• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pemerintah

Dari konflik akibat penutupan karaoke dan lokalisasi di Gunung Kemukus. Pemerintah merespon dengan melakukan pemberdayaan masyarakat32 melalui modal usaha disertai dengan pendampingan usahanya. Di sisi lain, pemerintah di tingkat kecamatan menjembatani dengan melakukan mediasi dan sosialisasi mengapa keputusan penutupan tersebut dilakukan. Mediasi ini dilanjutkan dengan melakukan edukasi di masyarakat melalui setiap RT di dusun wilayah Gunung Kemukus. Edukasi masyarakat mengharapkan perubahan paradigma berkenaan dengan penyimpangan ritual seks di Gunung Kemukus.

Dinas Pariwisata merespon penurunan jumlah peziarah di Gunung Kemukus dengan melakukan beragam upaya untuk menarik kembali minat peziarah di Gunung Kemukus. Upaya pemberitaan di media elektronik dan media sosial dilakukan dengan menggandeng para akademisi yang melakukan penelitian di Gunung Kemukus. Para akademisi diminta menulis kabar yang menyegarkan dan menarik minat kembali para peziarah untuk datang ke Gunung Kemukus. Para jurnalis juga digandeng untuk meluruskan berita, bahwa yang ditutup adalah praktik prostitusi dan rumah karaoke yang tidak berijin. Dimana sebelumnya diberitakan Obyek Wisata Gunung Kemukus ditutup oleh pemerintah.33 Pelurusan berita yang berkembang

32 ibid

33 Lihat portal berita republika, kompas, tibun jateng, joglosemar terbitan Desember 2014 – Maret 2015 memberitakan bahwa Obyek Wisata Gunung Kemukus ditutup oleh Pemerintah.

memberikan pemahaman yang benar bahwa Wisata Religi Gunung Kemukus masih dibuka untuk berziarah.

Dinas pariwisata juga menggandeng masyarakat untuk menarik pengunjung dengan cara membersihkan lokasi Gunung Kemukus agar terlihat bersih dan indah. Di sisi lain, fasilitas dan pengelolaan juga ditambah modern untuk memberikan kenyamanan bagi para peziarah. Dari sisi ritual, pengelola dari dinas pariwisata juga memberikan pemahaman ritual yang baik dan benar. Beragam acara juga dibuat guna menarik pengunjung dari luar, seperti acara pengajian akbar, wayangan, dan framing story telling dari masyarakat. Masyarakat dibekali dengan pengalaman bercerita, guna mengembalikan sakralitas tempat ritualnya.

b. Masyarakat

Dalam laporan penelitian Agus Triyono yang dipublikasikan di Jurnal milik Universitas Muhamadiyah Surakarta,34 dipaparkan bahwa masyarakat masih belum dapat menerima tindakan penutupan sepihak dari pemerintah. Di dalam masyarakat masih terdapat missconcept terhadap pemerintah. Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, telah menciderai hati dan perasaan mereka sebagai warga lokal di wilayah tersebut. Di sisi lain, pendapatan masyarakat banyak berkurang akibat sepinya pengunjung Obyek Wisata Gunung Kemukus. Masyarakat menuntut kepada pemerintah untuk dapat mengembalikan pamor Gunung Kemukus yang dapat menarik ribuan pengunjung setiap bulannya.

