• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB III"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

67

GUNUNG KEMUKUS

A. Geografi

1. Lokasi

Gunung Kemukus mempunyai luas wilayah 421,3995 ha. Luas wilayah tersebut sebagian besar terdiri dari persawahan dan pemukiman penduduk. Obyek wisata religi Gunung Kemukus secara geografis terletak di Desa Pendem, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen. Secara administratif Desa Pendem sendiri mempunyai dua dusun, yaitu dusun Kedunguter dan dusun Gunung Sari. Di kedua dusun tersebut terletak Sendang Ontrowulan dan Makam Pangeran Samudro. Secara geografis, Gunung Kemukus

tidaklah pas apabila disebut sebagai gunung , mengingat

ketinggiannya hanya 300 Mdpl, lebih tepat apabila disebut sebagai bukit yang di atas perbukitan tersebut terletak makam Pangeran Samudro, Dewi Ontrowulan dan para ajudannya.1

Makam Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan dijadikan sebagai ritus ritual para peziarah untuk mencari berkah di Gunung Kemukus. Di makam tersebut dibangunlah sebuah pendopo yang terdiri dari empat ruangan. Ruang terdepan adalah pelataran dimana dipakai oleh para peziarah untuk duduk-duduk sebelum maupun sesudah ritual di makam. Ruang yang kedua adalah tempat

menunggu antrian untuk dapat berziarah di makam.

Ruang Ketiga merupakan ruangan kecil dimana lokasi makam Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan. Di

(2)

depan ruangan tersebut dijaga oleh seorang juru kunci. Untuk masuk ke ruangan tersebut wajib melapor kepada juru kunci dengan membawa sesajen berupa uang di dalam amplop, dan bunga, setelah itu baru dapat masuk ke ruangan makam Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan. Ruang keempat merupakan sebuah ruangan yang besar dan luas, berada di samping ruang pelataran. Di dalam ruangan ini para peziarah yang menginap, namun tidak mempunyai cukup uang untuk menyewa kamar. Menjelang tengah malam, di ruangan ini tampak banyak peziarah yang mulai memasang perangkat tidurnya untuk dapat merebahkan diri dan menunggu pagi menjelang.

Pada sisi yang lain, lokasi Gunung Kemukus dikelilingi oleh rumah-rumah warga yang ditempati oleh warga, maupun sudah berpindah tangan ke orang luar daerah untuk membuka warung dan tempat penginapan. Tempat penginapan yang ada di sekitar makam Pangeran Samudro dijadikan sebagai tempat ritual seks yang marak menjadi perbincangan di khalayak umum. Di sisi lain, di halaman menuju ke makam, pada hari pasaran yaitu malam Jumat Pon dan malam Jumat Kliwon akan berubah menjadi pasar tiban. Di dalamnya banyak pedagang yang menjajakan barang dan jasa, mulai dari obat-obatan sampai dengan barang kebutuhan rumah tangga, dari tukang urut badan sampai tukang urut kelamin.

(3)

tidak beroperasi lagi di lokasi Gunung Kemukus. Tempat yang semula menjadi rumah karaoke sebagian beralih fungsi menjadi warung kopi dan ada beberapa yang tutup. Warung kopi tersebut dijadikan tempat nongkrong oleh para peziarah sembari menunggu teman, maupun menunggu waktu untuk pulang ke tempat asalnya.

Keterangan:

1. tempat dadakan slametan 2. tempat pameran Dinas Pariwisata 3. meja

4. meja 5. makam kerabat 6. makam kerabat 7. makam kerabat

8. jalan keluar ke arah penginapan 9. tangga

10. makam Nyai Toyib 11. makam Kiai Haji Toyib 12. makam Kiai Mustahil 13. makam tidak dikenal

14. tempat kemenyan 15. tempat kemenyan 16. tangga

17. kelambu

18. makam tidak dikenal 19. batu makam 20. payung 21. jam dinding 22. teras

23. tempat penjaga sepatu 24. teras depan

25. tangga

2. Batasan Wilayah

Secara administratif batas-batas desa Pendem di mana lokasi Obyek Wisata Gunung Kemukus adalah: Sebelah utara : Desa Ngandul, Kecamatan Sumber

(4)

Sebelah Selatan : Desa Soko, Kecamatan Miri

Sebelah timur : Desa Ngadiluwih, Kecamatan Sumber Lawang

Sebelah barat : Desa Bagor, Kecamatan Miri

Apabila masuk melalui desa Bagor, Gunung Kemukus akan berbatas dengan aliran waduk kedungombo, dimana pada musim hujan akan melimpah airnya dan pada musim kemarau akan surut, kemudian akan dimanfaatkan warga untuk berladang.

3. Aksesbilitas Lokasi

Untuk dapat mencapai lokasi Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus, para peziarah dari luar kota biasanya sering melalui Solo. Para peziarah yang memanfaatkan angkutan umum, dari terminal Solo dapat memakai angkutan umum ke arah Purwodadi dan turun di desa Bagor, untuk kemudian melanjutkan dengan ojek sampai di lokasi. Sebaliknya dari arah Purwodadi, dapat menumpang bis ke arah Solo dan juga turun di desa Bagor, untuk kemudian dapat melanjutkan ke lokasi dengan Ojek. Bagi peziarah yang memakai kendaraan pribadi dapat sampai di lokasi dengan cepat sejak dibangunnya jembatan penghubung antara desa Bagor dengan desa Pendem. Jembatan yang baru dioperasikan sejak bulan April 2017, sangat membantu peziarah yang memakai kendaraan pribadi. Jembatan tersebut merupakan pembaharuan dari jembatan yang telah ada, namun karena dibangun sangat rendah sehingga apabila musim hujan tidak dapat dipakai karena terendam air luapan dari Waduk Kedungombo.

(5)

maupun mobil peziarah yang dengan sengaja disewakan untuk dapat membantu para peziarah pulang dari kunjungannya ke Gunung Kemukus. Apabila dibandingkan dengan angkutan umum, tarif yang dikenakan sedikit lebih mahal dari angkutan umum. Jikalau di angkutan umum membayar sepuluh ribu rupiah dari Solo ke desa Barong, maka untuk angkutan pribadi dikenakan tarif lima belas sampai lima belas ribu rupiah, bergantung dengan transaksi tawar menawar antara peziarah dengan sang empunya mobil. Namun, keberadaan mobil angkutan pribadi ini mempermudah akses dari Gunung Kemukus menuju ke Solo, mengingat setelah jam tujuh malam, angkutan umum menuju ke Solo sudah tidak tersedia lagi.

B. Demografi

1. Penduduk (Jumlah)

Berdasarkan data dari pemerintah desa Pendem, jumlah penduduk Desa sebanyak 4247 jiwa, terdiri dari 2095 laki-laki dan 2152 perempuan. Penduduk yang berusia antara 0-9 tahun berjumlah 1051 jiwa, antara 10-24 tahun berjumlah 1148 jiwa, dan antara 25-39 tahun berjumlah 810 jiwa.2 Berdasarkan usia, penduduk Desa Pendem yang berusia antara 0-9 tahun berjumlah 1051 jiwa, 10-19 tahun berjumlah 812 orang, dan sebanyak 606 orang berusia antara 20-29 orang. Adapun usia 30-39 tahun berjumlah 540 orang, usia antara 40-49 tahun sebanyak 481 orang. Penduduk Desa Pendem berusia 50 tahun ke atas berjumlah 882 orang, yang terdiri dari 375 orang usia antara 50-59 tahun, 292 orang berusia antara 60-69 tahun, dan sisanya sebanyak 214 orang berusia 70 tahun ke atas. Penduduk wanita yang berusia 75 tahun ke

(6)

atas tidak ada, tetapi penduduk pria yang berusia 75 tahun ke atas terdapat 38 orang.3

Banyak pendatang yang tidak berKTP desa Pendem tidak termasuk dalam jumlah tersebut. Pendatang yang terbesar ada di dua dusun yang berdekatan dengan Obyek Wisata Gunung Kemukus. Persebaran terbesar para pendatang ada di wilayah dusun Gunungsari, di mana dusun tersebut bertepatan dengan letak Makam Pangeran Samudro.

2. Struktur Sosial

Dari sisi pemerintahan, struktur sosial di Desa Pendem dipimpin oleh Kepala Desa. Adapun gambar struktur pemerintahan Desa Pendem adalah sebagai berikut :

Kepala Desa yang bertanggung jawab terhadap roda pemerintahan yang ada di Desa Pendem. Terkait dengan keberadaan Obyek Wisata Gunung Kemukus, dua kepala dusun dari dusun Kedunguter dan dusun Gunungsari berkoordinasi dengan pengelola dari dinas Pariwisata

(7)

bertanggungjawab terhadap berlangsungnya wisata ziarah tersebut.

