BAB III GAMBARAN UMUM BUKU DAN BIOGRAFI FELIX Y
A. Resensi Buku Yuk, Berhijab
Yuk, Berhijab merupakan sebuah buku dakwah yang mengajak untuk berhijab berdasarkan aturan Islam. Buku ini, diawali dengan menceritakan pandangan Islam tentang wanita, bagaimana memakai hijab yang benar menurut agama.
Hijab syar’i atau pakaian muslimah yang disyari’atkan yaitu menutup seluruh tubuh, tidak berbentuk pakaian hias atau mengandung perhiasan seperti gambar-gambar, accessories dan tulisan-tulisan, tebal tidak tembus pandang sehingga tidak menampakkan apa yang ada di balik pakaian tersebut, lebar dan longgar tidak ketat sehingga tidak menampakkan bagian-bagian anggota tubuh.1
Di dalam buku ini Felix Siauw juga memaparkan terlebih dahulu bagaimana dunia memandang wanita, Pandangan Islam tentang wanita, Wanita dan aurat, Tabarruj.
1. Dunia memandang wanita
Dalam bab pertama ini menceritakan nasib wanita ditinjau dari segi peradabannya. Pada zaman Yunani Kuno membolehkan wanita
1
http://umystha.abatasa.co.id/post/detail/16076/kenapa-harus-berhijab diakses pada tanggal 16 Agustus 2014 pada pukul 19.00.
diperjualbelikan layaknya budak, tidak memiliki hak sipil dan Yunani Kuno, posisi wanita tidak jauh dari sekedar pemuas nafsu lelaki saja. Dikisahkan dalam buku-buku dan mitologi-mitologi Yunani, dapat kita baca bahwa sering kali dewa-dewa berselingkuh dan memiliki anak di luar nikah. Dewa-dewa gemar berbuat hal-hal yang tidak pantas dilakukan, hingga lahirlah demigod, manusia setengah dewa, seperti Hercules, Perseus, Theseus, atau Gilgamesh.
Pada zaman romawi, filosofi hidup yang mendasari peradaban Romawi tidak jauh dari filosofi Yunani. Hanya lebih sadis, lebih tertata, dan lebih ekspansif. Wanita hanya objek seksual untuk dinikmati bukan dikasihi. Coba tengok hasil-hasil karya seni Yunani-Romawi Kuno, jelaslah bagi mereka wanita hanya untuk dieksploitasi. Bahkan dalam pandangan Romawi, seorang lelaki tidak bersalah jika membunuh istri dan anaknya. Pada tahun 550 M, Kaisar Justinian sampai mengeluarkan aturan pelarangan membunuh istri dan anak. Solusinya, karena tidak bisa dibunuh, ya akhirnya dijual saja di pasar sebagai budak.2
Zaman di India, tradisi Hindu mengenal sati. Sati adalah sebuah proses membakar diri bagi janda yang ditinggal mati suaminya. Sedangkan di peradaban Cina kuno, wanita-wanita sama saja penempatannya sebagai warga kelas dua. Belajar dan menjadi cendekiawan hanya hak lelaki. Demikian nasib wanita ditinjau dari segi peradaban.
2
Emansipasi kemudian muncul, kesetaraan gender digelar, bendera feminisme dikibarkan. Di antara kaum wanita mulai bangkit dan menuntut kesetaraan antara lelaki dan wanita. Tetapi harapan wanita agar ia sama seperti lelaki dalam segala hal, bukannya berakhir pada hasil yang memuliakan wanita, tapi berujung kepada penghancuran martabat wanita sendiri, karena menjauh bahkan mengingkari fitrah. Bila pada masa lalu wanita direndahkan secara terpaksa, saat ini wanita rela untuk direndahkan. Menghinakan diri sendiri demi sekeping emas atau segepok dolar, dengan badan mereka sebagai modal.
Bukan rahasia lagi apabila unsur tidak seharusnya ditonton adalah unsur utama dalam hiburan, pertunjukkan sampai iklan. Tetapi tampaknya sutradara dan marketer benar-benar pintar memanfaatkan insting primitif lelaki, yang pasti tertarik bila ada yang membuka apa yang seharusnya terlindung. Fashion nampaknya menjadi pembenaran untuk menjadi murahan, seni jadi alasan untuk tanggalkan harga diri. Atas nama trend apabila hijab dijadikan fashion untuk memperoleh popularitas yaitu dengan memakai pakaian yang tidak sopan misalnya pakaian yang ketat, kerudung tidak menutupi dada harusnya malu dengan hijab yang dikenakan.3
2. Pandangan Islam tentang Wanita
Islam disini memandang bahwa kebahagiaan manusia bukan terletak pada harta, tahta, dan cinta semata, tetapi terletak pada ridha
3
Allah. Karenanya, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk meraihnya.
