• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 15-

2.1.4 Resiliensi dan Pemulihan ( Recovery )

Dalam penjelasan mengenai resiliensi dan recovery oleh Allegheny County

Coalition for Recovery Child and Family Committee (2006) dapat dilihat

karakteristik resiliensi dan pemulihan:

1. Resiliensi menggambarkan suatu karakteristik yang memungkinkan adaptasi positif di dalam konteks kesulitan yang signifikan. Sedangkan Pemulihan menggambarkan suatu proses yang memungkinkan restorasi atau pembaharuan sesudah rintangan yang bersifat pribadi.

2. Resiliensi sebagian ditentukan oleh genetik seseorang, dan sebagian lagi dikembangkan melalui pengalaman dan asuhan lingkungan. Sedangkan pemulihan dicapai dengan mengatasi hambatan yang ditimbulkan oleh kesakitan (illness) atau lingkungan.

3. Mengembangkan resiliensi merupakan aspek penting untuk proses pemulihan yang sukses. Resiliensi dapat mungkin terjadi tanpa adanya proses pemulihan.

Menutut Grotberg (2006), pemulihan mengacu pada proses dimana orang dapat hidup, bekerja, belajar, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat mereka. Sains telah menunjukkan bahwa pemilikan harapan memainkan peran penting dalam pemulihan individu. Sedangkan, resiliensi berarti kualitas pribadi dan kualitas komunitas yang memungkinkan kita untuk pulih dari kesulitan, trauma, tragedi, ancaman, atau tekanan lainnya dan untuk melanjutkan hidup dengan rasa penguasaan, kompetensi, dan harapan.

Resiliensi sangat penting bagi orang yang sedang menjalani pemulihan (dari kecanduan narkoba atau pun alkohol). Pemulihan sendiri bagi masalah kecanduan alkohol dan obat-obatan memiliki definisi sebagai suatu perubahan yang dilalui dimana individu mencapai tahab abstinensia (tahap dimana seorang pecandu berusaha untuk mempertahankan keadaan bebas zatnya (BNN, 2004)), perbaikan kesehatan, serta kehidupan yang berkualitas dan sejahtera. (National Summit on Recovery Conference Report, 2005)

2.2 Kekuatan Karakter

2.2.1 Pengertian Kekuatan Karakter

Kekuatan karakter berkaitan erat dengan virtue (kebajikan). Peterson dan Seligman (2004), mendefinisikan virtue sebagai:

the core characteristics valued by moral philosophers and religious thinkers: wisdom, courage, humanity, justice, temperance, and transcendence.” (Peterson dan Seligman, 2004)

Jadi. virtue adalah karakteristik inti yang dihargai oleh para filosof dan para agamawan. Virtue yang ada pada diri manusia dibagi menjadi enam kategori,

yaitu wisdom, courage, humanity, justice, temperance, and transcendence (Peterson dan Seligman, 2004). Kesemua virtue ini bersifat universal dan terpilih melalui proses evolusi karena penting untuk keberlangsungan hidup (Peterson dan Seligman, 2004). Menurut Peterson dan Seligman (2004) seseorang dikatakan memiliki karakter baik apabila ia memiliki seluruh virtue tersebut dengan nilai yang tinggi.

Masing-masing virtue terdiri atas beberapa strength atau kekuatan tertentu (Peterson dan Seligman, 2004). Menurut Seligman (2005), individu memiliki karakter positif dan negatif. Namun, yang dimaksud dengan kekuatan karakter adalah karakter positif yang membawa individu kepada perasaan yang positif.

Kekuatan karakter sendiri adalah unsur psikologis (proses atau mekanisme) yang memberikan definisi pada virtue (wisdom, courage, humanity, justice, temperance, and transcendence). Kekuatan karakter dapat dibedakan dalam menampilkan satu atau virtue lainnya. Misalnya, virtue wisdom dapat dicapai melalui kekuatan seperti rasa ingin tahu dan kecintaan untuk belajar, berpikiran terbuka, kreativitas, dan persperktif, yakni memiliki suatu gambaran besar mengenai hidup (dalam Martin Seligman, 2004).

