• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.4. Pajak dan Retribusi

2.2.4.1 Retribusi

Setelah mengetahui definisi-definisi dari pajak di atas marilah kita coba bandingkan dengan apa yang dimaksud dengan retribusi. Definisi retribusi menurut Suparmoko adalah “suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut, misalnya: retribusi pasar, parkir, retribusi air dan lain-lain.

(Suparmoko, 1992 : 94)

2.2.4.2. Pajak

Menurut definisi pajak dan retribusi di atas dapat kita pahami beberapa unsur dari pajak yaitu : iuran pada negara, dapat dipaksakan, berdasarkan Undang-undang, tidak mendapat prestasi kembali secara langsung. Unsur dapat dipaksakan bersifat yuridis artinya akan dapat membawa akibat hukum bagi para pelanggarnya. Sedangkan bagi retribusi

bersifat ekonomis yang pada hakekatnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Perbedaan lain yang didapat adalah bahwa manfaat yang didapat dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat tidak dapat langsung dinikmati oleh masyarakat pada saat pajak dibayarkan. Sehingga unsur kesadaran dari masyarakat (Tax Morality) sangatlah penting dalam pembayaran pajak tersebut. Hal ini dikarenakan manfaat dari pembayaran pajak tidak 1angsung dapat dinikmati. lain halnya dengan retribusi yang manfaatnya langsung dapat kita nikmati. Jadi perlu ditekankan sekali lagi disini bahwa jika masyarakat sadar akan manfaat dari pembayaran pajak tersebut, maka itu berarti masyarakat telah membantu pemerintah dalam pengumpulan pajak di mana pajak itu sendiri digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah, antara lain: penyediaan barang publik, memelihara stabilitas nasional dan lain sebagainya. (Sudarsono. 1994 : 2)

2.2.5. Pengertian Upah

Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan kepada dua pengertian gaji dan upah. Dalam pengertian sehari-hari gaji diartikan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tenaga professional seperti pegawai pemerintah, dosen, guru, manager dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar.

Di dalam teori ekonomi upah diartikan sebagai pembayaran ke atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan antara pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja tetap dan professional dengan pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap. Di dalam teori ekonomi kedua jenis pendapatan pekerja ( pembayaran kepada para pekerja) tersebut dinamaan upah. (Sukirno, 1994:350).

2.2.5.1Pengertian Rata-Rata Upah Minimum Regional

Ada perbedaan yang penting antara upah uang dan Upah Minimum Regional. Upah uang adalah banyak rupiah yang diterima oleh para buruh dari majikannya sebagai pembayaran untuk jasa-jasa yang telah diberikannya. Upah Minimum Regional ialah banyaknya barang-barang dan jasa-jasa yang dapat dibeli dengan upah uang pada suatu waktu tertentu.

Ini berarti bahwa Upah Minimum Regional tergantung dari tingkat harga dan tingkat upah yang berlaku pada waktu yang sama. Jika upah uang tinggi sedangkan tingkat harga relatif rendah, maka Upah Minimum Regional akan lebih tinggi daripada jika tingkat harga telah naik, Oleh karena itu nilai uang terletak dalam barang-barang dan jasa-jasa yang akan dibeli maka untuk memeriksa tetap tidaknya tingkat upah, harus diukur dengan Upah Minimum Regionalnya.

Sistem pengupahan merupakan kerangka upah diatur dan ditetapkan sistem pengupahan di Indonesia. Sistem pengupahan di suatu Negara biasanya didasarkan pada falsafah / teori yang dianut oleh negara.

Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi, yaitu :

1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya. 2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang.

3. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja.

Penghasilan dan imbalan yang diterima seseorang karyawan dan pekerja sehubungan dengan pekerjaan dapat digolongkan ke dalam empat bentuk, yaitu:

1.a. Upah (dalam bentuk uang yang diterima dalam satuan yang ditetapkan).

b. Gaji (dalam bentuk uang yang diterima dalam jangka waktu yang ditetapkan).

2. Tunjangan dalam bentuk natural (dalam bentuk dan bahan-bahan kebutuhan pokok).

3. Fringe Benefit (pemberian diluar gaji sehubungan dengan jabatan pekerjaan).

4. Kondisi lingkungan kerja. (Simanjuntak, 1998 : 110)

Tingkat upah dapat diistilahkan dengan Labour Cost yang mempunyai pengertian sebagai seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha

sehubungan dengan memperkerjakan seseorang. Dari sudut pengusaha seolah-olah tenaga kerja dipandang sebagai ongkos produksi. Upah sebagai harga tenaga kerja hanya dilihat dari sudut permintaan pengusaha akan tenaga kerja. Perihal harga tenaga kerja (upah) hanya aspek permintaan yang diutamakan (demand price of labour). Merupakan berat sebelah, jika faktor upah dilihat dari segi permintaan, pandangan tersebut harus ditekankan pula pertimbangan yang terdapat pada pihak yang menawarkan pekerjaannya kepada pihak yang meminta. Dengan perkataan lain, perihal harga tenaga kerja (upah) harus dikemukakan pula aspek penawaran yang berupa tenaga. Faktor pengorbanan harus dibandingkan dengan faedah yang diterima sebagai balas jasa.

