ABSTRACT
THE EFFECT OF FRESH WATER MUSSEL (Pilsbryoconcha exilis) AS BIO FILTER IN RECIRCULATING SYSTEM ON GROWTH RATE
OF SANGKURIANG CATFISH (Clarias gariepinus)
By
SANDY PUTRA
Catfish (Clarias gariepinus) is one of fishery commodities in Indonesia that has a high economic value. The parameter that has an important effect of catfish growth is water quality. Ammonia is a limiting factor to growth rate of cat fish. Concerntation of 0.18 mg/l ammonia (NH3) could inhibit fish growth.
Recirculating system combine with bio filter is the way to reduce ammonia. The aim of this research was to study the effect of fresh water mussel (Pilsbryoconcha exilis) as bio filter in recirculating system on growth rate and survival rate of Sangkuriang catfish. This research used four difference treatment density of fresh water mussel there are 0, 100, 150, and 200/ 0,6 m3 mussels. The result showed that all treatment by using fresh water mussel affected the growth and survival rate of Sangkuriang catfish. The highest of absolute growth was found on 200 freshwater mussels treatment by producing catfish weight of 19.71 grams, and the highest of survival rate was found on 200 P. exilis with of rate 80,14%.
ABSTRAK
LAJU PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN APLIKASI BIOFILTER
KIJING AIR TAWAR (Pilsbryoconcha exilis)
By
SANDY PUTRA
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan lele sangkuriang adalah kualitas air. Selain kebutuhan oksigen, NH3juga merupakan faktor penghambat dalam pertumbuhan
ikan. Konsentrasi NH3 pada tingkat 0,18 mg/l dapat menghambat pertumbuhan
ikan. Kijing (Pilsbryoconcha exilis) merupakan organisme filter feeder dapat dikombinasikan dengan sistem resirkulasi sehingga efisien dalam penggunaan air. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh biofilter kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) terhadap laju pertumbuhan lele sangkuriang. Penelitian ini menggunakan perlakuan kepadatan kijing air tawar yang berbeda yaitu 100, 150, 200/ 0,6 m3 individu dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kijing air tawar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang. Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan 200 individu dengan berat 19.71 gr dan tingkat kelangsung hidup tertinggi terdapat perlakuan 200 individu dengan 80.14 %.
LAJU PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN APLIKASI BIOFILTER
KIJING AIR TAWAR (Pilsbryoconcha exilis)
SKRIPSI
Oleh SANDY PUTRA
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir. ... 4
2. Morfologi Ikan Lele Sangkuriang. ... 6
3. Morfologi Kijing Air Tawar... 12
4. Sketsa Resirkulasi ... 19
5. Pertumbuhan Mutlak ... 23
6. Laju Pertumbuhan Harian ... 25
DAFTAR ISI
A. Aspek Biologi Ikan Lele Sangkuriang ... 6
1. Klasifikasi Lele Sangkuriang ... 6
2. Morfologi Lele Sangkuriang ... 7
D. Prosedur Penelitian... 19
2. Persiapan Hewan Uji. ... 20
3. Pengamatan Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang . ... 20
E. Parameter yang Diamati. ... 21
1. Pertumbuhan Mutlak. ... 21
2. Laju Pertumbuhan Harian ... 21
3. Kelangsungan Hidup. ... 21
4. Pengukuran Kualitas Air. ... 22
F. Analisis Data. ... 22
IV. Hasil dan Pembahasan ... 23
A. Hasil Pengamatan ... 23
1. Pertumbuhan Berat Mutlak dan Laju Pertumbuhan harian ... 23
2. Tingkat Kelangsungan Hidup ... 26
3. Parameter Kualitas Air ... 28
B. Pembahasan ... 29
1. Pertumbuhan Mutlak dan Laju Pertumbuhan Harian ... 29
2. Kelangsungan Hidup ... 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Kesimpulan ... 34
v DAFTAR TABEL
Halaman
1. Peralatan Dalam Penelitian ... 17 2. Bahan Dalam Penelitian ... 18 3. Analisis Varian Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Mutlak
Ikan Lele Sangkuriang ... 24 4. Hasil Uji Antar Perlakuan Pertumbuhan Mutlak Mengunakan Uji
Duncan ... 24 5. Analisis Varian Pengaruh Perlakuan Terhadap Laju Pertumbuhan
Harian Ikan Lele Sangkuriang ... 25 6. Hasil Uji Antar Perlakuan Laju Pertumbuhan Harian Mengunakan
Uji Duncan ... 26 7. Analisis Varian Pengaruh Perlakuan Terhadap Kelangsungan Hidup
Ikan Lele Sangkuriang ... 27 8. Hasil Uji Antar Perlakuan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele
MOTO
Banyak
kegagalan
dalam
hidup
ini
dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa
dekatnya
mereka
dengan
keberhasilan
saat
mereka
menyerah.
