• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Analisis Framing Kasus Gayus Tambunan di Republika

3. Analisis Framing Entman Kasus Gayus Tambunan

3.1. Republika Tanggal 12 November 2010

Penempatan : Halaman 1 (headline)

Hasil pemeriksaan Divisi Profesi dan Pengamanan Polri serta Direktorat Tindak Pidana Korupsi Mabes Polri mengungkapkan, delapan polisi penjaga Rumah Tahanan Brimob, Kelapa Dua, Depok, terbukti menerima suap dari terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan sejak Juli hingga November. Kepala Rutan Komisaris IS menerima Rp. 50-60 juta. Tujuh Petugas lainnya, yaitu Briptu BH, Briptu DA, Briptu AD, Bripda ES, Bripda JP, Bripda S, dan Bripda B masing-masing menerima Rp.5-6 juta. Kedelapan polisi tersebut dijerat dengan pasal 5 ayat 2, Pasal 11, dan pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 tahun 2009 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mereka juga

dijerat dengan Pasal 55 dan 56 KUHAP tentang Suap dengan ancaman kurungan penjara lebih dari lima tahun.

Pihak kepolisian telah memeriksa Istri Gayus, Milana Anggraeni. Polisi juga akan mengkonfrontasi keterangan dari Gayus dengan keterangan dari kedelapan polisi. Berkaitan dengan kasus ini, Ketua DPR Marzuki Alie meminta seluruh rekening Gayus dibekukan. Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqaddas meminta polisi menghukum tanpa pandang bulu semua yang terlibat.

Tabel 4.4

Perangkat Framing Entman

Problem Identification Ada Penyuapan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua

Causal Interpretation Gayus dan kepala rutan adalah penyebab masalah.

Moral Evaluation Kepala rutan dan petugas jaga yang meloloskan Gayus juga terbukti melanggar kode etik, profesi, dan prosedur tetap Polri.

Treatment

Recommendation

Polisi berjanji akan melacak peredaran uang suap Gayus, polisi harus menghukum tanpa pandang bulu

semua yang terlibat. Rekening Gayus harus dibekukan.

Problem Identification. Republika mengidentifikasikan adanya penyuapan yang dilakukan oleh Gayus di lingkungan Rutan Mako Brimob Kelapa Dua. Frame Republika adalah mengenai penyuapan yang kemudian dikembangkan dengan mengungkapakan siapa saja pihak yang terkait dalam kasus Gayus keluar tahanan dan berapa uang yang dikeluarkan Gayus untuk menyuap aparat rumah tahanan. hal tersebut disajikan oleh Republika di paragraf dua sebagai berikut:

“Hasil Pemeriksaan Divisi Profesi dan Pengamanan Polri serta Direktorat Tindak Pidana Korupsi Mabes Polri mengungkapkan delapan polisi penjaga Rumah tahanan Brimob, Kelapa Dua, Depok, terbukti menerima suap dari terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Transaksi haram ini dilakukan sejak Juli hingga November 2010”

Dalam berita tersebut Republika mengungkapkan jumlah uang suap yang dikeluarkan oleh Gayus untuk pihak rutan. Kepala Rutan Brimob Komisaris IS menerima Rp 50-60 juta. Tujuh petugas lainnya, yaitu Briptu BH, Briptu DA, Briptu AD, Bripda ES, Bripda JP, Bripda S, dan Bripda B masing-masing menerima Rp 5-6 juta. Menurut versi kepolisian, Gayus keluar rutan sejak Jum‟at, 5 November 2010 pagi dan baru kembali pada 6 November 2010 malam, dengan alasan berobat.

Causal Identification. Dalam berita ini Republika mengungkapkan bahwa yang menjadi penyebab masalah adalah Gayus dan pejabat rutan. Penyuapan merupakan inisiatif dari kepala rutan dan petuga jaga. Republika mengutip keterangan dari kepala Divisi Humas Mabes Polti Irjen Iskandar Hasan. Menurut

Iskandar, kepala rutan dan petugas jaga berinisiatif meminta suap. Mereka meminta uang ke Gayus. “Bahkan, kepala rutan sempat meminta dua kali lipat dari Rp 60 juta,” ungkap Iskandar.