Dalam hubungan ini upah uang tidak hanya dipandang sebagai ongkos produksi bagi pengusaha, upah juga merupakan faedah yang dihubungkan dengan sejumlah uang yang diterima, dibandingkan dengan pengorbanan yang dirasa dengan meninggalkan kondisi hidup sebelumnya.

Upah yang diterima tenaga kerja merupakan imbalan prestasi kerja sehingga didalamnya harus mencerminkan keadilan baik bagi pengusaha maupun bagi yang menerimanya. Tenaga kerja yang mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam proses produksi seharusnya memperoleh upah yang lebih tinggi pula. Sebaliknya tenaga kerja yang kurang produktif semestinya mendapatkan upah yang lebih rendah.

Masalah pengupahan adalah sensitif, bagi pengusaha upah dipandang sebagai beban, karena semakin besar upah yang dibayarkan semakin kecil proporsi keuntungan yang diperoleh. Pemerintah sering mengalami kesulitan dalam merumuskan kebijaksanaan tingkat upah. Sebab itu, pemerintah berkepentingan untuk melindungi karyawan dan perusahaan dengan kebijakan penentuan upah minimum yang diarahkan dapat memenuhi kebutuhan fisik karyawan dan keluarganya.

Meskipun ditetapkan tingkat upah, tetapi ada hal-hal lain yang menyebabkan perbedaan tingkat upah antara kelompok, yaitu:

a. Perbedaan upah kompensasi.

Perbedaan tingkat upah berdasarkan kompensasi jenis pekerjaan yang bersifat non moneter.

b. Perbedaan dalam kualitas tenaga kerja.

Perbedaan kualitatif diantara tenaga kerja seperti perbedaan kemampuan, ketrampilan dan pengalaman yang didapat serta tempat pekerjaan yang semuanya akan menimbulkan perbedaan upah kompetitif.

c. Perbedaan karena unsur

Unsur sewa dalam upah orang-orang yang unik (mempunyai bakat dan kemampuan khusus) dihargai dalam perekonomian.

d. Segmentasi pasar tenaga kerja yaitu adanya kelompok yang tidak bersaing dalam pasar tenaga kerja.

Pekerja berada dalam kelompok ini kalau penawaran dan permintaan berbeda jauh dan diferensiasi upah selalu ada sebagai contoh ialah dokter dan ahli matematika karena sulit dan mahal bagi anggota kelompok profesi ini memasuki pasar lainnya.

(Samuelsoil dan William, 1996 : 284)

Gambar 2 : Penentuan Tingkat Upah dan Kesempatan Kerja Berdasarkan Pendekatan Tradisional Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Sumber : Todaro, 1991, Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi Tiga Hal. 239

Pada gambar tersebut dapat diamati bahwa titik equilibrium E dengan tingkat upah sebesar 0 We maka jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan individu-individu sama besarnya dengan yang diminta oleh pengusaha yaitu sebesar 0 Ne pada tingkat upah yang lebih tinggi yaitu sebesar 0 w2 maka penawaran tenaga kerja mendorong turunnya tingkat upah ke 0 We pada tingkat yang lebih rendah yaitu sebesar 0 Wi maka

jumlah tenaga kerja yang diminta melebihi jumlah penawaran akan tenaga kerja dan terjadi persaingan antara produsen sehingga mendorong kenaikan tingkat upah kembali ke tingkat equilibrium 0 We pada titik ini terjadi kesempatam kerja penuh ( full employment ) yakni pada tingkat upah equilibrium tersebut semua orang menginginkan pekerjaan dan akan memperoleh pekerjaan, sehinga tidak terdapat penggangguran secara sukarela ( voluntary and employment ) teori yang menerangkan hubungan antara tingkat upah dan kesempatan kerja tersebut pada dasarnya bersifat umum. Asumsi yang dipergunakan juga mempergunakan petunjuk bahwa tingkat upah yang berlaku bersifat umum, asumsi yang dipergunakan juga menunjukkan bahwa tingkat yang berlaku bersifat fleksibel.

Dokumen terkait