LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL
Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM
RESIRKULASI
Aulia Al Delanov
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL Sinularia dura
HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2012
RINGKASAN
AULIA AL DELANOV . LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI. Dibimbing oleh Mujizat Kawaroe dan BEGINER SUBHAN.
Karang lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah karang lunak jenis Sinularia dura. Pemilihan karang lunak jenis ini berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana jenis Sinularia dura merupakan karang yang dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang keruh Manuputty (1986), maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur.
Pemanfaatan yang terus meningkat dari karang lunak tanpa diikuti usaha pelestarian akan mengancam keberadaannya di alam. Ancaman kelestarian tersebut terlihat pada proses pengumpulan spesimen untuk pemanfaatan dengan tujuan tertentu, pada umumnya diambil secara langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya, untuk melestarikan pemanfaatan sumberdaya hayati karang lunak yang telah rusak dan mencegah terjadinya penurunan populasi maka
dikembangkan suatu gagasan atau metode, yaitu transplantasi dengan fragmentasi buatan. Kegiatan transplantasi ini dilakukan pada sistem resirkulasi yang
berlangsung selama bulan Februari 2011 - Agusutus 2011, untuk mengetahui laju pertumbuhan (panjang, lebar, dan luas) dan tingkat kesehatan karang lunak. Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan software image J untuk pengukuran tingkat kesehatan dilakukan dengan menggunakan Coralwatch.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada tahap awal transplantasi karang lunak melakukan proses penyembuhan. Proses ini pada umumnya berlangsung selama satu bulan. Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada sistem resirkulasi ini mencapai 100%, sedangkan untuk tingkat
kesehatan mengalami fluktuasi dimana pada penelitian ini ditemukan tiga hal dari hasil tingkat kesehatan karang antara lain karang lunak yang pada awal penelitian mengalami tingkat kesehatan pada kondisi yang baik pada akhir penelitian
mengalami tingkat kesehatan yang kurang baik. Yang kedua karang lunak pada kondisi baik pada bulan kedua mengalami penurunan tingkat kesehatan yang kurang baik dan di akhir penelitian ditemukan mengalami tingkat kesehatan yang baik kembali dan yang ketiga karang lunak yang pada awal penelitian tingkat kesehatan yang kurang baik dan di akhir penelitian mengalami tingkat kesehatan yang baik.
Transplantasi pada sistem terkontrol, menunjukkan persamaan pola pada grafik pertumbuhan antara panjang, lebar, dan luas. Dari penelitian diperoleh bahwa tingkat kelangsungan hidup karang berbandingan lurus dengan laju
© Hak Cipta milik Aulia Al Delanov 2012
Hak Cipta dilindungi
LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL
Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM
RESIRKULASI
Aulia Al Delanov
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan Pada Depatemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
SKRIPSI
Judul Penelitian : LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT CORAL Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI
Nama Mahasiswa : Aulia Al Delanov
Nomor Pokok : C54070050
Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir Mujizat Kawaroe, M.Si Beginer Subhan S.Pi.M.Si NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19800118 200501 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc NIP. 19580909 198303 1 003
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi dengan judul LAJU PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN SOFT
CORAL Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM
RESIRKULASI merupakan tugas akhir yang dibuat sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2011
hingga Agustus 2011.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak
kekurangan terkait dengan isi yang ada. Namun demikian, penulis berharap
semoga informasi yang terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak.
Bogor, Januari 2012
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Allah SWT yang selalu melindungi, memberikan ketenangan hati dan
mengabulkan semua doa-doa saya.
2. Orang tuaku Bapak Yunus Suwandi dan Ibu Indah wahyuni atas semua
doa restu yang diberikan kepada saya, serta adikku Muhammad Luqman
Al Faisal atas doa dan semangatnya.
3. Ibu Dr. Ir Mujizat Kawaroe, M.Si dan Bapak Beginer Subhan, S.Pi. M.Si
selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan
pengetahuan dan nasehat, serta kesempatan yang diberikan kepada penulis
dalam kegiatan penelitian.
4. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc selaku pembimbing akademik, atas
bimbinganya kepada penulis.
5. Ibu Dr.Neviaty P. Zamani selaku penguji skripsi yang telah memberikan
masukkan, dan pengetahuan dalam pembuatan skripsi ini.
6. Teman-teman di Lab. Hidrobiologi Laut (Bang Aditya, Mbak Femi, Bang
Denny dan Bang. Dondi), Rekan satu tim (Didit, Agus, Nori, Raiz, Taufik,
Putu, Jimmy, Silvia, Guffron dan Arif), atas kerjasamanya selama
penelitian.
7. Anugrah Aditya, Aldino R Wicaksono, Moh.Iqbal Panggarbesi,
teman-teman ITK 44**, dan adik kelas di ITK
8. Pak Jayadi, Pak Teguh dan Pak Mardi yang telah membantu selama
DAFTAR ISI
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 18
2.1 Karang lunak sinularia dura ... 18
2.2 Perbedaan antara karang lunak dan karang batu ... 19
2.3 Transplantasi soft coral ... 21
2.4 Reproduksi soft coral ... 21
2.5 Cara atau kebiasaan makan karang lunak ... 23
2.6 Faktor lingkungan...23
2.7.1 Cara pemakaian coralwatch………..………26
3. BAHAN DAN METODE ... 28
3.1 Waktu dan tempat penelitian... 28
3.2 Alat dan bahan ... 28
3.3 Tahap-tahap penelitian ... 30
3.3.1 Persiapan kolam...30
3.3.2 Pengambilan sampel karang ... 31
3.3.3 Aklimatisasi sample karang ... 32
3.3.4 Transplantasi sample karang………33
3.3.5 Pengukuran pertumbuhan……….33
3.3.6 Analisis data ... 34
3.3.6.1 Kelangsungan hidup ... 36
3.3.6.2 Pertumbuhan karang lunak ... 36
4. HASIL DAN PEMBAHASAN………....38
4.1. Parameter fisika kimia perairan……….……....38
4.2. Tingkat kelangsungan hidup dan kesehatan karang……….….41
4.3. Pertumbuhan mutlak……….….42
4.3.1. Pertumbuhan panjang……….…42
4.3.2. Pertumbuhan lebar………...…..44
4.3.3. Pertumbuhan luas………...45
4.4. Laju pertumbuhan………..……46
4.4.1. Laju pertumbuhan panjang………...46
4.4.2. Laju pertumbuhan lebar………..46
4.4.3. Laju pertumbuhan luas……….………..47
4.5 Tingkat Kesehatan Karang……….….…48 5. KESIMPULAN DAN SARAN………..…50
5.1. Kesimpulan……….…………...50
5.2. Saran………..50
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. a. s. brassica dan b. s. lamellate………....18
2.Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu...20
3. Bentuk bercabang……….………...……...25
4. Bentuk piringan………...25
5. Bentuk boulder………...25
6. Bentuk soft...25
7. Coral colour reference………..……….26
8. Diagram alir kegiatan transplantasi………...30
9. Persiapan kolam percobaan.………..…31
10. Pengemasan karang lunak saat pengangkutan dari laut………....32
11. Penempatan fragmen karang pada dasar………...33
12. Pengambilan data fragmen dan pengukuran panjang dan lebar…………34
13
.