Irjen Iskandar juga menyebutkan Gayus tidak mentransfer dana itu ke rekening para polisi. Ia membagi-bagikan langsung uang itu secara tunai. Modus inilah yang membuat Gayus bisa keluar masuk tahanan dengan mudah, bahkan disinyalir sekali sepekan Gayus bisa keluar Rutan Brimob.

Moral Evaluation. Republika menilai bahwa kasus penyuapan yang dilakukan Gayus kepada kepala rutan dan petugas jaga merupakan bukti bahwa mental para penegak hukum di Indonesia masih lemah. Polisi sebagai penegak hukum dalam kasus ini diperlihatkan telah menyalahgunakan wewenangnya. Kepala rutan dan petugas jaga yang meloloskan Gayus juga terbukti melanggar kode etik, profesi, dan prosedur tetap Polri. Saat ini mereka di bebastugaskan, ditahan dan diganti. Kasus keluarnya Gayus dari rutan ini telah melecehkan prinsip penegakan hukum dan peradilan.

Treatment Recommendation. Dalam berita tersebut Republika melihat polisi harus merealisasikan janjinya untuk melacak peredaran uang suap Gayus. Polisi berjanji uang ini akan disita. Bila sudah dibelikan barang maka barangnya pun disita untuk dijadikan barang bukti.

“Ketua DPR Marzuki Alie meminta seluruh rekening dan kekayaan Gayus dibekukan. “Agar dia tidak lagi bisa bermain-main seperti ini,”katanya. Sejalan dengan itu Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqaddas meminta polisi

menghukum tanpa pandang bulu semua yang terlibat. “Bagi mereka yang membantu keluar jangan ada toleransi, jadi harus zero tolerance”

Kedelapan polisi akan dijerat dengan Pasal 5 Ayat 2, Pasal 11, dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 tahun 2009 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mereka juga dijerat dengan Pasal 55 dan 56 KUHAP tentang suap dengan ancaman kurungan penjara lebih dari lima tahun.

Dalam berita ini, Republika memilih judul Gayus Bayar Rp 100 Juta. Judul itu harusnya merepresentasikan isi berita, judul yang dipilih Republika menurut penulis terkesan masih ambigu, judul tersebut memunculkan pertanyaan di benak penulis, Gayus bayar siapa dan untuk apa?. Dalam berita tersebut Republika hanya menyebutkan inisial nama-nama tersangka, tidak menyebutkannya lengkap beserta tingkatan jabatan mereka. Memang dalam kaidah jurnalstik terkait penginisialan nama tersangka masih timbul perdebatan, penulisan nama tersangka atau tertuduh dengan inisial dianggap menjadikan suatu berita tidak informatif, tetapi keputusan menulis dengan nama lengkap atau inisial, terpulang kepada kebijakan redaksi. Menulis lengkap nama orang yang berada dalam posisi sebagai tersangka atau tertuduh, diangggap tak bermasalah sebab yang terpenting dalam pemberitaan itu nama yang bersangkutan ditulis lengkap dengan statusnya sebagai tersangka atau tertuduh. Republika menambahkan sketsa wajah Gayus dengan rambut palsu terpisah yang ada di atas kepalanya, Republika menggunakan sketsa tersebut untuk menggambarkan penyamaran yang dilakukan Gayus di Bali.

Republika mewawancari Ketua DPR Marzuki Alie dan Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqaddas mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini. Terkait adanya dugaan atasan kepala rutan yang terlibat, Republika hanya mengutip pendapat Irjen Iskandar yang menyatakan masih menelusuri adanya keterlibatan polisi berpangkat lebih tinggi dari kepala rutan. Dari hasil wawancara penulis dengan Redaktur Pelaksana II Republika, Irwan Ariefiyanto menyatakan “Kami bukan koran sumber, kami fakta apa adanya,” 96

penulis menduga Republika hanya mengidentifikasikan masalah hanya terkait pada adanya penyuapan di lingkungan rutan bukan pada masalah lainnya karena semuanya masih dugaan, belum ada fakta dan data. Apalagi dari pernyataan Irjen Iskandar Hasan yang dikutip Republika menyatakan masih mengusut dugaan yang mencuat dari kasus ini. “Iskandar mengatakan, polisi belum menemukan adanya keterlibatan polisi berpangkat lebih tinggi dari kepala rutan. “Masih kita telusuri,” katanya.

3.2. Republika Tanggal 15 November 2010

Dokumen terkait