Masyarakat yang resah akibat konflik dan disertai penutupan dari pemerintah, berimbas dengan kurang didukungnya program pemerintah untuk memajukan Gunung Kemukus kembali. Program yang digulirkan pemerintah, acapkali ditentang sendiri oleh masyarakat. Kegaduhan masyarakat dan pemerintah ini menyebabkan pengunjung Gunung Kemukus belum dapat pulih seperti sedia kala. Masyarakat berusaha memajukan Gunung Kemukus dengan caranya, yaitu promosi di media sosial, merekonstruksi story telling dan menghubungi peziarah kenalan mereka untuk memberitahukan situasi kondisi terkini Gunung Kemukus setelah konflik. Usaha tersebut sedikit menarik minat kembali pengunjung, meskipun belum dapat mencapai jumlah pengunjung seperti sedia kala. Di sisi lain, masyarakat menjadi sedikit tertutup terhadap peneliti, jurnalis maupun orang asing yang berkunjung di Gunung Kemukus.

c. Juru Kunci

Dari sisi Juru Kunci, mereka menyesalkan tindakan para jurnalis yang memojokkan posisi Gunung Kemukus sebagai Gunung Seks. Terkait dengan penutupan dan sweeping dari pemerintah, mereka menilai tindakan pemerintah sangat berlebihan, sehingga memperkeruh suasana di Gunung Kemukus. Di sisi lain, para juru kunci juga berharap untuk mengembalikan pamor Gunung Kemukus seperti sedia kala. Para juru kunci berusaha memulihkan keadaan Gunung Kemukus dengan melakukan sakralisasi lokasi ritual, dan juga melakukan pendekatan dengan para peziarah. Para

juru kunci percaya bahwa getok tular35 akan mengembalikan jumlah pengunjung seperti sedia kala, sehingga mereka menceritakan, mengisahkan dan memperlihatkan apa yang baik kepada para peziarah yang datang.

d. Peziarah

Para peziarah menyayangkan terjadi pemberitaan dari jurnalis asing tentang ritual yang ada di Gunung Kemukus. Rata-rata peziarah berpendapat, bahwa tidak seharusnya orang asing yang tidak tahu seluk beluk budaya dan kepercayaan masyarakat di Gunung Kemukus berani menulis dan memberitakan secara vulgar. Mereka menganggap jurnalis asing tersebut tidak paham betul tentang kepercayaan yang berkembang di Gunung Kemukus, sehingga apa yang dituliskannya tidak tepat dan salah kaprah.36 Cilakanya, hal tersebut direspon terlalu reaktif oleh pemerintah terkait.37

Alhasil, penutupan lokasi dan sweeping

sangat merugikan banyak pihak. Hal tersebut diperkeruh oleh pemberitaan media Indonesia yang reaktif dan menuliskan bahwa Gunung Kemukus ditutup oleh pemerintah, padahal yang sesungguhnya penutupan terjadi hanya untuk warung karaoke yang tidak berijin, serta penertiban para wanita penghibur.

Berita yang menyesatkan ini ditangkap oleh

peziarah, sehingga mereka tidak berziarah ke Gunung Kemukus lagi, karena menganggap lokasi tersebut

35Getok tular adalah sebuah prinsip Jawa, dimana seseorang yang merasakan, melihat, menilai sesuatu akan menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Dalam bahasa marketing, ini yang disebut pemasaran dari mulut ke mulut.

36 Dituturkan oleh Jm berdasarkan wawancara pada 12 Maret 2015, jam 21.40 WIB di Gunung Kemukus.

37 Dituturkan oleh Bj berdasarkan wawancara pada 12 Maret 2015, jam 22.10 WIB di Gunung Kemukus.

telah ditutup. Inilah yang menyebabkan jumlah pengunjung di Gunung Kemukus langsung menurun drastis.

e. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Para PSK yang merasa terzalimi merespon keras atas konflik yang terjadi di Gunung Kemukus. Berdasarkan penuturan salah seorang PSK, setelah berita dari jurnalis asing menjadi perbincangan dunia, mereka segera mencari rekan mereka yang ada di video tersebut. Mereka melabrak38 rekan mereka, dan

mengusirnya keluar dari wilayah Gunung Kemukus.