Pengambilan data kesehatan fragmen menggunakan coralwatch………..3514. Karang lunak yang ditumbuhi alga………..……..…………...42
15. Panjang rata-rata fragmen karang lunak………...43
16. Lebar rata-rata fragmen karang lunak………..44
17. Luas rata-rata fragmen karang lunak…...……….45
18. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak………...46
19. Laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak…..………...47
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perbedaan karang lunak dan karang keras………20
2. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian....………...28
3. Alat dan bahan pengambilan data kualitas air………..29
4. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan………...38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Gambaran umum daerah penelitian……….……55
2. Ukuran panjang fragmen karang lunak………...56
3. Ukuran lebar fragmen karang lunak……….…..….56
4. Ukuran luas fragmen karang lunak………….………...….….57
5. Pertumbuhan fragmen karang lunak………58
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Octocorallia adalah hewan dari Filum Cnidaria yang memiliki ciri utama
memiliki tubuh simetri radial rangkap delapan atau memiliki tentakel berjumlah
delapan. Hal mendasar ini yang membedakan Octocorallia dengan Scleractinia
(Hexacorallia) yang memiliki tentakel yang berjumlah enam atau kelipatannya
(Fabricius & Alderslade, 2001).Karang lunak sendiri juga menghasilkan kerangka
kapur yang berbentuk duri-duri kokoh yang disebut spikula. Duri-duri ini tersusun
sedemikian rupa sehingga tubuh karang lunak lentur dan tidak mudah putus
(Manuputty, 2002).
Oktokoral (karang lunak) merupakan biota penyusun terumbu karang
kedua setelah karang batu. Sedangkan posisinya dalam sistem taksonomi, karang
lunak bersama dengan kipas laut (sea fans), tergabung dalam ordo Alcyonacea,
termasuk kelas Anthozoa dan sub kelas Octocorallia, yang tersebar luas di
perairan Indo-Pasifik (Manuputy, 2008).
Karang jenis ini dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang
keruh, maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur
demikian pula hubunganya dengan kecerahan air laut, terutama di pulau-pulau
yang masih dirasakan adanya pengaruh dari daratan pulau Jawa (Manuputty
2002).
Di sisi lain, pemanfaatan yang terus meningkat dari karang lunak tanpa
kelestarian tersebut terlihat pada proses pengumpulan spesimen untuk
pemanfaatan dengan tujuan tertentu, di mana pada umumnya diambil secara
langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya, Cara seperti ini, jika
dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat menurunkan populasi secara
signifikan jenis ini karena terjadi tangkap lebih (overfishing) dan bahkan terancam
kepunahan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan berkesinambungan,
kelestarian karang lunak ini perlu dijaga dan diperhatikan (Haris, 2005).
Dengan adanya pemanfaatan yang terus menerus tanpa diikuti dengan
usaha pelestarian, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan dan dapat
mengancam keberadaann karang lunak di alam. Dalam melestarikan pemanfaatan
sumberdaya hayati karang lunak yang telah rusak, maka dikembangkan suatu
gagasan atau metode, yaitu transplantasi dengan fragmentasi buatan.
Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman dan
pertumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi dimana benih karang
diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007).
Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang
yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang
yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan
(Harriot dan Fisk,1998 in Soedharma dan Arafat, 2007). Penelitian mengenai
transplantasi karang lunak ini telah banyak dilakukan di laut ataupun di kolam,
diantaranya pada karang lunak jenis Lobophytum srictum (Hakim, 2009),
Sinularia dura (Utama, 2010), Sarchopyton sp (Pramayudha, 2009), dan
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati pertumbuhan dan tingkat
kesehatan karang lunak jenis Sinularia dura yang ditransplantasikan pada sistem
resirkulasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk
kepentingan penelitian, rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang rusak,
perdagangan karang lunak dan dapat menjadi dasar dalam memproduksi anakan
karang lunak.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju pertumbuhan, tingkat
kelangsungan hidup dan tingkat kesehatan fragmentasi karang lunak jenis
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karang Lunak Sinularia dura
Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut
: (Hyman, 1940; Bayer 1956 in Ellis and Sharron, 2005):
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria)
Ordo : Alcyonacea
Sub ordo : Alcyoniina
Famili : Alcyoniidae
Genus : Sinularia
Spesies : Sinularia dura
Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001)
Gambar 1. a. S. Brassica dan b. S. lamellate
Istilah Anthozoa berasal dari bahasaYunani yang berarti binatang
berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari Cnidaria, di mana
tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari Cnidaria,
Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya tercermin dalam
variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson, 1995).
Anggota dari marga Sinularia memiliki bentuk koloni yang lebih
bervariasi dibandingkan dengan anggota karang lunak lainnya. Bentuk
pertumbuhannya bervariasi dari bentuk mengerak (encrusting) dengan lobus yang
berbentuk tonjolan-tonjolan kecil atau seperti pematang, sampai ke bentuk seperti
semak yang rindang (Fabricius and Alderslade 2001; Fabricius and De’ath 2000).
Polip atau binatang karang pada anggota Sinularia bersifat monomorfik
atau bentuknya seragam, mempunyai delapan tentakel yang tersusun pada keping
mulut yang melingkari lobang kecil yang berfungsi sebagai mulut. Koloni
Sinularia berwarna coklat, krem, kuning atau hijau kecoklatan, warna polip, juga
mengikuti warna koloni. Warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae
yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak.
2.2 Perbedaan Antara Karang Batu dan Karang Lunak
Perbedaan antara karang lunak dan karang batu adalah pada jumlah
tentakel, kekenyalan tubuh, dan kerangka penyusunya. Tentakel karang lunak
berjumlah delapan buah dan dilengkapi dengan duri-duri (pinnula), sedangkan
karang batu memiliki tentakel berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak
berduri (Manuputty, 1986).
Karang lunak mudah dikenali karena tekstur tubuhnya yang lunak dan
tertanam dalam massa gelatin. Kerangka tubuh bersifat endoskeleton dan tidak
menghasilkan kapur yang radial. Karang batu menghasilkan kerangka kapur yang
Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras
Karang Batu Karang Lunak
Tentakel Berjumlah enam atau kelipatan dan tidak berduri
kerangka kapur yang radial.
Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam gelatin.
Membentuk koloni
Kerangka Tubuh
Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal
aragonit.Bersifat eksoskeleton
Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisah-pisah dan berkapur. Bersifat
endoskeleton
Sekret (getah) Tidak menghasilkan senyawa terpen
Menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut,
untuk mempertahankan diri Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002)
Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dalam hal bentuk dan
susunan tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.
2.3. Transplantasi Soft coral
Transplantasi karang berarti penanaman dan penumbuhan koloni karang
baru dengan metode fragmentasi, namun sebenarnya karang ini dapat
memperbanyak diri dengan fragmentasi, khususnya untuk jenis-jenis karang yang
mempunyai percabangan (Soedharma dan Arafat, 2007).
Melalui transplantasi ini, umumnya karang akan bereproduksi masal
secara aseksual dengan campurtangan manusia.Manfaat transplantasi karang
adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi
lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan
memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu,
konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan (Soedharma dan
Arafat,2007).
2.4. Reproduksi Soft coral
Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual
dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi,
maupun pembentukan tunas.Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak
melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada
reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui
pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan
ada pembentukan koloni baru (Fabricius and Alderslade, 2001).
Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma
dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi
fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan
terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang
sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu,
hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya
berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian
membentuk koloni baru (Manuputty, 2005).
Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Tumbuh
mempunyai arti yang berlainan bagi organisme yang berbeda. Menurut
Buddemeir 1978 in Suharsono pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai
perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu,
perubahan area permukaan per satuan waktu. Semua perubahan bersifat
irreversible yaitu tidak kembali atau tidak menyusut. Kecepatan tumbuh karang
bervariasi tergantung dari jenisnya, tempat tumbuh dan faktor lain yang
berpengaruh. Pada karang yang bercabang kecepatan kalsifikasi cenderung
berkurang secara sistematis dari titik paling ujung ke arah pangkal. Dibagian
tengah relative lambat dan pertumbuhan terendah terdapat dibagian pangkal.
Kecepatan tumbuh karang sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter koloni.
2.5. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak
Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara
makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam
jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan
menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi
keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun
yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa
Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan
tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa
karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan
pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan zooxanthella.
Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa
(Bayer, 1956 in Manuputty 1986).
2.6. Faktor Lingkungan
Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi
lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang. Pertumbuhan ekosistem
terumbu karang tergantung dari beberapa parameter, yaitu :
2.6.1 Salinitas
Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak.
Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35‰. Pada
perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu
karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu karang
mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat
tinggi (Nybakken, 1982).
2.6.2 Suhu
Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.
Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya.
Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum
terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam
2.6.3. Nutrien
Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka
(oceanic) berasal dari berbagai sumber. Di perairan terbuka di daerah tropis
nutrient diperoleh dari proses pertumbuhan plankton dan organisme pengurai
lainnya terutama di perairan yang biru dan jernih. Pada daerah pesisir, konsentrasi
zat makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal
ini disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient
(Manuputty, 2008).
2.6.4 Kecerahan
Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh
dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang
terjadinya fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang.
Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25
meter atau kurang.
2.6.5 Sirkulasi Arus
Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai
makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam hal pembersihan dari
endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas.
Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer
energi dari alam terhadap hewan karang.
2.7 CoralWatch
Klasifikasi karang pada tingkat spesies sangat sulit, sehingga kelompok
yang mudah diidentifikasi, sering digunakan saat merekam data tentang
karang yang dijelaskan hanya dengan dasar pertumbuhan bentuk atau bentuk
koloni karang. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)
Kartu kesehatan karang menggunakan empat jenis karang untuk
mengklasifikasikan karang,Klasifikasi jenis karang tersebut dapat kita lihat
sebagai berikut (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) :
CoralWatch Karang,Bagan Kesehatan, suatu standar referensi kartu warna,
adalah alat yang murah dan fleksibel, siapapun dapat menggunakan untuk
penilaian cepat, area luas perubahan kondisi karang . (Siebeck, Logan, Marshall,
2008)
Bercabang contoh spesies Acropora Boulder contoh spesies Porites
Gambar 3 Gambar 5
Plate contoh spesies Acropora tabular Lembut contoh spesies Xenia
Gambar 7.Coral Colour Reference (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)
2.7.1 Cara Pemakaian Coral Watch
Dalam pemakaian Coral Watch atau diagram warna ada dua cara umum
yang biasa digunakan untuk melihat dan melakukan pengambilan data tentang
kondisi kesehatan karang, dimana metodologi ini dapat kita gunakan pada
kondisi terumbu karang dari waktu ke waktu, metode ini adalah
'fingerprinting' dan pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih (Siebeck,
Logan, Marshall, 2008)
Pemakaian Coral Watch dengan menggunakan 'fingerprinting' merupakan
metode yang paling mudah digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang
yang akan kita amati daripada metode pemantauan jangka panjang dari koloni
yang dipilih, dalam 'fingerprinting' hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang
yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana pemakai
tinggal melihat atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis
karang yang akan di amati, hanya mencatat baik ringan dan daerah tergelap
termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang sesuai dengan
Sedangkan untuk Pemantauan jangka panjang (Long-term monitoring)
pertama kita memilih koloni karang secara acak, kemudian tandai daerah yang
akan jadikan sebagai tempat pengambilan data kesehatan karang, dalam kegiatan
ini harus memisahkan jumlah koloni karang yang berada pada rentangan warna <2
pada diagram kesehatan karang dan memisahkan jumlah koloni karang yang
berada pada rentang >3 pada diagram kesehatan karang. Setelah itu lakukan
pengambilan data dengan rentang waktu setiap dua minggu sekali selama satu
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Agustus 2011
bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan Ancol. Laboratorium ini digunakan
sebagai tempat transplantasi karang lunak dengan menggunakan sistem
resirkulasi. Pengambilan sampel karang dilakukan di Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini diperlihatkan pada Tabel
2 di bawah ini.
Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan selama penelitian No Alat dan Bahan Kegunaan
1
Peralatan SCUBA (BCD, regulator,
tabung, masker, snorkel, pemberat, fins) Untuk mengambil sampel
2 Kapal Motor
Sarana Transportasi untuk pengambilan sampel karang untuk di transplantasikan
3 Substrat atau base
Media buatan sebagai tempat menempel fragmen karang transplantasi
4 Jangka sorong
Skala tetap dalam mengukur sampel karang lunak
5 Kamera underwater Alat dokumentasi
6 Wearing (jaring) dan cool box
Tempat menyimpan sampel karang dari daerah pengambilan sampai tempat transplantasi 7 Kolam Resirkulasi Tempat penempatan sampel
Tabel 3. Alat dan Bahan Pengambilan Data Kualitas Air
Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan
Kimia
Amonium mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Fisika
3.3. Tahap-tahap Penelitian
Ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini. Secara umum tahap-tahap penelitian dapat dilihat pada skema disajikan pada gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir kegiatan transplantasi
3.3.1 Persiapan kolam
Sebelum melakukan penelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah
pembersihan kolam, hal ini dikarenakan kolam ini akan dijadikan sebagai tempat
untuk pemeliharaan hewan karang, agar penelitian ini berjalan baik maka tingkat
persiapan kolam harus benar-benar sesuai dengan prosedur.
