WOENXYZ JAMES SURYADI
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sinularia dura
HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 18 April 2011
iii
RINGKASAN
WOENXYZ JAMES SURYADI. Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia dura Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan BEGINER SUBHAN.
Karang lunak Sinularia dura dapat dijadikan sebagai bioaktif untuk berbagai jenis bidang seperti kesehatan, makanan dan lain sebagainya (Khalesi, 2008). Oleh karena itu, jika hanya mengambil stok karang dari alam saja akan membuat persediaan karang tersebut akan habis dan juga akan membuat ekosistem terumbu karang menjadi tidak seimbang. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian karang agar tetap seimbang dan terhindar dari kepunahan yaitu dengan kultur karang dengan cara transplantasi. Kultur karang lunak yang ada di alam memiliki beberapa kendala seperti terjadinya sedimentasi dan pengontrolan yang agak sulit seperti perubahan suhu yang tidak menentu, gangguan oleh predator. Transplantasi karang lunak pada bak terkontrol yang memiliki beberapa kelebihan seperti tidak adannya sedimentasi, gangguan oleh predator lain, dan lebih efektif dalam pengontrolan, pengamatan.
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai bulan Oktober hingga Desember 2010, dalam beberapa tahapan yaitu persiapan kolam dan substrat, pengambilan sampel, proses transplantasi yang ditempatkan pada posisi yang berbeda yaitu pada dasar kolam dan di kolom air, dan pengamatan
pertumbuhan. Analisis pertumbuhan panjang, lebar dan luas dari karang lunak yang ditransplantasi menggunakan softwareImage J 1.38x. Hasil digitasi pada Image J akan menghasilkan secara otomatis panjang, lebar,dan luas karang.
Tingkat kelangsungan hidup frangmen karang di dasar hingga akhir penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan di kolom yaitu sebesar 67 % dan 56 %. Pertumbuhan optimum fragmen karang lunak pada dasar kolam untuk parameter panjang, lebar, dan luas terjadi di minggu ke-2 yaitu 4,85 cm, minggu ke-3 yaitu 3,4 cm, dan minggu ke-3 yaitu 9, 14 cm2, sedangkan pertumbuhan optimum fragmen karang lunak di kolom air terjadi di minggu ke-3 yaitu sebesar 4,85 cm, 3,77 cm, dan 10,3 cm2
iv
©Hak Cipta milik Woenxyz James Suryadi 2011 Hak Cipta dilindungi
PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI
Woenxyz James Suryadi C54061152
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
vi
SKRIPSI
Judul Penelitian : PERTUMBUHAN HASIL TRANSPLANTASI KARANG LUNAK Sinularia dura PADA SISTEM RESIRKULASI
Nama Mahasiswa : Woenxyz James Suryadi Nomor Pokok : C54061152
Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Beginer Subhan, S.Pi, M.Si NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19800118 200501 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc NIP. 19580909 1988303 1 003
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa Yang Maha Kuasa,
yang selalu memberikan rahmat dan kurnianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Pertumbuhan Hasil Transplantasi Karang Lunak Sinularia dura Pada Sistem Resirkulasi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Ibuku tercinta Nanie Santioso, Om Budhi K.H, serta adik-adikku Woenxyz
Goerge S, Cerdila Ladini atas doa, semangat dan dukungannya.
2. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA dan Beginer Subhan, S.Pi. M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan banyak pengetahuan, masukan,
dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Bisman Nababan, M.Sc selaku pembimbing akademik atas
dukungan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.
4. Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si, sebagai dosen penguji departemen yang
telah memberikan saran dan masukan kepada penulis
5. Dr. Ir. Henry Manik, M.T selaku ketua komisi pendidikan di departemen
yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis
6. Laboratorium Hidrobiologi Laut, yang telah memberikan bantuan dana
untuk penelitian ini.
7. Bapak Mardi atas bimbingan, semangat, dan motivasi yang diberikan
kepada penulis selama menjalani penelitian di Laboratorium Ilmu
viii
8. Dondi Arafat, S.Pi, M.Si., Citra Satria, S.Pi., teman satu tim (Dyah, Via,
Wahyu) atas bantuan, masukan, dan semangat yang telah berikan selama
penelitian.
9. Bapak Jayadi dan Bapak teguh atas bantuan, bimbingan, dan kebersamaan
dalam penelitian di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta.
10. Fisheries Diving Club (FDC) IPB atas ilmu, pengethuan dan inspirasi yang
telah diberikan kepada penulis untuk selalu belajar, anggota FDC
khususnya diklat 25 atas kebersamaan, kehangatan, dan kekompakannya,
11. Keluarga besar ITK khususnya ITK 43 atas kebersamaan, kehangatan, dan
semangat yang telah diberikan.
12. Tim Pendamping IPB atas pelukan hangat, keceriaan, kebersamaan dan
pelajaran hidup yang telah diberikan.
13. Elisabeth A.T. atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan kepada
penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu secara keseluruhan dari proses
penelitian hingga pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun sehingga dapat
bermanfaat untuk semua pihak.
Bogor, 22 Maret 2011
ix
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Klasifikasi Karang Lunak Sinularia dura ... 3
2.2. Mofologi dan Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia ... 4
2.3. Reproduksi karang lunak Sinularia ... 5
2.4. Perbedaan Antara Karang Lunak dan Karang Batu ... 6
2.5. Faktor-faktor pembatas ... 7
2.5.1. Sinar matahari ... 8
2.5.2. Suhu ... 8
2.5.3. Salinitas ... 8
2.5.4. Sedimentasi ... 9
2.6. Cara makan karang lunak ... 9
2.7. Komponen Bioaktif Karang Lunak Sinularia ... 10
3. METODE PENELITIAN ... 11
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11
3.2. Alat dan Bahan ... 11
3.3. Metode Kerja ... 12
3.3.1. Persiapan Kolam dan Substrat ... 12
3.3.3. Transplantasi Karang ... 14
3.3.4. Pengambilan Data ... 15
3.3.4.1.Pengamatan Pertumbuhan Karang Lunak ... 15
3.3.4.2. Pengambilan Data Kualitas Air ... 16
3.4. Analisis data ... 17
3.4.1. Kelangsungan Hidup ... 17
3.4.2. Pertumbuhan Karang Lunak ... 17
3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak ... 18
3.4.4. Analisis Data ... 18
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan ... 20
4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup ... 21
x
4.4. Perkembangan polip Karang Lunak ... 25
4.5. Pertumbuhan Mutlak ... 26
4.5.1. Pertumbuhan Panjang ... 26
4.5.2. Pertumbuhan lebar ... 27
4.5.3. Pertumbuhan luas ... 29
4.6. Laju Pertumbuhan ... 30
4.6.1. Laju pertumbuhan panjang ... 30
4.6.2. Laju pertumbuhan Lebar ... 31
4.6.3. Laju pertumbuhan Luas ... 32
5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1. Kesimpulan ... 35
5.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Koloni karang lunak Sinularia ... 4
2. Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu ... 7
3. Bentuk dan skema kolam untuk transplantasi ... 13
4. Substrat untuk transplantasi karang lunak... 13
5. Pengemasan karang lunak ... 14
6. Penempatan fragmen karang pada dasar (a) dan kolom (b) ... 15
7. Pengambilan data fragmen dengan foto bawah air ... 16
8. Tingkat kelangsungan hidup Sinularia dura ... 22
9. Rapuhnya spikula karang lunak ... 23
10. Penutupan luka karang lunak ... 25
11. Polip pada karang lunak ... 26
12. Panjang rata-rata fragmen karang lunak ... 27
13. Lebar rata-rata fragmen karang lunak ... 28
14. Pertumbuhan luas fragmen karang lunak ... 29
15. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak ... 31
16. Laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak ... 32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Ukuran panjang fragmen karang lunak ... 38
2. Ukuran lebar fragmen karang lunak ... 40
3. Ukuran luas fragmen karang karang lunak ... 42
4. Analisis ragam (ANOVA) ... 44
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu kualitas air untuk biota laut No. 51 Tahun 2004 ... 46
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Oktocoralia (karang lunak) merupakan biota penyusun terumbu
karang kedua setelah karang batu. Posisinya dalam sistem taksonomi, karang
lunak bersama dengan kipas laut (sea fans), tergabung dalam ordo Alcyonacea
(Manuputy, 2008). Salah satu jenis karang lunak penyusun terumbu karang yang
sering ditemukan adalah Sinularia. Genus ini umum terdapat di Kepulauan Seribu
dengan morfologi yang sangat bervariasi di antara berbagai jenis karang lunak
(Tuti dan Soemodihardjo, 2006).