Mereka menilai hanya dengan uang satu juta, nasib semua orang menjadi taruhannya. Respon yang keras juga ditujukan kepada pemerintah atas tindakannya kepada kelompoknya, karena tanpa ada sosialisasi yang jelas, langsung dilakukan penutupan dan

sweeping di lokasi. Dalam benak mereka, apa yang dilakukannya sudah sesuai dengan ajaran dari Eyang Samudro, sehingga mereka merasa tidak menyalahi aturan yang ada.

3. Dampak Konflik

Konflik yang disebabkan oleh pemberitaan dari media asing tersebut mempunyai dampak yang luas dan signifikan di wilayah Gunung Kemukus. Pemberitaan yang bersifat luas dan bernada negatif membuat masyarakat maupun dinas pariwisata sebagai pengelola Gunung Kemukus menjadi kelompok yang terkena dampaknya secara langsung. Alhasil, beberapa sikap terkait dengan dampak konflik di wilayah Gunung Kemukus yaitu

38 Melabrak merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh PSK di Gunung Kemukus untuk mendatangi, memarahi dengan beramai-ramai orang yang dipandang menjadi musuhnya atau yang sudah melukai dirinya.

a. Pertentangan Internal di Pengelola Obyek Wisata Gunung Kemukus

Pertentangan internal terjadi awalnya terkait dengan siapa dan mengapa menginjinkan jurnalis asing masuk dan membuat berita tidak benar tentang Gunung Kemukus. Keingintahuan itu lantas menjadi pemicu terjadinya konflik internal di antara pengelola dan melebar di kalangan masyarakat. Pemerintah, yang diwakili oleh dinas terkait merasa tidak bertanggung jawab penuh, karena hanya memberikan ijin seperti jurnalis dan peneliti lain yang kulonuwun

hendak masuk dan meliput Gunung Kemukus seperti biasanya. Dari dinas terkait merasa bahwa masyarakatlah yang bertanggung jawab, karena berita yang dihimpun berasal dari opini masyarakat, dan peziarah yang datang. Diperpanas pula dengan pernyataan dari PSK yang silau dengan uang, sehingga mau divideo sebagai penyulut panasnya info yang beredar.

Dari kalangan masyarakat, merasa bahwa pemerintahlah yang bersalah karena memberi ijin tanpa lebih dahulu mengetahui seluk beluk dan motivasi para jurnalis yang meliput di Gunung Kemukus. Sudah sewajarnya pemerintah lebih selektif dalam memberikan ijin kepada para jurnalis dan peneliti yang akan mewartakan Gunung Kemukus. Pertentangan ini terus bergulir liar di dalam masyarakat, sampai terjadi sweeping dari masyarakat terhadap PSK dan peziarah yang terlibat dengan gambar di berita yang dilansir oleh Patrick Abboud. Pekerja Seks Komersial yang wajahnya muncul di media online tersebut lantas diusir oleh sesamanya, serta peziarah yang membantunya tidak diijinkan lagi masuk di kawasan Gunung Kemukus. Bukan hanya

berhenti pada hal tersebut, mosi saling curiga dan tidak percaya muncul di kalangan Juru Kunci dengan Pengelola dan dinas terkait. Para juru kunci mulai enggan untuk bekerjasama dengan dinas terkait, karena merasa dibohongi dan dikomersialisasi oleh pihak pemerintah.

Juru kunci menjadi lebih tertutup dalam memberikan informasi terkait dengan sejarah, ritual, dan kejadian yang ada di Gunung Kemukus. Dengan para peziarahpun, juru kunci cenderung akan langsung mendoakan mereka, tanpa basa-basi dan banyak cerita seperti sebelum terjadinya konflik. Sikap dari para juru kunci ditangkap oleh masyarakat sekitar. Akhirnya masyarakatpun mulai tertutup oleh orang asing atau orang yang tidak dikenalnya. Masyarakat mulai mengawasi ketika ada wajah baru

dan berpenampilan mirip seperti jurnalis dan

peneliti. Mereka mulai tidak memperbolehkan untuk berfoto ataupun mendokumentasikan apapun terkait dengan aktivitas di Gunung Kemukus. Ketika ada yang melanggar atau berani mengambil gambar, maka masyarakat akan mencari orang tersebut dan meminta untuk menghapus gambar yang ada di perangkatnya.39 Kejadian tersebut terjadi disebabkan masyarakat menjadi trauma dengan pewarta berita dan media yang akan menyebabkan mereka menjadi tambah terpuruk, dan Gunung Kemukus gagal dimunculkan kembali pesonanya akibat konflik internal di antara pengelola dan masyarakat.