Persiapan kolam dilakukan dengan menyiramkan kaporit ke dalam kolam
setelah diisi dengan patahan-patahan karang, selanjutnya dibersihkan dengan
melakukan penyemprotan air sambil digosok sampai bersih dan dibilas,
Gambar 9. Persiapan Kolam Percobaan 3.3.2 Pengambilan sample karang
Tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel karang dari Kepulauan
Seribu dalam kegiatan pengambilan data, pengambilan biota dilakukan di Pulau
Pramuka, pertama persiapkan semua alat yang digunakan, Alat set SCUBA,
jaring, pisau, ember dan juga kapal.
Sampel karang diambil dari lokasi habitat alaminya di kepulauan seribu
dengan menggunakan alat selam SCUBA. Karang lunak di potong kemudian
dimasukkan ke dalam jaring dan setelah sampel karang dirasa sudah mencukupi
selanjutnya di bawa ke kapal dan dimasukkan ke dalam ember yang telah diisi
Gambar 10. Pengemasan karang lunak saat pengangkutan dari laut
3.3.3 Aklimatisasi sample karang
Tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah aklimatisasi sampel karang.
Setelah melakukan pengambilan sampel kemudian dibawa ke darat, Sebelum
dipindahkan pada bak terkontrol, karang diaklimatisasi terlebih dahulu selama
satu hari pada kedalaman 2-3 m agar tidak mengalami stres pada saat pemindahan
media. Setelah aklimatisasi, dilakukan pengangkutan sampel karang
menggunakan coolbox yang telah diisi dengan es batu dan oksigen agar suhunya
tetap stabil. Setelah semuanya selesai diangkut dan pindahkan sample karang ke
kolam pengamatan.
Setelah sampai kolam, karang diaklimatisasi atau didiamkan lagi selama
satu minggu untuk memastikan karang tersebut hidup dan diletakkan di atas
substrat. Dalam kegiatan ini merupakan masa kritis bagi karang dimana
kemampuan adaptasi karang lunak dipertaruhkan. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan habitat dari habitat di alam dan habitat baru yang berada di kolam.
Setelah karang dipastikan tahan dan dapat hidup di dalam kolam lakukan tahap
3.3.4 Transplantasi sample karang
Setelah proses aklimatisasi selesai, dilakukan transplantasi sebanyak 20
buah dan diletakkan pada di dasar bak terkontrol.
Gambar 11. Penempatan fragmen karang pada dasar
Dalam proses transplantasi ini lakukan pemotongan terhadap indukan
karang, potong sesuai ukuran yang diinginkan, setelah melakukan pemotongan
kaitkan ke dalam substrat yang terbuat dari campuran semen dan pasir kemudian
ikat dengan kabel ties agar karang yang ditaruh agar tidak mudah lepas oleh arus
di dalam kolam.
3.3.5 Pengukuran pertumbuhan
Pada saat aklimatisasi, pengamatan pertumbuhan fragmen dilakukan
selama satu bulan dan pada setiap hari dalam seminggu dan setiap minggu selama
satu bulan. Setelah itu, pengamatan fragmen seperti tingkat kelangsungan hidup,
pertumbuhan mutlak, dan penutupan luka dilakukan setiap minggu selama tiga
bulan dengan menggunakan jangka sorong dan foto bawah air dengan posisi tegak
lurus antara fragmen dan sudut pengambilan gambar dan meletakkan alat ukur
Gambar 12. Pengambilan data fragmen dan pengukuran panjang dan lebar
3.3.6 Analisis data
Setelah pengambilan gambar, pengolahan data dengan komputer
menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x dilakukan dengan cara digitasi pada
tepian karang lunak, kemudian secara otomatis akan dihasilkan nilai panjang,
lebar, dan luas.
Pemakaian mengenai kesehatan karang menggunakan Coral Watch dengan
menggunakan metode 'fingerprinting' merupakan metode yang paling mudah
digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang yang akan diamati daripada
metode pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih, dalam'fingerprinting'
hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang yang diikuti petunjuk pada grafik
untuk mengidentifikasi karang, dimana cara pemakaianya dengan cara melihat
atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis karang yang akan
diamati, kemudian mencatat baik ringan dan daerah tergelap termasuk ujung
percabangan karang. Kita pilih warna karang yang sesuai dengan diagram
kesehatan karang milik kita. (Siebeck, Logan, Marshall,2008). Panjang
Dalam penggunaan metode ini hanya menggunakan Bagan Kesehatan
Karang yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana
cara pemakaianya dengan cara melihat atau mendekatkan diagram kesehatan
karang tersebut ke jenis karang yang akan diamati, kemudian mencatat baik ringan
dan daerah tergelap termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang
sesuai dengan diagram kesehatan karang.
Gambar 13. Pengambilan data kesehatan fragmen menggunakan CoralWatch
Penganalisaan pertumbuhan panjang, lebar dan luasan dari karang lunak
yang ditransplantasi menggunakan software Image J 1.38x. Sistem analisanya
menggunakan foto karang lunak yang kita didigitasi disekitar tepian karang. Hasil
digitasi pada image J tersebut akan menghasilkan secara otomatis panjang,
lebar,dan luasan karang tersebut. Untuk menjaga keakurasian data maka dalam
setiap melakukan pengolahan data kita harus membandingkan hasil Image J
dengan pengukuran sebelumnya. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap.
Tidak hanya itu dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data kualitas
air pada kolam resirkulasi. Parameter perairan yang akan diamati adalah
parameter fisika dan kimia. Contoh air untuk analisis kandungan kimia perairan
diambil dengan botol contoh kemudian disimpan dalam cool box. Analisis
kandungan nitrat, asam amino dan oksigen terlarut dilakukan di Laboratorium
Produksi Lingkungan. Parameter kualitas air berupa salinitas, suhu diukur
mnggunakan refraktometer dan termometer.
3.3.6.1 Kelangsungan Hidup
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup
atau mengetahui berapa persen karang lunak yang ditransplantasi masih tetap
hidup dari awal hingga akhir kegiatan. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan persamaan (Ricker, 1975 in Pratama 2005):
SR = ( N
t/ N
o) x 100 %
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%),
Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian,
No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian,
3.3.6.2 Pertumbuhan Karang Lunak
Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa
parameter yang terkait dengan pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan
panjang, lebar, dan luasan kapitulum.