Kajian pada karang lunak, terutama jenis Sinularia banyak dilakukan,
untuk mengetahui fungsi dan peranan dalam ekosistem terumbu karang, serta nilai
ekonomis yang dimilikinya. Menurut Manuputty (2002), karang jenis ini dapat
digunakan sebagai indikator suatu perairan yang keruh, maupun perairan dengan
kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur. Selain itu, genus dari karang ini
dapat dijadikan sebagai bioaktif untuk berbagai jenis bidang seperti kesehatan,
makanan dan lain sebagainya (Khalesi, 2008).
Sampai saat ini pengambilan karang lunak dari alam semakin sering
dilakukan untuk pembuatan bioaktif. Oleh karena itu, jika hanya mengambil stok
karang dari alam saja akan membuat persediaan karang tersebut akan habis dan
juga akan membuat ekosistem terumbu karang menjadi tidak seimbang sehingga
berdampak buruk bagi biota-biota lainnya yang menggantungkan hidup pada
ekosistem tersebut. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian karang agar tetap
seimbang dan terhindar dari kepunahan yaitu dengan kultur karang dengan cara
pertumbuhan koloni karang baru dengan cara fragmentasi dimana benih karang
diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007).
Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang
yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang
yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan.
(Hariot dan Fisk,1998 dalam Soedharma dan Arafat, 2007).
Kultur karang lunak yang ada di alam memiliki beberapa kendala seperti
terjadinya sedimentasi dan pengontrolan yang agak sulit seperti perubahan suhu
yang tidak menentu, gangguan oleh predator lain. (Hakim et al., 2009). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan transplantasi karang lunak pada
bak terkontrol yang memiliki beberapa kelebihan seperti tidak adannya
sedimentasi, gangguan oleh predator lain, dan lebih efektif dalam pengontrolan,
pengamatan, dan juga dalam segi biaya yang dikeluarkan.
Sebelumnya, penelitian tentang transplantasi pada bak terkontrol sudah
pernah dilakukan untuk mengamati pertumbuhan dan kelangsungan hidup (Hakim
et al., 2009). Penelitian kali ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya
yaitu dengan perlakuan yang berbeda saat berada di bak terkontrol, sehingga dapat
menjadi referensi baik untuk kepentingan, rehabilitasi ekosistem, maupun
perdagangan.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati tingkat kelangsungan hidup dan
laju pertumbuhan yang dilakukan pada tempat yang berbeda yaitu di kolom air
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Karang Lunak Sinularia dura
Sistem klasifikasi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut
(Hyman, 1940; Bayer 1956 dalam Ellis and Sharron, 2005):
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria)
Bangsa : Alcyonacea
Kelas : Alcyoniidae
Marga: Sinularia
Spesies : Sinularia dura
Istilah Anthozoa berasal dari bahasaYunani yang berarti binatang
berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari filum Cnidaria yang
bagian tubuh tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari
Cnidaria, Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya
tercermin dalam variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson,
1995). Kelas Anthozoa dibagi dalam dua sub-kelas yaitu sub-kelas Zoantharia
atau Hexacorallia atau Scleractinia dan sub-kelas Octocorallia atau lebih populer
dengan Alcyonaria. Karang lunak Sinulara dura termasuk dalam sub-kelas
Alcyonaria. Subkelas Alcyonaria dibagi dalam enam bangsa (ordo) dan salah satu
diantaranya termasuk dalam ordo Alcyonacea yang merupakan kategori karang
2.2. Mofologi dan Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia
Berdasarkan ukuran dan ada tidaknya tangkai, Sinularia dura termasuk
dalam kategori karang lunak tanpa tangkai, dan merambat (Encrusting)
(Manuputty, 2002). Sinularia mempunyai bentuk koloni yang beragam dibanding
dengan genus karang lunak lainnya. Koloninya biasanya rendah dan mengerak
dengan bentuk seperti bukit kecil, tinggi, bentuk daun telinga yang melimpah,
bercabang, datar, dan seperti atau tidak seperti daun (Fabricus and Alderslade,
2001).
Genus Sinularia mempunyai polip monomorfik, yaitu tidak memiliki
sifonosoid dan retraktil. Tangkai berwarna senada dengan kapitulum, kecuali
Sinularia Flexibilis, tangkainya berwarna putih, kapitulum lentur, dan berwarna
krem. Warna koloni krem, coklat muda atau abu-abu. Pada beberapa spesies
bentuknya tunggal, koloni matang dapat mencapai ukuran 10 meter dan pada
beberapa spesies hanya beberapa centimeter saja. Dalam air, reproduksi aseksual
dilakukan dengan pembelahan koloni yang nampak sama dan agregasi yang terdiri
dari ratusan koloni yang dapat pula ditemukan. Biasanya tumbuh dari daerah
rataan terumbu sampai kedalaman 20 meter (Fabricus and Alderslade, 2001).
Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001)
5
Koloni Sinularia umumnya mempunyai konstruksi yang kuat, liat dan
keras. Koloninya juga mempunyai ukuran yang besar, bentuk sclerites berupa
gelondongan pada bagian anterior koloninya. Pada beberapa spesies bentuk
sclerites memadu atau melebur bersama-sama menjadi bentuk yang kuat,
menyerupai batu yang disebut spikul. Anggota dari marga Sinularia sangat
banyak sehingga untuk membedakan jenis satu dengan yang lainnya tidak cukup
hanya dengan ciri-ciri morfologinya saja (Fabricus and Alderslade, 2001).
Karang lunak Sinularia diperkirakan sering dijumpai berada pada daerah
pesisir yang terlindung dari daerah gelombang. Beberapa spesies memiliki
toleransi terhadap daerah dengan intensitas cahaya yang kurang (tebing curam dan
perairan dalam), beberapa tinggal di reef flat dan memilki toleransi yang baik
terhadap cahaya dan badai (gelombang). Selain itu Sinularia mampu bertahan
pada area terbuka saat peraiaran surut (May, 1898 dalam (Fabricus and
Alderslade, 2001).
2.3. Reproduksi karang lunak Sinularia
Karang lunak Sinularia dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual merupakan bentuk reproduksi yang umum, dan
dominan terjadi pada karang lunak. Proses ini dapat ditempuh melalui runner
formation, fragmentasi, maupun pembentukan tunas. Cara reproduksi yang
berbeda pada setiap jenis karang lunak sebagai gambaran keberadaannya dalam
suatu komunitas, dan kemampuannya untuk pulih dari gangguan yang ada di
lingkungan (Fabricius and Alderslade, 2001). Reproduksi seksual yang terjadi
struktur reproduksi jantan dan betina berada pada koloni yang terpisah. Bentuk
reproduksi ini disebut dengan gonochoric (dioeceous). Namun demikian,
beberapa karang lunak seperti pada jenis Heteroxinia dan Xenia, tergolong
hermafrodit (monoesius). Hal ini menunjukan tiap koloni terdiri dari dua struktur
reproduksi, yaitu alat kelamin jantan dan betina (Bernayu and Loya, 1984 in
Fabricius dan Alderslade, 2001). Fertilisasi pada reproduksi seksual dapat terjadi
di luar tubuh, maupun di dalam tubuh. Fertilisasi yang terjadi di dalam tubuh
hanya terjadi pada jenis-jenis monoesius (Manuputty, 1986).