39 Kejadian ini terjadi pada diri penulis ketika mengambir gambar kerumunan orang di kawasan makam Pangeran Samudro. Saat itu blitz kamera lupa untuk dimatikan, sehingga memancing reaksi keras dari warga masyarakat, dan peziarah lain. Namun, karena pertolongan dari petugas keamanan dari dinas pariwisata, perangkat dan keamanan diri sendiri dapat diamankan. Kejadian itu terjadi pada bulan Maret 2015, pada pukul 20.30 WIB di pelataran sekitar makam Pangeran Samudro.

b. Ketidakpercayaan Masyarakat dengan Program Pemerintah

Bergulirnya isu penutupan dari pemerintah dan diperkeruh dengan isu pemerintah yang memberi ijin masuknya jurnalis asing ke kawasan Gunung Kemukus, menjadikan masyarakat mulai antipati dengan pemerintah. Masyarakat menilai bahwa pemerintah terkait kurang berpihak terhadap kepentingan masyarakat, sehingga berita yang dipublikasikan oleh Patrick Abboud tidak dibalas dengan pemberitaan positif, malahan direspon dengan tindakan sweeping dan penutupan Gunung Kemukus.40 Menurut masyarakat, respon pemerintah tidak tepat terkait dengan pemberitaan negatif dari luar tersebut. Menurut mereka, pemerinta seharusnya mewartakan hal positip untuk melawan pemberitaan negatif dari luar, bukan malahan melakukan sweeping

dan menutup lokasi Gunung Kemukus.41

Dampak dari kekecewaan masyarakat dengan pemerintah, program yang digulirkan oleh pemerintah untuk menarik perhatian pengunjung Gunung Kemukus menjadi tersendat dan kurang direspon warga dengan baik. Program pemberdayaan masyarakat, penambahan fasilitas dan juga story

telling yang dibuat oleh pemerintah ditentang sendiri

oleh warganya. Ketidak solidan antara pemerintah dan masyarakat dalam memulihkan kondisi Gunung

40 Pendapat ini bergulir di masyarakat di desa Pendem merespon penutupan Gunung Kemukus. Pendapat ini dikumpulkan dari warga masyarakat di bulan Desember 2014 sampai April 2015, setelah bulan April 2015, pemerintah mulai mengadakan pertemuan-pertemuan untuk melakukan konsolidasi dengan warga masyarakat sekitar.

41 Pendapat ini bergulir di masyarakat di desa Pendem merespon penutupan Gunung Kemukus. Pendapat ini dikumpulkan dari warga masyarakat di bulan Desember 2014 sampai April 2015, setelah bulan April 2015, pemerintah mulai mengadakan pertemuan-pertemuan untuk melakukan korrdinasi dan konsolidasi dengan warga masyarakat sekitar.