Thomas Alva Edison
ALLAH MENDENGAR LEBIH DARI YANG KITA
UCAPKAN DAN MEMBERI LEBIH DARI YANG KITA
MINTA, DALAM RENCANANYA YANG LEBIH BAIK
Kupersembahkan karyaku ini kepada :
Allah SWT, sebagai wujud syukur atas
pencapaian ku saat ini, Mak, Bapak, ke dua
abang tercinta, serta adek atas cinta, doa,
dukungannya yang tiada henti, dan yang
memberikan semangat selama ini.
RIWAYAT HIDUP
Sandy Putra dilahirkan di Krui pada tanggal 4 September 1991 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Husinsyah dan Ibu Rostati. Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar SDN1 Pasar, Krui Lampung Barat dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pesisir Tengah Lampung Barat pada tahun 2006, dan malanjutkan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Tengah Lampung Barat hingga lulus pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi SNPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan organisasi kampus, yaitu menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota Bidang Kewirausahaan pada tahun 2010-2011 dan pada tahun 2011-2012 menjabat sebagai anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen Oceonografi dan Teknik Pembenihan Ikan pada tahun ajaran 2012-2013.
Pesisir dan Maritim” di desa Dadi Rejo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2014 untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk
skripsi yang berjudul “Laju Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
SANWACANA
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Laju Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Aplikasi Biofilter Kijing Air Tawar (Pilsbryoconcha exilis)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi, yaitu kepada:
1. Bapak, Mak , kedua abang dan adek tercinta untuk setiap doa, motivasi, kasih sayang, materi, dan tetes keringat yang selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku. Seluruh keluarga besarku atas doa, perhatian dan nasehat yang diberikan
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Peraitan 4. Bapak Henny Wijayanti, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik 5. Bapak Herman Yulianto, S.Pi., M.Si selaku dosen Pembimbing Utama yang
6. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si. selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah membimbing, memberikan arahan dengan penuh semangat sehingga skripsi ini menjadi semakin baik.
7. Bapak Qadar Hasani, S.Pi., M.Si. selaku dosen Penguji yang telah memberikan saran bagi kesempurnaan skripsi.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Pertanian, khususnya Program Studi Budidaya Perairan .
9. Swarna Novianti beserta keluarga yang memberi perhatian, semangat, dan mendoakan keberhasilan penulis.
10.Pihak Laboratorium Uji Kualitas Air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung terimakasih untuk tempat dan segala bantuan yang diberikan selama penelitian berjalan.
11.Keluarga Besar Angkatan 2009 Karina, Dian, Euis, Agus, Yuni, Tari, Ika, Indah P, Anggun, Eva, Eni, Rina, Nana, Soraya, Denis, IO, Mega, Alfie, Uus, Ayu, Linda, Ainul, Muarif, Tomang, Supra, Bintang, Nuron, Ogi, Beni, Okta, Ridho, Panca, Rahmat, Mufit, Dedi, Titus beserta 2009 yang belum saya sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan, kebersamaan dan saran-saran yang diberikan.