β = Pertumbuhan panjang/lebar Karang Lunak (cm)
Lt = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-t, (cm)
Lo = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-o, (cm)
t = Waktu pengamatan Karang Lunak (bulan)
3.3.6.3 Laju pertumbuhan karang lunak
Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang
lunak, serupa dengan yang digunakan Sadarun (1999) , yaitu :
Keterangan :
β = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),
Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm)
Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-I, (cm)
ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui
kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup fragmentasi karang. Hasil pengukuran parameter fisika dan
kimia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan
Parameter Unit *Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004
Data penelitian yang menunjukan bahwa nilai suhu yang didapat pada
bulan pertama penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang
ada suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Pada umumnya, karang lunak tumbuh
secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 25 °C dan
29 °C, namun suhu di luar itu masih dapat ditolelir oleh spesies tertentu dari jenis
Kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35 ‰. Nilai didapat ini masih
cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang
lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi
pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.
Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar
0,202mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan
cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai
baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam tidak berwarna hijau.
Data penelitian yang menunjukan bahwa nilai suhu pada bulan kedua
penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada suhu
berada disekitar rentang 28-30 °C. Dari kisaran nilai salinitas yang didapat 31-35
‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu yaitu
33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992),
Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.
Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar
0,215mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan
cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai
baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam berwarna hijau.
Data penelitian yang didapat, bahwa nilai suhu yang didapat pada bulan
ketiga penelitian berkisar 26-28 °C. Sedangkan pada nilai baku mutu yang ada
suhu berada disekitar rentang 28-30 °C. Dari kisaran nilai salinitas yang didapat
31-35 ‰. Nilai didapat ini masih cukup baik karena berada pada nilai baku mutu
yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken
Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar
1,623mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan
cukup baik walaupun nilai kandungan nitrat yang didapat lebih besar dari nilai
baku mutu hal ini dikarenakan kondisi warna perairan kolam berwarna hijau.
Data hasil pengukuran parameter fisika dan kimia didapat bahwa nilai
kisaran suhu dan nilai kisaran salinitas tidak berubah secara signifikan hal dapat
dikatakan bahwa kondisi kolam dalam keadaan normal dan terkontrol, sedangkan
pada nilai nitrat, nitrit, fosfat dan ammonia terjadi peubahan yang signifikan,
bahkan melebihi nilai ambang batas dari buku mutu, hal dikarenakan adanya
berbagai pengaruh yang mempengaruhi kondisi kimia di dalam kolam,
pengaruh-pengaruh ini antara lain adanya pemberiaan pakan, adanya persaingan dalam
memperebutkan pakan dengan biota lain yang ada di dalam kolam penelitian.
Dengan adanya pengaruh diatas mengakibatkan tingkat ekskresi pada biota-biota
selain karang lunak yan digunakan sebagai penelitian menjadi semakin tinggi, hal
ini akan mempengaruhi kondisi pada kolam penelitian, diantaranya warna kolam
akan berwarna hijau diakhir penelitian
Berdasarkan nilai buku mutu kualitas air untuk biota laut jenis karang
lunak yang tercantum pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun
2004 terhadap parameter fisika dan kimia parairan yang terukur, kondisi fisik dan
kimia perairan pada bak terkontrol dapat dikatakan cukup baik dan mampu
4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Kesehatan karang
Tingkat kelangsungan hidup karang lunak dalam penelitian mencapai
100% hal ini dikarenakan jumlah fragmen karang yang digunakan tidak
mengalami kematian, dalam hal ini karang lunak tersebut dapat bertahan hidup
pada lingkungan yang berbeda. Hal ini hampir sejalan dengan tingkat kesehatan
karang dimana ketika karang mengalami tingkat stres maka tingkat kesehatanya
akan menurun hal ini dapat dilihat dengan menggunakan diagram Coral Watch
(Gambar 7).
Adanya tingkat stres karang, hal ini dikarenakan adanya kompetisi ruang
dengan alga dan kecepatan arus yang dihasilkan terlalu kecil di dalam bak
terkontrol, dengan adanya alga kompetisi untuk mendapatkan makanan terganggu
belum lagi pada penelitian ditemukan adanya karang lunak yang ditutupi oleh
alga, hal tersebut akan menghambat karang untuk menangkap makanan, maka dari
itu setiap satu bulan sekali dilakukan pembersihan dengan cara mengelupas
alga-alga yang menempel pada karang dan juga membersihkan alga-alga yang ada
dipinggiran kolam, hal ini dilakukan agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup
Gambar 14. Karang Lunak yang ditumbuhi Alga
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utama (2010), tingkat
kelangsungan hidup transplantasi karang lunak Sinularia dura pada bak terkontrol
sebesar 100 %. Hasil ini sama dengan nilai tingkat kelangsungan hidup yang
didapat selama penelitian walaupun ada perbedaan ketahanan hidup karang untuk
beradaptasi terhadap lingkungan yang baru dan terjadinya kompetesi ruang pada
awal hingga pertengahan bulan, tapi dalam penelitian ini semua fragmen karang
yang digunakan untuk penelitian hidup semua walaupun dilihat dari tingkat
kesehatan masing-masing fragmen berbeda.
4.3. Pertumbuhan Mutlak
4.3.1. Pertumbuhan Panjang
Hasil perhitungan analisis ragam memperlihatkan bahwa pada setiap
minggunya mempunyai nilai yang berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan
95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan data seperti pada
Gambar 15. Panjang rata-rata fragmen karang lunak
Secara umum tingkat pertumbuhan karang lunak dalam penelitian
mengalami kenaikan, hal tersebut dapat dilihat dari grafik data yang didapat
selama penelitian, walaupun dalam grafik tersebut ada kecenderungan
pertumbuhan karang akan turun, terutama pada minggu ke 6 terjadi penurunan
tingkat pertumbuhan karang, pertumbuhan maksimal karang lunak selama
penelitian terjadi pada minggu ke 5 dan 11 yakni sebesar 5.15 dan 5.23 cm. Hal
ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pramayudha,2010) dan
(Pratama,2010) bahwa mengkerutnya tubuh karang lunak disebabkan adanya
kompetisi ruang dengan alga, selain itu rendahnya arus yang terdapat pada kolam
membuat alga yang menempel pada fragmen karang sulit terlepas sehingga
cahaya matahari yang masuk tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal dan
membuat karang menjadi tidak dapat bertumbuh secara optimal.
