HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN
4.1.4. Rerata nilai ABI terhadap Etiologi hipertensi dan diabetik nefropati
Tabel 6: Perbandingan rerata ABI pada Hipertensi Nefropati
Etiologi Hipertensi Nefropati Non Hipertensi Nefropati p ABI 1,052 ± 0,227 1,030 ± 0,156 0,696 NS
Tabel 7 : Perbandingan rerata ABI pada Diabetik Nefropati Etiologi Diabetik Nefropati Non Diabetik Nefropati p ABI 1,021 ± 0,140 1,049 ± 0,209 0,645 NS
Rerata nilai ABI berdasarkan etiologi hipertensi nefropati lebih tinggi
dibanding non-hipertensi nefropati (1,052 ± 0,227 dan 1,030 ± 0,156) dan secara
statistik tidak bermakna (p = 0,696). Hal berbeda terlihat pada etiologi diabetik
nefropati dibanding non-diabetik nefropati (1,021 ± 0,140 dan 1,049 ± 0,209);
dimana secara statistik tidak bermakna (p = 0,645).
4.2. PEMBAHASAN
Pemeriksaan PAP pada pasien GGK merupakan hal penting, tidak hanya
sebagai pertanda kelainan kardiovaskular, tetapi juga dapat memberi masukan
nilai prognostik prognostik tingginya angka mortalitas.5-7,9 ABI memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam diagnosis PAP, dibanding dengan
arteriografi sebagai baku emas, tehnik pengoperasian yang mudah dalam
diagnosis PAP. 6-7,9,16 Pasien dengan kelainan ginjal memiliki resiko lebih tinggi
terjadinya kalsifikasi pembuluh darah, dimana kondisi ini mempengaruhi
sensitivitas pemeriksaan, tetapi tidak mempengaruhi spesifisitasnya terhadap
deteksi PAP.9,11
ABI adalah rasio perbandingan tekanan pergelangan tangan dan kaki;
sehingga dapat menilai pada kedua sisi kanan dan kiri. Pada penelitian ini,
pasien dengan cimino shunt tidak dilakukan pemeriksaan pada sisi tersebut,
gangguan (turbulensi berlebihan, stasis aliran darah dan penyumbatan bahkan
cedera langsung pada dinding pembuluh darah), sehingga nilai ABI yang dipakai
pada setiap pasien HD adalah nili ABI pada satu sisi saja atau nilai ABI yang
terendah. Adekuasi hemodialisis pada penelitian ini telah sesuai dengan yang
direkomendasikan yaitu jumlah dialisis tiga kali perminggu dengan Kt/v ≥ 1,3 dan URR > 70% dengan lama HD ≥ 3 jam (R ≤ 0,32) untuk keseluruhan pasien.29
Pengamatan utama pada penelitian ini adalah mencari : prevalensi PAP
pada pasien hemodialisis; prevalensi PAP (8%) pada pasien GGK yang
menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis Rasyida Medan. Pada populasi Asia,
prevalensi PAP kurang dari 10 %.8 Pada kelompok populasi usia 50 tahun,
laporan dijumpai klaudikasio sebesar 1-2%, dan meningkat dari 0,4% - 0,7%
setiap pertambahan usia 2 tahun.21,23 Dengan diagnosa PAP menggunakan ABI,
angka prevalensinya semakin meningkat dan dapat mencapai 13% pada pasien
usia diatas 65 tahun.21 Satu penelitian di Spanyol, terhadap 131 pasien usia
diatas 65 tahun, yang menderita hipertensi dan dislipidemia, tetapi tanpa
kelainan ginjal atau riwayat kardiovaskular sebelumnya, keseluruhan dibagi
dalam 2 kelompok sesuai resiko rendah atau sedang terhadap penyakit
kardiovaskular, didapati prevalensi 3,4 dan 9,9% mempunyai nilai ABI < 0,9,
dibanding prevalensi keseluruhan pasien yang hanya 6,9%.17 Pada penelitian ini
kecenderungan peningkatan PAP sesuai dengan peningkatan usia (adanya
korelasi negatif ABI terhadap usia), dan secara statistik bermakna.
Telah diketahui faktor - faktor resiko PAP pada populasi umum. The
Framingham Study dan penelitian lainnya telah menemukan beberapa faktor
aterogenik, termasuk peningkatan usia, jenis kelamin pria, hipertensi, diabetes
melitus, merokok dan peningkatan serum kolesterol.35 Yang terbaru, beberapa
faktor resiko non-konvensional seperti homosistein, lipoprotein(a) dan inflamasi
Beberapa faktor resiko tersebut umumnya dijumpai pada pasien dengan
gangguan ginjal. Dimana, masih belum jelas apakah PAP berhubungan
independen dengan faktor resiko tersebut pada pasien GGK menjalani
hemodialisis.
Beberapa penelitian terbaru telah meneliti hubungan potensial faktor
resiko dan PAP pada populasi pre-dialisis maupun populasi dilisis. The
Hemodialysis (HEMO) study mendapatkan hanya diabetes, non-black race dan
merokok, yang berhubungan dengan PAP pada pasien dialisis. Usia secara
bermakna berhubungan dengan PAP hanya pada pasien dialisis non-diabetik.
