Tabel 4. Data Return on asset (X3) pada Per usahaan Textille di Bur sa Efek Indonesia pada tahun 2006 s/d 2009
Nama Perusahaan
Tahun
2006 2007 2008 2009
1. PT. Ricky Putra Globalindo Tbk. 0.074 0.072 -0.02 0.006
2. PT. Pan Brother Tex Tbk. 0.018 0.03 -0.04 0.041
3. PT. Eratex Djaja Tbk. -0.02 -0.01 -0.65 -0.26
4. PT. Karwell Indonesia Tbk. -0.23 0.02 -0.4 -0.07
5. PT. Indorama Synthetics Tbk. 0.003 0.004 0.012 0.021
6. PT. Roda Vivatex Tbk. 0.065 0.06 0.098 0.157
7. PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk. -0.18 -0.12 -0.29 -0.09
8. PT. Ever shine Textile Industry Tbk. -0.1 -0.03 -0.04 0.015
9. PT. Apac Citra Centertex Tbk. 0.002 -0.02 -0.07 0.007
Sumber ; Bursa Efek Indonesia Lampiran 3
Dari data pengamatan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa perusahaan textile yang memiliki return on asset tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 adalah PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 0,074 dan 0,072. Pada tahun 2008 dan 2009, PT. Roda Vivatex Tbk memiliki return on asset tertinggi yaitu sebesar 0,098 dan 0,157.
Sedangkan pada perusahaan textile yang memiliki return on asset terendah dimiliki oleh PT. Karwell Indonesia Tbk sebesar -0,232. Pada tahun 2007 adalah PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk sebesar -0,120. Pada
2008 dan 2009, PT. Eratex Djaja Tbk memiliki return on asset terendah yaitu sebesar -0,652 dan -0,259.
Penurunan ROA ini menunjukan dari laba bersih sesudah pajak yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor mengalami penurunan. Peningkatan dan penurunan pada ROA ini menunjukkan perbandingan dari perusahaan dalam menginvestasikan laba bersih dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
4.2.4. Variabel Return Saham (Y)
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pada dasarnya, harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham. Untuk melakukan penilaian harga saham dengan baik, maka diperlukan data operasional perusahaan seperti laporan keuangan yang telah di audit, kinerja perusahaan dimasa yang akan datang, dan kondisi ekonomi.
Return saham (Y) adalah selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya dibagi harga saham pada periode sebelumnya atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut :
Rt =
( -1)Keterangan :
Rt : Return Saham perusahaan pada waktu (t)
Pit : Harga Saham i pada waktu (t)
Pit-1 : Harga Saham i pada periode sebelumnya (t-1)
Tabel 5. Data Retur n Saham (Y) pada Per usahaan Textille di Bur sa Efek Indonesia pada tahun 2006 s/d 2009.
PERUSAHAAN
Tahun
2006 2007 2008 2009
1. PT. Eratex Djaja Tbk. 0.4 0.36 0.05 -0.58
2. PT. Roda Vivatex Tbk. 0.16 0.36 -0 0.08
3. PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk. -0.23 0.05 -0.1 0.07
4. PT. Ricky Putra Globalindo Tbk. 0.88 0.17 -0.6 -0.2
5. PT. Pan Brother Tex Tbk. 0.01 -0.07 -0.7 0.11
6. PT. Karwell Indonesia Tbk. -0.48 2.81 -0.7 0.73
7. PT. Indorama Syntetics Tbk. 0.02 0.52 -0.3 -0.06
8. PT. Ever Shine Textile Industry Tbk. -0.25 0.33 -0.4 0.02
9. PT. Apac Citra Centertex Tbk. 0.07 0.33 -0.2 -0.37
Sumber ; Bursa Efek Indonesia Lampiran 4
Dari data pengamatan tabel diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan textile yang memiki return saham tertinggi pada tahun 2006 adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk sebesar 0,88. Pada tahun 2007, PT
Karwell Indonesia Tbk mempunyai return saham tertinggi yaitu sebesar 2,81. Pada tahun 2008 PT Eratex Djaja Tbk sebesar 0,05. Dan pada tahun 2009, PT Karwell Indonesia Tbk memilik return saham tertinggi yaitu sebesar 0,73. Peningkatan nilai return saham perusahaan menunjukan bahwa nilai pendapatan yang dihasilkan perusahaan meningkat.