2.4. Perbedaan Antara Karang Lunak dan Karang Batu
Secara umum terlihat jelas adanya perbedaan antara karang lunak dan
karang batu, terutama pada jumlah tentakel, kekenyalan tubuh dan kerangka yang
menyusunnya. Tetapi dalam hal fisiologisnya terutama mekanisme pengaturan
organ-organ dalam untuk mengambil makanan dari dalam air dan mengeluarkan
zat-zat yang tidak terpakai ke luar tubuh, pada proses respirasi pada prinsipnya
sama dengan karang batu. Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dapat
dilihat pada Tabel 1 sedangkan perbedaan bentuk dan susunan tubuhnya dapat
7
Gambar 2. Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras
Karang Lunak Karang Batu
Bentuk dan susunan tubuh
Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam masa gelatin. Membentuk koloni
Seperti tabung. Terlindung dalam kerangka kapur yang radial. Soliter atau membentuk koloni.
Tentakel
Berjumlah delapan dan berduri (pinula)
Berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak berduri
Kerangka tubuh
Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisah-pisah dan berkapur. Bersifat endoskeleton
Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal aragonit. Bersifat eksosskeleton.
Sekret (getah)
menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut, untuk mempertahankan diri pada predator.
Tidak menghasilkan senyawa terpen.
Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002)
2.5. Faktor-faktor pembatas
Distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari
beberapa parameter fisika, yaitu : 1. polyp 5. farinks
2. mulut 6. mesenteri
3. tentakel 7. benang mesenterial 4. spikula
1. polyp 5. septa 2. mulut 6. rongga perut 3. tentakel 7. mesentri
2.5.1. Sinar matahari
Sinar matahari dibutuhkan oleh karang untuk keperluan fotosintesis bagi
alga yang bersimbiosis dan terdapat pada jaringan terumbu karang. Cahaya
dibutuhkan oleh karang lunak yang bersimbiosis dengan zooxanthellae pada
proses fotosintesis. Pada perairan yang keruh, karang lunak yang
ber-zooxanthellae memilik sebaran terbatas hanya sampai kedalaman 10 meter,
sedangkan yang tidak ber-zooxanthellae dominan pada kedalaman dibawah 10
meter. Pada perairan yang jernih karang lunak yang bersimbiosis dengan
zooxanthellae dapat mencapai kedalaman 40 meter, sedangkan karang lunak yang
tidak bersimbiosis dengan zooxanthellae mulai tumbuh pada kedalaman 25 meter
(Fabricus dan Alderslade, 2001).
2.5.2. Suhu
Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.
Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya.
Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum
terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam Nugroho 2008)
2.5.3. Salinitas
Tidak terlalu banyak diketahui tentang perbedaan diantara spesies karang
lunak terhadap toleransi salinitas pada air yang jernih. Salinitas yang berada pada
35 0/00 normal untuk kondisi lingkungan di Indo-Pasifik (Fabricus dan Alderslade, 2001). Pada perairan bersalinitas rendah seperti muara sungai dan daerah
bercurah tinggi jarang ditemukan terumbu karang. Begitu juga pada perairan
9
2.5.4. Sedimentasi
Sedimentasi pada daerah terumbu karang mengalami variasi yang
signifikan dan diantara banyak spesies karang lunak juga memilki toleransi yang
beraneka ragam. Tingginya sedimentasi diduga dapat menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan karang, terutama bila terjadi bersamaan dengan tingginya
konsentrasi nutrien. Hal ini terjadi terutama bila perairan dekat dengan daerah
pertanian atau daerah pemukiman. Endapan sedimen yang tebal dan menutupi
koloni kecil dan anakan karang sehingga mengalami pertukaran gas yang
dibutuhkan oleh koloni karang dari lingkungan. Sedimen juga mempengaruhi
proses fotosintesis karena partikel-partikel sedimen menyerap dan menghalangi
cahaya yang masuk perairan (Fabricus dan Alderslade, 2001).
2.6. Cara makan karang lunak
Kebanyakan dari oktokoralia seperti sinularia, lobophytum, dan
sarcophyton merupakan pemakan partikel kecil yang sudah disaring dari air laut.
Konsentrasi makanan dan kecepatan arus mempengaruhi jumlah makanan yang
tersaring dan pertumbuhan karang lunak (Fabricus and Alderslade, 2001).
Beberapa jenis dari suku Xeniidae dan jenis-jenis dari marga Clavularia
dapat hidup bertahan lama walaupun sama sekali tidak mengambil makanan dari
air laut. Jenis-jenis ini mengandung zooxanthellae dalam jumlah besar di dalam
dinding gastrodermisnya. Bila tidak ada cahaya matahari atau dalam keadaan
gelap, mereka cenderung mengalami nekrosis dan mati. Walaupun zat-zat
makanan disekelilingnya cukup banyak, karang lunak ini seakan-akan tidak
Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthellae dalam jaringan
tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa
tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan pencernaan
yang berkembang biak biasanya berhubungan dengan zooxanthellae. Sisa-sisa
makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer,
1956 dalam Manuputty 1986).
2.7. Komponen Bioaktif Karang Lunak Sinularia
Karang lunak merupakan sumber yang kaya akan senyawa bioaktif seperti
terpenoid, steroid, dan steroidglikosida. Hasil penelitian terakhir menyebutkan
bahwa sekitar 50 % ekstrak karang lunak menunjukan sifat racun pada ikan, selain
itu banyak metabolit sekunder yang dihasilkan karang lunak memiliki aktifitas
biologi seperti antifungal, sitotoksik, antineoplastik, inhibitor HIV, dan
anti-inflamtori (Radika, 2006 dalam Priyatmoko, 2008).
Ekstrak karang lunak Sinularia sp. dengan campran etanol dan heksana
menghasilkan senyawa sinularian (A) dan (B) yang mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker paru-paru, hati, dan payudara. Antibakteri dari jenis
SinulariaFlexsibillis telah ditemukan dan telah diujikan pada isolat bakteri yang
ditumbuhkan pada media alga (Chao et al. 2006).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak SinulariaFlexsibillis setelah
difraksinasi dengan TLC (Thin Layer Chromatographi) menghasilkan lima
senyawa terpenoid, antara lain diterpenes flexibilida, dihydroflexibilida,
sinulariolida, epi-sinulariolida, dan epi-sinularilida asetat yang terbukti memiliki
11
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Oktober
hingga Desember 2010. Penelitian ini dilakukan pada tiga tempat yaitu Bagian
Hidrobiologi Laut FPIK - IPB untuk tahap persiapan seperti pembuatan substrat,
Pulau Pramuka – Kepulauan Seribu sebagai tempat untuk pengambilan sampel,
dan Laboratorium Ilmu Kelautan (LIK) IPB di Ancol sebagai tempat transplantasi
karang lunak dengan menggunakan sistem resirkulasi.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari :
1. Peralatan SCUBA, yang terdiri dari BCD, regulator, tank (tabung), snorkel,
masker, fins yang digunakan untuk mengambil sampel,
2. Kapal motor sebagai sarana transportasi untuk pengambilan sampel karang
untuk ditransplantasikan di bak terkontrol,
2. Substrat atau base, yang merupakan media buatan tempat menempel fragmen
karang transplantasi,
3. Jangka sorong yang digunakan sebagai skala tetap dalam mengukur sampel
karang lunak,
4. Kamera under water, sebagai alat dokumentasi,
5. Alat mengambil sampel yang terdiri dari pisau selam, cutter, wearing (jaring)
dan cool box sebagai tempat menyimpan sampel dari daerah pengambilan
6. Lingkungan buatan sebagai tempat hidup transplantasi karang pada bak
terkontrol terdiri atas kolam budidaya seperti rubble, pompa, aerator, dan filter
berupa busa, protein skimmer
7. Perlengkapan untuk mengukur parameter fisika kimia perairan seperti
termometer untuk mengukur suhu, refraktometer untuk mengukur salinitas, dan
spektrofotometer untuk mengukur amonia, nitrit, dan nitrat,
8. Fragmen karang yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah
jenis karang lunak Sinularia dura, yang diambil dari perairan sebelah timur
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada kedalaman yang berkisar antara 3 – 10
meter dari permukaan laut.