2.2.2 Klasifikasi Kekuatan Karakter

Menurut Peterson dan Seligman (2004) klasifikasi kekuatan karakter adalah sebagai berikut:

1. Wisdom and Knowledge: kekuatan kognitif yang memerlukan kemahiran dan

a. Creativity [originality, ingenuity]: Cara berpikir yang produktif dan baru; termasuk pencapaian artistik namun tidak hanya terbatas pada hal ini.

b. Curiosity [interest, novelty-seeking, openness to experience]: Menyukai seluruh pengalaman; mencari semua topik dan pokok persoalan yang sangat menarik; menggali dan menemukan banyak hal. c. Open-mindedness [judgment, critical thinking]: Berpikir dari segala

sudut pandang, tidak langsung/ berhati-hati dalam mengambil kesimpulan; menimbang semua bukti/ kemungkinan dengan adil; mampu mengubah pikiran pada bukti yang nyata

d. Love of learning: Menguasai berbagai keterampilan baru; Menguasai topik-topik ilmu pengetahuan baik formal maupun informal

e. Perspective [wisdom]: Mampu memberi saran; Memiliki cara

pandang yang luas dan dapat diterima oleh orang lain.

2. Courage: kekuatan emosional yang mengandung keinginan yang kuat untuk

menyelesaikan tujuan walaupun terdapat halangan yang bersifat eksternal maupun internal.

a. Bravery [valour]: Tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan, atau rasa sakit; berani mengungkapkan keinginan walaupun ada lawan; berani tampil berbeda walaupun tidak popular.

b. Persistence [perseverance, industriousness]: Menyelesaikan

walaupun terdapat hambatan; fokus pada tujuan yang ingin dicapai; Senang dalam menyelesaikan tugas.

c. Integrity [authenticity, honesty]:Menyampaikan kebenaran tetapi lebih bersifat luas yang menampilkan diri sendiri apa adanya; bertanggung jawab terhadap perasaan dan tingkah laku.

d. Vitality [zest, enthusiasm, vigour, energy]: penuh suka cita dan bernergi; melakukan sesuatu hingga selesai; menjalani hidup seolah sedang berpetualang; penuh semangat/ aktif.

3. Humanity: kekuatan interpersonal yang meliputi keinginan untuk dekat dan

bersahabat denga orang lain.

a. Love: menghargai hubungan dengan orang lain; saling berbagi dan memperhatikan; dekat dengan orang lain.

b. Kindness [generosity, nurturance, care, compassion, altruistic love, "niceness"]: melakukan kebaikan terhadap orang lain; menolong orang lain; menjaga orang lain.

c. Social intelligence [emotional intelligence, personal intelligence]:

peka terhadap motif dan perasaan orang lain dan diri sendiri; dapat menyesuaikan diri pada situasi sosial yang berbeda; mengetahui cara menggerakkan orang lain.

4. Justice: kekuatan publik yang mendasari kehidupan masyarakat yang sehat.

a. Citizenship [social responsibility, loyalty, teamwork]: Bekerja sama dengan baik dalam satu kelompok; setia pada kelompok; berbagi dengan kelompok.

b. Fairness: memperlakukan setiap orang secara adil; tidak membiarkan perasaan subjektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain; memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang.

c. Leadership: Mendorong orang dalam kelompok untuk bekerja

sekaligus menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok; menyiapkan aktivitas kelompok dan mengevaluasinya.

5. Temperance: kekuatan yang melindungi dari suatu tindakan yang berlebihan.

a. Forgiveness and mercy: Memaafkan orang lain yang berbuat salah; memberikan kesempatan bagi orang lain; tidak mendendam.

b. Humility and Modesty: Membiarkan prestasi anda berbicara atas namanya; tidak mencari perhatian; tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain.

c. Prudence: Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat; tidak

mengambil resiko yang tidak semestinya; tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab.

d. Self-regulation [self-control]: Mengatur perasaan dan tingkah laku;disipllin; mengontrol emosi dan selera.

6. Transcendence: kekuatan yang dapat menciptakan hubungan dengan

lingkungan semesta yang lebih luas dan memberi makna.

a. Appreciation of beauty and excellence [awe, wonder, elevation]:

Menyadari dan menghargai keindahan, kesempurnaan, dan kinerja keterampilan di dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari alam, kesenian, matematika, sains hingga pengalaman sehari-hari.

b. Gratitude: menyadari dan berterimakasih atas hal-hal baik yang terjadi; menyediakan waktu untuk mengekspresikan rasa bersyukur.

c. Hope [optimism, future-mindedness, future orientation]:

Mengharapkan yang terbaik untuk masa depan dan berusaha mewujudkannya; meyakini bahwa nasib bisa berubah dan masa depan yang baik bisa dicapai.

d. Humor [playfulness]: Senang tertawa dan menggoda; membuat orang lain tersenyum; melihat sisi terang; membuat gurauan

e. Spirituality [religiousness, faith, purpose]: Memiliki keyakinan yang koheren tentang kehendak yang lebih tinggi dan makna dari alam semesta; memiliki keyakinan mengenai makna kehidupan yang membentuk tingkah laku dan memberikan kenyamanan.

Dokumen terkait