Bandar lampung, 2 Desember 2014
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Secara umum produksi ikan lele terus meningkat dengan pasar yang bertambah luas dan terbuka. Permintaan pasar yang terus meningkat mengakibatkan tingginya nilai produksi budidaya ikan lele. Berkembangnya usaha budidaya ikan lele juga berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan area budidaya dan penambahan kebutuhan air, sehingga meningkatkan biaya produksi. Budidaya dengan sistem tanpa ganti air bertujuan menghemat air dan biaya produksi .
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kualitas dan kuantitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina, 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan lele sangkuriang adalah kualitas air, selain kebutuhan oksigen, NH3 juga merupakan faktor
penghambat dalam pertumbuhan ikan. Pada tingkat konsentrasi 0,18 mg/l dapat menghambat pertumbuhan ikan (Wedemeyer, 1996).
2 cepat 10%, selain pertumbuhannya, indukan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) juga memiliki jumlah telur 33,33% lebih banyak dibandingkan dengan ikan lele dumbo (Gunawan dan Harianto, 2011).
Intensifikasi budidaya melalui peningkatan padat penebaran yang tinggi dapat menimbulkan masalah kualitas air, walaupun ikan memakan sebagian besar pakan yang diberikan tetapi persentasi terbesar dari pakan yang dimakan diekskresikan sebagai buangan metabolik. Perbaikan kualitas air bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan filter baik secara mekanik, kimia dan biologi. Namun salah satu filter yang digunakan adalah filter biologi dengan memanfaatkan hewan, berupa kijing yaitu organisme filter feeder dan dikombinasikan dengan sistem resirkulasi sehingga efisien dalam penggunaan air (Palinussa, 2010).
Kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) dikenal sebagai filter feeder, daya tahan hidupnya yang tinggi dan dalam jumlah yang berlimpah kijing air tawar dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran perairan akibat polutan termasuk logam berat dengan demikian hewan ini dapat membantu dalam usaha penjernihan air, kijing air tawar dapat memanfaatkan sisa makanan yang tidak sempat dimakan ikan serta dapat sebagai biofilter.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
3 2. Menentukan perlakuan biofilter kijing air tawar (Pilsbryonconcha exilis yang tepat untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dalam sistem resirkulasi.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh biofilter kijing air tawar (Pilsibryoconcha exilis) dan perlakuan yang tepat dalam sistem resirkulasi terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
D. Kerangka Pemikiran
Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu komoditas perairan yang banyak dibudidayakan secara intensif. Pengelolaan kualitas air yang baik akan menentukan tingkat kesuksesan dalam budidaya.
Salah satu bahan organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan metabolisme adalah amoniak. Amoniak yang tidak teroksidasi oleh bakteri dalam waktu terus-menerus dengan jangka waktu yang lama akan bersifat racun. Tingginya konsentrasi amoniak menyebabkan kerusakan pada insang, ikan mudah terserang penyakit, dan menghambat laju pertumbuhan.
4 oleh kijing air tawar adalah 1,44 liter/individu/dewasa/jam. Dari sistem resirkulasi dengan pengunaan filter tersebut diharapkan mampu untuk menjaga kualiatas air agar tetap baik.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
E.Hipotesis
Adapun hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :
H0 :i = 0 Tidak ada pengaruh penggunaaan biofilter kijing air tawar
(Pilsbryoconcha exilis) dalam laju pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
Kegiatan Budidaya Ikan
Sisa Pakan Sisa Metabolisme
Kualitas Air Memburuk
Biofilter Kijing air tawar(Pilsbryoconchoexilis)
200 individu kontrol 100 individu 150individu
5 H1 :i ≠ 0 Ada pengaruh penggunaan biofilter kijing air tawar
6
II. TINJAUAN PUSTAKA .
A.BIOLOGI LELE SANGKURIANG
1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidae Famili : Claridae Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
7
2. Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Sebagaimana halnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki ciri-ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).
Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele sangkuriang terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri (Lukito, 2002).
8
Untuk memudahkan berenang, lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) dilengkapi sirip tunggal dan sirip berpasangan. Sirip tunggal adalah sirip punggung dan sirip ekor . Sedangkan sirip berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras disebut patil (Khairuman dan Amri, 2009).
3. Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele sangkuriang adalah air tawar, meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Lele sangkuriang juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent yang memungkinkan lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan (Himawan, 2008).
Djoko (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 – 300C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut di atas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan.
4. Pakan dan Kebiasaan Makan
totol-9
totol. Lele sangkuriang memiliki empat pasang sungut yang berfungsi penting sebagai alat penciuman dan alat peraba. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. dan memiliki sirip dengan jumlah yang sama dengan sirip lele Dumbo pada umumnya, terdiri dari tiga sirip tunggal dan dua sirip berpasangan (Warisno dan Dahana 2009).
Menurut Mahyudin (2008), ikan lele Sangkuriang termasuk dalam golongan pemakan segala, tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Ikan lele Sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).
Ikan lele Sangkuriang seperti ikan lele lainnya bersifat nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi (diurnal). Pada siang hari lele lebih suka berdiam atau berlindung di bagian perairan yang gelap. Pada kolam pemeliharaan, terutama pada budidaya intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi hari atau siang hari, walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberikan pada malam hari (Puslitbang Perikanan 1992). Ikan lele Sangkuriang tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik (Mahyudin, 2008).
Menurut Khairuman (2002), kualitas air yang layak untuk ikan lele Sangkuriang yaitu dengan suhu 20-27ºC, oksigen terlarut (DO) kurang dari 2 ppm, kandungan karbon dioksida (CO2) lebih dari 15 ppm, kandungan NO2
sebesar 0,25 ppm, kandungan NO3 sebesar 250 ppm dan pH sebesar 6,5-8.
10
lele sangkuriang adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda.
Sementara itu, lele sangkuriang juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di kolam lele dapat memakan pakan buatan seperti pellet, limbah peternakan ayam, dan limbah-limbah peternakan lainnya (Himawan, 2008).
Menurut Lukito (2002) bahwa pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat digemari induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi. Lele sangkuriang dapat memakan segala macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan nabati.
5. Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997) pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang atau bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan yang tersedia, jumlah ikan, suhu, umur dan ukuran ikan. Laju pertumbuhan tubuh ikan yang dibudidayakan bergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit (Fajar, 1988).
11
Ikan akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan kecil ukurannya bila pakan yang diberikan kurang memadai (Lovell, 1989).
Ikan yang berukuran kecil memerlukan energi yang lebih besar dari pada ikan yang lebih besar dan mengkonsumsi pakan relatif lebih tinggi berdasarkan persen bobot tubuh (Brett dan Groves, 1979). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kualitas dan kuantitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina, 2008).
6. Kualitas Air
Menurut Bramasta (2009) bahwa dalam pemeliharaan di kolam, lele sangkuriang tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan-ikan lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikan-ikanan menyebutkan syarat dari kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin sukses membudidayakan lele.
Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele sangkuriang tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele sangkuriang secara intensif adalah 25 – 30 oC. suhu untuk pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang 26 – 30oC (Himawan, 2008).
12
sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele sangkuriang (Himawan, 2008).