3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Pendem terdiri dari buruh tani sebanyak 614 orang, sebagai petani sebanyak 414 orang, dan yang bekerja di bidang pengangkutan berjumlah 162 orang. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan yaitu sebagai nelayan di waduk Kedung Ombo sebanyak 115 orang. Sebanyak 69 orang bermata pencaharian sebagai buruh bangunan, sedangkan 43 orang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, dan 35 orang bekerja sebagai pedagang. Sebanyak 27 orang bekerja sebagai buruh industri dan 21 orang sebagai pensiunan. Penduduk Desa Pendem ada yang bekerja sebagai pengusaha sebanyak 2 orang dan TNI/Polri sebanyak 2 orang. Sisanya sebanyak 1.680 tidak mempunyai pekerjaan tetap, hanya diikatan bekerja lain-lain.4 Masyarakat desa Pendem khususnya mendapatkan pekerjaan sampingan ketika hari pasaran (Jumat Pon, Jumat Kliwon, dan Malam Satu Suro) dengan berdagang, tukang ojek dan penginapan bagi para peziarah yang berkunjung di Obyek Wisata Gunung Kemukus. Tambahan penghasilan dari para peziarah banyak membantu menyejahterakan masyarakat desa Pendem.

4. Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk menurut pendidikan terdiri dari tamatan akademi atau Pendidikan Tinggi sebanyak 15 orang, tamat SMU sebanyak 90 orang, tamat SLTP sebanyak 290 orang, dan tamat SD sebanyak 748 orang. Sebanyak 741 orang tidak tamat SD dan 730 orang belum

(8)

tamat SD. Sisanya sebanyak 999 orang tidak mengenal bangku sekolah. Sebagai sarana pendidikan di Desa Pendem terdapat tiga TK dengan 3 orang guru dan 80 murid. Jumlah SD 3 buah dengan jumlah guru 22 orang dan jumlah murid 588 orang. Sarana pendidikan yang berupa madrasah ada 1 buah dengan guru 6 orang dan jumlah murid 92 orang.5

5. Prosentase Agama

Data pemerintah desa menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa Pendem beragama Islam. Penduduk yang beragama Islam yaitu 4.226, yang beragama Budha sebanyak 20 orang. Penduduk yang beragama Katolik sebanyak 2 orang, dan 1 orang beragama Hindu. Sarana sebagai ibadah terdapat 5 buah masjid dan 28 buah surau.6 Di area Obyek Wisata Gunung Kemukus sendiri terdapat dua buah surau, satu di lokasi Sendang dan satu lagi di lokasi Makam Pangeran Samudro.

C. Psikografi

1. Adat dan Tradisi

Secara umum, masyarakat yang tinggal dan peziarah yang berdatangan berasal dari suku Jawa. Dari konteks sosial masyarakat yang menetap di lokasi Gunung Kemukus mempunyai adat dan tradisi sangat njawani. Ini sangat terlihat dari penetapan ritual yang memakai kalender jawa. Penanggalan jawa menjadi salah satu penunjuk waktu yang sangat penting dalam melakukan beragam aktivitas penduduknya. Masyarakat di sekitaran Gunung Kemukus sangat percaya dengan adat dan tradisinya. Secara umum, masyarakat di sana tidak akan

(9)

berbelanja ketika penanggalan jawa menunjuk pada hari

Wage. Mereka mempercayai ketika hari itu membeli barang, maka barang tersebut akan cepat rusak dan tidak bertahan lama.7 Masyarakat di sekitaran Gunung Kemukus masih rigid menjaga tradisi penanggalan Jawa dengan beragam artinya.

Hal lain yang menarik adalah terpeliharanya adat Jawa melalui tradisi liminalitas manusia. Masyarakat di sekitaran Gunung Kemukus masih melestarikan tradisi

mitoni (Slametan di usia kandungan tujuh bulan) sampai dengan tradisi Nyewu (slametan pada hari keseribu dari seseorang yang meninggal). Tradisi Jawa dalam rangka meresponi liminalitas kehidupan manusia sejak dari dalam kandungan, sampai masuk ke kandungan bumi diperingatinya, sambil meminta berkah dan keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Tradisi ini masih terus terpelihara dengan baik sampai sekarang.

2. Karakteristik Masyarakat

Masyarakat di lokasi Gunung Kemukus mempunyai karakteristik seperti masyarakat Jawa pada umumnya. Karakteristik yang akan dijumpai oleh para peziarah yang berkunjung ke Gunung Kemukus antara lain.

a. Welcome dengan orang asing

Karakterikstik masyarakat di Gunung Kemukus yang dapat dijumpai adalah sangat terbuka dan menerima dengan senang hati orang asing atau orang dari luar daerahnya. Masyarakat akan sangat terbuka dan menyambut dengan senang hati setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya. Mereka akan memberikan

yang terbaik dari apa yang ia punya, sebagai bentuk

penghormatan kepada tamunya. Karakter ini yang dikemudian hari menjadi pemicu tindakan negatif,

(10)

dengan menyuguhkan tubuhnya untuk dapat dipakai oleh para peziarah.

b. Andhap Asor

Ciri ini sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya. Strata yang dipunyai oleh bahasa Jawa memberikan habitualisasi menghormati orang yang lebih tua, maupun tamu yang berkunjung ke rumahnya. Karakter ini juga akan dijumpai ketika masuk di kawasan Gunung Kemukus. Masyarakat di sekitaran Gunung Kemukus akan mempunyai karakter ngajeni8 dengan orang lain,

apalagi dengan orang yang usianya lebih tua.

c. Nrimo ing pandum

Karakteristik ini juga merupakan dasariah dari masyarakat jawa umumnya. Ketika masuk di wilayah Gunung Kemukus, akan dijumpai masyarakat yang mempunyai karakteristik seperti ini. Karakter ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Mereka sangat menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengan kehendak sang pengatur hidup, sehingga tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib. Masyarakat di Gunung Kemukus memahami betul kondisi tersebut, sehingga mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya. Jadi dalam kepercayaannya, mereka di tempatkan di Gunung Kemukus dengan segala situasi dan kondisinya merupakan sebuah suratan takdir dari Sang Pengatur hidup.

(11)

d. Urip ora ngoyo

Karakter ini membuat masyarakat di Gunung Kemukus sangat menikmati hidupnya. Mereka tidak terlalu berambisi untuk menjadikan dirinya kaya atau sukses. Dalam benaknya, hidup itu sudah ada koridornya tersendiri, jadi jangan terlalu dibuat

ngoyo, dinikmati apa yang ada dan pasti besok akan ada sesuatu yang berbeda juga untuk melanjutkan kehidupan. Konsep berpikirnya, dalam hidup sudah ada yang mengatur, jika mengingini lebih dengan

ngoyo, maka akan ada sesuatu yang buruk menimpa hidupnya. Karakter ini sangat kental di masyarakat Gunung Kemukus, dan terlihat jelas dari waktu ke waktu usaha serta kehidupannya berjalan apa adanya, bahkan terlihat tidak ada peningkatan.

e. Gotong Royong

Karakter ini sangat jelas terlihat ketika ada salah satu warga kesusahan, maka dengan cepat akan saling membantu. Baik kesusahan karena sakit penyakit, maupun kesusahan karena membangun rumah, maupun hal lainnya. Jadi tidak heran, ketika ada pendatang yang bermasalah dengan salah satu

warganya, mereka akan dengan cepat campur

tangan untuk membela warganya.

Beberapa karakteristik ini sangat kental apabila pendatang masuk di kawasan obyek wisata religi Gunung Kemukus. Karakteristik masyarakat ini juga yang membuat para peziarah nyaman untuk tinggal berlama– lama di Gunung Kemukus.9 Tidak heran apabila dijumpai beberapa peziarah menginap sampai satu minggu di sana.

(12)

3. Kepercayaan

Kepercayaan yang ada di masyarakat Gunung Kemukus merupakan sebuah konsep kearifan lokalnya. Kearifan lokal yang ada di masyarakat, lambat laun

memaksa dan mengkondisikan peziarah untuk dapat

menyesuaikan dengan mereka. Kearifan lokal yang ada dan dihidupi oleh masyarakat Gunung Kemukus pada dasarnya berasal dari budaya Jawa. Adapun kearifan lokal yang ada pada masyarakat di lokasi Gunung Kemukus adalah :

a. Perilaku tepo slira lan biso rumangsa

Dalam nilai ini, konsep yang dikembangkan adalah bagaimana dapat mempercantik dunia yang cantik, dengan perilaku diri sendiri. Menurut Pranoto,10 dalam nilai luhur yang dikembangkan oleh budaya Jawa, terdapat tiga hubungan sekaligus yang harus dilakukan secara bersamaan oleh masing-masing manusia. Ketiga hal itu adalah :

- Gegayutan ing manungsa karo manungsa . Dalam

hal ini sewajarnya terdapat hubungan yang harmonis antar manusia dalam masyarakat majemuk. Ditanamkan rasa tenggang rasa yang tinggi, menghormati perbedaan, dan mencari kesamaan dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan, serta tidak memaksakan kehendak satu dengan yang lain.

- Gegayuting manungsa karo alam, nilai luhur yang

tertanam dalam diri orang jawa adalah memberi kesejahteraan pada manusia melalui alam semesta. Nilai ini menyadari bahwa alam merupakan ciptaan Tuhan. Dengan berdamai dan

(13)

merawat alam, maka Tuhan akan memperhatikan kehidupan manusia melalui alam pula.

- Gegayuting manungsa karo Gusti Kang Murbeng

Dumadi, nilai ini mengajarkan tentang perilaku manusia yang seharusnya mengkuti setiap aturan yang ditetapkan oleh Tuhan. Kehidupan manusia akan sehat sentosa ketika mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Tuhan.

