan pengambilan sampel kemudian dibawa ke darat, Sebelum

dipindahkan pada bak terkontrol, karang diaklimatisasi terlebih dahulu selama

satu hari pada kedalaman 2-3 m agar tidak mengalami stres pada saat pemindahan

media. Setelah aklimatisasi, dilakukan pengangkutan sampel karang

menggunakan coolbox yang telah diisi dengan es batu dan oksigen agar suhunya

tetap stabil. Setelah semuanya selesai diangkut dan pindahkan sample karang ke

kolam pengamatan.

Setelah sampai kolam, karang diaklimatisasi atau didiamkan lagi selama

satu minggu untuk memastikan karang tersebut hidup dan diletakkan di atas

substrat. Dalam kegiatan ini merupakan masa kritis bagi karang dimana

kemampuan adaptasi karang lunak dipertaruhkan. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan habitat dari habitat di alam dan habitat baru yang berada di kolam.

Setelah karang dipastikan tahan dan dapat hidup di dalam kolam lakukan tahap

(32)

3.3.4 Transplantasi sample karang

Setelah proses aklimatisasi selesai, dilakukan transplantasi sebanyak 20

buah dan diletakkan pada di dasar bak terkontrol.

Gambar 11. Penempatan fragmen karang pada dasar

Dalam proses transplantasi ini lakukan pemotongan terhadap indukan

karang, potong sesuai ukuran yang diinginkan, setelah melakukan pemotongan

kaitkan ke dalam substrat yang terbuat dari campuran semen dan pasir kemudian

ikat dengan kabel ties agar karang yang ditaruh agar tidak mudah lepas oleh arus

di dalam kolam.

3.3.5 Pengukuran pertumbuhan

Pada saat aklimatisasi, pengamatan pertumbuhan fragmen dilakukan

selama satu bulan dan pada setiap hari dalam seminggu dan setiap minggu selama

satu bulan. Setelah itu, pengamatan fragmen seperti tingkat kelangsungan hidup,

pertumbuhan mutlak, dan penutupan luka dilakukan setiap minggu selama tiga

bulan dengan menggunakan jangka sorong dan foto bawah air dengan posisi tegak

lurus antara fragmen dan sudut pengambilan gambar dan meletakkan alat ukur

(33)

Gambar 12. Pengambilan data fragmen dan pengukuran panjang dan lebar

3.3.6 Analisis data

Setelah pengambilan gambar, pengolahan data dengan komputer

menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x dilakukan dengan cara digitasi pada

tepian karang lunak, kemudian secara otomatis akan dihasilkan nilai panjang,

lebar, dan luas.

Pemakaian mengenai kesehatan karang menggunakan Coral Watch dengan

menggunakan metode 'fingerprinting' merupakan metode yang paling mudah

digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang yang akan diamati daripada

metode pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih, dalam'fingerprinting'

hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang yang diikuti petunjuk pada grafik

untuk mengidentifikasi karang, dimana cara pemakaianya dengan cara melihat

atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis karang yang akan

diamati, kemudian mencatat baik ringan dan daerah tergelap termasuk ujung

percabangan karang. Kita pilih warna karang yang sesuai dengan diagram

kesehatan karang milik kita. (Siebeck, Logan, Marshall,2008). Panjang

(34)

Dalam penggunaan metode ini hanya menggunakan Bagan Kesehatan

Karang yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana

cara pemakaianya dengan cara melihat atau mendekatkan diagram kesehatan

karang tersebut ke jenis karang yang akan diamati, kemudian mencatat baik ringan

dan daerah tergelap termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang

sesuai dengan diagram kesehatan karang.

Gambar 13. Pengambilan data kesehatan fragmen menggunakan CoralWatch

Penganalisaan pertumbuhan panjang, lebar dan luasan dari karang lunak

yang ditransplantasi menggunakan software Image J 1.38x. Sistem analisanya

menggunakan foto karang lunak yang kita didigitasi disekitar tepian karang. Hasil

digitasi pada image J tersebut akan menghasilkan secara otomatis panjang,

lebar,dan luasan karang tersebut. Untuk menjaga keakurasian data maka dalam

setiap melakukan pengolahan data kita harus membandingkan hasil Image J

dengan pengukuran sebelumnya. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis

menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap.