B. Kijing air tawar (Pilsbryoconchaexilis)
Pilsbryoconcha exilis termasuk kedalam filum moluska. Ciri umum dari filum ini mempunyai bentuk tubuh bilateral atau simetri tidak beruas-ruas, tubuh lunak dan ditutupi mantel yang menghasilkan zat kapur, bentuk kepala jelas, bernapas dengan paru-paru atau insang (Gambar 1). Tubuhnya berbentuk pipih secara lateral dan memiliki dua cangkang (valve) yang berengsel dorsal dan menutupi seluruh tubuh membuatnya termasuk ke dalam kelas Pelecypoda. Famili Unionidae pada umumnya banyak ditemukan di kolam-kolam, danau, sungai, situ atau perairan-perairan tawar lainnya (Suwignyo et al. 1981). Klasifikasi kijing lokal adalah sebagai berikut:
Filum : Moluska
Kelas : Pelecypoda (Bivalvia) Famili : Unionidae
Genus : Pilsbryoconcha Spesies : Pilsbryoconcha exilis
13
Kijing air tawar terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu mantel, insang, dan organ dalam. Mantel menggantung di seluruh tubuh, dan membentuk lembaran yang luas dari jaringan yang berada di bawah cangkang. Tepi mantel menghasilkan tiga lipatan yaitu dalam, tengah, dan luar. Otot radial dan circular terdapat pada lapisan dalam, lapisan tengah berfungsi sebagai sensor, dan lapisan luar terdapat cangkang. Seluruh permukaan mantel mensekresi zat kapur (Rupert dan Barnes 1994).
Kijing air tawar memakan detritus, alga bersel satu, dan bakteri. Proses yang terjadi terhadap makanan yang masuk ke dalam tubuhnya (Suwignyo et al. 1981) adalah sebagai berikut:
1. Makanan masuk melalui sifon inhalant akan dijebak pada insang karena adanya mukus yang dihasilkan oleh kelenjar hypobranchial.
2. Zat makanan ini akan dialirkan ke mulut oleh sistem silia yang berkembang dengan baik, yang dikhususkan mengambil makanan dari permukaan insang menuju mulut. Kemudian makanan akan disortir oleh palp yang mengelilingi mulut yang mampu membedakan antara makanan dengan kerikil atau pasir, karena mengandung chemoreceptor.
3. Kerikil atau pseudofeces akan dikeluarkan oleh sifon exhalant, makanan ditransformasikan ke mulut.
14
5. Gerakan rotasi ini akan mengakibatkan bercampurnya kandungan perut dan kemudian makanan akan hancur secara mekanis. Material yang tidak dicerna akan dibuang melalui anus sebagai feses.
Kijing air tawar bersifat filter feeder, mekanisme makan bergabung dengan mekanisme pernafasan. Zat-zat makanan seperti fitoplankton serta organisme mikroskopik lain akan ikut tersaring dan kemudian diubah menjadi jaringan tubuh ketika kijing menyaring air.
Kijing familia Unionidae bermanfaat secara ekologis karena mampu menjernihkan air berkat efisiensinya menyaring partikel-partikel tersuspensi dan alga. Selain itu, kerang Unionidae memiliki potensi ekonomis yaitus ebagai bahan pangan sumber protein bagi manusia, sumber pakan ternak, industri kancing dan penghasil mutiara (Prihartini, 1999) serta komoditas budidaya perikanan darat (Mathlubi, 2006).
15
C. Sistem Resirkulasi
Sistem resirkulasi merupakan suatu sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah filter, sehingga sistem ini bersifat hemat air (Prayogo et al.,2012). Sistem resirkulasi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas air (Djokosetiyanto et al., 2006). Resirkulasi adalah sistem yang mengalirkan air secara terus-menerus kedalam wadah (Akbar, 2003; Fauzzia et al., 2013). Recirculation Aquaculture System merupakan teknik budidaya yang menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor), serta kondisi lingkungan yang terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas (Lukman, 2005). Hambatan yang sering terjadi pada usaha budidaya kertersedian lahan dan air. Resirkulasi merupakan peluang alternatif model budidaya yang memanfaatkan air secara berulang (Akbar, 2003).
16
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini beserta fungsi masing-masing alat dan bahan dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar alat dan bahan disajikan pada lampiran 1.