Perilaku tepa slira lan bisa rumangsa merupakan sebuah nilai yang bersifat sangat humanis. Tepa slira yang mempunyai pengertian mampu mengukur diri sendiri, sehingga mau menghormati orang lain. Bisa rumangsa merupakan sebuah ungkapan yang berarti mampu merasakan hal-hal yang dirasakan oleh pihak lain. Penerapan nilai ini merupakan sebuah tugas bagi manusia untuk mengolah diri sendiri, sebelum berinteraksi dengan orang lain. Ketika orang lain tersakiti (batin), maka diri sendiri belum pandai melakukan laku tepa slira lan bisa rumangsa. Manakala perilaku ini pudar di tengah masyarakat, maka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat semakin keruh. Ini dikarenakan kepentingan diri sendiri lebih ditonjolkan dari pada kepentingan publik. Oleh sebab itu, dalam nilai ini barometer dalam kehidupan bersama bukanlah kepuasan diri sendiri, melainkan kenyamanan pihak lain.

b. Perilaku karyenak tyasing sesama

(14)

orang lain selalu diutamakan dan mengerjakannya dengan sepenuh hati. Dalam artian berusaha untuk tidak menyakitkan orang lain, tanpa pamrih, dan senang mendukung orang lain. Untuk dapat melakukannya, nilai ini acapkali disandingkan dengan kehidupan spiritual dari seseorang. Apabila kehidupan spiritualnya baik, maka kehidupan dengan orang lain akan baik pula. Oleh sebab itu, perlu didasari dengan kehidupan ritual yang baik dengan Tuhan. Orang yang percaya dan selalu menjunjung tinggi terhadap Tuhan, dengan sendirinya akan mempunyai hubungan yang harmonis dengan sesamanya. Karena yang dikedepankan adalah nilai kebersamaan dengan sesama, demi terciptanya kesejahteraan umat.

c. Perilaku sepi ing pamrih

Pamrih diterjemahkan dalam dunia pikir orang Jawa sebagai nafsu, yang sebagian besar berbentuk kepuasan individu atau golongan. Nafsu inilah yang hendak dikikis dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan dapat hidup berdampingan dengan yang lain. Sepi ing pamrih merupakan sebuah tindakan yang bekerja untuk diri dan orang lain tanpa mengharapkan imbalan, dengan sebuah tujuan untuk kesejahteraan bersama. Di dalamnya memuat tekad kerelaan untuk tidak lagi mengejar kepentingan-kepentingan sendiri tanpa perhatian terhadap masyarakat. Apabila nafsu untuk memuaskan kepentinan diri telah dapat dikelola dengan baik, kehidupan bersama pasti akan menjadi lebih baik lagi.

d. Perilaku eling lan waspada

(15)

masing-masing tempat mempunyai kekhasan dan kekhususannya sendiri. Bukan apa yang dianggap baik, berguna, ataupun sebagai tuntutan suara hati oleh masing-masing orang itulah yang menentukan, tetapi yang dituntut daripadanya di tempatnya di mana ia berada. Jadi etika yang ditonjolkan dalam hal ini bersifat relatif terhadap tempat. Relativitas terhadap tempat memunculkan kesadaran diri, agar selalu bertindak hati-hati, penuh perhitungan dan mengingat kesejahteraan bersama. Nilai ini mengingatkan bahwa setiap hal yang dilakukan oleh seseorang sewajarnya perlu dipertimbangkan dengan seksama, agar jangan merugikan, menyinggung dan menyakiti pihak lain. Dalam kehidupan bersama, hal ini perlu dilestarikan dan ditumbuh kembangkan agar selalu mawas diri dan berhati-hati dalam bersikap di manapun berada.

Keempat nilai dasar inilah yang menjadi kepercayaan di masyarakat dan yang ditemui di Gunung Kemukus. Prinsip ini dipegang teguh oleh masyarakat yang kemudian dari waktu ke waktu ditularkan kepada setiap peziarah.

4. Bahasa dan Simbol

Gunung Kemukus mempunyai latar belakang masyarakat jawa, dalam kesehariannya bahasa dan simbol yang digunakan banyak mengadopsi budaya jawa. Dari segi kebahasaan, masyarakat di sekitaran Gunung Kemukus memakai bahasa Jawa sebagai alat komunikasinya. Bahasa jawa yang dipakaipun sesuai dengan tata aturan (pitutur) Jawa tradisional. Bahasa bertingkat mulai dari ngoko sampai kromo inggil

(16)

Dari sisi dialek, masyarakat di sekitar Gunung Kemukus mempunyai dialek khas seperti warga di sekitaran keraton Surakarta. Dari kekhasan dialek tersebut, akan dapat dengan mudah mengenali warga desa di sekitar Gunung Kemukus, dengan pendatang di desa tersebut. Dialek Jawa tradisional masih kental dan lekat dalam cara mereka berkomunikasi. Dari sudut pandang kekinian, dialek tersebut biasa dikenal orang dengan sebutan dialek medok dengan penyebutan dan bahasa yang dipakainya.

Berkenaan dengan budaya simbol yang berkembang di dalam masyarakat, secara umum mempunyai kesamaan dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Dimulai simbolisasi dari persiapan masa liminalitas kehidupan, sampai dengan penghargaan terhadap roh leluhur. Simbolisasi tersebut merupakan sebuah visualisasi dari apa yang dipercayainya. Sejak dari dalam kandungan, masyarakat di Gunung Kemukus percaya dengan adanya kekuatan di luar dirinya, sehingga mereka memakai peniti untuk menangkal kekuatan jahat yang dapat merasuki janinnya. Simbol peniti dipakai sebagai sarana untuk menangkal roh jahat yang dipercaya akan membawa bencana bagi janinnya.

Budaya simbol yang dikembangkan berdasarkan kearifan dan kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk menghormati dan menghargai Tuhan dipakailah simbolisasi kenduren sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan dan kepada sesama. Di dalam ritual tersebut ada slametan sebagai bentuk penghargaan kepada Tuhan atas berkahnya kepada masyarakat setempat. Biasanya di dalam slametan terdapat tumpeng

(17)

mempengaruhi dalam aktivitas ziarah di Gunung Kemukus.

Simbol lainnya yang berkembang di masyarakat Gunung Kemukus adalah sakralisasi kultus sendang dan makam. Ada dua sendang yang dikultuskan dan dipakai sebagai syarat untuk menjalankan ritualnya di Gunung Kemukus. Air yang bersumber dari sendang dinilai memiliki tuah untuk dapat membawa berkah bagi para peziarah yang mandi, cuci muka, minum, maupun membawa pulang ke rumahnya. Di sisi lain, beberapa makam yang ada di lokasi Gunung Kemukus dijadikan simbol untuk meminta berkah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bagi para peziarah, beberapa makam akan diberikan sesaji sebagai perantara menjawab doa-doanya. Menurut penuturan peziarah, simbolisasi makam ini bagi para ziarah sangat membantu mendekatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.11

Beragam sesaji juga dijadikan sebagai simbol dalam ritual di Gunung Kemukus. Setiap sesaji mempunyai makna simbolisasi tersendiri, yang sangat dipercaya dan diyakini oleh para peziarah. Bunga Kantil dipakai sebagai simbolisasi untuk menarik berkah dari Pangeran Samudro, supaya tetap kantil sampai di rumah dan di aktivitas kesehariannya. Kemenyan dipakainya untuk mengunjukkan persembahannya kepada junjungannya. Simbolisasi yang berkembang merupakan sebuah visualisasi yang dipakai untuk menarik berkah dari Pangeran Samudro. Simbolisasi tersebut tetap dikonstruksi dan tetap dirawat serta dipercayai oleh penyelenggara dan pelaku peziarah di Gunung Kemukus.

(18)

5. Pola Hubungan Sosial

Dengan berlatar belakang masyarakat dan budaya Jawa, masyarakat di sekitar Gunung Kemukus mempunyai pola hubungan sosial yang tidak jauh dari pola budaya Jawa. Masyarakat yang masih memelihara kearifan lokal budayanya, pola hubungan sosial yang dikembangkan merujuk ke masyarakat tradisional. Pola sosial yang tenggang rasa dan masih menjaga hubungan relasional dengan sesama maupun dengan alam. Keramah tamahan masyarakat tradisional Jawa akan dirasakan ketika memasuki kawasan Gunung Kemukus. Keramah tamahan inilah yang menjadi salah satu daya tarik wisata untuk dapat betah dan tinggal berlama-lama di sekitar Gunung kemukus.

Warga Gunung Kemukus yang ramah berimbas pada penyambutan para peziarah yang nyaman. Pola hubungan sosial yang ramah, akhirnya mengilhami para peziarah untuk bersikap ramah pula dengan peziarah yang lain. Pola hubungan keramah-tamahan yang terjadi di Gunung Kemukus menjadikan sebuah pemantik terjadinya hubungan sosial yan harmonis di kalangan para peziarah. Dalam masyarakat tradisional, pola hubungan yang hirarkis ada di dalam masyarakat di Gunung Kemukus.

Orang yang dituakan sangat dihormati dan disegani oleh

warga masyarakat yang lain. Ketika sesepuh memberikan mandat maupun petuah, masyarakat akan menurutinya. Pola strukturisasi dalam masyarakat membuat alur pemerintahan menjadi ringan, karena sesepuh yang sedikit banyak mengatur pemerintahan dan harmonisasi di dalam masyarakat.