Kemukus untuk menarik pengunjung terkendala ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hasilnya jumlah pengunjung Gunung Kemukus belum memperlihatkan kenaikan secara signifikan.

c. Sikap Masyarakat yang Mudah Curiga terhadap

Pendatang (Wajah Baru)

Konflik internal di antara pengelola Gunung Kemukus, disebabkan karena pemasukan di antara mereka menurun drastis. Kesulitan ekonomi ini memperuncing masalah dengan mencari kambing hitam di antara mereka dan orang yang ada di sekitarnya. Muncullah rasa tidak percaya, kecewa dan saling curiga, yang kemudian berkembang membuat penyambutan kepada pengunjung menjadi kurang baik. Hal ini menjadikan para peziarah merasa kurang nyaman untuk berlama-lama berada di kawasan Gunung Kemukus. Ini terlihat dari hilir mudiknya angkutan plat hitam yang sampai tengah malam masih beroperasi di depan pintu masuk wisata Gunung Kemukus, untuk mengantarkan para peziarah meninggalkan kawasan Gunung Kemukus.42

Pemandangan ini tidak seperti biasanya, sebelum konflik pengunjung betah berlama-lama di Gunung Kemukus, untuk bersantai dan menikmati suasana di lokasi tersebut. Rata-rata pengunjung ada di kawasan Gunung Kemukus selama tiga sampai satu minggu sebelum konflik terjadi. Berlama-lamanya para pengunjung berada di wilayah Gunung Kemukus memberikan keuntungan tersendiri bagi warga. Mulai

42 Hasil observasi peneliti pada bulan Desember 2014 – April 2015 menunjukkan bahwa Peziarah datang untuk berziarah, kemudian pulang kembali ke Solo dan Sekitarnya menggunakan angkutan plat hitam. Sangat jarang dari mereka yang menginap, maupun bersantai berlama-lama di warung sekitar seperti sebelumnya. Berdasarkan pernyataan beberapa peziarah, mereka kurang nyaman dengan masyarakat, karena menganggap warga kurang ramah lagi dengan peziarah.

dari penginapan, warung makan sampai dengan nelayan setempat yang kadang mendapat pesanan ikan, baik untuk dibawa pulang, maupun di nikmati di tempat penginapannya. Keuntungan dari warga inilah yang seolah sirna sejak akhir tahun 2014.

Sejak konflik terjadi, warga mulai sedikit frustasi sehingga menjaga jarak dengan para pengunjung, dan segan apabila bertemu dengan orang asing. Sikap ini dikarenakan asumsi yang beredar di kalangan warga, bahwa orang asinglah yang menyudutkan posisi Gunung Kemukus dan membangun stigma negatif tentang ritualnya, sehingga peziarah enggan datang berziarah ke Pangeran Samudro. Asumsi ini menimbulkan sikap kurang ramah terhadap orang asing dan pendatang yang tidak familiar dengan mereka. Warga cenderung tertutup dengan pendatang baru dan akan terlihat cair dalam berkomunikasi dengan pengunjung yang telah dikenal sebelumnya. Inilah yang menyebabkan pengunjung yang baru pertama kali datang, merasa tidak diterima dan enggan berlama-lama di sana.

d. Pendapatan Masyarakat Menurun

Pengunjung yang merosot tajam, secara otomatis berimbas kepada menurunnya pendapatan masyarakat di sekitar Gunung Kemukus. Pendapatan yang menurun membuat masyarakat menjadi resah, sehingga menyalahkan pihak-pihak yang dirasa menjadi penyebab terjadinya masalah tersebut. Menurut penuturan petugas loket yang biasa menjual karcis masuk ke kawasan Gunung Kemukus, setelah konflik terjadi di bulan November 2014, bulan berikutnya karcis yang terjual hanya sebanyak 300 lembar. Padahal sebelum terjadi konflik penutupan