Tabel 1. Peralatan Yang Digunkan Dalam Penelitian No Nama Alat Fungsi
1 Kolam terpal Untuk kolam pemeliharan ikan
2 Pipa paralon PVC Untuk saluran air
3 Sambungan pipa Untuk menyambung pipa
4 Waring Untuk mencegah predator
5 Papan Untuk membuat wadah filter
6 Pompa air Untuk memompa air agar bersirkulasi
7 Terminal listrik Untuk menyediakan listrik
8 Penggaris Sebagai alat ukur panjang ikan
9 Timbangan digital Sebagai alat untuk mengukur berat ikan
10 Beaker glass Untuk mengaduk cairan
11 Thermometer Untuk mengukur suhu air
12 DO meter Untuk mengukur DO air
18
Bahan yang digunakan pada penelitian ini beserta fungsi masing-masing dan bahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Bahan Yang Diguunakan Dalam Penelitian No Nama Bahan fungsi
1 Kerang air tawar
(Pilsbryoconcha exilis)
Sebagai media filter
2 Pakan (pellet) Sebagai sumber makanan ikan 3 Benih ikan Lele Sangkuriang Sebagai hewan uji
C. DesainPenelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), Penelitian menggunakan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu kontrol (perlakuan A), kerang air tawar 100 (perlakuan B),kerang air tawar 150 (perlakuan C), kerang air tawar 200 (perlakuan D) (lampiran 2). Rancangan yang digunakan menurut (Steel danTorrie, 1991) adalah sebagai berikut :
Yij = + i + ij Keterangan :
Yij = Pengaruh biofilter kerang air tawar (Pilsbryoconcha exilis) ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah data
i = Pengaruh biofilter kerang air tawar (Pilsbryoconcha exilis) terhadap
laju retensi amoniakke-i
19
i = Jenis media filter yang digunakan kerang air tawar (Pilsbryoconcha exilis)
j = Ulangan (1, 2, dan 3)
Gambar 4. Sketsa Resirkulasi
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Wadah
Wadah pemeliharan yang digunakan berupa kolam terpal berukuran 2x1x1 m2 yang diisi air setinggi 45 cm dari dasar kolam. Sedangkan wadah filter berupa bak ukurannya persegi panjang berukuran 50x30x40 cm2 yang disesuaikan dengan luas kolam ikan. Wadah filter dilengkapi dengan pipa PVC berdiameter 1 inchi sebagai saluran inlet dari kolam dan outlet yang dialirkan kembali ke kolam pemeliharaan ikan. Bagian ujung pipa yang berada dalam kolam disambungkan dengan pompa untuk menyedot air naik ke wadah filter, air dialirkan dengan prinsip resirkulasi.
outlet
inlet
Kolam
pompa
Wadah filter inlet
2m
20
2. Persiapan hewan uji
Persiapan bahan hewan uji meliputi persiapan ikan lele. Ikan yang digunakan adalah ikan lele dengan panjang sekitar 4-6 cm/ekor. Ikan ditebar dengan kepadatan 400 ekor/m2. Ikan tersebut di adaptasikan terlebih dahulu dalam kolam pemeliharaan selama 1 minggu sebelum menggunakan filter. Pemeliharaan ikan lele dilakukan selama 42 hari dengan pemberian pakan tiga kali sehari pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB, dengan feeding rate (FR) 3% bobot tubuh ikan lele per hari. Sampling dilakukan 7 hari sekali dengan mengukur berat ikan lele secara acak untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan lele.
3. Pengamatan Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Dalam penelitian ini parameter utama yang diamati yakni pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele, sampling dilakukan 7 hari sekali. Pengambilan Sampel ikan lele dilakukan pada sore hari, setiap kolam diambil 80 ekor lalu diukur panjang total tubuh ikan dan berat ikan. Parameter pendukung kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, kadar oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari pagi dan sore hari.
E. Parameter Penelitian
21
1. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan rumus (Effendi, 1997).
Wm = Wt – Wo
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus (Zonneveld, et al, 1991).
22
Survival Rate = Nt x 100 % No
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan akhir (ekor) No : Jumlah ikan awal (ekor)
4. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air meliputi suhu, derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut (DO).