(35)

Tidak hanya itu dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data kualitas

air pada kolam resirkulasi. Parameter perairan yang akan diamati adalah

parameter fisika dan kimia. Contoh air untuk analisis kandungan kimia perairan

diambil dengan botol contoh kemudian disimpan dalam cool box. Analisis

kandungan nitrat, asam amino dan oksigen terlarut dilakukan di Laboratorium

Produksi Lingkungan. Parameter kualitas air berupa salinitas, suhu diukur

mnggunakan refraktometer dan termometer.

3.3.6.1 Kelangsungan Hidup

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup

atau mengetahui berapa persen karang lunak yang ditransplantasi masih tetap

hidup dari awal hingga akhir kegiatan. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan persamaan (Ricker, 1975 in Pratama 2005):

SR = ( N

t

/ N

o

) x 100 %

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%),

Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian,

No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian,

3.3.6.2 Pertumbuhan Karang Lunak

Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa

parameter yang terkait dengan pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan

panjang, lebar, dan luasan kapitulum.

(36)

β = Pertumbuhan panjang/lebar Karang Lunak (cm)

Lt = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-t, (cm)

Lo = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-o, (cm)

t = Waktu pengamatan Karang Lunak (bulan)

3.3.6.3 Laju pertumbuhan karang lunak

Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang

lunak, serupa dengan yang digunakan Sadarun (1999) , yaitu :

Keterangan :

β = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm)

Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-I, (cm)

ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1

(37)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui

kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup fragmentasi karang. Hasil pengukuran parameter fisika dan

kimia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan

Parameter Unit *Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004

Data penelitian yang menunjukan bahwa nilai suhu yang didapat pada

bulan pertama penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang

ada suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Pada umumnya, karang lunak tumbuh

secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 25 °C dan

29 °C, namun suhu di luar itu masih dapat ditolelir oleh spesies tertentu dari jenis

(38)

Kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35 ‰. Nilai didapat ini masih

cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang

lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi

pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar

0,202mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan

cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai

baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam tidak berwarna hijau.

Data penelitian yang menunjukan bahwa nilai suhu pada bulan kedua

penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada suhu

berada disekitar rentang 28-30 °C. Dari kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35

‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu

33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992),

Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar

0,215mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan

cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai

baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam berwarna hijau.

Data penelitian yang didapat, bahwa nilai suhu yang didapat pada bulan

ketiga penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada

suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Dari kisaran nilai salinitas yang didapat

31-35 ‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu

yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken

(39)

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar

1,623mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan

cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai

baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam berwarna hijau.

Data hasil pengukuran parameter fisika dan kimia didapat bahwa nilai

kisaran suhu dan nilai kisaran salinitas tidak berubah secara signifikan hal dapat

dikatakan bahwa kondisi kolam dalam keadaan normal dan terkontrol, sedangkan

pada nilai nitrat, nitrit, fosfat dan ammonia terjadi peubahan yang signifikan,

bahkan melebihi nilai ambang batas dari buku mutu, hal dikarenakan adanya

berbagai pengaruh yang mempengaruhi kondisi kimia di dalam kolam,

pengaruh-pengaruh ini antara lain adanya pemberiaan pakan, adanya persaingan dalam

memperebutkan pakan dengan biota lain yang ada di dalam kolam penelitian.

Dengan adanya pengaruh diatas mengakibatkan tingkat ekskresi pada biota-biota

selain karang lunak yan digunakan sebagai penelitian menjadi semakin tinggi, hal

ini akan mempengaruhi kondisi pada kolam penelitian, diantaranya warna kolam

akan berwarna hijau diakhir penelitian

Berdasarkan nilai buku mutu kualitas air untuk biota laut jenis karang

lunak yang tercantum pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun

2004 terhadap parameter fisika dan kimia parairan yang terukur, kondisi fisik dan

kimia perairan pada bak terkontrol dapat dikatakan cukup baik dan mampu

(40)

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Kesehatan karang

Tingkat kelangsungan hidup karang lunak dalam penelitian mencapai

100% hal ini dikarenakan jumlah fragmen karang yang digunakan tidak

mengalami kematian, dalam hal ini karang lunak tersebut dapat bertahan hidup

pada lingkungan yang berbeda. Hal ini hampir sejalan dengan tingkat kesehatan

karang dimana ketika karang mengalami tingkat stres maka tingkat kesehatanya

akan menurun hal ini dapat dilihat dengan menggunakan diagram Coral Watch

(Gambar 7).