Maka untuk mencegah terjadinya penurunan tingkat pertumbuhan dan
bahkan dapat mengakibatkan kematian maka dilakukan pembersihan kolam yang
yang ada di bak seperti alga, hal tersebut dilakukan agar karang dapat menangkap
makanan secara maksimal dan mendapatkan sinar matahari yang maksimal juga.
4.3.2. Pertumbuhan Lebar
Hasil perhitungan analisis keragaman memperlihatkan bahwa pada setiap
minggunya mempunyai nilai yang berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan
95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan data seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 16. Lebar rata-rata fragmen karang lunak
Secara umum tingkat pertumbuhan karang lunak dalam penelitian
mengalami kenaikan, hal tersebut dapat dilihat dari grafik data yang didapat
selama penelitian, walaupun dalam grafik tersebut ada kecenderungan
pertumbuhan karang akan turun, terutama pada minggu ke 6 terjadi penurunan
tingkat pertumbuhan karang.
Hakim et al. ( 2009) menyatakan bahwa perbedaan antara pertumbuhan
panjang dan lebar disebabkan oleh adanya arus kolam yang searah dengan
panjang karang lunak. Arus secara tidak langsung memberikan zat-zat yang
menyatakan bahwa laju pertumbuhan panjang pada karang lunak dapat tumbuh ke
samping lebih leluasa dan tidak adanya persaingan dalam memperoleh makanan.
4.3.3. Pertumbuhan Luas
Hasil perhitungan analisis keragaman memperlihatkan bahwa pada setiap
minggunya mempunyai nilai yang berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan
95%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan data seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 17. Luas rata-rata fragmen karang lunak
Penurunan pertumbuhan luas fragmen karang lunak Sinularia dura
dikarenakan faktor yang sama terhadap pertumbuhan panjang dan lebar. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hakim et al. (2009), Pramayudha (2010), dan Utama
(2010) bahwa yang menyebabkan penurunan pada pertumbuhan karang lunak di
kolam adalah adanya organisme atau benda asing dan kompetesi ruang dengan
alga yang menempel pada tubuh karang lunak sehingga sulit mendapatkan makan,
serta pergerakan arus yang tidak kuat sehingga terjadi penumpukan lendir dan
mengganggu aktifitas polip dalam mendapatkan makanan.
4.4.1. Laju pertumbuhan panjang
Dari grafik yang didapat selama penelitian dapat dilihat bahwa perubahan
laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak mengalami penurunan dan
peningkatan (Gambar 18) mengalami peningkatan dari -0,59 cm menjadi 0,55 cm.
Nilai tertinggi didapat pada minggu ke 2-3 sebesar 0,55 cm dan nilai terendah
didapat pada minggu ke 5-6 sebesar -0,59 cm. Grafik hasil penelitian dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 18. Laju Pertumbuhan Panjang fragmen karang lunak
4.4.2. Laju pertumbuhan lebar
Dari grafik yang didapat selama penelitian dapat dilihat bahwa perubahan
laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak mengalami penurunan dan
peningkatan (Gambar 19) mengalami peningkatan dari -0,47 cm menjadi 1,07 cm.
Nilai tertinggi didapat pada minggu ke 3-4 sebesar 1,07 cm dan nilai terendah
didapat pada minggu ke 7-8 sebesar -0,47 cm. Grafik hasil penelitian dapat dilihat
Gambar 19. Laju Pertumbuhan Lebar fragmen karang lunak
4.4.3. Laju pertumbuhan luas
Grafik yang didapat selama penelitian dapat dilihat bahwa perubahan laju
pertumbuhan panjang fragmen karang lunak mengalami penurunan dan
peningkatan (Gambar 20) mengalami peningkatan dari -0,59 cm menjadi 0,68 cm.
Nilai tertinggi didapat pada minggu ke 3-4 sebesar 0,68 cm dan nilai terendah
didapat pada minggu ke 4-5 sebesar -0,59 cm. Grafik hasil penelitian dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 20. Laju Pertumbuhan Luas fragmen karang lunak
Menurut Manuputty (1989), adanya arus yang deras, polip karang lunak
lebih aktif dalam mencari makan dan Menurut Sprung and Delbek dalam Sandy
(2000), pergerakan air yang kuat membuang mucus yang keluar dan mengurangi
infeksi bakteri. Mucus ini dapat membuat fragmen mati lemas karena
4.5 Tingkat Kesehatan Karang
Penelitian ini menghasilkan tingkat kesehatan karang terhadap karang
lunak selama penelitian yang dilakukan di bak terkontrol. Dalam hal ini
didapatkan bahwa tingkat kesehatan karang berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan karang, dimana hampir semua grafik pertumbuhan panjang, lebar
dan luas dan juga pada grafik laju pertumbuhan karang ketika pertumbuhan
mengalami penurunan hampir dipastikan tingkat kesehatan akan menurun juga hal
ini sesuai dengan data kesehatan karang yang di dapat selama penelitian.
Tabel 5. Tingkat Kesehatan karang berdasarkan warna dari Coral Watch
fragmen
warna di coral watch1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan : D adalah tingkat kesehatan karang pada Coral Watch
Tingkat kesehatan karang pada karang hasil transplantasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adanya pesaing atau kompetisi ruang yang dapat
menjadikan persaingan dalam memperebutkan makanan yang terdiri dari alga,
dengan adanya banyak pesaing atau kompetitor ruang dalam memperebutkan
makanan, hal ini akan menyebabkan kandungan nutrient dalam kolam akan
semakin sedikit dan akan meningkatkan kadar ammonia menjadi tinggi hal ini
dikarenakan adanya tingkat ekskresi yang berlebih yang terjadi pada kolam,
resirkulasi, antara lain naiknya suhu yang diakibatkan adanya penguapan air laut
yang ada pada kolam, hal berbanding lurus dengan naiknya salinitas pada kolam.
Untuk mengatasi dan juga menjaga agar kondisi kolam baik faktor fisik maupun
kimia tetap terjaga, sebaiknya dikontrol minimal satu minggu sekali dengan cara
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkat kelangsungan
hidup karang berbanding lurus dengan laju pertumbuhan dan kesehatan karang,
dimana ketika sebuah karang mengalami laju pertumbuhan yang stabil maka dapat
di lihat juga bahwa tingkat kesehatan karang akan tinggi.
Laju pertumbuhan karang terganggu maka tingkat kesehatan karang akan
rendah hal ini dikarenakan adanya kompetisi ruang dengan alga dan rendahnya
arus yang dihasilkan dari pompa yang dipasang pada bak terkontrol membuat
tubuh karang tertutup oleh alga sehingga karang lunak sulit untuk mendapatkan
makanan, kemudian mengkerut, dan bahkan dapat mengalami kematian.