dari pemerintah, karcis yang terjual minimal 3000an lembar.43

Penurunan jumlah pengunjung sedemikian drastis membuat para pedagang yang notabene masyarakat di sekitar Gunung Kemukus menjadi resah. Dagangan yang sudah disiapkan menjadi mubazir, karena tidak adanya pembeli. Salah seorang pedagang bunga menuturkan, setelah kasus penutupan Gunung Kemukus dari pemerintah, dagangan mereka hanya laku lima sampai sepuluh bungkus saja, padahal biasanya bisa sampai ratusan bungkus. Niatnya mau mencari untung, malah modal saja tidak kembali.44 Beberapa pemilik warung makan, turut resah dan mengungkapkan bahwa masakan yang sudah dimasaknya, banyak yang dibuang. Biasanya menyiapkan untuk 100 porsi, namun yang terjual hanya 10an porsi. Akhirnya mereka enggan memasak, dan hanya menyiapkan mie instan dan telor, supaya tidak rugi kalau tidak laku.45 Pendapatan yang menurun drastis inilah yang menyebabkan gejolak di dalam masyarakat pasca konflik penutupan Gunung Kemukus oleh pemerintah.

4. Perubahan Pasca Konflik

a. Respon Pemerintah

Pasca konflik penutupan Gunung Kemukus, pemerintah mencoba berbagai upaya untuk menarik minat kembali pengunjung berziarah di makam Pangeran Samudro. Dinas Pariwisata Kabupaten

43 Wawancara dengan petugas loket SPD, di Pintu Masuk Kawasan Gunung Kemukus, 21 Maret 2014, jam 21.20 WIB.

44 Wawancara dengan penjual bunga Ibu Pty, di Pintu Masuk Kawasan Gunung Kemukus, 21 Maret 2014, jam 22.10 WIB.

45 Wawancara dengan pemilik warung makan, di pelataran makam Pangeran Samudro, 21 Maret 2014, jam 23.05 WIB.

Sragen mencoba mengembalikan pesona ritual di Gunung Kemukus dengan beragam upaya, mengingat

pihak pemerintahlah yang merasa dikambing hitamkan , sehingga beragam upaya mulai dikerjakan

oleh pemerintah. Adapun beberapa respon pemerintah yaitu :

1) Pemberdayaan Masyarakat

Pemerintah yang merasa dimusuhi oleh masyarakat di kawasan Gunung Kemukus, berupaya merangkul masyarakat kembali untuk memajukan pariwisata perziarahan Makam Pangeran Samudro. Beberapa upaya yang dilakukan dengan cara melakukan konsolidasi dengan sesepuh desa, juru kunci dan tokoh masyarakat untuk meredam konflik di masyarakat kawasan Gunung Kemukus. Upaya lain yang dilakukan dengan cara menyelenggarakan pengajian umum, untuk mengajak masyakat meminta berkah dari Tuhan, dan memohon supaya memulihkan pengunjung seperti sedia kala.

Upaya spiritual yang dilakukan pemerintah, harapannya mengembalikan dan mengedepankan rasa religiusitasnya dalam mengatasi konflik. Usaha yang lain dilakukan dengan mengandeng dinas terkait dengan memanfaatkan dana desa untuk memberikan pelatihan dan modal usaha untuk masyarakat di kawasan Gunung Kemukus. Dengan pelatihan dan modal yang ada, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kembali pendapatannya, terkait sepinya pengunjung di Gunung Kemukus.

2) Sakralisasi Makam

Upaya pemerintah yang lain adalah dengan mengembalikan fungsi makam sebagai tempat berziarah dan bukan sebagai tempat berjualan ataupun sebagai tempat mangkal para PSK. Sakralisasi makam dilakukan dengan sosialisasi dengan warga, pedagang dan para PSK

yang nekat mangkal di kawasan Gunung Kemukus. Sosialisasi juga dilakukan melalui pengeras suara yang ada di pendopo makam Pangeran Samudro. Langkah selanjutnya makam disterilkan bekerjasama dengan Pamswakarsa yang berasal dari keamanan yang dibentuk dari warga sekitar. Sterilisasi makam dilakukan dengan cara melarang para pedagang untuk menjajakan dagangannya di sekitar makam.