Adanya tingkat stres karang, hal ini dikarenakan adanya kompetisi ruang

dengan alga dan kecepatan arus yang dihasilkan terlalu kecil di dalam bak

terkontrol, dengan adanya alga kompetisi untuk mendapatkan makanan terganggu

belum lagi pada penelitian ditemukan adanya karang lunak yang ditutupi oleh

alga, hal tersebut akan menghambat karang untuk menangkap makanan, maka dari

itu setiap satu bulan sekali dilakukan pembersihan dengan cara mengelupas

alga-alga yang menempel pada karang dan juga membersihkan alga-alga yang ada

dipinggiran kolam, hal ini dilakukan agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup

(41)

Gambar 14. Karang Lunak yang ditumbuhi Alga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utama (2010), tingkat

kelangsungan hidup transplantasi karang lunak Sinularia dura pada bak terkontrol

sebesar 100 %. Hasil ini sama dengan nilai tingkat kelangsungan hidup yang

didapat selama penelitian walaupun ada perbedaan ketahanan hidup karang untuk

beradaptasi terhadap lingkungan yang baru dan terjadinya kompetesi ruang pada

awal hingga pertengahan bulan, tapi dalam penelitian ini semua fragmen karang

yang digunakan untuk penelitian hidup semua walaupun dilihat dari tingkat

kesehatan masing-masing fragmen berbeda.

4.3. Pertumbuhan Mutlak

4.3.1. Pertumbuhan Panjang

Hasil perhitungan analisis ragam memperlihatkan bahwa pada setiap

minggunya mempunyai nilai yang berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan

95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan data seperti pada

(42)

Gambar 15. Panjang rata-rata fragmen karang lunak

Secara umum tingkat pertumbuhan karang lunak dalam penelitian

mengalami kenaikan, hal tersebut dapat dilihat dari grafik data yang didapat

selama penelitian, walaupun dalam grafik tersebut ada kecenderungan

pertumbuhan karang akan turun, terutama pada minggu ke 6 terjadi penurunan

tingkat pertumbuhan karang, pertumbuhan maksimal karang lunak selama

penelitian terjadi pada minggu ke 5 dan 11 yakni sebesar 5.15 dan 5.23 cm. Hal

ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pramayudha,2010) dan

(Pratama,2010) bahwa mengkerutnya tubuh karang lunak disebabkan adanya

kompetisi ruang dengan alga, selain itu rendahnya arus yang terdapat pada kolam

membuat alga yang menempel pada fragmen karang sulit terlepas sehingga

cahaya matahari yang masuk tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal dan

membuat karang menjadi tidak dapat bertumbuh secara optimal.

Maka untuk mencegah terjadinya penurunan tingkat pertumbuhan dan

bahkan dapat mengakibatkan kematian maka dilakukan pembersihan kolam yang

(43)

yang ada di bak seperti alga, hal tersebut dilakukan agar karang dapat menangkap

makanan secara maksimal dan mendapatkan sinar matahari yang maksimal juga.

4.3.2. Pertumbuhan Lebar

Hasil perhitungan analisis keragaman memperlihatkan bahwa pada setiap

minggunya mempunyai nilai yang berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan

95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan data seperti pada

gambar di bawah ini.

Gambar 16. Lebar rata-rata fragmen karang lunak

Secara umum tingkat pertumbuhan karang lunak dalam penelitian

mengalami kenaikan, hal tersebut dapat dilihat dari grafik data yang didapat

selama penelitian, walaupun dalam grafik tersebut ada kecenderungan

pertumbuhan karang akan turun, terutama pada minggu ke 6 terjadi penurunan

tingkat pertumbuhan karang.