3.3. Metode Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap seperti persiapan kolam dan
substrat, pengambilan sampel, proses transplantasi, pengambilan data, dan analisis
data.
3.3.1. Persiapan Kolam dan Substrat
Kolam yang akan digunakan untuk kegiatan transplantasi memiliki ukuran
3,5 m x 1,5 m x 1 m (Gambar 5). Persiapan kolam yang terdiri dari pembersihan
dan pengisian bahan seperti rubble, pompa, aerator, filter, dan air laut.
Pembersihan kolam bertujuan untuk mengurangi organisme lain yang hidup di
kolam sedangkan tahap pengisian bertujuan untuk menyamakan kondisi kolam
13
Bagian dasar susunan rubble dengan tinggi terdiri dari dua ukuran (besar
dan kecil),sedangkan rubble kecil berada di atas. penyusunan sistem aerasi dan
sirkulasi air.
Selanjutnya, untuk pembuatan substrat sebagai media buatan tempat
menempelnya fragmen karang yang ditransplantasi, dibuat dari campuran semen
dan pasir yang dibentuk melingkar berdiameter 10 cm, terdapat lubang besar
ditengah dengan diameter 4 cm sebagai tempat karang menempel. Selain itu
terdapat terdapat empat lubang kecil disekeliling lubang besar yang digunakan
untuk mengikat fragmen dengan kabel ties (Gambar 6). Patahan Karang
Air laut
Filter
Filter
Pompa Pergerakan air
3,5 m 1,5 m
Fragmen fragmen
10 cm Skala
1 : 200
Gambar 3. Bentuk dan skema kolam untuk transplantasi
3.3.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel karang dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu. Sebelum dipindahkan pada bak terkontrol, karang diaklimatisasi terlebih
dahulu selama satu hari pada kedalaman 2-3 m agar tidak mengalami stres pada
saat pemindahan media. Setelah aklimatisasi, dilakukan pengangkutan sampel
karang menggunakan coolbox yang telah diisi engan es batu dan oksigen agar
suhunya tetap stabil (Gambar 7). Saat di bak terkontrol, karang diaklimatisasi lagi
selama satu minggu untuk memastikan hidup dan diletakkan di atas substrat.
Sumber : Laboratorium hidrobiologi laut, ITK IPB
3.3.3. Transplantasi Karang
Setelah proses aklimatisasi selesai, dilakukan transplantasi sebanyak 18
buah dan diletakkan pada dua perlakukan yang berbeda yaitu di dasar dan kolom
bak terkontrol (Gambar 8).
15
Sumber : Laboratorium hidrobiologi laut, ITK IPB
3.3.4. Pengambilan Data
3.3.4.1.Pengamatan Pertumbuhan Karang Lunak
Pada saat aklimatisasi, pengamatan pertumbuhan fragmen dilakukan
selama satu bulan, setiap hari dalam seminggu dan setiap minggu selama satu
bulan. Setelah itu, pengamatan fragmen seperti tingkat kelangsungan hidup,
pertumbuhan mutlak, dan penutupan luka dilakukan setiap minggu selama tiga
bulan dengan menggunakan jangka sorong dan foto bawah air dengan posisi tegak
lurus antara fragmen dan sudut pengambilan gambar dan meletakkan alat ukur
(jangka sorong) (Gambar 9a). Setelah pengambilan gambar, pengolahan data
dengan komputer menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x dilakukan dengan
cara digitasi pada tepian karang lunak, kemudian secara otomatis akan dihasilkan
nilai panjang, lebar, dan luas (Gambar 9b).
a b
Sumber : Laboratorium hidrobiologi laut, ITK IPB
3.3.4.2. Pengambilan Data Kualitas Air
Parameter perairan yang diamati adalah parameter fisika dan kimia (Tabel
2). Contoh air untuk analisis kandungan kimia perairan diambil dengan botol
contoh kemudian disimpan dalam cool box. Pengukuran parameter fisika berupa
salinitas, suhu diukur mnggunakan refraktometer dan termometer. Pengukuran ini
dilakukan setiap minggu sedangkan parameter kimia dilakukan dua kali, yaitu
pada saat awal dan akhir pengamatan analisis kandungan nitrat, nitrit, dan amonia
di Laboratorium Produksi Lingkungan.
Tabel 2. Parameter fisika dan kimia perairan
Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan
Fisika
Suhu °C Termometer Pengukuran Langsung
Salinitas ‰ Refraktrometer Pengukuran Langsung
Kimia
Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium
Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium
Amonia mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium
Gambar 7. Pengambilan data fragmen dengan foto bawah air panjang
lebar
17
3.4. Analisis data
Analisis pertumbuhan panjang, lebar dan luas dari karang lunak yang
ditransplantasi menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x. Sistem
penganalisaannya menggunakan foto karang lunak yang didigitasi sekitar tepian
karang. Hasil digitasi pada image J akan menghasilkan secara otomatis panjang,
lebar,dan luas karang. Untuk menjaga keakurasian data, dalam setiap melakukan
pengolahan data membandingkan hasil ImageJ dengan pengukuran sebelumnya.
Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan
Acak Lengkap.
3.4.1. Kelangsungan Hidup
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen karang lunak
yang ditransplantasi masih tetap hidup dari awal hingga akhir kegiatan.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan (Ricker, 1975 in Pratama
2005):
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%),
Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian,
No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian.
3.4.2. Pertumbuhan Karang Lunak
Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa
parameter terkait pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan panjang, lebar,
Keterangan :
β = Pertumbuhan panjang/lebar Karang Lunak (cm),
Lt = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-t, (cm)
Lo = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-o, (cm)
ti = Waktu pengamatan Karang Lunak (bulan)
3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak
Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang
lunak (Zonneveild et al. dalam Yustina et al.,2003) yaitu :
β = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),
Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm)
Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-I, (cm)
ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1
ti = Waktu pengamatan ke-t
3.4.4. Analisis Data
Pengaruh perbedaan antara pertumbuhan di dasar dan kolom dapat
diketahui dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). RAL pada
penelitian ini mengacu pada Mattjik dan Sumertajaya (2006), di mana lingkungan
diasumsikan sebagai sesuatu yang homogen. Penggolahan menggunakan bantuan
software Excel 2007 dengan selang kepercayaan sebesar 95% dimana model
19
Yij = µ + ζi + εij
Dimana :
Yij = Pengamatan perlakuan ke-i (pemotongan) dan ulangan ke-j µ = Rataan umum
ζi = Pengaruh perlakuan pemotongan ke- i
20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui
kondisi kualitas perairan untuk pertumbuhan fragmentasi karang (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan
No Parameter Satuan Kisaran Nilai Baku Mutu*
1 Suhu °C 26-28 28-30
2 Salinitas ‰ 31-34 33-34
3 Nitrit mg/l -0,069 - 0,002
4 Nitrat mg/l 0,206 – 1,297 0.008
5 amonia mg/l 0,643 – 0,953 0,3
*Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004
Nilai suhu yang didapat selama penelitian berkisar 26-28 °C. Pada
umumnya, karang lunak tumbuh secara optimal pada kisaran suhu perairan laut
rata-rata tahunan antara 25 oC dan 29 oC, namun suhu di luar itu masih bisa
ditolelir oleh spesies tertentu dari jenis karang hermatifik untuk dapat berkembang
dengan baik. Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan
pertumbuhan optimum terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam Nugroho 2008).
