• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

2.4.2 Resiko Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

Pada bulan-bulan pertama, saat bayi berada pada kondisi yang sangat rentan, pemberian makanan atau minuman lain selain ASI akan meningkatkan resiko terjadinya diare, infeksi telinga, alergi, meningitis, leukemia, Sudden Infant Death

Syndrome (SIDS) atau sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, penyakit infeksi dan

penyakit-penyakit lain yang biasa terjadi pada bayi (Safitri, D., 2007).

Resiko pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan berbahaya karena pemberian makanan yang terlalu dini dapat meningkatkan

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

yang terlalu cepat hingga dapat terjadi obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan yang diberikan pada bayi, bayi yang mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan pada ginjal bayi yang belum matang, dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang membahayakan, dan adanya pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanan makanan (Pudjiadi, 2000).

Anak yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar penyakit dan kondisi di bawah ini:

Tabel 2.10 Resiko pemberian susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan

Penyakit Resiko

Alergi, eczema 2-7 kali

Infeksi Saluran Kencing 2.6 – 5.5 kali

Radang perut (Inflamatory bowel disease) 1.5-1.9 kali

Diabetes tipe 1 2.4 kali

Gastroenteritis 3 kali

Hodgkin's lymphoma 1.8—6.7 kali

Otitis media 2.4 kali

Haemophilus influenzae meningitis 3.8 kali

Necrotizing enterocolitis 6-10 kali

Pneumonia 1.7-5 kali

Respiratory syncytial virus infection 3.9 kali

Sepsis 2.1 kali

Sindrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden infant

death syndrome)

2 kali

Obesitas 25%

Infeksi Telinga yang berulang 60%

Leukemia 30%

Diare 100%

Infeksi pernapasan (seperti asma) 250%

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

a. Resiko Jangka Pendek

- Penyakit Diare

Dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung konsentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang mana masih sukar untuk dicerna oleh organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi enzim-enzim khususnya

amylase pada bayi masih rendah. Karena produksi enzim-enzim pencernaan masih

rendah maka akan terjadi malabsorpsi di dalam organ pencernaan bayi. Akibatnya akan terjadi gangguan gastrointestinal pada bayi yang salah satunya adalah kejadian diare. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Bayi yang berusia lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari ( IKA FKUI, 2000). Selang waktu antara pemberian makanan tambahan dengan timbulnya kejadian diare antara 1-2 hari, ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari, konsistensi feses encer dengan warna kuning muda dan disertai lendir. Kejadian ini dapat berlangsung antara 2-3 hari (Ngastiyah, 2002 dalam mitrariset.co.cc, 2009).

Diare juga dapat diakibatkan dari makanan yang telah terkontaminasi mikroorganisme seperti bakteri Escherichia coli dan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi intestinal pada bayi. Suhu lingkungan dan lama waktu penyimpanan makanan setelah dibuat juga terkontaminasi langsung dengan jumlah bakteri yang ditemukan (Boedihardjo, 1994).

- Penurunan absorbsi besi dari ASI

Gangguan keseimbangan zat besi pada bayi karena pemberian makanan terlalu dini menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Pengenalan serealia dan

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

sayur-sayuran dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, meski konsentrasi zat besi lebih rendah dalam ASI namun lebih mudah diserap. (Boedihardjo, 1994). Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung zat besi, terutama pada usia enam bulan pertama, mengurangi efisiensi penyerapan zat besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif dan ASI lanjutan selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang normal. Dalam suatu studi (Pisacane, 1995) para peneliti menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif selama enam bulan (dan tidak diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi) menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI tapi menerima makanan padat pada usia kurang dari enam bulan

- Gangguan Menyusui

Pengenalan makanan selain ASI pada diet bayi berusia kurang dari enam bulan akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang merupakan suatu resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI. Makanan yang telah diberikan tidak akan berperan sebagai makanan pelengkap terhadap ASI, tetapi sebagai pengganti sebagian ASI (Boedihardjo, 1994).

- Penyakit Lain

Pemberian makanan tambahan ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Bayi yang mendapat makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan akan lebih rentan terserang infeksi penapasan dan telinga, sembelit (susah buang air

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

besar), batuk dan pilek, dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif (Lely, 2005 dalam mitrariset.co.cc).

Jika bayi mengalami demam, pernapasannya dapat meningkat kira-kira 2 napas per menit untuk setiap derajat kenaikan suhu. Hidung yang berair atau pilek dapat mengganggu pernapasan karena saluran hidung sempit dan mudah penuh. Kondisi ini dapat dikurangi dengan menggunakan pelembab cool-mist dan dengan lembut menyedot hidung menggunakan mangkuk aspirasi karet. Kadang obat tetes hidung dari larutan garam ringan digunakan untuk membantu mengencerkan lendir dan membersihkan saluran hidung (Satyanegara, 2004).

b. Resiko Jangka Panjang

- Kenaikan berat badan terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas

Bayi yang mendapat ASI maupun yang mendapat makanan buatan mempunyai pola pertumbuhan yang sama selama tiga bulan pertama kehidupannya, penambahan berat badan akan lebih besar pada bayi yang mendapat makanan buatan, dengan perbedaan lebih dari 410 gram lebih banyak pada saat bayi berusia satu tahun pada bayi laki-laki dan pada bayi wanita terjadi perbedaaan lebih dari 750 gram (Boedihardjo, 1994).

Kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi yang sehat adalah bayi gemuk, tidak berpikir bahwa pemenuhan nutrisi tidak terukur akan dapat berperan dalam terjadinya pemberian makanan berlebihan. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi cenderung mengandung protein dan lemak tinggi sehingga konsekuensi pada usia kehidupan bayi selanjutnya akan

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

berhubungan dengan kelebihan berat badan bayi ataupun dengan adanya kebiasaan makan yang tidak sehat (Boedihardjo, 1994).

-Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan

Ibu yang menyusui berkepanjangan dan pengenalan makanan tambahan yang dipilih dengan hati-hati dan pemberian makanan tambahan tepat waktu akan mempunyai peran perlindungan terhadap alergi makanan, terutama bayi yang mempunyai predisposisi ke arah gangguan alergi seperti alergi susu sapi. Manifestasi alergi susu sapi secara klinis akan meliputi gangguan gastrointestinal, dermatologis, dan gangguan pernapasan dari berbagai tingkat berat penyakitnya dan dapat berakibat syok anafilaktik (Boedihardjo, 1994). Alergi terhadap makanan lainnya dapat terjadi seperti jeruk, tomat, ikan, telur dan serealia (IKAPI, 1992).

Sebagian bayi yang diberi makan dengan formula yang dibuat dari susu sapi akan bereaksi terhadap protein-protein asing. Namun pemberian ASI yang lama mempunyai nilai pencegahan terhadap gangguan alergi terhadap berbagai makanan (Boedihardjo, 1994).

Ada satu faktor fisiologis dari alergi makanan pada anak yaitu belum matangnya usus (immaturitas usus). Secara mekanis, lapisan membran yang sangat halus yang terbentang dalam usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Pada usus yang immatur, sistem pelindung tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga menimbulkan alergen masuk ke dalam tubuh. Untuk mencegah terjadinya alergi makanan karena immaturitas usus adalah dengan menunda pemberian makanan pada bayi di bawah usia enam bulan, terutama pemberian makanan yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

anak. Misalnya saja telur, ikan laut dan sebagainya. Hal-hal yang menyebabkan anak menderita alergi makanan dari faktor penyakit adalah faktor genetik dan daya tahan tubuh. Faktor genetik terjadi bila salah satu orang tua menderita alergi, kemungkinan 17-40% anak juga akan menderita alergi. Bila kedua orang tua menderita alergi berat, kemungkinan anak-anak menderita alergi menjadi sekitar 53-70%. Selanjutnya daya tahan tubuh yang menurun dapat mengurangi pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk, termasuk alergen. Selain faktor alergen, alergi juga dipicu oleh berbagai faktor yang membuat, daya tahan anak menurun. Misalnya saja faktor fisik seperti udara panas, udara dingin, hujan, kelelahan, olahraga dan aktivitas berlebihan (Cherry,R, 2006 dalam mitrariset.co.cc, 2009).

-Hipertensi

Masukan natrium yang tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya hipertensi esensial. Kandungan natrium dalam ASI cukup rendah (sekitar 15mg/100ml atau 6,5mmol/L). Masukan sodium dari diet bayi dapat meningkat jika makanan tambahan telah diperkenalkan dan sesuai dengan selera ibu terhadap rasa asin. Selera rasa asin pada bayi akan terus terbentuk hingga dewasa dan akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi beberapa tahun kemudian (Boedihardjo, 1994).

-Arteriosklerosis

Faktor penyebab arteriosklerosis adalah diet yang mengandung tinggi energi atau kalori, protein, kolesterol serta lemak-lemak jenuh, namun kandungan lemak tak jenuh rendah. Bayi yang berada pada persentil tinggi kadar lemak dalam darah, akan mempertahankan kadar yang sama dalam waktu dua tahun

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

kemudian. Pemberian makanan tambahan pada bayi akan lebih baik dengan menghindari kelebihan diet yang menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada kehidupan selanjutnya (Boedihardjo, 1994).

-Dapat menyebabkan tingginya soluite load sehingga menimbulkan

hyperosmolality

Makanan tambahan yang dibuat sendiri atau yang dibuat pabrik, mengandung kadar Natrium Chlorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban bagi ginjal. Bayi yang mendapat makanan tambahan pada umur yang terlalu dini mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi yang 100% mendapat ASI sehingga mudah mendapat hiperosmolitas dehidrasi. Hiperosmolitas sebagai penyebab haus akan menyebabkan penerimaan susu dan energi yang berlebihan pada bayi (IKAPI, 1992).

Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini membuka peluang masuknya berbagai jenis makanan yang mungkin saja berbahaya atau beracun serta mengandung kuman penyakit. Sementara kemampuan dan kecepatan ginjal untuk menyaring kotoran dan benda asing kalah cepat, maka akan terjadi timbunan kotoran di dalam ginjal yang dapat mengganggu fungsi ginjal (Cherry,R., 2006 dalam mitrariset.co.cc, 2009).

Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.

BAB 3