Dalam Islam, ridha Allah yang menjadi tujuan, memungkinkan laki-laki dan wanita mencapainya dengan caranya sendiri, berlomba dengan jalurnya masing-masing. Laki-laki dan wanita tidak berkompetisi di jalur yang sama, tetapi berkompetisi di jalur kebaikan yang berbeda. Karena laki-laki dan perempuan memang berbeda. Di dalam timbangan syariat Islam, apabila laki-laki memperoleh kemuliaan dengan bekerja, wanita mendapatkannya dengan mengurus rumah tangga Islam memberi jalur beribadah kepada wanita dengan kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada wanita. Oleh karena itu dalam pandangan Islam laki-laki dan wanita sama harkatnya di hadapan Allah, karena makhluk yang sama yang diciptakan oleh Allah.
Soekarno memahami bahwa Islam melarang laki-laki berpandang-pandangan secara langsung dengan perempuan. Tokoh muslim yang memiliki perhatian terhadap masalah perempuan salah satunya Moenawar Chalil. Moenawar Chalil adalah salah satu dari sedikit tokoh Muslim yang membahas mengenai isu yang berhubungan dengan kedudukan perempuan di tengah masyarakat. Dari kutipan “...wanita tetap wanita, sekali wanita tetap wanita! Bukan mestinya dipandang sebagai binatang, tidak seharusnya dianggap sebagai dewa, dan tidak mestinya pula dianggapnya seperti laki-laki”.4
Alqur’an adalah kitab yang membawa pembaruan pada kaum wanita di tengah kejumuduhan pola pikir kebanyakan peradaban dunia tentang wanita. Apalagi di kalangan masyarakat Arab yang menjadi
4
http://books.google.co.id/books?tokoh+islam+yang+membahas+tentang+wanita, diakses pada tanggal 13 Agustus 2014, pada pukul 15.00 WIB.
simbol kesalahan peradaban dunia saat itu, wanita benar-benar dipandang sebelah mata, tidak setara dengan laki-laki, tidak berhak mendapatkan hak waris.
Bahkan, di tengah kondisi Arab jahiliyah yang gemar melakukan ghazwah (perang), keberadaan keturunan laki-laki adalah kebanggaan sekaligus aset, penyebab datangnya kemuliaan dan penerus nasab.
Wanita sebelum zaman Jahiliyah hanya dianggap seolah tidak ada harganya. Kemudian Islam datang dengan pencerahan Al-qur’an turun dengan kritik dan nasehat yang menghunjam bagi kerusakan berfikir. Memberi harapan yang selama itu dinanti kaum wanita, menjadi pembelaan bagi wanita yang tidak kunjung bebas dari penindasan. Dan sejak lahirnya, Islam telah memberikan kelebihan kepada bayi perempuan,yang tidak diberikan kepada bayi laki-laki. Mendidik dan membesarkan seorang putri mendapatkan janji Rasulullah Saw berupa surga Allah.
Rasulullah Saw menjadi contoh nyata, bagaimana wanita didudukkan di singgasana penuh kehormatan, baik dalam pandangan, perkataan, maupun perbuatan kaum lelaki. Jadi Islam memuliakan wanita dan Islam memanusiakan manusia. Jelas disini dari pendahuluan ini, disampaikan bahwa Islam sungguh memandang wanita berbeda sebagaimana peradaban dan agama yang lain. Islam mengangkat wanita
pada posisi yang tidak pernah dicapai wanita dalam peradaban dan agama manapun.5
3. Aurat
Aurat diambil dari perkataan Arab “Aurah” yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah fiqih pula aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.6
Secara makna syariat, aurat adalah bagian tubuh yang haram dilihat, dan karena itu harus ditutup. Menurut jumhur ulama, aurat wanita yaitu seluruh bagian tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan sampai pergelangan tangan.7
4. Tabarruj
Tabarruj adalah segala perbuatan wanita yang menarik perhatian lelaki, baik diniatkan ataupun tidak. Karena itu, tabarruj ini bisa terjadi dengan merias diri terlalu berlebihan yaitu memakai bedak, lipstik yang terlalu mencolok, bisa pula dengan menggunakan parfum, atau mengenakan pakaian yang bercorak mentereng, bertingkah genit dan menggoda lelaki dengan ucapan ataupun gaya jalan, atau mengenakan hijab yang tidak sempurna (semisal ketat, transparan, atau menyingkap sebagian aurat yang harusnya tertutup).
5
Felix Y.Siauw, Yuk,berhijab), h. 34-44
6
Mohammad Asmawi, Islam Sensual, Membedah Fenomena Jilbab Trendi (Jakarta: Darussalam ,2005), h.45.
7
Lalu yang menjadi batasannya adalah kebudayaan setempat. Misalnya, hijab yang berwarna hitam-hitam atau warna gelap adalah warna yang biasa dipakai di Jazirah Arab, maka mengenakan warna merah darah jelas mencolok di sana sehingga dikatakan ber-tabarruj.
Lain cerita di Indonesia, bila mengenakan hijab hitam-hitam justru membuat diperhatikan oleh lelaki, dan menjadi fitnah karena dianggap menyeramkan, ada baiknya dikombinasi dengan warna-warna yang dianggap lazim di masyarakat.
Maka boleh saja bagi wanita mengenakan bedak atau dandan yang sewajarnya, namun harus berhati-hati, karena bila sudah mengundang perhatian lelaki itu sudah termasuk ber-tabarruj.8