Hakim et al. ( 2009) menyatakan bahwa perbedaan antara pertumbuhan

panjang dan lebar disebabkan oleh adanya arus kolam yang searah dengan

panjang karang lunak. Arus secara tidak langsung memberikan zat-zat yang

(44)

menyatakan bahwa laju pertumbuhan panjang pada karang lunak dapat tumbuh ke

samping lebih leluasa dan tidak adanya persaingan dalam memperoleh makanan.

4.3.3. Pertumbuhan Luas

Hasil perhitungan analisis keragaman memperlihatkan bahwa pada setiap

minggunya mempunyai nilai yang berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan

95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan data seperti pada

gambar di bawah ini.

Gambar 17. Luas rata-rata fragmen karang lunak

Penurunan pertumbuhan luas fragmen karang lunak Sinularia dura

dikarenakan faktor yang sama terhadap pertumbuhan panjang dan lebar. Hal ini

sesuai dengan penelitian Hakim et al. (2009), Pramayudha (2010), dan Utama

(2010) bahwa yang menyebabkan penurunan pada pertumbuhan karang lunak di

kolam adalah adanya organisme atau benda asing dan kompetesi ruang dengan

alga yang menempel pada tubuh karang lunak sehingga sulit mendapatkan makan,

serta pergerakan arus yang tidak kuat sehingga terjadi penumpukan lendir dan

mengganggu aktifitas polip dalam mendapatkan makanan.

(45)

4.4.1. Laju pertumbuhan panjang

Dari grafik yang didapat selama penelitian dapat dilihat bahwa perubahan

laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak mengalami penurunan dan

peningkatan (Gambar 18) mengalami peningkatan dari -0,59 cm menjadi 0,55 cm.

Nilai tertinggi didapat pada minggu ke 2-3 sebesar 0,55 cm dan nilai terendah

didapat pada minggu ke 5-6 sebesar -0,59 cm. Grafik hasil penelitian dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Gambar 18. Laju Pertumbuhan Panjang fragmen karang lunak

4.4.2. Laju pertumbuhan lebar

Dari grafik yang didapat selama penelitian dapat dilihat bahwa perubahan

laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak mengalami penurunan dan

peningkatan (Gambar 19) mengalami peningkatan dari -0,47 cm menjadi 1,07 cm.

Nilai tertinggi didapat pada minggu ke 3-4 sebesar 1,07 cm dan nilai terendah

didapat pada minggu ke 7-8 sebesar -0,47 cm. Grafik hasil penelitian dapat dilihat

(46)

Gambar 19. Laju Pertumbuhan Lebar fragmen karang lunak

4.4.3. Laju pertumbuhan luas

Grafik yang didapat selama penelitian dapat dilihat bahwa perubahan laju

pertumbuhan panjang fragmen karang lunak mengalami penurunan dan

peningkatan (Gambar 20) mengalami peningkatan dari -0,59 cm menjadi 0,68 cm.

Nilai tertinggi didapat pada minggu ke 3-4 sebesar 0,68 cm dan nilai terendah

didapat pada minggu ke 4-5 sebesar -0,59 cm. Grafik hasil penelitian dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Gambar 20. Laju Pertumbuhan Luas fragmen karang lunak

Menurut Manuputty (1989), adanya arus yang deras, polip karang lunak

lebih aktif dalam mencari makan dan Menurut Sprung and Delbek dalam Sandy

(2000), pergerakan air yang kuat membuang mucus yang keluar dan mengurangi

infeksi bakteri. Mucus ini dapat membuat fragmen mati lemas karena

(47)

4.5 Tingkat Kesehatan Karang

Penelitian ini menghasilkan tingkat kesehatan karang terhadap karang

lunak selama penelitian yang dilakukan di bak terkontrol. Dalam hal ini

didapatkan bahwa tingkat kesehatan karang berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan karang, dimana hampir semua grafik pertumbuhan panjang, lebar

dan luas dan juga pada grafik laju pertumbuhan karang ketika pertumbuhan

mengalami penurunan hampir dipastikan tingkat kesehatan akan menurun juga hal

ini sesuai dengan data kesehatan karang yang di dapat selama penelitian.