Sesepuh dan pinisepuh sangat dihormati di

masyarakat sekitar Gunung Kemukus. Masyarakat akan lebih mendengarkan dan melakukan titah dari sesepuh

(19)

di dalam masyarakat inilah yang kemudian dapat dipakai aparat pemerintah untuk menyosialisasikan program maupun kebijakannya bagi masyarakat. Ketika pemerintah dapat memberikan pemahaman yang baik tentang kebijakannya kepada sesepuh setempat, maka program dari pemerintah akan dapat berjalan dengan baik. Pola struktur sosial yang masih kental inilah yang menjadi ciri khas masyarakat Gunung Kemukus.

Di sisi lain, pola hubungan sosial kekerabatan sangat khas apabila masuk di wilayah Gunung Kemukus. Kekerabatan yang erat menjadikan masyarakat ringan tangan untuk saling membantu. Apabila ada warganya yang sedang terkena musibah, baik sakit maupun meninggal, mereka akan rela meninggalkan pekerjaannya untuk membantu warga lainnya. Kekerabatan inilah yang kerapkali dapat membantu maupun melemahkan kemajuan di dalam masyarakat. Keterikatan sosial yang sangat kuat nampak ketika ada salah seorang dari masyarakat terkena masalah hukum, warga yang lain akan bersama-sama menutupi dan menyembunyikan warganya. Pun demikian, apabila ada warganya yang maju, warga yang lain juga akan terkena kemajuannya.

Sistem kekerabatan yang kuat inilah yang selanjutnya menjadi pola dalam ritual di Gunung Kemukus. Ada sebuah syarat yang turun temurun dipercaya, bahwa kalau ada peziarah yang sukses dan berhasil karena ritualnya. Ia harus berbagi kesuksesannya kepada pasangannya. Di samping itu, ia juga diwajibkan untuk mengadakan syukuran dengan melibatkan warga sekitar, dengan sebuah alasan yaitu iso ngicipi

keberkahane (dapat ikut merasakan berkatnya). Pola

(20)

D. Sejarah Gunung Kemukus

1. Dokumentasi

a. Majalah Kedjawen 1942

Dari penuturan Kepala Seksi Pariwisata Kabupaten Sragen, yang membidangi Gunung Kemukus, Majalah Kedjawen 1942 merupakan dokumentasi yang paling awal dan terlacak oleh Dinas Pariwisata. Dari informasi di majalah tersebut mengkisahkan tentang sejarah dan kejadian yang ada di Gunung Kemukus. Pangeran Samudro adalah seorang putra raja Majapahit terakhir, bernama Brawijaya V yang terlahir dari ibu selir Ontrowulan. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri, akan tetapi beliau bersama ibunya ikut diboyong ke kerajaan Demak. Selama di Demak ia mendapat bimbingan ilmu dari Sunan Kalijaga. Dirasa cukup, Pangeran Samudro diperintahkan untuk berguru kepada Kyai Gugur dengan ditemani dua abdi. Selain itu ia juga diperintahkan untuk menyatukan saudara-saudaranya yang telah hilang. Selama berguru, Pangeran Samudro tidak mengetahui bahwa Kyai Gugur adalah kakaknya. Setelah menguasai ilmu yang diajarkan, barulah Kyai Gugur menceritakan jati dirinya.

(21)

Pangeran Samudro pada Sultan Patah. Setelah mendengar kabar itu, Sultan memerintahkan pada abdi tersebut untuk kembali ke tempat Pangeran Samudro, akan tetapi Pangeran Samudro telah meninggal. Selanjutnya atas petunjuk dari Sultan, maka jasad Pangeran Samudro dimakamkan disebuah perbukitan tak jauh dari tempat meninggalnya Pangeran Samudro.12

b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Sragen

Dinas Pariwisata yang menaungi dan mengelola Obyek Wisata Gunung Kemukus mengisahkan13 bahwa Pangeran Samudro adalah salah satu anak penguasa terakhir kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-13. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur itu wilayah kekuasaannya meliputi kepulauan Indonesia dan membentang hingga bagian selatan India.

Tak lama setelah Islam masuk ke Indonesia, Majapahit pun runtuh. Samudro, pemuda umur 18 tahun - waktu itu, enggan melarikan diri sebagaimana dilakukan banyak kerabatnya. Ia justru menanggalkan pangkat dan memilih menjadi pandita. Berguru tentang agama yang baru datang ke tanah Jawa yaitu Islam, kepada Sunan Kalijaga, ulama besar yang tinggal di Kesultanan Demak. Usai berlajar di bawah bimbingan wali penyebar Islam itu, Samudro melanglang negeri turut menyiarkan risalah Islam. Selain menyebarkan agama Islam, Samudro juga

12 Ditulis oleh dari penuturan UPTD Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen dan dari Un kolektor majalah kuno di Solo, 12 Desember 2015, 15.15 WIB.

(22)

menemui sisa-sisa dinasti Majapahit yang tercerai berai, mengajak mereka bergabung ke dalam payung Kesultanan Demak.

Namun, di tengah ekspedisi tersebut, Pangeran Samudro mendadak jatuh sakit dan meninggal. Pangeran Samudro akhirnya dimakamkan di sebuah bukit yang terletak tak jauh dari lokasi ia wafat. Oleh pengikutnya, tempat Pangeran Samudro meninggal didirikan sebuah desa dan dinamakan Dukuh Samudro.

Konon, terjadi fenomena alam yang aneh sepeninggal Pangeran Samudro. Asap hitam (dalam bahasa Jawa diistilahkan kukus) menyelimuti bukit tempat makam Pangeran Samudro. Fenomena itu terjadi setiap menjelang pergantian musim. Oleh penduduk dan pengikut Pangeran Samudro, bukit itu lalu dinamakan Gunung Kemukus.

(23)

2. Mitos

a. Pemerintah

Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen memandang perlu menerbitkan buku sebagai pedoman bagi para peziarah tentang mitos Pangeran Samudro di Gunung Kemukus. Buku ini dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Sragen. Pemerintah memandang perlu meluruskan kisah Pangeran Samudro dikarenakan kisah yang selama ini diyakini oleh peziarah dan masyarakat setempat itu tidak benar dan terlihat menyimpang. Di samping itu, diharapan para pengunjung dan peziarah tidak salah pengertian dan salah langkah dalam melaksanakan ziarah. Kisah yang dibuat pemerintah adalah sebagai berikut14 :

Pada waktu Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478, berdirilah Kerajaan Demak dan yang menjadi raja adalah Raden Patah, putra raja Majapahit terakhir yang lahir dari istri selir. Menjelang jatuhnya Kerajaan Majapahit, keluarga putra-putra raja banyak yang melarikan diri keluar dari istana. Pangeran Samudro beserta ibunya yang bernama Raden Ajeng Ontrowulan (R.A Kenter) tidak ikut melarikan diri. Mereka berdua diboyong oleh Raden Patah ke Demak. Pangeran Samudro adalah salah seorang pemuda yang baik hati, cerdas, ramah, pendamai, dan penuh tanggung jawab.Sifat-sifat ini diketahui oleh Raden Patah dan beliau ingin memanfaatkan adiknya itu untuk kepentingan Kerajaan Demak. Pada suatu hari Pangeran Samudro dipanggil oleh Raden Patah dan diberi mandat, yakni Pangeran Samudro diutus

(24)

mencari dan menemui saudara-saudaranya yang telah melarikan diri dan belum diketahui dimana mereka bersembunyi untuk disadarkan, mengakui Kerajaan Demak, dan tidak memusuhinya.

Maksud Raden Patah dapat dibenarkan oleh Pangeran Samudro.Perintahnya diterima dengan senang hati dan dilaksanakannya sekalipun sangat sulit dan berat. Dapat dibayangkan mencari orang yang tersebar letaknya dan tidak diketahui keberadaannya serta harus melewati hutan,gunung, bukit, lembah. Setelah mendapat petunjuk dari Raden Patah dan restu dari ibunya, berangkatlah Pangeran Samudro dengan diikuti oleh dua orang abdi yang setia. Dalam melakukan tugas mulia itu, terdapat banyak sekali rintangan, halangan, ancaman, dan lainnya. Ia sering kepayahan, tidur di hutan, istirahat di rumah penduduk. Hingga saat ini tempat yang dipakai Pangeran Samudro beristirahat diberi nama sesuai dengan peristiwa yang dialami Pangeran Samudro.

Misalnya, Punden Pondok yang dipakai mondok Pangeran Samudro, Punden Salahan yang ketika itu Pangeran Samudro melakukan kesalahan, Bagorame, dan sebagainya. Pencarian dan penggembaraan itu berjalan bertahun-tahun dan berkat kegigihan Pangeran Samudro tugas tersebut berhasil dilaksanakan. Saudara-saudaranya bersembunyi diberbagai tempat, mereka saling berjauhan tetapi dapat ditemui dan didamaikan.Saudara-saudaranya lalu mengakui bahwa Raden Patahlah yang menjadi Raja di Kerajaan Demak.

