• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Resume Penelitian Sebelumnya

Tabel. 2.1. Resume Penelitian Sebelumnya

No Penulis Judul Analisis Data Kesimpulan

1 Suparman (2007)

Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan, Motivasi, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai

Structural Equation Modeling

Diperoleh hasil bahwa Peran Kepemimpinan, Motivasi, dan Komitmen Organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara

Regresi linier berganda

Hasil pengujian hipotesis diperoleh Kepemimpinan dan

Iklim Organisasi

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Universitas Methodist Indonesia

Regresi linier berganda

Hasil pengujian hipotesis diperoleh motivasi kerja dan

kemampuan kerja

berpengaruh terhadap kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat krisis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Arikunto, 2010).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarnnya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini terdiri dari 2, yaitu:

1. Variabel Independen (X)

Menurut Sekaran (2004) variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara negatif atau negatif.

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari 3 yaitu Kepemimpinan (X1) Kemampuan Kerja (X2) dan Motivasi (X3).

2. Variabel Dependen (Y)

Menurut Sekaran (2004) variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja pegawai (Y).

Berikut disajikan gambar kerangka konseptual untuk pengembangan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

3.2. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka dikembangkan kerangka konseptual penelitian yang akan diuji secara simultan dan parsial.

Penelitian ini melibatkan tiga variabel terdiri dari dua variabel independen yaitu kepemimpinan (X1), Kemampuan Kerja (X2) dan Motivasi (X3) serta satu variabel dependen yaitu Kinerja Pegawai (Y) UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Adapun definisi operasional dan indikator pengukuran masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut.

1. Variabel Kinerja Pegawai (Y), Kinerja Pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai tersebut dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Adapun indikator variabel kinerja pegawai adalah sebagai berikut: (1) Kuantitas kerja pegawai; (2) Kualitas kerja pegawai; (3) Efesiensi kerja pegawai; (4) Sikap kerja pegawai; (5) Standar kualitas kerja pegawai; dan (6) Kemampuan kerja pegawai.

Kepemimpinan (X1)

Kemampuan Kerja (X2)

Kinerja Pegawai (Y)

Motivasi (X3)

2. Variabel kepemimpinan (X1), kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun indikator variabel kepemimpinan sebagai berikut: (1) Penetapan keputusan oleh pimpinan; (2) Keputusan bersama; (3) Pengawasan prilaku pegawai; (4) Kebijaksanaan pimpinan;

dan (5) Pimpinan mendorong prestasi dari bawahan.

3. Variabel Kemampuan Kerja (X2), kemampuan kerja merupakan kondisi potensi yang dimiliki seseorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang secara penuh kesungguhan, berdaya guna, dan berhasilguna dalam melaksanakan pekerjaannya. Adapun indikator variabel kemampuan kerja sebagai berikut; (1) komunikasi yang baik; (2) menjaga hubungan pribadi; (3) memahami instruksi; (4) menganalisa informasi; (5) membuat laporan; (6) melaksanakan prosedur kerja; dan (7) menyusun agenda kegiatan.

4. Variabel Motivasi (X3), motivasi merupakan kekuatan yang kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas sesuai dengan dorongan tersebut. Adapun indikator variabel motivasi adalah sebagai (1) faktor interinsik, (2) faktor ekstrinsik.

Definisi operasional variabel meupakan penjelasan dari teoretis mengenai variabel penelitian, sehingga dapat diamati dan diukur dengan menentukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen tersebut digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh kedua variabel tersebut. Berikut disajikan secara ringkas definisi operasional, indikator variabel dan skala pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala

Ukur Kinerja pegawai

(Y)

Suatu hasil yang dicapai oleh pegawai tersebut dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu.

1. Kuantitas kerja pegawai;

2. Kualitas kerja pegawai;

3. Efesiensi kerja pegawai;

4. Sikap kerja pegawai;

5. Standar kualitas kerja

Cara seorang pemimpin untuk mempengaruhi

3. Pengawasan prilaku pegawai;

4. Kebijaksanaan pimpinan;

5. Pimpinan mendorong prestasi dari bawahan.

Likert

Kemampuan Kerja

(X2)

Kondisi potensi yang dimiliki seseorang

pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang secara penuh kesungguhan, berdaya guna, dan berhasilguna dalam melaksanakan pekerjaannya.

1. Komunikasi yang baik 2. Menjaga hubungan yang kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas sesuai dengan dorongan tersebut

1. Faktor Interinsik 2. Faktor Ekstrinsik

Likert

Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2015

3.3. Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan tentatif yang mengajukan suatu penjelasan tentang beberapa kejadian atau peristiwa (Sekaran, 2004). Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan. Adapun hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Apakah faktor kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan?

H2 : Apakah faktor kemampuan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan?

H3 : Apakah faktor motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan?