Tabel 5. Tingkat Kesehatan karang berdasarkan warna dari Coral Watch

fragmen

warna di coral watch

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan : D adalah tingkat kesehatan karang pada Coral Watch

Tingkat kesehatan karang pada karang hasil transplantasi dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain adanya pesaing atau kompetisi ruang yang dapat

menjadikan persaingan dalam memperebutkan makanan yang terdiri dari alga,

dengan adanya banyak pesaing atau kompetitor ruang dalam memperebutkan

makanan, hal ini akan menyebabkan kandungan nutrient dalam kolam akan

semakin sedikit dan akan meningkatkan kadar ammonia menjadi tinggi hal ini

dikarenakan adanya tingkat ekskresi yang berlebih yang terjadi pada kolam,

(48)

resirkulasi, antara lain naiknya suhu yang diakibatkan adanya penguapan air laut

yang ada pada kolam, hal berbanding lurus dengan naiknya salinitas pada kolam.

Untuk mengatasi dan juga menjaga agar kondisi kolam baik faktor fisik maupun

kimia tetap terjaga, sebaiknya dikontrol minimal satu minggu sekali dengan cara

(49)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkat kelangsungan

hidup karang berbanding lurus dengan laju pertumbuhan dan kesehatan karang,

dimana ketika sebuah karang mengalami laju pertumbuhan yang stabil maka dapat

di lihat juga bahwa tingkat kesehatan karang akan tinggi.

Laju pertumbuhan karang terganggu maka tingkat kesehatan karang akan

rendah hal ini dikarenakan adanya kompetisi ruang dengan alga dan rendahnya

arus yang dihasilkan dari pompa yang dipasang pada bak terkontrol membuat

tubuh karang tertutup oleh alga sehingga karang lunak sulit untuk mendapatkan

makanan, kemudian mengkerut, dan bahkan dapat mengalami kematian.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut yang berhubungan dengan

kecepatan arus yang berbeda dan juga pemberian pakan untuk melihat laju

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Chao NJ, Liu CX, Rooney B. 2006. Sinularianin a dan b, novel sesquiterpenoid

from the formosan soft coral Sinularian sp. Tetrahedron Letter 47: 5889-

5891

Colin, L.P. and C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates : A Field Guide

to the Marine Invertebrates Occuring on Tropical Coral Reefs, Seagrass

Beds, and Mangroves. Coral Reef Press.

Efendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengeloaan sumber daya dan lingkungan

perairan. Kanisius. Jakarta.

Ellis, S. dan L. Sharron. 1999. The Culture of Soft Corals (Order: Alcyonacea) for

the Marine Aquarium Trade. CTSA Publication No.137.

Fabricius, K. and P. Aldersade. 2001. Soft Coral And Sea Fans: A Comprehensive

Guide to Tropical Shallow-Water Genera of the Central-West Pacific, the

Indian Ocean and The Red Sea. Institut of Marine Sciene. Townsville.

Hakim, Mochammad L, D. Soedharma, dan B. Subhan. 2009. Perkembangan dan

pertumbuhan transplantasi karangLunak jenis sarcophyton crassocaule di

kepulauan seribu Dki jakarta tahun 2008 – 2009. Hal 141-150. Prosiding

Pertemuan Ilmiah VI ISOI 2009, 16-17 November 2009.

Haris, A, C. Rani, dan M.Hatta. 2006. Studi Reproduksi Karang Lunak Sinularia

flexibilis Quoy & Gaimard (Octocorallia : Alcyonacea) di Pulau Barang

Lompo Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian

Hibah Bersaing. Universitas Hasanudin. Makasar.

Khalesi M. K. 2008. Ex Situ Cultivation of the Soft Coral Sinularia flexibilis for

(51)

Manuputty, A.E.W. 1986. Karang Lunak Salah Satu Penyusun Terumbu Karang.

Oseana, vol. XI, Nomor 4: 131-141. Puslitbang-Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Manuputty, A.E.W. 1989. Spikula Pada Karang Lunak Marga Sinularia

(Octocorallia, Alcyonacea). Oseana Vol XIV, (1): 11-18

Manuputty, A.E.W. 1991. Senyawa Terpen dalam Karang Lunak (Octocorallia :

Alcyonecea). Oseana Vol XV(2): 77-84

Manuputty, A.E.W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia (Buku I,

Laut Jawa dan Selat Sunda). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jakarta.