(25)

pun kembali ke Demak dengan tujuan untuk memberi laporan kepada kakaknya yaitu Raden Patah dan terus menghadap ibunya yang ia hormati dan ia sayangi. Tetapi dalam perjalanan pulang, Pangeran Samudro jatuh sakit. Sampai di Dusun Barong sakitnya bertambah parah dan tidak lagi bisa melanjutkan perjalanan ke Demak. Kemudian Pangeran Samudro mondok di Dukuh tersebut, dan ia memberi perintah kepada dua abdinya supaya melanjutkan perjalanan ke Demak dan melaporkan hasil tugasnya dan memberitahukan keadaan Pangeran Samudro yang sedang jatuh sakit. Dalam keadaan sakit, Pangeran Samudro dirawat oleh penduduk setempat. Akan tetapi penyakitnya makin parah dan Pangeran Samudro merasa bahwa ajalnya makin dekat. Pangeran Samudro memberi pesan kepada penduduk setempat, kalau ia meninggal supaya dimakamkan di puncak Gunung Kemukus di sebelah barat Dusun Barong.

(26)

Kemukus untuk melihat jenasah puteranya. Begitu sampai di atas dan dilihatnya wajah puteranya yang sudah berada di liang kubur bergejolaklah hatinya dan ia berkata bahwa ia ingin mati juga dan dikuburkan satu liang dengan puteranya. Maka saat itu juga berhentilah jantungnya dan ia meninggal di sisi jenasah puteranya. Sesuai dengan pesannya, Ontrowulan dikubur di satu liang dengan Pangeran Samudro.

Kedua pengikutnya dengan setia menunggui makam tersebut dan mereka bernazar bahwa kelak ketika mereka meninggal, mereka juga ingin dimakamkan berdampingan dengan makam Pangeran Samudro sebagai bukti kesetiaannya dan niat itu terwujud, mereka dimakamkan dekat makam Pangeran Samudro. Keajaiban terjadi yaitu di tempat tersebut dengan tumbuhnya pohon-pohon besar yang menjadikan makam tersebut menjadi sejuk dan rindang serta mempunyai pemandangan yang indah, sehingga tempat tersebut dinamakan Gunung Kemukus dan sendangnya diberi nama sendang Ontrowulan.

(27)

b. Masyarakat

Dalam versi masyarakat setempat, Pangeran Samudro melarikan diri dari serbuan balatentara Kerajaan Demak dan dia melambangkan kesengsaraan serta ketertindasan masyarakat yang mengalami perubahan besar-besaran setelah Kerajaan Majapahit runtuh.15 Menurut informasi dari penduduk sekitar, Pangeran Samudro adalah putera tertua dari istri resmi Prabu Brawijoyo dari Kerajaan Majapahit. Ketika menginjak remaja,ia dilepaskan ke dunia luar dengan tujuan untuk mengumpulkan pengalaman yang akan berguna di kemudian hari. Setelah beberapa tahun, ia pulang dan jatuh cinta kepada R. A. Ontrowulan salah seorang selir ayahnya. Cinta ini diterima dengan sangat antusias oleh Ontrowulan. Ketika Prabu Brawijoyo mengetahuinya beliau sangat marah dan mengusir mereka berdua. Sebelum menetap di Gunung Kemukus mereka mengembara di daerah Sumber Lawang dan mereka menamai beberapa tempat.

Di Gunung Kemukus tinggallah mereka dengan bahagia sebagai suami istri. Tempat yang menjadi kesenangan Ontrowulan adalah disebuah sumber air yang terletak di kaki gunung dan saat ini dikenal orang sebagai sendang Ontrowulan. Di sendang tersebut, ia melakukan meditasi selama berhari-hari. Diceritakan pula jika setiap Ontrowulan

(28)

menggoyangkan rambutnya yang panjang dan diikat dengan bunga, bunga yang jatuh dari rambutnya tumbuh pohon-pohon yang tinggi dan membentuk hutan.

Pada suatu ketika, Ontrowulan pergi bermeditasi di suatu tempat, Pangeran Samudro jatuh sakit dan meninggal dunia. Oleh penduduk desa Blorong, jenasahnya dimandikan disendang dan dimakamkan. Ontrowulan tidak mengetahui hal tersebut. Ketika ia pulang dan mandi disendang untuk kembali menemui suaminya, namun yang dijumpai adalah orang-orang desa yang berkerumun untuk menguburkan Pangeran Samudro, maka sangat sedihlah ia dan Ontrowulan meninggal saat itu juga.

Pada suatu hari setelah kejadian ini berlangsung, Pangeran Samudro mendatangi orang tertua di desa dalam suatu penglihatan. Pangeran Samudro mengatakan bahwa ia akan memenuhi semua keinginan setiap orang yang datang kekuburnya dengan membawa bunga. Syaratnya ialah bahwa orang yang datang itu harus memberikan kesan telah mempunyai pacar.16

c. Juru Kunci

Dari penuturan Juru Kunci,17 Pangeran Samudro jatuh cinta dengan ibu tirinya Dewi Ontrowulan, sehingga memaksa mereka kabur dari kerajaannya. Ada salah seorang juru kunci menyebutkan Pangeran Samudro tidak kabur dari Kerajaan Majapahit, tetapi diusir oleh raja, karena Sang Raja marah terhadap kelakuan dari Pangeran

16 Wawancara dengan ketua RT, 11 Agustus 2016

(29)

Samudro. Dalam perjalanannya Pangeran Samudro mengalami sakit parah. Melihat kondisinya tersebut, salah satu dari abdi Pangeran Samudro melaporkan keadaan sakitnya ke kerajaan. Dewi Ontrowulan kemudian menyusul untuk menjumpai Pangeran Samudro yang tergolek lemas karena sakit parah. Setelah melalui perjalanan panjang, sebelum menemui Pangeran Samudro, Dewi Ontrowulan bermaksud membersihkan diri di sendang yang ada di bawah perbukitan tempat Pangeran Samudro berada. Ketika mandi di sendang, rambut Dewi Ontrowulan dikibas-kibaskan, sehingga bunga yang menghiasi rambut sang dewi terjatuh, lalu tumbuhlah pohon nogosari yang sampai sekarang dapat ditemui di sekitar sendang. Itulah mengapa sendang tersebut sampai sekarang dikenal dengan sebutan sendang Ontrowulan.

Setelah mandi, Dewi Ontrowulan naik ke atas bukit tempat Pangeran Samudro berada. Namun, sesampainya di puncak bukit tersebut didapati bahwa Pangeran Samudro telah meninggal. Akibat kesedihannya yang sangat dalam, Dewi Ontrowulan terjatuh sakit hingga menemui ajalnya di tempat tersebut. Sebelum meninggal, Dewi Ontrowulan sempat berpesan kepada para pengawalnya untuk dimakamkan satu liang lahad dengan Pangeran Samudro, oleh sebab itu sampai sekarang hanya ditemukan satu petilasan makam di puncak bukit tersebut. Makam di puncak bukit tersebut merupakan makam Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan yang dimakamkan dalam satu liang oleh para pengawal dibantu dengan penduduk setempat.

(30)

Muhtahad dan Mbah Haji Mujadid. Kepada dua

sesepuh desa tersebut, Pangeran Samudro berpesan

sing sapa bae anak putu kang ziarah mreneo, ngadep aku kanti ati kang resik lan niat suci, lan kanti upaya kang temen koyo dene marani demenane, bakal dikabulake opo kang dadi pepinginane . (Siapa saja yang berziarah ke sini, menghadap aku dengan hati yang bersih dan niat yang suci, serta dengan segenap usaha yang kuat seperti mendatangi kekasihnya, akan dikabulkan apa saja yang menjadi keinginannya). Setelah menjumpai sesepuh desa tersebut, makam Pangeran Samudro yang ada di puncak bukit mengeluarkan asap yang mirip awan kemukus. Oleh sebab itu, bukit tersebut dikenal dengan sebutan Gunung Kemukus.

Menurut tuturan salah seorang juru kunci,18

kata demenane ini yang kemudian disalah artikan

dengan selingkuhan , sehingga cerita yang berkembang bahwa jika ingin berziarah dan ingin dikabulkan permohonannya harus datang dengan selingkuhannya, yang kemudian berkembang lagi menjadi berselingkuh di Gunung Kemukus. Juru Kunci sepakat bahwa mitos yang berkembang dengan

menambahkan syarat seksual di ziarah Gunung

Kemukus merupakan konstruksi ritual yang salah. Namun, yang sebenarnya adalah memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui perantaraan Pangeran Samudro, dengan kesungguhan hati, kemurnian hati dengan niat dan semangat seperti datang kepada orang yang disayangi. Itulah sesungguhnya petuah dari Pangeran Samudro kepada

(31)

para peziarah yang hendak datang ke Gunung Kemukus.

d. Peziarah

Menurut penuturan peziarah,19 Pangeran Samudro adalah putera Raden Patah yang mempunyai karakter tidak terhormat. Ketika ia masih tinggal di istana ayahnya, ia jatuh cinta kepada ibunya dan cintanya tersebut diteriima oleh ibunya. Raden Patah mengetahui hubungan tersebut dan Pangeran Samudro dikejar sampai ke Gunung Kemukus.

Di lain pihak, Ontrowulan menjadi tergila-gila terhadap anaknya sendiri oleh karena itu ia meninggalkan Demak dan mencari anaknya kemudian terjadilah suatu pertemuan yang menyedihkan. Dengan merancang pertemuan tersembunyi, Dewi Ontrowulan bertemu dengan Pangeran Samudro, untuk melepas kerinduan hatinya sampai dengan melakukan hubungan badan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh ibu dan anak. Di tengah gejolak dan gelinjang hubungan badan, datanglah utusan Raden Patah untuk membunuh Pangeran Samudro. Maka terjadilah perkelahian antara Pangeran Samudro dengan para utusan Kerajaan. Sebelum meninggal, Pangeran Samudro berucap: sing sapa

duwe panjangka, marang samubarang kang

dikarepake bisane kelakon iku, kudu sarono pawitan temen, manteb kanthi ati suci, aja slewing-sleweng, kudu mung mandheng marang kang katuju, cedhakno demene koyo dene yen arep nekani marang

panggonane dhemenane 20 yang artinya barangsiapa

mempunyai cita-cita atau keinginan untuk

19 Wawancara dengan peziarah secara purposif sampling, dengan menarik benang merah pemahaman mereka tentang mitos yang ada di Gunung Kemukus.

(32)

mendapatkannya harus dengan cara yang sungguh-sungguh, mantab, teguh pendirian, dan dengan hati yang suci. Jangan tergoda apapun, harus berkonsentrasi pada yang dituju atau yang diinginkan. Dekatkan apa yang menjadi kesenangannya, seperti akan mengunjungi wanita atau pria idaman lain.

Menurut keyakinan peziarah, Pangeran Samudro adalah orang yang mempunyai ilmu yang tinggi. Ia mendapat kekuatan tersebut dengan cara bertapa. Menurut keyakinan peziarah, datang ke Gunung Kemukus sebanyak tujuh kali dan melakukan hubungan seksual yang bukan pasangannya adalah sebuah langkah penting untuk ngalap berkah. Menurut pemahaman mereka, hal inilah yang diinginkan Pangeran Samudro. Jumlah tujuh kali ini timbul karena ada pengalaman bahwa jumlah ini dapat membawa hasil dan rejeki tersendiri. Bahkan,

beberapa peziarah menuturkan bahwa semakin liar

untuk mengumbar nafsu di lokasi Gunung Kemukus, maka akan semakin cepat terkabul segala hal yang diinginkannya. Maka, ada sebagian peziarah yang secara fulgar melakukan hubungan badan di tempat umum dan bukan di dalam ruangan. Pemahaman mereka inilah yang kemudian mewarnai ritual di Gunung Kemukus.

E. Ritual di Gunung Kemukus

1. Ngalab Berkah

(33)

melakukan hubungan seks dengan para PSK di Gunung Kemukus. Peziarah ngalap berkah biasanya mempunyai ciri-ciri umum yang mudah dikenali sebagai berikut: a. Peziarah datang selalu dengan pasangannya

b. Peziarah sudah mempersiapkan persyaratan secara lengkap.

c. Pasangan peziarah sebelum nyekar sudah bertemu juru kunci untuk berkonsultasi

d. Biasanya setelah nyekar, peziarah tidak langsung pulang akan tetapi masih berada disekitar makam untuk melakukan tirakatan

e. Jika datang pada siang hari, biasanya sambil menunggu malam tiba peziarah akan bertirakat didalam ruang dekat makam sambil menunggu malam tiba untuk melakukan hubungan seksual disekitar makam.

Peziarah mempunyai keyakinan bahwa malam Jumat Pon adalah malam yang paling tepat untuk melakukan ritual dan berziarah ke makam Pangeran Samudro. Meski demikian akan dijumpai pula peziarah yang datang di hari-hari biasa, namun tidak seramai di malam Jumat Pon. Peziarah Ngalap Berkah harus menjalani serangkaian ritual sebagai persyaratan agar keinginanya terkabul. Adapun serangkaian ritual yang harus dijalankan adalah sebagai berikut :

(34)

sendang Ontrowulan. Adapun dalam rangkaian bunga tersebut terdiri dari mawar merah, mawar putih, bunga kantil yang dibungkus dengan daun pisang, disertai dengan sedikit kemenyan yang dibakar untuk mewangian. Kedua, peziarah akan pergi ke sendang Ontrowulan untuk membersihkan badan dengan cara mencuci muka, mencuci tangan dan kaki, ataupun untuk mandi di dalam sendang. Tahun 2016, lokasi sendang sudah dilengkapi dengan pintu, supaya apabila ada peziarah yang hendak mandi dapat dengan leluasa mandi seperti layaknya di kamar mandi. Ritual di sendang ini bertujuan untuk membersihkan diri sebelum nyekar di makam Pangeran Samudro. Para penyiarah meyakini air dari sendang itu mempunyai kekuatan untuk menyucikan badan dan jiwa. Acapkali beberapa peziarah juga membawa pulang air sendang dengan mengisikannya di botol maupun jerigen plastik, dengan bertujuan agar air tersebut dapat melancarkan usaha maupun sebagai penglaris dagangannya di rumah. Di samping itu mereka percaya keluarga di rumah ketika bersentuhan dengan air sendang tersebut dapat pula terberkati dan mendapatkan kesehatan seperti mereka yang datang langsung ke sendang Ontrowulan. Apabila tidak membawa perlengkapan untuk menampung air, penduduk setempat menjual botol dan jerigen dengan harga bervariasi mulai dari dua ribu rupiah untuk botol berukuran setengah liter sampai dengan enam puluh ribu rupiah untuk jerigen yang berukuran 5 liter.

(35)

makam. Peziarah akan menyerahkan semua persyaratan ritual kepada juru kunci, yaitu bungkusan bunga serta memberikan amplop yang berisi uang untuk sumbangan kepada juru kunci. Sumbangan sukarela di dalam amplop tersebut biasanya berisi antara sepuluh ribu sampai seratus ribu rupiah. Kemudian, Juru kunci akan membuka bungkusan bunga tersebut dan meletakkan didekat tungku perapian dan dibakar di tempat tersebut. Apabila membawa air dari sendang, juru kunci mengangkat botol berisi air sendang dan digoncang-goncangkan di atas perapian tersebut sambil juru kunci komat- kamit membaca mantera dengan sangat cepat dan singkat. Mantera itu dipercaya berisi doa yang ditujukan kepada Pangeran Samudro agar Sang Pengeran berkenan dengan sesajen yang telah dipersembahkan.

(36)

Kelima, setelah dari makam berdasarkan tata cara dan panduan yang disediakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen, ritual ngalab berkah telah selesai. Para peziarah dapat segera pulang atau beristirahat di pendopo sebelah ruang makam, seraya menunggu waktu kepulangan ke tempat asalnya. Namun, beberapa peziarah yang meyakini harus ditutup dengan ritual seks, akan melanjutkan dengan pasangannya di dalam kamar yang disediakan juga oleh masyarakat setempat. Bagi peziarah yang sudah mempunyai pasangan dapat langsung menuju rumah warga sekitar makam, dengan membayar uang sewa berkisar lima puluh ribu rupiah sampai dengan seratus ribu rupiah. Namun, bagi peziarah yang menyakini ritual seks sebagai penyempurna ritual dan belum mempunyai pasangan, di sekitar makam terdapat para wanita yang siap menemani menyempurnakan ritualnya. Biasanya para wanita tersebut dapat membantu menyempurnakan ritual dengan biaya tujuh puluh lima ribu sampai seratus lima puluh ribu rupiah untuk short time, dan untuk long time dapat sampai empat ratus ribu rupiah, bergantung negosiasinya.

(37)

2. Slametan

Ritual Slametan merupakan wujud dari peziarah yang telah dikabulkan permohonannya (kabul khajade). Peziarah yang telah merasa berhasil dalam proses ritualnya, diwajibkan melakukan slametan di Gunung Kemukus. Ritual ini sebagai wujud ucapan syukur kepada Pangeran Samudro. Peziarah yang akan melakukan

slametan harus memberitahukan terlebih dahulu kepada

Juru Kunci untuk dapat diaturkan jadwalnya. Setelah mendapatkan jadwal slametannya, peziarah dapat membawa perlengkapan ritual seperti ayam ingkung21, nasi dan lainnya. Jikalau tidak mau direpotkan dengan perlengkapan ritualnya, peziarah dapat memesannya di penduduk sekitar, dengan membayar mulai dari lima ratus ribu sampai dengan lima juta rupiah.

Biasanya upacara slametan dilakukan di teras terbuka,di pelataran depan makam Pangeran Samudro. Acara ritual slametan umumnya dilaksanakan pada pukul 17.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB. Ritual ini menjadi menarik karena para peserta ritual terkadang tidak saling mengenal. Ketika ada orang yang membawa nasi, ayam ingkung dan perlengkapannya, banyak orang akan mengerumuni dan ikut ritual slametan tersebut. Mereka duduk berkeliling mengelilingi nasi tumpeng, setelah itu juru kunci akan memulai prosesi dengan menyambut peserta ritual dan menguraikan maksud diadakannya acara tersebut. Kemudian, juru kunci akan memulai dengan pembacaan doa dengan menggunakan Bahasa Jawa Kromo Inggil dikombinasi dengan bahasa Arab. Pembacaan doa itu ditujukan kepada Pangeran Samudro sebagai sarana ucapan syukur atas berkah yang sudah

(38)

diterima oleh peziarah yang mengadakan slametan, serta memohon mengabulkan kembali permohonan yang belum terjawab.

Ritual Slametan yang dilakukan oleh peziarah harus dilakukan di Gunung Kemukus, di luar itu dianggap tidak sah. Bagi peziarah yang telah mendapatkan berkah dari Pangeran Samudro, ritual slametan merupakan hal yang wajib. Namun, dalam pemahaman peziarah ritual

slametan ini mempunyai dua pengertian, yaitu :

Pertama slametan sebagai syarat memperoleh berkah. Slametan semacam ini diadakan sebelum peziarah merasakan hasil atau sebelum keinginannya terkabul. Seperti yang sudah dituturkan bahwa slametan bukan satu-satunya faktor yang menurut peziarah sangat penting untuk mendapatkan berkah dari Pangeran Samudro.

Slametan dilihat tidak sebagai suatu keharusan, artinya baik jika dilakukan, namun kalaupun tidak juga tidak apa-apa.

Kedua, slametan dilakukan sebagai ucapan syukur atas keberhasilan atau terkabulnya permohonan peziarah.

Slametan juga bisa disebut syukuran, para peziarah

biasanya melakukannya karena mereka telah bernazar sebelumnya. Siapa yang melupakan nazar atau janjinya sesudah mendapat keberhasilan maka akan mendapat peringatan dari Pangeran Samudro berupa mimpi buruk yang terus- menerus.

Hal lain yang menarik dari ritual slametan ini adalah keyakinan dari para peziarah lain yang meyakini bahwa ketika mereka memakan sajian dari ritual slametan, maka mereka akan ikut keberkahan, dan permohonan mereka dapat segera terkabul. Keyakinan lain yang beredar di kalangan peziarah adalah nasi dari ritual

slametan dipercaya dapat menyembuhkan beragam

(39)

diseduh dengan air untuk diminum oleh orang yang mempunyai penyakit. Keyakinan inilah yang membuat beberapa peziarah dan penduduk setempat berupaya mendapatkan nasi dari hasil ritual slametan.

3. Wayangan

Wayangan merupakan sebuah ritual yang berkembang dan dikembangkan di Gunung Kemukus. Bagi para peziarah yang sudah berhasil dan mendapat berkah besar, biasanya mereka akan mengadakan wayangan di Gunung Kemukus yang ditujukan sebagai ucapan syukur kepada Pangeran Samudro, serta memberi sarana hiburan bagi masyarakat sekitar. Wayangan ini dapat diprakarsai oleh peziarah perseorangan maupun oleh kelompok, mengingat biaya yang tidak sedikit untuk mengadakan wayangan.

(40)

Acara wayangan ini ada dua versi, yaitu yang diselenggarakan oleh pemerintah dan yang diselenggarakan oleh peziarah. Untuk peziarah ritual wayangan ini dimaksudkan untuk bersyukur mengingat berkah yang telah diberikan oleh pangeran Samudro kepada peziarah ngalab berkah. Di samping itu, juga untuk membangun kekerabatan antara peziarah dan penduduk setempat. Bagi pemerintah, wayangan diadkan satu tahun sekali pada waktu bulan suro, sebagai rangkaian acara larap selambu dan acara tahunan dari dinas pariwisata Kab. Sragen. Acara wayang yang diadakan oleh pemerintah, lebih menitik beratkan kepada menarik minat pengunjung untuk datang di Gunung Kemukus. Inilah yang membedakan wayangan yang diselenggarakan oleh peziarah dan pemerintah.

4. Suronan

Suronan merupakan ritual ngalab berkah yang dilaksanakan pada bulan suro. Pada malam jumat pon bulan suro, para peziarah di Gunung Kemukus akan lebih ramai daripada bulan-bulan sebelumnya. Malam satu suro inilah yang menjadi puncak dari ritual di Gunung Kemukus. Menurut penuturan petugas loket dari Dinas Pariwisata Kab. Sragen,22 pada malam satu suro peziarah yang membeli karcis dapat mencapai 8000 orang. Biasanya para peziarah sudah ramai berdatangan dua hari menjelang malam satu suro, dan meninggalkan lokasi Gunung Kemukus dua sampai tiga hari setelah perayaan ritual satu suro.

Dalam ritual suronan, sengaja dipublikasikan secara masif guna menarik minat wisatawan domestik, maupun internasional. Pada ritual suronan, tidak jarang

(41)

akan dijumpai banyak wisatawan asing, wartawan media cetak maupun elektronik yang berdatangan untuk melihat dan meliput ritual tersebut. Prosesi ritual dimulai dari malam hari menjelang satu suro (malam satu suro) dengan berdoa bersama di bangsal Pangeran Samudro. Berdoa di bangsal tersebut biasa dikenal dengan istilah tahlilan. Awalnya tahlil di makam Pangeran Samudro merupakan sebuah tradisi yang dikembangkan oleh masyarakat setempat untuk mendoakan arwah leluhur, terutama untuk Pangeran Samudro. Tradisi itu kemudian berkembang dan diikuti oleh para peziarah yang datang ke Gunung Kemukus pada malam satu suro. Tradisi tersebut kemudian difasilitasi oleh Pemerintah, sehingga dapat menarik minat para peziarah untuk tahlil bersama di Bangsal Makam Pangeran Samudro.23 Alhasil, sekarang akan dijumpa ketika tahlil pada malam satu suro, akan ada ratusan orang yang memenuhi bangsal makam Pangeran Samudro.

Seusai acara tahlil, para peziarah akan melakukan

melekan yaitu laku tirakat dan prihatin, serta sebagai upaya menghormati Pangeran Samudro yang dipercaya sedang melihat dan siap memberi berkah kepada orang yang masih terjaga. Dalam melakukan melekan, para peziarah akan mengisi waktu malam itu dengan sangat variatif. Ada yang melakukan wiridan, sharing pengalaman dengan sesama peziarah, konsultasi dengan juru kunci,

kongkow di warung kopi, dan ada pula yang menghabiskan

waktu dengan pasangannya, baik yang dibawanya maupun dengan para PSK. Segala upaya yang dilakukan sebagai sarana untuk menahan kantuk, dalam rangka laku tirakatnya. Para peziarah percaya ketika mereka dapat

(42)

tetap terjaga dan tidak tertidur, Eyang Samudro akan lebih cepat mengabulkan permohonan dan keinginan mereka.24 Pada pagi harinya, peziarah akan bersama-sama mengikuti acara kirab gunungan. Kirab Gunungan merupakan sebuah tradisi baru yang digagas oleh warga setempat dalam rangka mengucap syukur atas berkah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa melalui Pangeran Samudro. Setiap kelompok masyarakat dalam satu wilayah RT desa Pendem, Gunung Kemukus akan membuat gunungan sedekah bumi berupa hasil-hasil pertanian yang diarak dari tengah desa menuju ermaga penyeberangan. Ritual kirab gunungan sedekah bumi merupakan simbol ungkapan syukur kepada Tuhan, ucapan syukur kepada bumi yang memberikan hasil pertanian dan kemakmuran bagi warga desa. Gunungan ini berupa hasil-hasil dari pertanian masyarakat setempat. Dengan harapan pada tahun berikutnya mereka akan mendapatkan hasil panen yang semakin melimpah.25 Kirab gunungan akan ditutup

dengan rebutan makanan yang ada di gunungan

tersebut. Setiap makanan yang didapatkan dipercaya dapat memberikan berkah bagi dirinya, maupun keluarganya. Acara kemudian dilanjutkan dengan ritual

larung lanse dan ditutup dengan pementasan wayang kulit.

5. Larung Lanse

Larung Lanse merupakan sebuah rangkaian dari tradisi suronan di Gunung Kemukus. Larung lanse sendiri merupakan sebuah ritual dimana lanse (kelambu) dari penutup makam Pangeran Samudro dilepas untuk dicuci dan kemudian diganti dengan lanse yang baru. Ritual ini

24 Data ini diambil berdasarkan wawancara dengan peziarah dengan purpose

sampling, disertai dengan observasi di kawasan Gunung Kemukus.

25 Lihat informasi lebih lanjut di dalam, Waluyo, Ritual Ngalab Berkah di Gunung

(43)

dimulai dengan pelepasan lanse oleh juru kunci dan dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari rotan. Untuk membawa keluar dan mencucinya di aliran air Waduk Kedungombo, lanse tersebut akan diarak oleh serombongan pasukan dan sesepuh desa di sekitar Gunung Kemukus.

Arak-arakan ini terdiri dari juru kunci, pengelola dari dinas pariwisata, camat, lurah, kepala desa dan perwakilan dari kepolisian serta TNI. Pada barisan depan akan diawali dengan tarian keratonan, yaitu para remaja desa yang dirias menjadi pasukan pengawal kerajaan. Di belakang tarian ini, ada serombongan arak-arakan para tokoh desa dan pemerintah, serta juru kunci yang membawa kotak rotan yang berisi lanse. Lanse tersebut

diarak untuk kemudian dicuci dicelupkan ke dalam

aliran air waduk Kedungombo. Air bekas celupan/bilasan di Kedungombo tersebut diperebutkan oleh para peziarah. Lanse yang telah dicuci, kemudian dibilas di dalam tong yang telah disediakan oleh pengelola Gunung Kemukus. Air bekas bilasan tersebut kemudian diperebutkan oleh para peziarah yang datang. Para peziarah menyakini, bahwa air bilasan lanse tersebut dapat membawa berkah bagi kesehatannya, maupun untuk usahanya.

Bagi para peziarah yang tidak mau berebut, penduduk setempat menyediakan diri untuk mengambilkan air dan menjualnya kepada peziarah yang tidak kebagian air. Air bilasan lanse dijual dalam kemasan botol 600 ml sampai dengan 2 liter, dengan harga 5000 sampai 50.000 rupiah. Lanse yang telah dibilas akan dibawa ke bangsal makam Pangeran Samudro, untuk kemudian dipotong-potong kecil-kecil dengan ukuran 5cm

x 5cm, dan diperjual belikan dengan harga sukarela.

(44)

tersebut dengan harga dua puluh ribu rupiah.26 Kain lanse dipercaya oleh para peziarah dapat memperlancar usahanya dan menambah rejeki baginya. Kain itu dapat berkhasiat ketika ditaruh di dalam kotak uang, dipasang di atas pintu rumah ataupun di taruh di dalam dompet. Kain inilah yang dipercaya sangat bertuah dan mampu membawa rejeki bagi orang yang mendapatkannya.

F. Pelengkap Ritual

Di dalam ritual ngalap berkah di Gunung Kemukus, ada beberapa elemen di dalam masyarakat menyediakan diri untuk mendukung para peziarah menjalankan ritualnya. Dalam bahasa pariwisata ziarah, elemen tersebut dikenal sebagai pelengkap ritual. Adapun beberapa pelengkap ritual di Gunung Kemukus adalah:

1. Pekerja Seks Komersial

Kemashuran yang disebabkan erotisme di Gunung Kemukus terus meningkat pada tahun 1980-an, seiring dengan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Sragen melalui Dinas Pariwisata yang menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata ziarah. Ritual ngalap berkah yang sebelumnya, kepengurusannya dipegang oleh penduduk Desa setempat, kemudian diambil alih oleh Dinas Pariwisata. Akibatnya, kegiatan ngalap berkah mengalami komodifikasi. Ekspansi pasar pariwisata dan prostitusi menyebabkan kegiatan ritual ngalap berkah yang sebelumnya merupakan bagian dari ekspresi keberagaman asketisme Islam Jawa tersebut, kemudian cenderung dengan semakin mengkukuhkan

(45)

penyimpangan mitos tentang ritual seks sebagai bagian

dari tirakat ngalap berkah.

Banyak di antara Pelaku Seks Komersial (PSK) yang telah mulai melaksanakan profesinya tersebut sejak tahun 1980an atau sejak tahun 1990-an, karena motivasi berupa desakan ekonomi, sehingga sebagian dari mereka kemudian menetap dan tinggal sebagai penduduk tetap di Desa Pendem, yang semula mereka adalah berasal dari penduduk pendatang, yang kemudian ada peluang dari segi ekonomi, sehingga membuat mereka menetap di Desa Pendem. Perkembangan kegiatan ritual seks telah ada sejak lama. Perkembangan tentang kegiatan prostitusi secara terbuka baru terjadi mulai awal tahun 1980-an. Perkembangan prosititusi itu tidak semata tentang ritual seks yang menjadi persyaratan ngalap berkah, melainkan juga didorong oleh pariwisata yang telah dikembangkan sejak tahun 1980-an.27

Di dapati setiap hari pasaran (kalender jawa) yaitu malam Jumat Pon dan malam Jumat Kliwon, para PSK berbondong-bondong ke Gunung Kemukus untuk

menjajakan barang dagangannya di tengah para

pengunjung. Beragam cara digunakan untuk menarik

perhatian dari para pengunjung, supaya jasa mereka

digunakan sebagai penyempurna ritualnya. Tak pelak,

para pengunjungpun sedikit banyak tergoda untuk

memakai jasa mereka guna melengkapi ritual yang

dipanjatkan kepada junjungannya.

2. Penyedia Kamar

Sejak tahun 1990-an, geliat seks yang meningkat mulai difasilitasi oleh para pemilik modal. Berdasarkan

27Jurnal Nasional: Moh Soedha, 2013, Komodifikasi Asketisme Islam Jawa:

(46)

penuturan warga setempat, banyak orang yang berduit

mulai menyewa rumah di dekat makam untuk direnovasi dan dibangun bilik-bilik di dalamnya.28 Bilik-bilik tersebut kemudian disewakan oleh para peziarah untuk dapat bermesraan dengan pasangannya. Rata-rata bilik yang disewakan berukuran 1,5 meter x 2 meter. Untuk tarif sewanya bervariasi bergantung dengan fasilitas bilik yang disediakan. Bilik yang terbuat dari papan/triplek disewakan dengan harga lima puluh ribu per malam. Untuk bilik yang terbuat dari batu bata dan dilengkapi dengan kipas angin disewakan dengan harga seratus ribu rupiah per malam.

Pada hari pasaran ritual, para penyedia kamar kebanjiran order. Banyak dari peziarah menyewa kamar, maupun disewa oleh para PSK. PSK yang menjajakan diri di area makam, biasanya mereka sudah menyewa ataupun bekerjasama dengan penyedia kamar terlebih dahulu, sehingga ketika mereka sudah mendapatkan pelanggan, sudah ada tempat yang siap untuk dipakainya bersama pasangannya. Penyedia kamar ini yang menjadi pelengkap ritual para peziarah yang mempercayai bahwa ritual dapat sempurna dengan berhubungan seks bersama pasangan yang bukan muhrimnya.

3. Pedagang

Pedagang merupakan salah satu pelengkap ritual yang sangat membantu para peziarah dalam melakukan ritualnya. Ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya untuk membantu para peziarah. Di mulai dari pedagang bunga, yang membantu untuk ritual ngalap

berkah. Pedagang makanan membantu para peziarah

(47)

untuk mencukupkan kebutuhan jasmaninya. Para pedagang berasal dari masyarakat sekitar yang melihat peluang dengan berdatangannya peziarah ke tempat mereka. Pedagang yang ada di Gunung Kemukus hanya berjualan pada malam Jumat Pon, Malam Jumat Kliwon dan Malam Satu Suro saja. Di luar hari-hari tersebut, mereka kembali ke profesinya sebagai petani dan pencari ikan.

4. Tukang Ramal

Pada hari pasaran ritual di Gunung Kemukus, ada beberapa tukang ramal berpraktek di pelataran Makam Pangeran Samudro. Tukang ramal dengan beragam atraksinya menawarkan meramal masa depan, jodoh, nasib sampai dengan meramal kesehatan. Tukang ramal yang datang sangat bervariasi dalam metode meramalnya. Ada yang menggunakan kartu, membaca telapak tangan, air dalam botol sampai dengan membaca aura tubuh. Dalam praktek semalam, rerata tukang ramal dikunjungi 20 – 30 orang. Namun, banyak para peziarah yang menonton tukang ramal sembari menghabiskan malam seusai menjalankan ritual. Keberadaan tukang ramal membantu peziarah sebagai sarana hiburan dan sarana membaca serta mempersiapkan masa depan bagi yang percaya hasil ramalannya. Dengan adanya tukang ramal, variasi pertunjukkan di malam ritual semakin menarik para peziarah yang datang berkunjung di Gunung Kemukus.

5. Tukang Pijit Tradisional

(48)

modal minyak urut para pemijit membuka lapaknya untuk pasien. Pasien pijit berasal dari para peziarah yang sudah terlalu letih seusai perjalanan jauh dan menjalankan ritualnya. Tarif untuk sekali pijit berkisar antara 40–60 ribu rupiah, bergantung dengan tawar menawar antara pasien dengan pemijit. Adanya tukang pijit memberikan keuntungan para peziarah untuk dapat mengembalikan kebugaran badannya seusai ritual.

G. Konflik di Gunung Kemukus tahun 2014

1. Situasi Konflik

Seiring dengan berkembangnya wisata di Gunung

Kemukus yang tersohor dengan stigma Gunung Seks , Prostitusi berkedoks Ritual , maupun Wisata Seks

membuat daya tariknya semakin meningkat. Banyak dari pemburu berita hilir mudik ke Gunung Kemukus untuk meliput ritual yang langka tersebut. Pada bulan Oktober 2014 seorang warga negara Australia bernama Patrick Abboud melakukan peliputan di Gunung Kemukus terkait dengan ritual seksnya. Ia mempublikasikannya di portal

http://www.sbs.com.au/news/dateline/story/sex-mountain,

dan kemudian menjadi viral di dunia maya, yang selanjutnya membuat heboh para pencari berita.

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, pengarang Bali baik yang menulis cerpen maupun novel dalam SIM ataupun yang menulis dalam SBM, intens menempatkan tokoh guru dalam karya- karyanya sehingga

(2014) conducted a design research about addition of fractions and her study suggests that the use of models (paper strip and bar model) help students to develop their

[r]

[r]

Smash and backhand pattern in badminton were modeled using direction of local Euler angle gradient.. The result shows that smash and backhand had a different direction of

Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu (Aqularia malaccensis Lamk) Serta Kaitannnya dengan Umur Pohon yang Berpotensi Sebagai Antioksida.. Analisa Bahan Makanan

signifikansi (p) yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka hal ini berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara antara antara persepsi