H4 : Apakah faktor kepemimpinan, kemampuan kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu meneliti ada atau tidaknya pengaruh antara variabel-variabel independen yaitu kepemimpinan, kemampuan kerja dan motivasi terhadap variabel dependen, dalam hal kinerja pegawai, sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu faktor dalam keputusan menjalankan strategi Manajemen Sumber Daya Manusia.

Menurut Sinulingga (2013), penelitian korelasional ialah suatu penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan (berkorelasi) dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.

4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan jalan Brigjen Katamso Dalam No 90 K Medan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, dimulai dari bulan April 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang berstatus pegawai negeri sipil dan honor yang berjumlah 60 orang. Sedangkan penentuan sampel dalam penelitian ini

dengan menggunakan sensus atau sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2004).

4.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, adalah data yang dikumpulkan peneliti melalui teknik interview, kuesioner, dan observasi (Sinulingga, 2013). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari responden dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai UPT V Dispenda Kota Medan.

2. Data Sekunder, adalah data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti (Sinulingga, 2013). Dalam penelitian ini data sekunder berupa profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan hasil-hasil penelitian terdahulu berbentuk jurnal-jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan penelitian ini, data dan informasi dikumpulkan dengan menggunakan metode yaitu:

1. Wawancara (Interview) kepada pegawai UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memberikan informasi dan keterangan yang terkait dengan obyek penelitian.

2. Daftar pertanyaan (Questionnaires) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan yang diberikan kepada pegawai UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk dijawab.

3. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan dokumen-dokumen pendukung yang diperoleh secara langsung dari UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang berhubungan dengan penelitian.

4.6. Uji Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan analisis regresi maka data yang berasal dari besaran varian kualitatif dikonversikan ke dalam besaran kuantitatif yang biasanya diukur dengan skala Likert yang memiliki rentang nilai yang tidak terlalu besar.

Selanjutnya dilakukan uji kualitas data yaitu uji validitas dan reliabilitas. Uji instrumen penelitian merupakan uji kualitas atas instrumen penelitian untuk mengetahui apakah pertanyaan yang disampaikan dapat mempresentasikan apa yang seharusnya diteliti.

4.6.1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk menguji apakah instrumen yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan pengukurannya. Menurut Ghozali (2005) menyatakan bahwa pengukuran validitas dapat dilakukan dengan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Perhitungan korelasi bivariate

masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Teknik pengujian validitas dengan menggunakan tingkat signifikan 5%

untuk mengetahui keeratan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan cara mengkorelasikan antara skor ítem pertanyaan terhadap skor total. Menurut Sugiyono (2004), jika nilai validitas Corrected Item Total Correlation setiap pertanyaan lebih besar dari 0,30 maka butir pertanyaan dianggap sudah valid tetapi jika berada dibawah 0,30 maka item pertanyaan tersebut tidak lagi diikutsertakan. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai rtabel

dengan rhitung. Jika rhitung lebih besar dari rtabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

4.6.2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian realiabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan) alat pengumpul data yang digunakan. Jumlah varian butir dicari terlebih dahulu dengan cara mencari nilai varian tiap butir. Menurut Ghozali (2005), suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Setelah uji validitas dilakukan maka selanjutnya terhadap kuesioner yang akan disebarkan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat konsistensi jawaban.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Repeated Meansure atau pengukuran diulang dilakukan dengan cara memberikan kuesioner (pertanyaan) yang sama pada waktu yang berbeda dan kemudian dilihat apakah responden tetap konsisten dengan jawabannya.

2. One shot atau pengukuran sekali saja dilakukan dengan cara hanya sekali saja kuesioner diberikan kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban.

Pengujian ini dilakukan dengan cara menggunakan pengukuran reliabilitas one shot atau pengukuran sekali saja. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60.

4.7. Teknik Analisis Data 4.7.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang ditetapkan telah dapat dilakukan analisis dan melihat apakah model prediksi yang dirancang telah dapat dimasukkan ke dalam serangkaian data, maka perlu dilakukan pengujian data. Untuk mendapatkan model regresi yang baik harus terbebas dari penyimpangan data yang teridir dari normalitas, multikolonieritas dan heteroskedastisitas.

4.7.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Untuk melihat normalitas residual dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normalakan

membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Cara lain yang digunakan untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari alpa (0,05) maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.

Menurut Ghozali (2005), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Normalitas dapat diuji dengan dua pengujian, yaitu:

1. Scatter plot diagram 2. Kolmogorov-Smirnov Test.

4.7.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas (independen).

Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas. Dalam model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Ada tidaknya masalah multikolinieritas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Menurut Santoso (2002), pedoman

suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai VIF kurang dari angka 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.

4.7.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi itu terjadi perbedaan varians dari residual satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas yang dapat dilakukan dengan melihat grafik plot dan uji glejser.