Nybakken J. W. 1982. Biologi Laut.: Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Nugroho, S.C. 2008. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Transplantasi Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytum strictum di

Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pramayudha, M.R. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Transplantasi

Softcoral (Octocorallis : Alcyonacea) Lobophytum strictum di Pulau

Pramuka, Kepulaun Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pratama, J. 2005. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang

Pocillopora, dan Heliopora dalam Transplantasi Karang di Pulau Pari,

Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(52)

(Sinularia sp.) Pada dua Kedalaman Berbeda di Perairan Pulau Pramuka

Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Soedharma D dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di

Indonesia. h.1-7. In Soedharma D, Rahardjo M. F., Sri Eko Susilawati,

S.E., dan Arafat, D. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8

September 2005. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup -IPB dan Fisheries

Diving Club Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sandy, R.E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Sinularia sp. Pada Substrat

Pecahan Karang. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

xiv + 67h.

Tuti, Y.I dan S. Soemodihardjo. (Ed.). 2006. Pemantauan dan Evaluasi Tiga

Dasawarsa Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu.

LIPI Press. Jakarta.

Utama, N.A.B. 2010. Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak (Sinularia dura)

di Alam dan Bak Terkontrol. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

(53)
(54)

Lampiran 1. Gambaran umum daerah penelitian

a. Kolam Penelitian Ancol b. Daerah Transplantasi di Alam

(55)

Lampiran 2 Ukuran Panjang fragmen karang karang lunak

Ukuran panjang fragmen karang lunak

Fragmen

Lampiran 3 Ukuran Lebar fragmen karang karang lunak

Ukuran lebar fragmen karang lunak

(56)

Lampiran 4 Ukuran Luas fragmen karang karang lunak

Ukuran luas fragmen karang lunak

Fragmen

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(57)

Lampiran 5 Pertumbuhan fragmen karang lunak

BULAN MARET – MEI TAHUN 2011

BULAN JUNI TAHUN 2011

(58)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang pada tanggal 8

November 1988 dari pasangan Bapak Yunus Suwandi

dan Ibu Indah Wahyuni sebagai anak pertama dari dua

bersaudara. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan

pendidikan di SMA Negeri 1 Batang. Penulis

melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui

melalui jalur USMI Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2007.

Selama kuliah di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan

diantaranya Ikatan Mahasiswa Pekalongan 2007-2009, Himpunan Mahasiswa

Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) Divisi Penelitian dan Kebijakan

(LITJAK) tahun 2008-2010. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata

kuliah Selam Ilmiah tahun 2008-2010 dan penulis menjadi koordinator asisten

Ekologi Laut Tropis tahun 2011. Penulis juga turut serta dalam kegiatan

pengambilan data ekosistem terumbu karang dan sosialisasi tentang tumbuh

kembang manusia di Pulau Karimun Jawa (Jawa Tengah), Ikut serta dalam

pemecahan rekor MURI tentang pengambilan data ekosistem terumbu karang di

Kepulauan Seribu Jakarta.

Dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjan Ilmu

Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menulis skripsi

dengan judul “Laju Pertumbuhan dan Kesehatan Soft coral Sinularia dura

(59)
(60)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Octocorallia adalah hewan dari Filum Cnidaria yang memiliki ciri utama

memiliki tubuh simetri radial rangkap delapan atau memiliki tentakel berjumlah

delapan. Hal mendasar ini yang membedakan Octocorallia dengan Scleractinia

(Hexacorallia) yang memiliki tentakel yang berjumlah enam atau kelipatannya

(Fabricius & Alderslade, 2001).Karang lunak sendiri juga menghasilkan kerangka

kapur yang berbentuk duri-duri kokoh yang disebut spikula. Duri-duri ini tersusun

sedemikian rupa sehingga tubuh karang lunak lentur dan tidak mudah putus

(Manuputty, 2002).

Oktokoral (karang lunak) merupakan biota penyusun terumbu karang

kedua setelah karang batu. Sedangkan posisinya dalam sistem taksonomi, karang

lunak bersama dengan kipas laut (sea fans), tergabung dalam ordo Alcyonacea,

termasuk kelas Anthozoa dan sub kelas Octocorallia, yang tersebar luas di

perairan Indo-Pasifik (Manuputy, 2008).