F. Analisis Data
24 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambahan kijing air tawar sebagai biofilter dalam jumlah yang berbeda dalam sistem resirkulasi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan mutlak dan , pertumbuhan harian serta kelangsungan lele sangkuriang.
2. Filter yang efektif pada sistem resirkulasi ialah filter dengan perlakuan D yaitu pemberian kijing sebanyak 200 individu.
B. Saran
DAFTAR PUSTKA
Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham, Alabama
Brett, J.R., and T. D. D. Groves. 1979. Physiological energetics in Fish physiology. W. S. Hoar, D. J. Randall, and J. R. Brett, editors., volume 8. Academic Press, New York. PP 280-344
Djokosetiyanto, D., A. Sunarma., dan Widanarni. 2006. Perubahan Ammonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N) pada Media Pemeliharaan Ikan
Nila Merah (Oreochromis sp.) di dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(1): 13-20.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta..
Effend, H. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 hal.
Fajar, M. 1988. Budidaya Perairan Intensif. Fish Project. Universitas Brawijaya Malang.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta. 355 hal. Ika, R., dan M, Rifa’i. 2012. Pemanfaatan Photovoltalk Pada Sistem Otomasi Akuaponik Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal Eltek, X(2): 1693-4024.
Lukman. 2005. Uji Pemeliharaan Ikan Pelagi Irian (Melanotaenia Boesemani) Di Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5(1): 25-30.
Lovell, T. 1988. Nutrition and feeding of fish. New York : Van Nostrand Reinhold, pp.11-91.
Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. An A VI Book. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. 260 p
Mathlubi W. 2006. Studi karakteristik kerupuk kijing taiwan (Anodonta woodiana Lea). Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauta, IPB.
Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif sebagai Media Filter terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Eksplanasi, V (2): 1-11. Nurcahyono, Eddy dan Kasturi. 2007. Aplikasi Sistem Resirkulasi Sederhana
dalam Percepatan Pemijaha Induk Kepiting Bakau (Scylla olivacea) Herbst. Laporan tahunan. Balai Budidaya Air Payau Takalar. Sulawesi Selatan. Pillay T. V. R. 2004 Aquaculture and The Environment, Second Edition.
Blackwell Publishing. London.
Prayogo, Beodi, S.R., dan Abdul M. 2012. Eksploritasi Bakteri Indigen Pada Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, IV (2): 193-197.
Palinussa, E. M. 2010. Pemanfaatan Kijing Taiwan (Anadonta woodiana, Lea) Sebagai Biofilter Pada Sistem Budidaya Ikan Mas. Thesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 halaman.
Popma, T. J. and L. L. Lovshin. 1996. “Worldwide Prospects for Commercial Production of Tilapia”. R and D Series 41, International Center for Aquaculture and Aquatic Environments, Department of Fisheries and Allied Aquacultures, Auburn University, Alabama 36849, USA.
Prayogo, Beodi, S.R., dan Abdul M. 2012. Eksploritasi Bakteri Indigen Pada Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4(2): 193-197.
Prihartini W. 1999. Keragaman jenis dan ekobiologi kerang air tawar Famili Uninidae (Molusca: Bivalva) di beberapa Situ dan Kabupaten dan Kotamadya Bogor. Tesis, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 94 hal.
Rupert EE. Barnes RD. 1994. Invertebrata Zoology 6th Edition. Orlando. Florida. College Publishing 1056p.
Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistik. Edisi ke-2. Gramedia Pustaka: Jakarta.
Suyanto, R. 1998. Nila. Penebar Swadaya: Jakarta.
Suwignyo P, J. Basmi, D.T.F. Lumbanbatu dan R Affandi. 1981. Studi biologi Kijing Taiwan Anodonta woodiana. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor.
Stickney and R . Robert. 1993. Culture of Non salmonid Freshwater Fishes. Second Edition. CRC Press Inc. Florida
Wedemeyer GA.1996. Physiology of fishin Intansive Culture Sistem. Chapman and Hill.