Upaya yang lain dalam rangka sakralisasi makam adalah membangun tembok di sekitar makam, supaya yang masuk di kawasan makam adalah peziarah yang mempunyai karcis masuk. Pedagang, PSK ataupun orang tidak mempunyai karcis masuk dilarang untuk masuk di kawasan Gunung Kemukus. Hal yang lain adalah membangun cerita mistis melalui Juru Kunci dan sesepuh desa untuk menyakralkan kembali makam Pangeran Samudro. Juru Kunci mulai menebarkan cerita bahwa tidak boleh bicara sembarangan di kawasan makam Pangeran

Samudro, karena dapat kualat kalau Kanjeng

Pangeran tidak berkenan. Cerita-cerita tersebut mulai ditebarkan di kalangan pengunjung untuk membangun kembali kesakralan dan kewingitan

3) Peraturan Masuk Area Makam

Peraturan masuk area makam kembali diperketat oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen sebagai pengelola lokasi makam. Peraturan terkait dengan karcis masuk ditegakkan sangat ketat, sehingga orang yang tidak mempunyai karcis tidak boleh masuk di kawasan makam. Peraturan lainnya yang mulai diperketat adalah pemakaian pakaian sopan, bahkan nyaris tertutup. Pihak pengamanan sesekali berkeliling untuk melakukan sweeping di kawasan makam, untuk menegur pengunjung yang berpakaian tidak sopan. Peraturan terkait pakaian ini diterapkan guna mencegah PSK menjajakan diri kembali di lokasi makam.

4) Modernisasi Infrastruktur

Fasilitas yang ada di Gunung Kemukus sebagai penunjang ziarah dan ritual ngalab

berkah masih tergolong sangat minim dan

tradisional. Pasca konflik, pemerintah berupaya membangun infrastruktur dan fasilitas yang sedikit lebih maju. Hal pertama yang dilakukan adalah membangun jembatan sebagai penghubung desa Barong dengan kawasan Gunung Kemukus, di mana sebelumnya pengunjung harus melintasi sungai aliran waduk Kedungombo dengan menggunakan perahu. Akses jembatan ini dibangun dengan tujuan mempermudah akses pengunjung sampai di lokasi Gunung Kemukus.

Gerbang dan loket karcis juga dibangun menjadi lebih menarik, agar mempercantik wajah lokasi wisata Gunung Kemukus. Di samping itu, fasilitas penerangan juga ditambah di lokasi

makam, dan sendang sebagai upaya memberi keamanan dan kenyamanan bagi para pengunjung yang hendak melaksanakan ritual

ngalab berkah. Fasilitas lain yang mulai dirapikan yaitu berkaitan dengan lokasi warung makan yang ada di pelataran makam Pangeran Samudro. Lokasi yang sebelumnya hanya berlantai tanah dan beratap ala kadarnya, sudah dirapikan pemerintah dengan memberikan bantuan terpal dan pengecoran lantai. Dengan demikian, lokasi warung makan sedikit lebih bersih dan rapi, juga dilengkapi dengan penerangan yang cukup, sehingga memberikan kenyamanan kepada para pengunjung.

5) Mengkontruksi cerita mitos tentang Gunung Kemukus

Dalam upaya sakralisasi, cerita-cerita mitos mulai dikontruksi kembali dan diadaptasi guna menepis isu miring Gunung Kemukus. Pemerintah mengajak Juru Kunci untuk mengisahkan kembali kehebatan dan kesaktian Pangeran Samudro, petuahnya dengan tidak menyertakan hubungan seks di dalamnya. Cerita mistis dan keberhasilan melakukan ritual ngalab

berkah mulai digulirkan untuk membangun

kembali pesona dan kehebatan ritual di Gunung Kemukus.

Masyarakat di kawasan Gunung Kemukus juga diajak kerjasama oleh Pemerintah untuk membangun kembali kewingitan lokasi Gunung Kemukus. Dalam beberapa kesempatan, akan sering didengar larangan-larangan yang dikontruksi untuk mengembalikan mitos tentang Pangeran Samudro. Masyarakat sekitar diajak

Dokumen terkait