Kisaran nilai salinitas yang didapat 31-34 ‰. Nilai ini masih cukup baik
karean berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat
bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi pertumbuhan
karang adalah sekitar 32-35 ‰.
Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar
0,206 – 1,297 mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih
21
Menurut Efendi (2003) keberadaan nitrat dan fosfat dengan konsentrasi berlebih
diperairan bisa memicu kesuburan pertumbuhan alga sehingga diperairan tersebut
terjadi eutrofikasi. Saat pengamatan di kolam, substrat dan frgmen karang ada
yang ditumbuhi alga.
Berdasarkan nilai buku mutu kualitas air untuk biota laut yang tercantum
dalam Keputusan menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004 terhadap
parameter fisika dan kimia yang terukur, kondisi perairan pada bak terkontrol
cukup baik dan mampu mendukung kehidupan organisme yang tumbuh dan
berkembang di dalamnya.
4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup frangmen karang di dasar hingga akhir
penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan di kolom yaitu sebesar 67 % dan 56
% (Gambar 10). Perubahan yang terjadi pada karang lunak di dasar kolam terjadi
pada minggu ke-4 sebesar 89 % dan pada minggu ke-6 hingga akhir penelitian
sebesar 67 %, sedangkan perubahan kelangsungan hidup di kolom air terjadi pada
minggu ke-3 sebesar 78 %, minggu ke-6 sebesar 67 %, dan pada minggu ke 10
sebesar 56 %.
Gambar 8. Tingkat kelangsungan hidup Sinularia dura
Matinya karang lunak di dasar kolam yang terjadi pada minggu ke-4 dan 6
serupa dengan peneltian yang dilakukan Pramayudha (2010) yaitu disebabkan
oleh ketidakmampuan karang untuk beradaptasi pada habitat yang baru sehingga
menimbulkan stress yang dapat dilihat dari perubahan warna dan mengkerutnya
bentuk karang sehingga semua bagian spikula menjadi rapuh dan hancur (Gambar
11). Selain itu, faktor yang menyebabkan matinya karang selama transplantasi
adalah kompetisi ruang dengan alga dan rendahnya arus yang dihasilkan di
kolam,membuat karang tidak bisa membersihkan dari tutupan alga sehingga
menutupi bagian tubuh karang seperti tentakel dan membuatnya tidak bisa
menangkap makanan.
Kemudian, faktor yang menyebabkan matinya karang di kolom yang
terjadi pada minggu ke-3, 6, dan 10 tidak jauh berbeda dengan di dasar kolam
serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramayudha (2010), namun tingkat
stess yang terjadi pada fragmen karang di kolom lebih besar dibandingkan dengan
23
di dasar kolam sehingga tingkat kelangsungan hidup di kolom lebih rendah
dibandingkan di dasar kolam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utama (2010), tingkat
kelangsungan hidup transplantasi karang lunak Sinularia dura pada bak terkontrol
sebesar 100 %. Hasil ini berbeda dengan nilai yang didapat selama penelitian
karena perbedaan ketahanan karang untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang
baru dan terjadinya kompetesi ruang pada awal hingga pertengahan bulan.
Sumber :Laboratorium Hidrobiologi Laut, ITK IPB
4.3. Penutupan Luka
Luka yang terdapat pada karang lunak berasal dari pemotongan indukan
saat berada dari alam yang akan di bawa ke kolam. Kemudian, setelah
aklimatisasi di kolam, karang kembali dipotong sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan. Sebaiknya luka pada awal pemotongan diusahakan seminimal
mungkin agar karang membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk proses
penyembuhan dibandingkan dengan luka yang besar karena waktu diperlukan
untuk penutupan luka akan semakin lama.
Pada saat pengangkutan dari alam ke kolam, sebagian bentuk fragmen
karang pada bagian lobus saling menempel dan tercium bau yang cukup
menyengat (Manuputty, 1991). Selain itu, fragmen karang ada yang tidak
dipotong pada bagian basal atau dalam kondisi masih menempel pada substrat
dasarnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi luka yang di dapat dan tingkat stress
pada saat pengangkutan, selain itu penggunaan kabel ties yang terlalu keras pada
saat transplantasi juga mempengaruhi proses penutupan luka, sebaiknya
penggunaan kabel ties tidak terlalu kencang dan tidak terlalu lemah sehingga
fragmen tetap berada pada subtrat dan proses penutupan luka dapat berlangsung.
Salah satu ciri yang terjadi pada proses pentupan luka pada fragmen
karang adalah keluarnya cairan jaringan tubuh dan diproduksinya lendir yang
relatif banyak. Cairan yang keluar pada bagian luka karang bertujuan untuk
melindungi luka dari bakteri atau predator. Hal ini serupa dengan pernyataan
Nugroho (2008), pada pengamatan bulan pertama karang lunak yang
ditransplantasi mengeluarkan lendir dan warnanya pucat.
Menurut Sandy (2000), fragmen Sinularia dura yang ditransplantasi
membutuhkan waktu selama tiga minggu untuk menempel pada substrat. Hal ini
tidak jauh berbeda pada penutupan luka karang di kolam karena secara umum
rata-rata waktu yang diperlukan untuk penutupan luka yang terdapat di kolom air
dan didasar kolam tidak terlalu berbeda, yaitu selama satu bulan atau pada minggu
ke-4. Hal ini dapat dilihat dari menutupnya luka potongan dan menempelnya
Sumber :Laboratorium
G
4.4. Perkembangan
Antokodia dan ka
lunak Sinularia dura.
keluar, sedangkan kal
ium Hidrobiologi Laut, ITK IPB
Gambar 10. Penutupan luka karang lunak
gan polip Karang Lunak
dan kaliks merupakan bagian dari kemunculan pol
a dura. Bagian antokodia terlihat dengan adanya tent
n kaliks merupakan lubang kecil seperti pori-pori pa
obus karang lunak. Secara keseluruhan perkemban
kolom maupun dasar kolam tidak jauh berbeda. M
n bahwa pada arus yang cukup deras, polip karan
i makan. Adanya kompetisi ruang dan alga sete
uga rendahnya arus yang dihasilkan pada kolam s
ak menempel pada tubuh karang dan sulit mele
polip karang lunak sulit berkembang. Hal ini se
kukan Pramayudha (2010).
atan, hanya kaliks berupa bulatan hitam saja ya
berapa karang saja sedangkan untuk antokodia ti
n (Gambar 13). Hasil ini serupa dengan peneliti
butkan bahwa walaupun terjadi sedimentasi sepe
namun kaliks yang terlihat pada transplantasi berupa bulatan hitam, hal ini terjadi
karena selain laju sedimen yang tinggi, juga dapat disebabkan oleh organisme
maupun benda asing yang tertahan saat hendak memasuki bagian dalam karang
lunak.