Beberapa faktor resiko kardiak non-konvensional seperti pria,
hiperkolesteronemia dan hipertensi, berhubungan terhadap PAP.26 Data
Inter-Society Consensus for the Management of Peripheral Arterial Disease (TASC II,)
faktor resiko timbulnya PAP adalah ras (non-hispanik), jenis kelamin (pria >
wanita), usia, merokok, diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia
(HDL-kolesterol), marker inflamasi (CRP), hiperviskositas dan hiperkoagulobilitas,
hiperhomosisteinemia dan insufisiensi ginjal kronik. 39 Dimana, hasil yang
didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, kami tidak
mendapatkan adanya hubungan antara jenis kelamin, IMT, merokok dan
hipertensi terhadap kejadian PAP. Perbedaan tersebut kemungkinan akibat
proporsi populasi yang relatif kecil timbulnya PAP (4 orang dari 50 sampel
penelitian).
Hanya ada satu penelitian terdahulu yang mencari hubungan faktor resiko
PAP pada pasien dialisis, dimana dijumpai adanya hubungan PAP dan lamanya
menjalani hemodialisis. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini tidak
mendapatkan hal yang sama. Hubungan fakor - faktor resiko lama dialisis
dengan kejadian PAP kemungkinan akibat proses dialisis atau suasana (miliu)
waktu lama dengan berbagai hal pada pasien GGK menjalani dialisis seperti
stres oksidatif, inflamasi kronik, kalsifikasi vaskular dan dislipidemia kemungkinan
memberi kontribusi progresivitas aterosklerosis. Beberapa hasil yang berbeda
juga ditemui, seperti faktor resiko dislipidemia dan peningkatan tekanan darah.
Walaupun dislipidemia berhubungan dengan PAP pada populasi non-uremik,
tetapi hal yang berbeda, tidak menyebabkan PAP pada pasien GGK menjalani
dialisis. Sebagai penjelasan, hasil plasma kolesterol berbeda secara
epidemiologi, adanya malnutrisi atau inflamasi secara jelas merubah hubungan
kejadian kematian kardiovaskular dan uremik dislipidemia.45 Pada penelitian ini,
peneliti tidak mendapat adanya hubungan dan kecenderungan antara lamanya
menjalani hemodialisis dengan kejadian PAP ( r= 0,10; p= 0,480). Perbedaan
tersebut kemungkinan juga akibat proporsi populasi yang relatif kecil timbulnya
PAP. Profil kolesterol dan marker inflamasi pada penelitian ini tidak dilakukan
pemeriksaan.
Beberapa penelitian dengan melibatkan populasi dialisis, tidak
menemukan adanya hubungan signifikan hipertensi terhadap PAP, kecuali pada
populasi non-uremik. Beberapa perbedaan ini kemungkinan akibat hubungan
non-linier tekanan darah dan PAP. Pada pasien dialisis, umumnya dijumpai
mortalitas yang lebih tinggi pada mereka yang memiliki tekanan darah rendah,
dibandingkan dengan populasi umum. Hal ini kemungkinan akibat kondisi
komorbid seperti kardiomiopati pada pasien GGK stadium akhir, akan
menimbulkan tekanan darah diastolik dan nilai ABI yang rendah. Penelitian
hubungan univariat PAP dan tekanan darah diastolik akan menyokong hipotesa
tersebut.46 Pada penelitian lain, adanya hubungan positif PAP dan hipertropi
ventrikel kiri, riwayat hipertensi merupakan hal penting terhadap resiko PAP pada
pasien dialisis. Keseluruhan hal diatas, sepertinya secara terpisah telah
ABI merupakan pemeriksaan berbiaya rendah, non-invasif terutama pada
pemeriksaan awal aterosklerosis general khususnya PAP. Pada penelitian
terbaru, peningkatan resiko rendahnya nilai ABI berhubungan beberapa faktor
penyakit aterosklerosis. ABI berkorelasi positif dengan serum albumin dan HDL
kolesterol. Pada sisi lain, ABI berkorelasi negatif terhadap usia, kadar gula darah
puasa dan serum trigliserida.49 Hal yang berbeda dengan penelitian - penelitian
terdahulu, pada penelitian ini tidak dijumpai korelasi antara tekanan darah (baik
sistolik dan diastolik) dengan ABI. Juga tidak dijumpai adanya korelasi antara
dosis dialisis Kt/v, IMT dan URR dengan nilai ABI.
Pada penelitian ini ABI hanya menunjukkan hubungan yang signifikan
hanya terhadap pertambahan usia, tetapi tidak terhadap keseluruhan variabel
lainnnya yang diteliti kemungkinan karena sebelum tindakan HD diiberikan
heparinisasi. Dalam kepustakaan heparinisasi dapat memberi efek pencegahan
terhadap kejadian PAP, selain anti agregasi trombosit dan anti platelet.
Kemungkinan lainnya adalah karena pengambilan sampel PAP yang sedikit