5.2. Saran
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut yang berhubungan dengan
kecepatan arus yang berbeda dan juga pemberian pakan untuk melihat laju
DAFTAR PUSTAKA
Chao NJ, Liu CX, Rooney B. 2006. Sinularianin a dan b, novel sesquiterpenoid
from the formosan soft coral Sinularian sp. Tetrahedron Letter 47: 5889-
5891
Colin, L.P. and C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates : A Field Guide
to the Marine Invertebrates Occuring on Tropical Coral Reefs, Seagrass
Beds, and Mangroves. Coral Reef Press.
Efendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengeloaan sumber daya dan lingkungan
perairan. Kanisius. Jakarta.
Ellis, S. dan L. Sharron. 1999. The Culture of Soft Corals (Order: Alcyonacea) for
the Marine Aquarium Trade. CTSA Publication No.137.
Fabricius, K. and P. Aldersade. 2001. Soft Coral And Sea Fans: A Comprehensive
Guide to Tropical Shallow-Water Genera of the Central-West Pacific, the
Indian Ocean and The Red Sea. Institut of Marine Sciene. Townsville.
Hakim, Mochammad L, D. Soedharma, dan B. Subhan. 2009. Perkembangan dan
pertumbuhan transplantasi karangLunak jenis sarcophyton crassocaule di
kepulauan seribu Dki jakarta tahun 2008 – 2009. Hal 141-150. Prosiding
Pertemuan Ilmiah VI ISOI 2009, 16-17 November 2009.
Haris, A, C. Rani, dan M.Hatta. 2006. Studi Reproduksi Karang Lunak Sinularia
flexibilis Quoy & Gaimard (Octocorallia : Alcyonacea) di Pulau Barang
Lompo Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing. Universitas Hasanudin. Makasar.
Khalesi M. K. 2008. Ex Situ Cultivation of the Soft Coral Sinularia flexibilis for
Manuputty, A.E.W. 1986. Karang Lunak Salah Satu Penyusun Terumbu Karang.
Oseana, vol. XI, Nomor 4: 131-141. Puslitbang-Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Manuputty, A.E.W. 1989. Spikula Pada Karang Lunak Marga Sinularia
(Octocorallia, Alcyonacea). Oseana Vol XIV, (1): 11-18
Manuputty, A.E.W. 1991. Senyawa Terpen dalam Karang Lunak (Octocorallia :
Alcyonecea). Oseana Vol XV(2): 77-84
Manuputty, A.E.W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia (Buku I,
Laut Jawa dan Selat Sunda). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta.
Nybakken J. W. 1982. Biologi Laut.: Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Nugroho, S.C. 2008. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan
Transplantasi Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytum strictum di
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pramayudha, M.R. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Transplantasi
Softcoral (Octocorallis : Alcyonacea) Lobophytum strictum di Pulau
Pramuka, Kepulaun Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pratama, J. 2005. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang
Pocillopora, dan Heliopora dalam Transplantasi Karang di Pulau Pari,
Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(Sinularia sp.) Pada dua Kedalaman Berbeda di Perairan Pulau Pramuka
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soedharma D dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di
Indonesia. h.1-7. In Soedharma D, Rahardjo M. F., Sri Eko Susilawati,
S.E., dan Arafat, D. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8
September 2005. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup -IPB dan Fisheries
Diving Club Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sandy, R.E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Sinularia sp. Pada Substrat
Pecahan Karang. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
xiv + 67h.
Tuti, Y.I dan S. Soemodihardjo. (Ed.). 2006. Pemantauan dan Evaluasi Tiga
Dasawarsa Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu.
LIPI Press. Jakarta.
Utama, N.A.B. 2010. Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak (Sinularia dura)
di Alam dan Bak Terkontrol. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Lampiran 1. Gambaran umum daerah penelitian
a. Kolam Penelitian Ancol b. Daerah Transplantasi di Alam
Lampiran 2 Ukuran Panjang fragmen karang karang lunak
Ukuran panjang fragmen karang lunak
Fragmen
Lampiran 3 Ukuran Lebar fragmen karang karang lunak
Ukuran lebar fragmen karang lunak
Lampiran 4 Ukuran Luas fragmen karang karang lunak
Ukuran luas fragmen karang lunak
Fragmen
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lampiran 5 Pertumbuhan fragmen karang lunak
BULAN MARET – MEI TAHUN 2011
BULAN JUNI TAHUN 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batang pada tanggal 8
November 1988 dari pasangan Bapak Yunus Suwandi
dan Ibu Indah Wahyuni sebagai anak pertama dari dua
bersaudara. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan
pendidikan di SMA Negeri 1 Batang. Penulis
melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui
melalui jalur USMI Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2007.
Selama kuliah di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan
diantaranya Ikatan Mahasiswa Pekalongan 2007-2009, Himpunan Mahasiswa
Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) Divisi Penelitian dan Kebijakan
(LITJAK) tahun 2008-2010. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata
kuliah Selam Ilmiah tahun 2008-2010 dan penulis menjadi koordinator asisten
Ekologi Laut Tropis tahun 2011. Penulis juga turut serta dalam kegiatan
pengambilan data ekosistem terumbu karang dan sosialisasi tentang tumbuh
kembang manusia di Pulau Karimun Jawa (Jawa Tengah), Ikut serta dalam
pemecahan rekor MURI tentang pengambilan data ekosistem terumbu karang di
Kepulauan Seribu Jakarta.
Dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjan Ilmu
Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menulis skripsi
dengan judul “Laju Pertumbuhan dan Kesehatan Soft coral Sinularia dura
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Octocorallia adalah hewan dari Filum Cnidaria yang memiliki ciri utama
memiliki tubuh simetri radial rangkap delapan atau memiliki tentakel berjumlah
delapan. Hal mendasar ini yang membedakan Octocorallia dengan Scleractinia
(Hexacorallia) yang memiliki tentakel yang berjumlah enam atau kelipatannya
(Fabricius & Alderslade, 2001).Karang lunak sendiri juga menghasilkan kerangka
kapur yang berbentuk duri-duri kokoh yang disebut spikula. Duri-duri ini tersusun
sedemikian rupa sehingga tubuh karang lunak lentur dan tidak mudah putus
(Manuputty, 2002).
Oktokoral (karang lunak) merupakan biota penyusun terumbu karang
kedua setelah karang batu. Sedangkan posisinya dalam sistem taksonomi, karang
lunak bersama dengan kipas laut (sea fans), tergabung dalam ordo Alcyonacea,
termasuk kelas Anthozoa dan sub kelas Octocorallia, yang tersebar luas di
perairan Indo-Pasifik (Manuputy, 2008).
Karang jenis ini dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang
keruh, maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur
demikian pula hubunganya dengan kecerahan air laut, terutama di pulau-pulau
yang masih dirasakan adanya pengaruh dari daratan pulau Jawa (Manuputty
2002).