Sumber :Laboratorium Hidrobiologi Laut, ITK IPB
4.5. Pertumbuhan Mutlak 4.5.1. Pertumbuhan Panjang
Panjang rata-rata fragmen karang lunak pada kolom air berkisar antara 3,6
± 0,64 cm hingga 4,8 ± 0,74 cm (Lampiran 1). Nilai panjang terendah terdapat
pada minggu ke-10 dan 11 dengan nilai 3,6 ± 0,64 cm, sedangkan nilai panjang
tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 4,8 ± 0,74 cm. Pertumbuhan
rata-rata karang lunak pada dasar kolam berkisar antara 3,4 ± 0,75 cm hingga 4,5
± 0,28 cm. Nilai panjang terendah terdapat pada minggu ke-10 dengan nilai 3,4 ±
0,75 cm, sedangkan nilai panjang tertinggi terdapat pada minggu ke-2 dengan
nilai 4,5 ± 0,28 cm (Gambar 14).
Kaliks
27
Gambar 12. Panjang rata-rata fragmen karang lunak
Secara umum, hasil rata-rata pertumbuhan panjang fragmen karang lunak
baik di kolom air maupun dasar kolam hingga akhir pengamatan mengalami
penurunan dibandingkan pada saat pengamatan pertama. Hal ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pramayudha (2010) dan Pratama (2010) bahwa
mengkerutnya tubuh karang lunak disebabkan adanya kompetisi ruang dengan
alga, selain itu rendahnya arus yang terdapat pada kolam membuat alga yang
menempel pada fragmen karang sulit terlepas sehingga cahaya matahari yang
masuk tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal dan membuat karang menjadi
tidak dapat bertumbuh secara optimal.
4.5.2. Pertumbuhan lebar
Nilai lebar yang terdapat pada kolom air berkisar antara 3,03 ± 0,54 cm
hingga 3,77 ± 0,62 cm. Nilai terendah terdapat pada minggu ke-10 dan 11 dengan
nilai rata-rata 3,03 ± 0,54 cm, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3
dengan nilai 3,77 ± 0,62 cm. Nilai lebar yang terdapat pada dasar kolam berkisar
antara 2,51 ± 0,51 cm hingga 3,43 ± 0,2 cm. Nilai terendah terdapat pada minggu
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12
dasar 4.25 4.55 4.39 3.93 3.81 3.78 3.65 3.79 3.76 3.48 3.50 3.50
ke-7, 9, 10 dan 12 dengan nilai rata-rata 2,51 ± 0,51 cm, sedangkan nilai tertinggi
terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 3,43 ± 0,2 cm.
Pertumbuhan lebar rata-rata fragmen karang lunak pada kolom air lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lebar pada dasar kolam (Lampiran 2).
Secara umum, hasil rata-rata pertumbuhan lebar fragmen lunak karang baik di
kolom maupun dasar kolam hingga akhir pengamatan mengalami penurunan
dibandingkan pada saat pengamatan pertama (Gambar 15).
Gambar 13. Lebar rata-rata fragmen karang lunak
Hakim et al. ( 2009) menyatakan bahwa perbedaan antara pertumbuhan
panjang dan lebar disebabkan oleh adanya arus kolam yang searah dengan
panjang karang lunak. Arus secara tidak langsung memberikan zat-zat yang
dibutuhkan karang lunak untuk tumbuh. Zulfikar dalam Hakim et al. (2009)
menyatakan bahwa laju pertumbuhan panjang pada karang lunak dapat tumbuh ke
samping lebih leluasa dan tidak adanya persaingan dalam memperoleh makanan.
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12
dasar 3.23 3.21 3.43 2.78 2.70 2.71 2.57 2.68 2.53 2.54 2.63 2.51
29
4.5.3. Pertumbuhan luas
Secara umum, pertumbuhan luas fragmen lunak karang, baik di kolom air
maupun dasar kolam menunjukan penurunan dibandingkan saat pengamatan
pertama (Lampiran 3). Luas awal fragmen karang lunak yang tumbuh di kolom
air adalah 8,09 ± 0,49 cm2,sedangkan luas fragmen di akhir pengamatan sebesar
6,99 ± 1,36 cm2. Niai awal luas pada dasar kolam adalah 8,91 ± 1,06 cm2 dan nilai akhir saat pengamatan sebesar 6,60 ± 1,57 cm2 (Gambar 16).
Gambar 14. Pertumbuhan luas fragmen karang lunak
Nilai luas yang terdapat pada kolom air berkisar antara 6,68 ± 1,25 cm2 hingga 10,39 ± 1,95 cm2. Nilai terendah terdapat pada minggu ke-10 dengan nilai
rata-rata 6,68 ± 1,25 cm2, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 10,39 ± 1,95 cm2. Nilai luas yang terdapat pada dasar kolam berkisar
antara 6,57 ± 1,58 cm2 hingga 9,14 ± 0,99 cm2. Nilai terendah terdapat pada minggu ke-10 dengan nilai rata-rata 6,57 ± 1,58 cm2, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 9,14 ± 0,99 cm2.
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12
dasar 8.91 9.10 9.14 7.30 7.16 7.51 7.20 7.51 6.78 6.57 6.77 6.60
Penurunan pertumbuhan luas fragmen karang lunak Sinularia dura
dikarenakan faktor yang sama terhadap pertumbuhan panjang dan lebar. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hakim et al. (2009), Pramayudha (2010), dan Utama
(2010) bahwa yang menyebabkan penurunan pada pertumbuhan karang lunak di
kolam adalah adanya organisme atau benda asing dan kompetesi ruang dengan
alga yang menempel pada tubuh karang lunak sehingga sulit mendapatkan makan,
serta pergerakan arus yang tidak kuat sehingga terjadi penumpukan lendir dan
mengganggu aktifitas polip dalam mendapatkan makanan.
Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 4), dapar diketahui bahwa
pertumbuhan panjang rata-rata fragmen karang lunak yaitu Fhit<Ftab (4,258<4,301)
yang berarti terima HO, pertumbuhan lebar rata-rata fragmen karang lunak yaitu Fhit>ftab (17,989>4,301) yang berati tolak HO, sedangkan luas rata-rata frgmen karang lunak yaitu Fhit<Ftab (2,657<4,301). Hal ini menunjukan bahwa kedalaman
memberikan pengaruh pertumbuhan lebar fragmen dan tidak memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan panjang dan luas fragmen karang lunak.
4.6. Laju Pertumbuhan
4.6.1. Laju pertumbuhan panjang
Perubahan laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak mengalami
penurunan dan peningkatan (Gambar 17). Laju pertumbuhan lebar pada kolom air
mengalami peningkatan dari -0,06 cm menjadi 0,24, sedangkan pada dasar kolam
31
Gambar 15. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak
Nilai tertinggi yang terdapat pada kolom air terjadi diantara minggu ke-2-3
dengan nilai 0,8 cm dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-8-9 dengan nilai
-0,7 cm. Sedangakan, nilai tertinggi yang terdapat pada dasar kolam terjadi
diantara minggu ke-1-2 dengan nilai 0,3 cm dan nilai terendah terjadi diantara
minggu ke-3-4 dengan nilai -0,4 cm.
4.6.2. Laju pertumbuhan Lebar
Laju pertumbuhan panjang, perubahan laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak mengalami penurunan dan peningkatan (Gambar 18). Laju
pertumbuhan lebar pada kolom air mengalami peningkatan dari -0,04 cm menjadi
0,08 cm, sedangkan pada dasar kolam mengalami penurunan dari nilai awal -0,03
Gambar 16. Laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak
Nilai tertinggi yang terdapat pada kolom air terjadi diantara minggu ke-2-3
dengan nilai 0,8 cm dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-8-9 dengan nilai
-0,7 cm. Sedangkan, nilai tertinggi yang terdapat pada dasar kolam terjadi
diantara minggu ke-1-2 dengan nilai 0,3 cm dan nilai terendah terjadi diantara
minggu ke-3-4 dengan nilai -0,4 cm.