Menurut Santoso (2002), untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat gejala yang dapat dilihat pada Scatterplot yang dihasilkan oleh program SPSS dengan dasar pengambilan keputusan. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji glejser dapat dilihat jika variabel independen signifikan dibawah 5%

secara statistik maka diindikasikan terjadinya heteroskedastisitas dan apabila probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% maka model regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

4.7.2. Regresi Linear Berganda

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan

diantara bagian dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Analisis data yang digunakan dalam menganalisa pengaruh kepemimpinan dan kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah analisis data regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun persamaan regresi linier berganda yang digunakan penelitian ini sebagai berikut:

4.7.3. Analisis Korelasi

Untuk menguji hubungan dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini, digunakan teknis korelasi tata jenjang atau rank correlation atau sering juga disebut dengan uji korelasi Rank Spearman. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data dari instrument penelitian ini menggunakan skala likert dimana nilai skala likert berupa data ordinal. Rumus Rank Spearman yang digunakan

Keterangan:

p : Koefisien Korelasi n : Banyaknya Responden

bi2 : Jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dengan rank variabel Y Setelah mendapatkan nilai koefisien korelasi dihitung signifikansi dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut:

t = p 2

t = Uji Signifikansi Korelasi p = Koefisien Korelasi n = Banyaknya Responden

Setelah nilai thitung diketahui dari uji signifikansi korelasi, selanjutnya hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel untuk pengujian terhadap hipotesis penelitian. Jika thtung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Atau dapat juga digunakan dengan menggunakan nilai probabilitas signifikansi, dimana jika nilai prob. Sig. < 0.05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima, dan sebaliknya jika nilai prob. Sig. > 0.05 maka, H0 diterima dan H1 ditolak.

Selanjutnya untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya koefisien korelasi atau memberikan interpretasi koefisien korelasi digunakan tabel kriteria berdasarkan tabel Guilford (Sugiono, 2012)

Tabel 4.1 Tabel Kriteria Guilford

Besarnya nilai rs Kategori

< 0,20

4.8. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian secara serempak dan parsial dilakukan dengan menggunakan aplikasi software pengolahan data Statistical Package for Social Science (SPSS) dengan analisis sebagai berikut:

4.8.1. Uji t

Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas kepemimpinan, kemampuan kerja dan motivasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan. Kriteria pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

H0 : b1, b2 , b3 = 0, artinya kepemimpinan, kemampuan kerja dan motivasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan.

H1 : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya kepemimpinan, kemampuan kerja dan motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V pada Dispenda Kota Medan.

Nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak dengan α = 0,05 2. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dengan α = 0,05 4.8.2. Uji F

Pengujian hipotesis untuk uji f (uji serempak) dilakukan untuk melihat signifikan secara serempak variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat akan diuji pada tingkat kepercayaan 95%

atau tingkat kesalahan (uji serempak) adalah α= 0,05 (5%). Rumus yang digunakan untuk statistik F.

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya kepemimpinan, kemampuan kerja dan motivasi secara serempak tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V Dispenda Kota Medan

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya kepemimpinan, kemampuan kerja dan

motivasi secara serempak berpengaruh terhadap kinerja pegawai UPT V Dispenda Kota medan

Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel. Kriteria pengujian hipotesis secara serempak adalah sebagai berikut:

1. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak dengan α = 0,05 2. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dengan α = 0,05 4.8.3. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas (kepemimpinan, disiplin kerja dan iklim organisasi) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (prestasi kerja) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dari variabel terikat.

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelolah bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub ini tidak terdapat lagi sub seksi karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib Pajak Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di Kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian Pendapatan. Pada Bagian Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan para wajib pajakI wajib pajak retribusi Daerah Kota Medan.

Sehubungan dengan instruksi menteri dalam Negeri Nomor KUPD17/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan Daerah.

Bagian tata usaha terdiri dari 3 kepala sub bagian. Peningkatan pendapatan daerah melalui sub sektor perpajakan, retrisbusi daerah, pendapatan daerah lainnya serta peningkatan pemungutan pajak parkir yang merupakan kontribusi yang cukup penting di Pemerintah Daerah.

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan manual pendapatan daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun manual pendapatan daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan dalam:

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tanggal 26 Mei 1988, tentang Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

4. Penyempurnaan system dan prosedur perpajakan dan orgamsasi pendapatan Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaan ini merupakan

berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867, tanggal 2 Mei 1988, lnstruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 188J421790/SKl1991 tentang pelaksanaan Perda Nomor 16 Tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

5.2. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dalam memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melakanakan aktifitasnya, Dinas Pendapatan Kota Medan telah membentuk struktur organisasi yang merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada Dinas Pendapatan Kota Medan dan untuk mencapai tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada Dinas Pendapatan Kota Medan dan untuk mencapai tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi

Dokumen terkait