Karang jenis ini dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang

keruh, maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur

demikian pula hubunganya dengan kecerahan air laut, terutama di pulau-pulau

yang masih dirasakan adanya pengaruh dari daratan pulau Jawa (Manuputty

2002).

Di sisi lain, pemanfaatan yang terus meningkat dari karang lunak tanpa

(61)

kelestarian tersebut terlihat pada proses pengumpulan spesimen untuk

pemanfaatan dengan tujuan tertentu, di mana pada umumnya diambil secara

langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya, Cara seperti ini, jika

dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat menurunkan populasi secara

signifikan jenis ini karena terjadi tangkap lebih (overfishing) dan bahkan terancam

kepunahan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan berkesinambungan,

kelestarian karang lunak ini perlu dijaga dan diperhatikan (Haris, 2005).

Dengan adanya pemanfaatan yang terus menerus tanpa diikuti dengan

usaha pelestarian, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan dan dapat

mengancam keberadaann karang lunak di alam. Dalam melestarikan pemanfaatan

sumberdaya hayati karang lunak yang telah rusak, maka dikembangkan suatu

gagasan atau metode, yaitu transplantasi dengan fragmentasi buatan.

Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman dan

pertumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi dimana benih karang

diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007).

Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang

yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang

yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan

(Harriot dan Fisk,1998 in Soedharma dan Arafat, 2007). Penelitian mengenai

transplantasi karang lunak ini telah banyak dilakukan di laut ataupun di kolam,

diantaranya pada karang lunak jenis Lobophytum srictum (Hakim, 2009),

Sinularia dura (Utama, 2010), Sarchopyton sp (Pramayudha, 2009), dan

(62)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati pertumbuhan dan tingkat

kesehatan karang lunak jenis Sinularia dura yang ditransplantasikan pada sistem

resirkulasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk

kepentingan penelitian, rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang rusak,

perdagangan karang lunak dan dapat menjadi dasar dalam memproduksi anakan

karang lunak.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju pertumbuhan, tingkat

kelangsungan hidup dan tingkat kesehatan fragmentasi karang lunak jenis

(63)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karang Lunak Sinularia dura

Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut

: (Hyman, 1940; Bayer 1956 in Ellis and Sharron, 2005):

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria)

Ordo : Alcyonacea

Sub ordo : Alcyoniina

Famili : Alcyoniidae

Genus : Sinularia

Spesies : Sinularia dura

Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001)

Gambar 1. a. S. Brassica dan b. S. lamellate

Istilah Anthozoa berasal dari bahasaYunani yang berarti binatang

berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari Cnidaria, di mana

(64)

tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari Cnidaria,

Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya tercermin dalam

variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson, 1995).

Anggota dari marga Sinularia memiliki bentuk koloni yang lebih

bervariasi dibandingkan dengan anggota karang lunak lainnya. Bentuk

pertumbuhannya bervariasi dari bentuk mengerak (encrusting) dengan lobus yang

berbentuk tonjolan-tonjolan kecil atau seperti pematang, sampai ke bentuk seperti

semak yang rindang (Fabricius and Alderslade 2001; Fabricius and De’ath 2000).

Polip atau binatang karang pada anggota Sinularia bersifat monomorfik

atau bentuknya seragam, mempunyai delapan tentakel yang tersusun pada keping

mulut yang melingkari lobang kecil yang berfungsi sebagai mulut. Koloni

Sinularia berwarna coklat, krem, kuning atau hijau kecoklatan, warna polip, juga

mengikuti warna koloni. Warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae

yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak.

2.2 Perbedaan Antara Karang Batu dan Karang Lunak

Perbedaan antara karang lunak dan karang batu adalah pada jumlah

tentakel, kekenyalan tubuh, dan kerangka penyusunya. Tentakel karang lunak

berjumlah delapan buah dan dilengkapi dengan duri-duri (pinnula), sedangkan

karang batu memiliki tentakel berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak

berduri (Manuputty, 1986).