Di sisi lain, pemanfaatan yang terus meningkat dari karang lunak tanpa
kelestarian tersebut terlihat pada proses pengumpulan spesimen untuk
pemanfaatan dengan tujuan tertentu, di mana pada umumnya diambil secara
langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya, Cara seperti ini, jika
dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat menurunkan populasi secara
signifikan jenis ini karena terjadi tangkap lebih (overfishing) dan bahkan terancam
kepunahan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan berkesinambungan,
kelestarian karang lunak ini perlu dijaga dan diperhatikan (Haris, 2005).
Dengan adanya pemanfaatan yang terus menerus tanpa diikuti dengan
usaha pelestarian, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan dan dapat
mengancam keberadaann karang lunak di alam. Dalam melestarikan pemanfaatan
sumberdaya hayati karang lunak yang telah rusak, maka dikembangkan suatu
gagasan atau metode, yaitu transplantasi dengan fragmentasi buatan.
Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman dan
pertumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi dimana benih karang
diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007).
Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang
yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang
yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan
(Harriot dan Fisk,1998 in Soedharma dan Arafat, 2007). Penelitian mengenai
transplantasi karang lunak ini telah banyak dilakukan di laut ataupun di kolam,
diantaranya pada karang lunak jenis Lobophytum srictum (Hakim, 2009),
Sinularia dura (Utama, 2010), Sarchopyton sp (Pramayudha, 2009), dan
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati pertumbuhan dan tingkat
kesehatan karang lunak jenis Sinularia dura yang ditransplantasikan pada sistem
resirkulasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk
kepentingan penelitian, rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang rusak,
perdagangan karang lunak dan dapat menjadi dasar dalam memproduksi anakan
karang lunak.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju pertumbuhan, tingkat
kelangsungan hidup dan tingkat kesehatan fragmentasi karang lunak jenis
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karang Lunak Sinularia dura
Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut
: (Hyman, 1940; Bayer 1956 in Ellis and Sharron, 2005):
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria)
Ordo : Alcyonacea
Sub ordo : Alcyoniina
Famili : Alcyoniidae
Genus : Sinularia
Spesies : Sinularia dura
Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001)
Gambar 1. a. S. Brassica dan b. S. lamellate
Istilah Anthozoa berasal dari bahasaYunani yang berarti binatang
berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari Cnidaria, di mana
tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari Cnidaria,
Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya tercermin dalam
variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson, 1995).
Anggota dari marga Sinularia memiliki bentuk koloni yang lebih
bervariasi dibandingkan dengan anggota karang lunak lainnya. Bentuk
pertumbuhannya bervariasi dari bentuk mengerak (encrusting) dengan lobus yang
berbentuk tonjolan-tonjolan kecil atau seperti pematang, sampai ke bentuk seperti
semak yang rindang (Fabricius and Alderslade 2001; Fabricius and De’ath 2000).
Polip atau binatang karang pada anggota Sinularia bersifat monomorfik
atau bentuknya seragam, mempunyai delapan tentakel yang tersusun pada keping
mulut yang melingkari lobang kecil yang berfungsi sebagai mulut. Koloni
Sinularia berwarna coklat, krem, kuning atau hijau kecoklatan, warna polip, juga
mengikuti warna koloni. Warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae
yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak.
2.2 Perbedaan Antara Karang Batu dan Karang Lunak
Perbedaan antara karang lunak dan karang batu adalah pada jumlah
tentakel, kekenyalan tubuh, dan kerangka penyusunya. Tentakel karang lunak
berjumlah delapan buah dan dilengkapi dengan duri-duri (pinnula), sedangkan
karang batu memiliki tentakel berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak
berduri (Manuputty, 1986).
Karang lunak mudah dikenali karena tekstur tubuhnya yang lunak dan
tertanam dalam massa gelatin. Kerangka tubuh bersifat endoskeleton dan tidak
menghasilkan kapur yang radial. Karang batu menghasilkan kerangka kapur yang
Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras
Karang Batu Karang Lunak
Tentakel Berjumlah enam atau kelipatan dan tidak berduri
kerangka kapur yang radial.
Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam gelatin.
Membentuk koloni
Kerangka Tubuh
Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal
aragonit.Bersifat eksoskeleton
Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisah-pisah dan berkapur. Bersifat
endoskeleton
Sekret (getah) Tidak menghasilkan senyawa terpen
Menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut,
untuk mempertahankan diri Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002)
Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dalam hal bentuk dan
susunan tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.
2.3. Transplantasi Soft coral
Transplantasi karang berarti penanaman dan penumbuhan koloni karang
baru dengan metode fragmentasi, namun sebenarnya karang ini dapat
memperbanyak diri dengan fragmentasi, khususnya untuk jenis-jenis karang yang
mempunyai percabangan (Soedharma dan Arafat, 2007).
Melalui transplantasi ini, umumnya karang akan bereproduksi masal
secara aseksual dengan campurtangan manusia.Manfaat transplantasi karang
adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi
lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan
memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu,
konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan (Soedharma dan
Arafat,2007).
2.4. Reproduksi Soft coral
Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual
dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi,
maupun pembentukan tunas.Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak
melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada
reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui
pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan
ada pembentukan koloni baru (Fabricius and Alderslade, 2001).
Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma
dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi
fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan
terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang
sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu,
hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya
berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian
membentuk koloni baru (Manuputty, 2005).
Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Tumbuh
mempunyai arti yang berlainan bagi organisme yang berbeda. Menurut
Buddemeir 1978 in Suharsono pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai
perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu,
perubahan area permukaan per satuan waktu. Semua perubahan bersifat
irreversible yaitu tidak kembali atau tidak menyusut. Kecepatan tumbuh karang
bervariasi tergantung dari jenisnya, tempat tumbuh dan faktor lain yang
berpengaruh. Pada karang yang bercabang kecepatan kalsifikasi cenderung
berkurang secara sistematis dari titik paling ujung ke arah pangkal. Dibagian
tengah relative lambat dan pertumbuhan terendah terdapat dibagian pangkal.
Kecepatan tumbuh karang sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter koloni.
2.5. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak
Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara
makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam
jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan
menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi
keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun
yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa
Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan
tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa
karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan
pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan zooxanthella.
Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa
(Bayer, 1956 in Manuputty 1986).
2.6. Faktor Lingkungan
Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi
lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang. Pertumbuhan ekosistem
terumbu karang tergantung dari beberapa parameter, yaitu :
2.6.1 Salinitas
Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak.
Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35‰. Pada
perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu
karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu karang
mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat
tinggi (Nybakken, 1982).
2.6.2 Suhu
Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.
Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya.
Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum
terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam