• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Responden Penelitian

Metode sampling adalah pertama-tama dengan tujuan untuk memilih responden-responden. Di dalam penellitan bahasa, Milroy (1987:38) keterbatasan dalam memilih metoda-metoda sampling dengan tanpa melihat dimana apakah itu secara teknis mewakili atau tidak. Itu adalah karena kematangan sosiolinguistik sendiri sebagai suatu bagian penelitian. Bagaimanapun, suatu kerangka teoritis yang dapat dipertahankan diharapkan.

Studi ini mempekerjakan suatu penilaian metoda sampling. Itu mulai dengan identifikasi jenis-jenis dari para pembicara yang untuk dilibatkan dan proporsi bahwa

34

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuai dengan kategori-kategori yang ditetapkan. Pada dasarnya, ada dasar pertimbangan pemakaian sampling penilaian.

First, the samples in linguistic research are in general demonstrably not technically representative, and to claim that they are leaves a researcher open to quite proper academic criticism. Second, relatively small samples (too small to be considered technically representative) appear to be sufficient for useful accounts of language variation in large cities (Milroy 1987:27).

Sejak penelitian ini mencari tahu mengenai realisasi pragmatik, sampel untuk penelitian ini diperlukan sampel yang memiliki kemampuan linguistic dan dan kompetensi komunikasi. Pada penelitian ini sampel adalah mahasiswa tingkat empat semester tujuh dan tingkat tiga semester lima tahun ajaran 2012/2013 Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, yang telah memiliki kemampuan keduanya. Kemampuan bahasa jepang mahasiswa tingka tiga dan tingkat empat ini di kategorisasikan menjadi pembelajar tingkat atas menengah dan bawah berdasarkan kepada nilai akhir mata kuliah Kaiwa. Dan sebagi pembanding sampel dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Jepang yaitu mahasiswa Universitas Kinjougakuin Nagoya Japan. Jadi memungkinkan untuk melakukan penelitan terhadap tindak respon terhadap pujian dalam bahasa Jepang pada pembelajar. Gumperz (1972:205) menjelaskan hal ini di Wardhaugh (1992:245)

Whereas linguistic competence covers the speakers’ ability to produce grammatically correct sentences, communicative competence describes his ability to select, from the totality of grammatically correct expressions

35

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

available to him, forms which appropriately reflect the social norms governing behavior in specific encounters.

Untuk alasan ini, para mahasiswa tingkat tiga angkatan 2008 dilibatkan di dalam studi ini. Meskipun proporsinya sedikit, para mahasiswa angkatan 2008 juga dilibatkan di dalam penelitian ini untuk menguji variabilitas yang boleh diakibatkan oleh usia yang relatif dari sampel.

Langkah yang berikutnya yang dipertimbangkan setelah disiapkan dari siapa yang cocok untuk menjadi sampel penelitian ini, kemudian menetukan jumlah sampel yang akan di ambil. Untuk mendapat data yang memuaskan, ada tiga ukuran-ukuran di dalam memilih suatu sampel yang diusulkan oleh Hagood (Young 1982) diadopsi. Pertama-tama, "sample itu harus mewakili; menunjukkan alam semesta (yang tidak memihak)." Pertanyaan itu dapat ditujukan tentang bagaimana caranya mendapat satu sampel yang cukup yang secara penuh menguraikan masyarakat bahasa. Kedua, "contoh harus dari ukuran yang cukup untuk menghasilkan hasil-hasil yang dapat dipercaya." Yang untuk menentukan banyaknya responden-responden seperti juga variasi usia, seks, dan kelas sosial yang memberi pengaruh kepada bahasa dinggunakan. Ketiga, "contoh yang harus dirancang sedemikian untuk bersifat efisien." itulah yang dipertimbangkan; menganggap efisiensi dari ukuran contoh dan jumlah dari penting untuk dikumpulkan dari masing-masing sample

Lebih dari itu, Best dan Kahn (1989 di Libugan 1997:36) menyatakan "in general, the minimum number of subjects believed to be acceptable for the study depends upon the type of research involved." Ketika penelitian ini dimasukkan ke dalam penelitian linguistik yang mempunyai lebih perilaku homogen yang

36

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibandingkan dengan jenis-jenis dari survei (Sankoff 1980 di Milroy 1987:21), 20 responden yang sesuai yang dipertimbangkan (untuk distribusi dari tiap responden-responden, melihat Gambar 1)untuk mengungkapkan perwujudan-perwujudan respon terhadap pujian pembelajar bahasa Jepang.

Gambar 1

Jumlah Reponden menurut angkatan

Akhirnya, jumlah yang menjadi sampel dengan memuaskan dicapai, karena seperti Sankoff di Milroy (1987:21) menunjukkan "… even for quite complex speech communities, samples of more than about 150 individuals tend to be redundant, bringing increasing data handling problems with diminishing analytical returns ...• ” (1980:51-52). Ini disebabkan karena homogenitas grup sampel. Di samping itu, 20 responden, analisis data akan menjadi yang lebih sederhana itu, lebih banyak fokus, dan meyakinkan (Patton 1990).

1.2. Prosedur Pengumpulan Data

0 5 10 15 20 Angkatan 2009 Angkatan 2008

37

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengumpulan data merupakan hal yang penting karena itu mempengaruhi data tersedia bagi analisa. Secara umum, masalah yang utama dihubungkan dengan pengumpulan data yang ‘natural’ karena data itu perlu datang dari kondisi yang alami sehingga data itu autentik. Bagaimanapun, ini akan menjadi hampir yang mustahil pada kondisi di lapangan. Instrumen-instrumen penelitian harus dirancang dengan baik, oleh karena itu. Keputusan untuk memilih instrumen-instrumen penelitian yang sesuai terutama didasarkan pada sasaran hasil dari penelitian. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti itu seperti waktu dan efisiensi, untuk mendapat sejumlah besar data dengan cepat, penelitian ini menggunakan angketdaam wujud Discourse Completion Test (DCT) sebagai instrumen utama. Sebagai satu usaha untuk memandu pengembangan situasi-situasi di dalam DCT suatu matriks dibangun (terlampir)

Teknik pengumpulan data lewat bermain peran atau semi-etnografik juga memiliki kelemahan, diantaranya ketika proses perekaman berlangsung. Hal ini ditegaskan oleh Stubbs (1983:225) bahwa “respondents might develop special verbal strategies for dealing with tape-recorders.” Selain itu, hasil penelitian Beebe-Cummings (1995) menunjukkan bahwa data yang diperoleh melalui bermain peran memiliki kesamaan dengan data yang diperoleh melalui tes isian wacana. Dengan demikian, dilihat dari segi efisiensi dan efektifitas pengumpulan data, untuk tujuan yang sama peneliti tindak tutur akan lebih banyak memilih menggunakan tes isian wacana daripada bermain peran terlebih data yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Melalui tes isian wacana, data dalam waktu singkat dapat terkumpul dalam jumlah banyak dan klasifikasi formula semantic dan struktur pertuturan bisa segera terungkap.

38

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Discourse Completion Test (DCT) adalah instrumen utama untuk mengumpulkan data di perilaku bahasa pembicara di dalam tuturan yang diposisikan. Test ini pada awalnya diusulkan oleh Blum-Kulka dalam 1982 untuk menyelidiki perwujudan tindak ujar para pembicara tidak asli dan yang asli tentang Ibrani dan itu sudah dikembangkan dan secara luas menggunakan untuk sejumlah studi-studi dari perwujudan tindak ujar seperti studi-studi dari permintaan, maaf, keluhan, penolakan, dan usul. Sebagai contoh DTC: 1. Rose (1992) あ 部屋 勉強し う し い 階 学生 部屋 音楽 聞 え あ そ 学生 知 い 音楽 音 くし く う 頼 し あ : __________________________________________ 原文英語/訳筆者 1. (Koastinwon, 2004) Situasi #1 あ 指 教官 A先生 40 歳代 男性 優しい先生 あ 親しく い 相談 乗 いま あ 日 先生 研究 室 A先生 あ ういう言いまし A先生 : 間 テ く いまし

39

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

あ :_______________________

Mempertimbangkan bentuk DCT seperti itu yang diusulkan oleh Rose (1992) dan Koastinwon (2004). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Penelitian ini diharapkan untuk mengungkapkan respon pujian yang diucapkan para pembelajar bahasa Jepang dalam bahasa Jepang yang telah dipelajari. Berisi uraian singkat situasi, yang ditetapkan latar, jarak sosial antara peserta-peserta, status yang relatif. Ruang yang kosong disiapkan untuk responden-responden sehingga dapat menaruh tanggapan-tanggapan mereka atau ujaran penutur.

Pemakaian DCT di dalam mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan. Bagaimanapun, paling nyata menurut Aziz (2000:49) berada di dalam faktor dari efisiensi waktu dan usaha dengan mana suatu corpus yang sangat besar dapat dikumpulkan. Karena situasi-situasi menyiapkan dalam bentuk DCT itu benar-benar luar biasa kepada percakapan responden yang sehari-hari dan nyata itu, masalah berhubungan dengan kesiap-siagaan responden itu boleh terjadi. Responden-responden itu adalah berhadapan dengan situasi-situasi dan peran-peran yang berbeda dari hidup mereka yang nyata dan akan jadi suatu batasan bagi mereka untuk mengisi DCT. Di sini, pembicara dan pendengar di dalam DCT itu bersifat secara hipotetis para pembicara tentang bahasa Jepang.

Beebe dan Cummings (1985 di Aziz 2000:51) meringkas keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari DCT sebagai berikut:

Tabel 1

40

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelebihan Kekurangan

DCT adalah suatu alat efektif dari sangat

DCT menanggapi tidak cukup mewakili; menunjukkan

1. Mengumpulkan sejumlah besar data dengan cepat.

2. Menciptakan satu penggolongan rumusan semantik yang terjadi di dalam ujaran alami

3. Mempelajari stereotypical, persyaratan-persyaratan yang dirasa untuk suatu secara sosial yang sesuai (meskipun [demikian] yang tidak selalu sopan) tanggapan.

4. Memperoleh pengertian yang mendalam ke dalam sosial dan faktor kejiwean yang mungkin untuk mempengaruhi ujaran dan kinerja.

5. Memastikan bentuk yang kanonik dari penolakan-penolakan, maaf-maaf, perpisahan, dll., di dalam pikiran dari para pembicara bahasa itu. .

1. Susunan kata yang nyata yang digunakan di dalam interaksi riil.

2. Cakupan dari penggunaan rumusan-rumusan dan strategi (sekitar, seperti penghindaran, cenderung untuk dihilangkan).

3. Panjang tanggapan atau banyaknya putaran diperlukan untuk memenuhi fungsi.

4. Kedalaman emosi bahwa pada gilirannya menurut mutu mempengaruhi nada, isi, dan wujud dari kinerja yang ilmu bahasa

5. Banyaknya pengulangan dan pengembangan-pengembangan terjadi

6. Yang nyata tingkat kejadian dari suatu tindak ujar eg., ya atau tidaknya seseorang akan naturalistically menolak sama sekali

41

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

. di suatu situasi yang diberi.

1.3. Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pertama-tama, data realisasi pertuturan diklasifikasi menjadi beberapa kategori berdasarkan pertimbangan kualitatif. Selanjutnya, frekuensi kemunculan dari setiap strategi tindak tutur dikuantifikasi, untuk mendeteksi kecenderungan-kecenderungan dalam realisasi tindak tutur, baik kecenderungan keseluruhan maupun per variabel sosial. Kecenderungan kecenderungan atau pola-pola ini kemudian dianalisis secara kualitatif, terutama untuk mengungkap keterkaitannya dengan aspek kesantunan berbahasa. Setelah itu transfer seperti apakah yang terjadi pada mahasiswa pembelajar bahasa Jepang ini.

Analisis data dimulai dengan menyeleksi seluruh data yang terkumpul dari tes melengkapi wacana dan wawancara. Dalam mengolah hasil Tes melengkapi wacana diidentifikasi dan dianalisis. Dianalisis dengan mengkategorisasikan jawaban dari angket dengan merujuk pada cara menganalisis yang dilakukan oleh Konsatianwon Sayan (2003), yaitu dengan mengkategorikan ke dalam 4 jenis respon.

1. 受け入 型 Penerimaan yang selanjutnya disingkat Ac: yaitu jawaban yang langsung menerima pujian, atau menjawab membalas secara positif) 2. 打 消 し 型 (Penolakan selanjutnya disingkat Re): Jawaban tidak menerima terhadap pujian dan memberikan respon negatif.

42

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. 回 避 型 (Menghindar selanjtnya disingkat Ev): Jawaban yang tidak menerima sepenuhnya pujian, atau tidak memerima secara langsung isi pujian, cenderung memberikan sikap mengabaikan dan menjawab dengan menjelaskan informasi dan alasan.

Jawaban dianalisis dengan menggunakan semantik formula berdasarkan tabel di bawah ini: Tabel 2 ほ 対 返答 タイル 析表 日本語 イン ネ ア語 受け入 Ac 1.感謝 あ う/サンキュー Terimakasih 2.賛同発言 う /そう/そう / / ?/そう ? /私 そう思う Oh begitu? / saya fikir juga begitu

3.喜び 発言 う しいわ/ Wah senangnya/ Alhamdulillah 4.ほ 追加 料理 結構自信 あ い あ まえ ! Iya lah..

Secara aku gituloh

43

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.不賛成 発言 いえいえ/全然/ま ま /そ

い/ い/違う

思うけ /いや/嫌い

Ah tidak biasa aja kok!!

2.意図へ 疑い ま 心 い 言 うそ

し ?

Wah ada apa nih?

回避 Ev 1.情報的コメン 梅田 買 気 入 い Kemarin beli di BIP Saya suka 2. フ 母 買 く 運 け

Ibu saya yang memberi Saya beruntung saja 3.控え 発言 まあ 曲 け 自身あ Ya gitu deh.. 4.ほ 返し B 手 あ そ い

Wah kamu juga pinter loh!! 5.的確 へ 疑 問. ま い そう?/ほ ?/マ ?/そう / あ う う Beneran? 6.話題 替 え

7.ほ 軽減 アホ 努力 補 いま Karena saya bodoh

jadi harus lebih semangat

44

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8.笑い 笑い

9.照 .驚 発

136

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini terfokus pada transfer pragmatik dalam respon terhadap pujian pembelajar bahasa Jepang. Permasalahan penelitian terpusat pada empat hal yaitu realisasi tuturan pembelajar bahasa Jepang, realisasi tuturan native bahasa Jepang, pengaruh teori kesopanan pada realisasi tuturan dan transfer pragmatik yang terjadi pada realisasi tuturan.

Simpulan pertama merujuk pada permasalahan penelitian pertama yaitu realisasi tuturan pada pembelajar bahasa Jepang. teridentifikasi menjadi 3 kategori yang mengandungi 15 strategi, yaitu kategori Ucapan terimakasih, ungkapan persetujuan, ungkapan bahagia, praise upgrade, Ungkapan tidak setuju, mencurigai maksud pemberi pujian, komentar berupa informasi, shift, hikaemena hatsugen (ungkapan diplomatis), return, Question, Mengganti topik, scale down, tertawa, malu dan ungkapan terkejut

Kategori tuturan yang paling banyak muncul adalah Menerima pujian (43%) diikuti oleh kategori Reject atau penolakan (31%) dan katageri dengan kemunculan yang paling sedikit ialah menghindar (Evade) (25,6%).

137

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Strategi tuturan yang paling banyak muncul adalah ungkapan ketidak setujuan (31,4%),berikutnya ucapan terimakasih (30,8%) kemudian 的確さへの疑問・ ま

い (12,2%), jyouhoukomento (6,4%), sandouhatsugen (5,6%), yorokobihatsuen (5,3%), homentsuika (1,9%), homeno kegen (1,4%), shifuto (1,4%), hikaemena hatsugen dan tereru. Odoroki hatsuen (1,1%) dan yang terakhir wadaino kirikae dan ito e no hatsugen (0,3%).

Simpulan kedua terkait merujuk pada permasalahan penelitian kedua yaitu realisasi tuturan pada native bahasa Jepang, adalah Kategori tuturan yang paling banyak muncul adalah Menerima pujian (61%) diikuti oleh kategori menghindar (Evade) (30%) dan katageri dengan kemunculan yang paling sedikit ialah Reject atau penolakan (12%).

Strategi tuturan yang paling banyak muncul adalah ucapan terimakasih (36,9%), kemudian ungkapan ketidaksetujuan (12,8%), berbeda dengan pembelajar bahasa Jepang,native bahasa Jepang banyak menggunakan home kegen (11,4%), kemudian yorokobi hatsugen (9,4%), hometsuika (7,5%), sandouhatsugen (7,2%), jyouhoukomneto (4,7%), shifuto (3,3%), tekikakusaenoutagai (2,8%), hikaemena hatsugen (1,7%), warai (1,4%), tereru odoroki hatsugen (0,6%) dan yang terakhir wadai no kirikae (0,3%)

Simpulan ketiga permasalahan Perbandingan antara respon pujian pembelajar bahasa Jepang dan native bahasa Jepang, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan, untuk persamaannya adalah kategori yang paling banyak digunakan oleh pembelajar

138

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Jepang maupun Native bahasa Jepang adalah dengan kategori menerima, dan untuk strategi yang paling banyak digunakan oleh pembelajar bahasa Jepang adalah strategi ungkapan ketidak setujuan terhadap pujian, sedangkan strategi yang paling banyak digunakan oleh native bahasa Jepang adalah ungkapan terimakasih. dan dari prespektif kesantunan digunakan pembelajar bahasa Jepang menggunakan strategi ungkapan ketidak setujuan terhadap pujian (31%) hal ini menunjukan bahwa penutur menunjukan kerendahan hati dengan menolak pujian yang diutarakan, pembelajar bahasa Jepang tidak menggunakan strategi Shift dalam merespon pujian, sedangkan native bahasa Jepang menggunakan strategi shift dalam merespon pujian, terutama pujian dengan objek aksesoris.

Simpulan keempat mengacu pada transfer yang terjadi pada tuturan pembelajar bahasa Jepang. Menganalisis Dengan membagi kedalam dua jenis transfer, yaitu pragmalinguitik dan sosiopragmatik. Transfer pragmalinguistik adalah tindak pragmatik yang disampaikan penutur ke dalam ujaran tertentu sistematis berbeda dengan tindak yang biasanya digunakan oleh penutur asli atau bila strategi-strategi tindak tutur di transfer dari bahasa pertama ke bahasa kedua secara tidak tepat. Misalnya pola urutan bahasa Indonesia yang ditransfer langsung pada basa Jepang, ほ

わ け い 。Homeruwakenaideshou Bukan hal yang patut dipuji. Tuturan di atas adalah tuturan yang digunakan untuk menjawab situasi#3 Dipuji oleh teman mengenai belajar sebelum ujian . penutur berusaha untuk mengelak pujian dengan menggunakan strategi scaledown. Namun penggunaan tuturan di atas bagi native sendiri makna tuturannya kurang jelas. Hal ini menimbulkan salah paham

139

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam komunikasi lintas budaya. Apabila penutur bermaksud untuk mengungkapkan bukan hal yang patut dipuji dalam bahasa Indonesia maka ungkapan yang lebih tepat

digunakan. homerareruhodojyanaiyo ほ ほ い .

Transfer sosiopragmatik terjadi disebabkan oleh perbedaan budaya yang melatarbelakangi bahasa yang berbeda. Hal ini berakibat terhadap munculnya persepsi yang berbeda terhadap tindak linguistik yang sama. Misal penggunaan

penggunaan ええ?ほん う?い 。あん こそふ う わいい 。

Ee? Hontou? Iyada. Antakoso futsuuni kawaiiyo.

Eh benarkah? Tidak suka. Kamupun biasanya juga cantik.

Terdapat beberapa penggunaan ungkapan yang tidak lumrah digunakan dalam konteks bahasa Jepang, namun dalam bahasa Indonesia berterima, pengunaan ungkapan anta(あん ) sebagai kata ganti orang ke dua meskipun dalam hubungan sesama teman. Biasanya tidak digunakan, dalam bahasa Jepang biasanya langsung menyebutkan nama. Dan panggunaan kata Futsuuni ふ う dalam bahasa Jepang tidak boleh digunakan. Maksud penutur dalam konteks ini menunjukan bahwa pemberi pujian juga biasanya lucu, bermaksud untuk balik memuji pemberi pujian, namun dalam konteks bahasa Jepang dapat bermakna sindiran, cantik yang biasa saja. Sehingga menimbulkan kesan tidak sopan. Dan penggunaan ungkapan Alhamdulillah,

んば ま 。(Alhamdulillah, motto ganbarimasu). <Segala puji bagi Allah, akan terus berusaha lagi>. Menunjukan transfer sosiopragmatik yang jelas sekali, apabila penutur merespon pujian dengan menggunakan tuturan di atas, maka

140

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lawan bicara tidak akan mengerti pada awalnya. Penutur membuka percakapan dengan ucapan syukur Alhamdulillah yang merupakan jawaban khas Muslim, karena penutur adalah seorang muslim maka terjadilah transfer sosiopragmatik. Dalam ajaran Islam apabila kita mendapatkan pujian maka kita harus mengembalikan pujian tersebut kepada Allah tuhan yang sangat layak untuk medapatkan pujian.

Pemahaman budaya dan bahasa yang baik dapat memudahkan kita berkomunikasi pada bahasa kedua(dalam hal ini bahasa Jepang) dan meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi.

Pada respon terhadap pujian dalam bahasa Jepang kebanyakan penutur asli bahasa Jepang tidak menjawab dengan kata pendek ya dan tidak saja, kebanyakan mereka menggunakan gabungan antara beberapa strategi.

Memahami dan mampu melaksanakan aturan sosial dalam berkomunikasi merupakan salah satu bagian dari kompetensi komunikatif model Canale dan Swain (1982), yang terdiri atas kompetensi linguistik, kompetensi wacana, kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi strategi. Kompetensi linguistik mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengggunakan kaidah bahasa yang benar/berterima. Kompetensi wacana mengacu pada kemampuan untuk mengaitkan serangkaian ujaran agar menjadi makna yang utuh dan runtut (coherence). Kompetensi sosiolinguistik adalah kemampuan untuk memilih ujaran yang patut atau baik (appropriate) sesuai dengan konteksnya, sedangkan kompetensi strategi merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah atau hambatan dalam

141

Rosi Rosiah, 2013

Transfer Pragmatik Oleh Pembelajar Bahasa Jepang Dalam Respon Terhadap Pujian

Dokumen terkait