Karang lunak mudah dikenali karena tekstur tubuhnya yang lunak dan

tertanam dalam massa gelatin. Kerangka tubuh bersifat endoskeleton dan tidak

menghasilkan kapur yang radial. Karang batu menghasilkan kerangka kapur yang

(65)

Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras

Karang Batu Karang Lunak

Tentakel Berjumlah enam atau kelipatan dan tidak berduri

kerangka kapur yang radial.

Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam gelatin.

Membentuk koloni

Kerangka Tubuh

Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal

aragonit.Bersifat eksoskeleton

Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisah-pisah dan berkapur. Bersifat

endoskeleton

Sekret (getah) Tidak menghasilkan senyawa terpen

Menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut,

untuk mempertahankan diri Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002)

Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dalam hal bentuk dan

susunan tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.

(66)

2.3. Transplantasi Soft coral

Transplantasi karang berarti penanaman dan penumbuhan koloni karang

baru dengan metode fragmentasi, namun sebenarnya karang ini dapat

memperbanyak diri dengan fragmentasi, khususnya untuk jenis-jenis karang yang

mempunyai percabangan (Soedharma dan Arafat, 2007).

Melalui transplantasi ini, umumnya karang akan bereproduksi masal

secara aseksual dengan campurtangan manusia.Manfaat transplantasi karang

adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi

lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan

memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu,

konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan (Soedharma dan

Arafat,2007).

2.4. Reproduksi Soft coral

Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual

dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi,

maupun pembentukan tunas.Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak

melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada

reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui

pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan

ada pembentukan koloni baru (Fabricius and Alderslade, 2001).

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma

dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi

fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan

(67)

terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang

sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu,

hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya

berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian

membentuk koloni baru (Manuputty, 2005).

Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Tumbuh

mempunyai arti yang berlainan bagi organisme yang berbeda. Menurut

Buddemeir 1978 in Suharsono pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai

perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu,

perubahan area permukaan per satuan waktu. Semua perubahan bersifat

irreversible yaitu tidak kembali atau tidak menyusut. Kecepatan tumbuh karang

bervariasi tergantung dari jenisnya, tempat tumbuh dan faktor lain yang

berpengaruh. Pada karang yang bercabang kecepatan kalsifikasi cenderung

berkurang secara sistematis dari titik paling ujung ke arah pangkal. Dibagian

tengah relative lambat dan pertumbuhan terendah terdapat dibagian pangkal.

Kecepatan tumbuh karang sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter koloni.

2.5. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak

Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara

makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam

jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan

menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi

keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun

yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa

(68)

Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan

tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa

karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan

pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan zooxanthella.

Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa

(Bayer, 1956 in Manuputty 1986).

2.6. Faktor Lingkungan

Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi

lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang. Pertumbuhan ekosistem

terumbu karang tergantung dari beberapa parameter, yaitu :

2.6.1 Salinitas

Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak.

Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35‰. Pada

perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu

karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu karang

mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat

tinggi (Nybakken, 1982).

2.6.2 Suhu

Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.

Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya.

Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum

terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam

Gambar

Gambar 9. Persiapan Kolam Percobaan
Gambar 10. Pengemasan karang lunak saat pengangkutan dari laut
Gambar 11. Penempatan fragmen karang pada dasar
Gambar 12. Pengambilan data fragmen dan pengukuran panjang dan lebar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh biofilter kijing air tawar (Pilsibryoconcha exilis) dan perlakuan yang tepat dalam sistem resirkulasi

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari suatu sumber yang sudah tersedia sebelumnya, yaitu

Pada penelitian sebelumnya jenis makanan juga sangat berpengaruh terhadapan pengembalian cairan tubuh yang hilang, pemilihan jenis makanan yang berkaldu merupakan

Perangkat lunak yang akan dikembangkan dalam penelitian ini merupakan perangkat lunak berbasis web, sehingga untuk model proses yang akan digunakan adalah Web Engineering

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang (Acropora humilis), hasil Transplantasi pada kedalaman

Sistem pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian secara maksimal, dimana dalam sistem pertanian ini digunakan

Metode pengembangan sistem perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Waterfall. Model Waterfall merupakan bentuk model klasik yang

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jumlah tegakan yang berbeda pada satu rimpang dengan jenis lamun Cymodocea rotundata, membandingkan hasil pengaruh tersebut