• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berawal dari pendapat James Mc Master, seorang pengajar ilmu ekonomi di Sekolah Ilmu Administrasi Canberra, Australia, menyatakan retribusi didasari atas dua prinsip, yaitu yang pertama adalah “benefit principle”. Dibawah prinsip ini, mereka menerima kenikmatan langsung dari suatu pelayanan harus membayar sesuai dengan kebutuhan mereka. Prinsip kedua adalah “ability-to-pay principle”, berdasarkan prinsip ini pengenaan tarif retribusi berdasarkan kemampuan dari wajib retribusi. Semakin rendah penghasilannya, maka semakin rendah harga yang dikenakan dibanding dengan mereka yang tinggi penghasilannya.

Lebih lanjut, Ronald C. Fisher, seorang ahli keuangan Negara dan daerah menyatakan teori retribusi sebagai berikut: secara teoritis, pengenaan retribusi harus mencapai dua tujuan:

1. Retribusi harus membuat wajib retribusi menghadapi harga sesungguhnya atas keputusan konsumsi mereka, menciptakan suatu insentif untuk pilihan efisien. 2. Pengenaan retribusi untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan dari pajak

daerah. Berkaitan dengan teori tersebut, dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa harga barang dan jasa (layanan) yang diberikan oleh pemerintah

hendaknya pada biaya tambahan (marginal cost), yaitu untuk melayani konsumen yang terakhir.

Devas berpendapat, bahwa retribusi daerah haruslah merupakan suatu harga yang dibayar oleh masyarakat terhadap layanan yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan timbal balik yang sepadan.Lebih lanjut zorn mengatakan bahwa terdapat tiga syarat penting yang harus dipenuhi sebelum retribusi dapat dikenakan pada suatu barang atau jasa pemisalan kenikmatan, dapat dikenakan pungutan, dan sukarela.

Ketiga kondisi tersebut tidak terdapat dalam pure public goods tetapi terdapat di pure private goods. Dari gambaran-gambaran singkat mengenai teori retribusi di atas, yang menjadi poin penting adalah pemenuhan syarat-syarat ini harus diikuti dengan manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh wajib retribusi yang telah membayar retribusi.

Objek retribusi daerah hendaknya menjadi perhatian pemerintah daerah dan bukan hanya layanan yang seadanya, perbaikan dan penambahan fasilitas dapat digunakan oleh wajib retribusi juga harus dilakukan sebagai imbalan terhadap retribusi yang telah dibayar. Perbaikan dan penambahan fasilitas berhubungan dengan manajemen pendapat asli daerah yang akan dibahas selanjutnya.

Menurut undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pasal 1, angka 26 undang-undang yang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau golongan.

Menurut Kunarjo (2006 :170) mengemukakan bahawa retribusi adalah pemungutan uang sebagai pembayaran, pemakaian atau memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah baik yang berkepentingan karena jasa yang diberikan pemerintah dan berdasarkan peraturan umum yang dibuat oleh pemerintah. Kemudian S. Prawiro Hardjono (1980 : 62) juga berpendapat bahwa retribusi adalah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah baik langsung maupun tidak langsung.

Selanjutnya R. Soedarjo (1980 : 62) berpendapat bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah. Selain itu Sutrisno Prawirohardjo (1984 : 202) lalu mengemukakan bahwa retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah baik langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa retribusi adalah pungutan daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap setiap orang atau badan yang memperoleh fasilitas-fasilitas atau tempat penggunaaan atau mendapat jasa yang telah disediakan oleh pemerintah daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dari pengertian retribusi daerah di atas dapat pula diikhtisarkan ciri-ciri pokoknya yaitu retribusi

dipungutoleh daerah, Dalam pemungutannya retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat ditunjuk, Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau menggunakan jasa yang disediakan daerah.

Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan, Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan sedangkan Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tentang dari pemerintah daerah.

Objek retribusi daerah adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut di kelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa dan Usaha, Retribusi perizinan tertentu.

Sumber pendapatan lain yang dapat dikategorikan dalam pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan (Kesit Bambang Prakosa, 2003). Retribusi daerah dapat dibagi dalam beberapa kelompok yakni retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan (Kesit Bambang Prakosa, 2003).Suparmoko menyatakan bahwa, retribusi adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut.

Terdapat perbedaan dari seluruh pengertian-pengertian tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari retribusi adalah:

2. Retribusi dipungut oleh Negara atau pemerintah daerah kepada masyarakat yang tidak dapat dipaksakan.

3. Dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Pembayaran mendapatkan imbalan jasa atau kontrapretasi langsung.

5. Hasil pungutan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum Negara atas kepentingan-kepentingan publik.

Penentuan tarif adalah fungsi administrasiyang penting dalam hal pemungutan retribusi. Namun demikian, terdapat hal-hal yang membuat dibedakannya pembiayaan yang dilakukan dengan berdasarkan pajak dan retribusi, antara lain:

1. Sulitnya membedakan defenisi antara barang publik dan barang pribadi

2. Aplikasi logis dan peraturan sering melibatkan pembayaran pajak, didalam pembayaran sesuatu yang melebihi kas pemerintah mupun batasan sari pikiran sehat.

3. Sebagai pengendalian bagi masyarakat untuk berhati-hatimengkonsumsi barang-barang umum.

4. Adanya pembatasan bagi orang-orang yang mampu membayar. 5. Untuk memudahkan pemungutan (lebih efisien).

Menurut Bagus Santoso, suatu penyediaan barang atau jasa yang dibiayai dari pajak atau retribusi tergantung pada derajat kemanfaatan barang dan jasa itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan sifat retribusi

menurut Haritz adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaannya bersifat ekonomis

Ada imbalan langsung kepada pembayar

2. Iurannya memenuhi persyaratan, persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternative untuk membayar

3. Retribusi umumnya merupakan pengutan yang fungsi budgetairnya tidak menonjol

4. Dalam hal-hal tertentu retribusi digunakan untuk tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih daripengembalian biaya yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.

G. Pajak dan Retribusi di Kabupaten Gowa

Dokumen terkait