4.6.3. Laju pertumbuhan Luas
Perubahan laju pertumbuhan luas fragmen karang lunak pada kolom air
dan dasar kolam mengalami penurunan dan peningkatan (Gambar 19). Laju
pertumbuhan lebar pada kolom air mengalami peningkatan dari -0,26 cm menjadi
0,11cm, sedangkan pada dasar kolam mengalami penurunan dari nilai awal 0,19
33
Gambar 17. Laju pertumbuhan luas fragmen karang lunak
Nilai tertinggi yang terdapat pada kolom air terjadi diantara minggu ke-2-3
dengan nilai 2,56 cm2 dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-3-4 dengan
nilai -2,30 cm2. Sedangkan, nilai tertinggi yang terdapat pada dasar kolam terjadi diantara minggu ke-5-6 dengan nilai sekitar 0,35 cm2 dan nilai terendah terjadi
diantara minggu ke-3-4 dengan nilai -1,84 cm2.
Salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya nilai laju pertumbuhan
pada fragmen karang adalah adanya kompetesi ruang dengan alga sehingga
menggangu pertumbuhan karang lunak. Alga tersebut menutupi tubuh karang
lunak dan membuat karang lunak tidak dapat mengeluarkan polipnya dan
melakukan fotosintesis sehingga membuat karang lunak menjadi mengkerut dan
dapat menimbulkan kematian. Hal ini serupa dengan Pramuyudha (2010) dan
Pratama (2010). Selain itu menurut Haris et al,. (2006), pertumbuhan banyak
yang negatif diakibatkan selama pemeliharaan jaringan fragmen karang lunak
banyak yang mati akibat terserang mikroba patogen, dan terputusnya kapitulum
akibat terlilit oleh alga berfilamen.
Hal ini dapat dilihat pada ketiga gambar diatas bahwa bahwa laju
pertumbuhan pada dasar kolam yang secara umum mengalami penurunan laju
pertumbuhan dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Selain faktor
kompetisi ruang dengan alga, rendahnya arus yang dihasilkan juga mempengaruhi
pertumbuhan karang untuk melepaskan lendir sehingga fragmen karang sulit
untuk berfotosintesis.
Berbeda dengan laju pertumbuhan fragmen karang pada dasar kolam, nilai
laju pertumbuhan pada kolom air mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat pada
ketiga gambar diatas bahwa laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada minggu
ke-2-3. Pada minggu ini, fragmen karang sudah mengalami proses penutupan luka dan
sudah dapat untuk beradaptasi sehingga pertumbuhan karang dapat berlangsung.
Selain itu, pada minggu ini juga alga yang tumbuh masih sedikit sehingga belum
terjadi kompetesi ruang dengan alga tersebut dan fragmen karang pada kolom
memiliki arus yang lebih kuat di bandingkan dengan dasar kolam yang berasal
dari permukaan kolam sehingga dapat membantu karang terlepas untuk
melakukan fotosintesis.
Menurut Manuputty (1989), adanya arus yang deras, polip karang lunak
lebih aktif dalam mencari makan dan Menurut Sprung and Delbek dalam Sandy
(2000), pergerakan air yang kuat membuang mucus yang keluar dan mengurangi
infeksi bakteri. Mucus ini dapat membuat fragmen mati lemas karena mengisolasi
35
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Tingkat kelangsungan hidup karang lunak di dasar kolam dan di kolom air
tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan kemampuan karang lunak masih terbatas
untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Selain itu, adanya kompetisi ruang
dengan alga dan rendahnya arus yang dihasilkan dari pompa yang dipasang
membuat tubuh karang tertutup oleh alga sehingga karang lunak sulit untuk
mendapatkan makanan, kemudian mengkerut, dan mengalami kematian.
Pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan fragmen karang lunak untuk
parameter panjang, lebar, dan luas di kolom air lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan dibagian dasar kolam. Hal ini disebabkan oleh perbedaan arus yang
terdapat pada kolom air lebih besar dibandingkan dengan di dasar kolam karena
mendapat tambahan arus permukaan yang dihasilkan oleh pompa.
5.2. Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kecepatan arus
36
DAFTAR PUSTAKA
Chao NJ, Liu CX, Rooney B. 2006. Sinularianin a dan b, novel sesquiterpenoid from the formosan soft coral Sinularian sp. Tetrahedron Letter 47: 5889-5891
Colin, L.P. and C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates : A Field Guide to the Marine Invertebrates Occuring on Tropical Coral Reefs, Seagrass Beds, and Mangroves. Coral Reef Press. California. vii + 290 h.
Efendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengeloaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius. Jakarta.
Ellis, S. dan L. Sharron. 1999. The Culture of Soft Corals (Order: Alcyonacea) for the Marine Aquarium Trade. CTSA Publication No.137. California. 77 h.
Fabricius, K. and P. Aldersade. 2001. Soft Coral And Sea Fans: A Comprehensive Guide to Tropical Shallow-Water Genera of the Central-West Pacific, the Indian Ocean and The Red Sea. Hal 1-33 Institut of Marine Sciene. Townsville. viii + 264 h.
Hakim, Mochammad L, D. Soedharma, dan B. Subhan. 2009. Perkembangan dan pertumbuhan transplantasi karangLunak jenis sarcophyton crassocaule di kepulauan seribu Dki jakarta tahun 2008 – 2009. h 141-150. Prosiding Pertemuan Ilmiah VI ISOI 2009, 16-17 November 2009. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia. Jakarta. viii + 553 h.
Haris, A, C. Rani, dan M.Hatta. 2006. Studi Reproduksi Karang Lunak Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard (Octocorallia : Alcyonacea) di Pulau Barang Lompo Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Hasanudin. Makasar.
Khalesi M. K. 2008. Ex Situ Cultivation of the Soft Coral Sinularia flexibilis for Biotechnological Exploitation. Ph.D. Thesis. Wageningen University, the Netherlands. 129 h
Manuputty, A.E.W. 1986. Karang Lunak Salah Satu Penyusun Terumbu Karang. Oseana, vol. XI, Nomor 4: 131-141. Puslitbang-Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Manuputty, A.E.W. 1989. Spikula Pada Karang Lunak Marga Sinularia (Octocorallia, Alcyonacea). Oseana Vol XIV, (1): 11-18
Manuputty, A.E.W. 1991. Senyawa Terpen dalam Karang Lunak (Octocorallia : Alcyonecea). Oseana Vol XV(2): 77-84
37
Mattjik, A.A. dan M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, Jilid 1 edisi ketiga”. IPB Press. Bogor. ix+276h.
Nybakken J. W. 1992. Biologi Laut.: Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nugroho, S.C. 2008. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytum strictum di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv + 61 h.
Pramayudha, M.R. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Transplantasi Softcoral (Octocorallis : Alcyonacea) Lobophytum strictum di Pulau Pramuka, Kepulaun Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pratama, J. 2005. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang Pocillopora, dan Heliopora dalam Transplantasi Karang di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv + 80 h.
Priyatmoko, W. 2008. Aktivitas Antibakteri Karang lunak Hasil Transplantasi (Sinularia sp.) Pada dua Kedalaman Berbeda di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soedharma D dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia. h.1-7. In Soedharma D, Rahardjo M. F., Sri Eko Susilawati, S.E., dan Arafat, D. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8 September 2005. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup -IPB dan Fisheries Diving Club Institut Pertanian Bogor. Bogor. iv + 54 h.
Sandy, R.E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Sinularia sp. Pada Substrat Pecahan Karang. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. xiv + 67h.
Tuti, Y.I dan S. Soemodihardjo. (Ed.). 2006. Pemantauan dan Evaluasi Tiga Dasawarsa Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Hal 59-69. LIPI Press. Jakarta.
Utama, N.A.B. 2010. Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak (Sinularia dura) di Alam dan Bak Terkontrol. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv + 76 h.
38
38 Lampiran 1. Ukuran panjang fragmen karang lunak
a. Ukuran panjang fragmen karang lunak pada dasar kolam
Fragmen Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5,78 5,77 5,89 5,73 5,8 6,16 5,8 6,14 5,83 5,58 5,46 5,51
2 4,59 4,64 3,82 - - - -
3 3,19 3,3 3,21 3,56 3,06 - - - -
4 5,29 5,3 4,84 5,18 5,29 - - - -
5 3,97 4,43 4,07 3,84 3,75 4,08 3,5 3,65 3,58 3,05 3,42 3,2
6 3,87 4,04 4,1 4 3,89 3,73 3,69 4,76 4,28 3,64 3,61 3,61
8 3,48 5,55 5,82 5,42 5,4 5,27 5,56 5,14 5,49 5,52 4,99 5,31
21 3,13 4,1 3,66 3,46 3,06 3,02 2,97 2,72 3,1 2,54 2,91 2,89
39 b. Ukuran panjang fragmen karang lunak pada dasar kolam
Fragmen Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 5,29 5,3 4,84 5,18 5,29 - - - -
7 4,59 4,75 5,01 4,89 4,61 5,12 5,34 4,49 3,1 3,05 2,68 2,93
22 3,26 2,92 - - - -
23 4,56 3,36 4,35 4,24 4,17 4,24 4,14 4,58 4,49 4,53 4,83 4,38
24 3,72 4,17 4,07 3,84 3,75 3,71 3,93 4,13 3,03 2,95 2,73 3,31
25 3,27 4,79 6,25 4,7 4,74 4,51 5,65 6,36 5,25 3,82 4,17 4,97
26 3,49 3,26 4,32 3,78 3,47 3,89 4,26 4,22 4,1 3,64 3,86 3,86
27 4,83 3,3 - - - -
40 Lampiran 2. Ukuran lebar fragmen karang lunak
a. Ukuran lebar fragmen karang lunak pada dasar kolam
Fragmen Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 3,4 3,44 3,72 3,52 3,72 4,03 3,79 4,68 3,77 3,69 3,45 3,87
2 3,62 3,79 2,81
3 3,14 3,25 3,14 2,94 2,76
4 2,71 3 4,39 2,49 2,88
5 2,85 3,26 3,91 3,03 2,96 3,2 2,52 2,86 3,21 2,56 2,78 2,22
6 3,42 3,22 3,37 3,56 3,26 2,65 3,64 3,12 2,75 3,14 2,84 2,84
8 2,75 2,93 2,85 3,51 3,47 4,02 3,14 2,95 2,73 3,29 4,03 3,1
21 2,68 2,75 2,68 3,24 2,48 2,29 2,32 2,22 2,66 2,37 2,55 2,75
41 b. Ukuran lebar fragmen pada kolom air
Fragmen Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 2,71 3 4,39 2,49 2,88 - - - -
7 4,53 3,84 3,11 2,69 2,7 2,82 2,96 2,96 2,46 2,46 2,56 2,35
22 2,8 2,71 - - - -
23 4,44 2,66 2,51 2,39 2,45 2,95 2,97 2,9 3,4 3,08 2,91 2,83
24 3,68 3,63 3,06 3,45 3,48 3,07 3,81 3,33 2,97 2,81 2,51 2,88
25 3,1 3,73 5,26 4,03 4,3 3,39 4,97 5,29 4,41 3,24 3,67 3,85
26 3 3,22 4,21 3,25 3,16 3,58 3,67 3,8 4,04 3,57 3,55 3,71
27 2,48 2,94 - - - -
42 Lampiran 3. Ukuran luas fragmen karang karang lunak
a. Ukuran luas fragmen karang lunak pada dasar kolam
Fragmen Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 14,37 14,62 16,02 13,99 15,11 15,74 15,26 17,11 13,92 13,92 14,28 14,17
2 11 10,45 6,86 - - - -
3 7,22 7,55 7,34 7,22 5,94 - - - -
4 10,35 10,03 10,01 8,86 9,21 - - - -
5 7,63 9,19 9,66 7,15 7,05 7,94 6,32 6,87 7,23 5,01 5,96 5,38
6 7,4 7,98 8,43 7,2 6,61 6,92 7,49 8,08 6,48 6,89 6,53 6,37
8 5,37 9,61 10,26 8,76 9 9,56 9,75 8,66 8,67 9,21 9,44 9,1
21 4,88 5,7 5,88 5,88 4,44 4,85 4,69 3,96 4,39 4,01 4,1 4,82
43 b. Ukuran luas fragmen karang lunak pada kolom air
Fragmen Minggu ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 10,35 10,03 10,01 8,86 9,21 - - - -
7 9,96 9,06 8,91 8,44 7,81 7,73 8,07 7,19 4,74 4,77 3,82 4,45
22 6,49 4,93 - - - -
23 7,94 6,33 6,98 6,55 6,94 7,21 7,13 7,37 7,13 7,13 7,94 6,43
24 8,94 7,27 5,59 6,3 6,46 6,17 7,54 6,67 4,89 4,74 4,68 4,86
25 6,72 10,17 18,5 10,9 12,01 10,34 15,47 20,8 14,51 8,84 10,45 10,11
26 6,93 6,88 10,37 6,8 7,2 8,8 10,85 10,91 10,34 7,91 8,63 9,1
27 8,8 6,47 - - - -
44
Lampiran 4. Analisis ragam (ANOVA)
Hipotesis :
Ho = Kedalaman tidak memberikan pengaruh terhadap fragmen karang lunak
H1= Minimal terdapat satu perbedaan nilai ukuran fragmen karang lunak sebagai pengaruh nilai kedalaman
a. Hasil analisis panjang
Anova: Single Factor
Within Groups 3,100683 22 0,14094
Total 3,700847 23
b. Hasil analisis lebar
c. Hasil analisis luas
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 12 90,56762 7,547302 0,925076
Column 2 12 99,39716 8,283097 1,520163
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 3,248365 1 3,248365 2,657 0,117338 4,301
Within Groups 26,89763 22 1,222619
46
Lampiran 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu kualitas air untuk biota laut No. 51 Tahun 2004
No Parameter Satuan Baku mutu
4 Padatan tersuspensi total mg/l
Coral: 20
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam, dan musiman).
4. Pengamatan oleh manusia (visual ).
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
Lampiran 6. Pertumbuha
Oktober
November
Desember
buhan fragmen karang lunak
b. Kol
48
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 17 April 1988 dari
pasangan Bapak Edy Suryadi dan Ibu Nanie Santioso sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2006 penulis
menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 2 Depok. Penulis
melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2007.
Selama kuliah di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan,
diantaranya Music AgricultureX-pression (MAX!!) tahun 2006-2007, Keluarga
Mahaiswa Katolik (KEMAKI) tahun 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Kelautan (HIMITEKA) tahun 2008-2009, TIM PENDAMPING IPB
tahun 2007-2011, dan Fisheries Diving Club (FDC) IPB pada tahun 2007-2011.
Penulis juga aktif menjadi koordinator asisten praktikum mata kuliah Biologi Laut
tahun 2007-2008, dan Asisten Pendidikan Agama Katolik tahun 2007-2011.
Selain itu, penulis juga turut serta kegiatan Ekspedisi Takabonarate 2,
Sulawesi Selatan tahun 2010, pengambilan data ekosistem terumbu karang dengan
KKP KP3K di Pulau Battoa (Sulawesi Barat), Pulau Karimun Jawa (Jawa
Tengah) tahun 2010, dan kegiatan penelitian FDC IPB dalam Ekspedisi
Zooxanthellae XI di Halmahera Selatan (Maluku Utara) tahun 2011.
Dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjan Ilmu
Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menulis skripsi dengan
judul “Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia dura Hasil Transplantasi Pada