Sedangkan return saham terendah yang dimiliki perusahaan textile padda tahun 2006 dan 2008 adalah PT. Karwell Indonesia Tbk sebesar -0,48 dan -0,74. Pada tahun 2007 PT. Pan Brother Tex Tbk mencatat memiliki return saham terendah sebesar -0,07. PT. Eratex Djaja Tbk mencatatkan nilai return saham terendah sebesar -0,58 pada tahun 2009. Penurunan return saham menunjukkan bahwa nilai pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan mengalami penurunan. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
4.1. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Uji Nor malitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah uji regresi OLS (ordinary Least Square). Berikut ini hasil uji normalitas :
Tabel 6 : Uji Nor malitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CR DER ROA RETURN SAHAM
N 36 36 36 36
Normal Parametersa
Mean 1.2378 1.0778 .9264 .0397 Std. Deviation .65701 4.00209 .81763 .49543 Most Extreme Differences Absolute .109 .224 .292 .155
Positive .109 .224 .292 .155 Negative -.065 -.209 -.215 -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .653 1.343 1.752 .929 Asymp. Sig. (2-tailed) .788 .054 .004 .354
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah (Lampiran 5 )
Tabel 6. Hasil Uji NormalitasBerdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai statistic Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh tidak semua variabel memiliki distribusi yang normal, hanya pada variabel
Current ratio, Debt tp equity ratio, dan Return Saham yang memiliki
distribusi normal dimana nilai Asymp. Sig (signifikan) lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal.
4.3.2. Uji Outlier
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat
univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah
dikombinasikan. Multivariate outliers diuji menggunakan uji Mahalanobis
Distance pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis Distance itu
dievaluasi dengan menggunakan χ 2 pada derajat bebas sebesar jumlah indicator yang digunakan dalm setiap variabel (Hair, 1995 dalm Ferdinand 2002 ; 102-103). Berikut ini hasil uji outlier multivariate :
Tabel 7.1 Uji outlier
Sumber : Lampiran 6
Penelitian ini terdapat 4 variabel, oleh karena itu nilai chi kuadrat χ 2 (0,001;4) = 18,466. Berdasarkan hasil uji outlier multivariate tersebut diatas menunjukkan bahwa nilai maksimum Mahalanobis yang di hasilkan adalah 33,592 > 18,466, berarti terdapat multivariate outlier karena nilai Mahalanobis
Distance yang lebih besar dari 18,466.
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -2.52 43.14 20.50 6.403 40
Std. Predicted Value -3.595 3.537 .000 1.000 40
Std. Error of Predicted Value 1.689 9.721 3.227 1.729 40 Adjusted Predicted Value -10.92 75.47 21.06 10.765 40
Residual -22.679 15.385 .000 9.781 40
Std. Residual -2.196 1.490 .000 .947 40
Stud. Residual -2.245 1.534 -.010 1.001 40
Deleted Residual -36.468 16.314 -.564 12.123 40
Stud. Deleted Residual -2.392 1.566 -.017 1.026 40
Mahal. Distance .069 33.592 3.900 6.542 40
Cook's Distance .000 2.211 .074 .349 40
Centered Leverage Value .002 .861 .100 .168 40
Berarti terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data yang memiliki nilai mahalanobis distance yang tinggi yaitu data no.4=20,98; 21=21,66; 38=32,03; 39=33,59; harus di eliminasi agar data dalam penelitian ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut. Selanjutnya dilakukan uji outlier sbb :
Tabel 7.2 : uji outlier
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 9.30 33.29 19.86 5.139 36
Std. Predicted Value -2.055 2.612 .000 1.000 36
Std. Error of Predicted Value 2.008 6.940 3.650 1.393 36
Adjusted Predicted Value 10.82 30.85 19.70 5.328 36
Residual -23.675 16.960 .000 9.848 36
Std. Residual -2.263 1.621 .000 .941 36
Stud. Residual -2.329 1.697 .006 .998 36
Deleted Residual -25.303 18.585 .163 11.154 36
Stud. Deleted Residual -2.523 1.753 -.002 1.031 36
Mahal. Distance .317 14.426 3.889 3.714 36
Cook's Distance .000 .248 .027 .051 36
Centered Leverage Value .009 .412 .111 .106 36
a. Dependent Variable: DATA
Sumber : lampiran 7
- Tidak terdapat nilai Mahal. Distance Maximum 14,426 yang lebih KECIL dari 18,466.
Berarti tidak terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.
4.3.3. Uji Asumsi klasik
Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best
Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik meliputi asumsi
mulikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
1. Uji Multikolinier itas
Multikolinier itas : Adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda.
Deteksi adanya Multikolinier :
a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
- Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. (Gujarati)
b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 (Singgih Santoso) c. Condition Index melebihi angka 15 (Singgih Santoso)
Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinier itas pada semua variabel bebas dimana nilai VIF pada semua variabel (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Cryer,1994 : 681).
Tabel 8 : uji multikolinieritas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) -.221 .327 -.677 .503
CR .178 .170 .236 1.050 .302 .584 1.711
DER .011 .022 .088 .487 .630 .910 1.099
ROA .031 .141 .051 .219 .828 .544 1.840
Sumber : Lampiran 7
2. Uji Heter oskedastisitas
Heter oskedastisitas : Varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas.
Deteksi Adanya Heteroskedastisitas :
a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu (seperti titik-titik /point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit)
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak ter jadi Heter oskedastisitas.
c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank
Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : rs = 1 – 6
N
(
N 1
)
d
2 2 i−
∑
Keterangan :di = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = banyaknya data
Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sbb:
Tabel Nonpara metric Cor relations
CR DER ROA Unstandardized Residual Spearman's rho CR Correlation Coefficient 1.000 .069 -.939** -.063 Sig. (2-tailed) . .691 .000 .716 N 36 36 36 36
DER Correlation Coefficient .069 1.000 -.042 -.060 Sig. (2-tailed) .691 . .806 .729
N 36 36 36 36
ROA Correlation Coefficient -.939**
-.042 1.000 .004 Sig. (2-tailed) .000 .806 . .980 N 36 36 36 36 Unstandardized Residual Correlation Coefficient -.063 -.060 .004 1.000 Sig. (2-tailed) .716 .729 .980 . N 36 36 36 36
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2 dan X3, TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya,(nilai Sig lebih besar dari 0,05) maka hasil analisis ini dapat disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3. Uji Autokor elasi
Autokor elasi : Adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). J ika data di atas 15
Catatan: Autokorelasi pada sebagian besar data time series. Deteksi Autokorelasi:
a. Besarnya Angka Durbin Watson
Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif)
Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)
Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi
(atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson)
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada
autokorelasi negatif dL dU 4 - dU 4 - dL 4 0 ada au to ko relasi po sit if daerah keragu raguan ada au to ko relasi neg atif daerah keragu raguan Sumber :
a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan)
d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan.
Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2,241, hal ini menunjukkan adanya gejala autokorelasi.(negative), Namun hal ini menjadi masalah yang serius karena data penelitian ini merupakan data pooling yaitu daya gabungan dari data time series dan cross section.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasiknya yaitu tidak memenuhi autokor elasi dan nor malitas datanya untuk sebagian var iabel,
Model Summar yb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .230a .053 -.036 .50425 2.241
a. Predictors: (Constant), ROA, DER, CR
b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
4.3.4 Analisis Regr esi Linier Ber ganda
Berdasarkan data tabel di atas diperoleh data masukan seperti terlihat pada lampiran. Data masukan ini digunakan untuk menghasilkan perhitungan statistik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda untuk melihat konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independent terhadap variabel-variabel dependennya.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan profitabilitas likuiditas terhadap variabel terikat yaitu struktur modal. Dari hasil analisis perhitungan computer menggunakan program SPSS, Statistik diskriptif berguna untuk mengetahui karakteristik sample yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik sample yang digunakan. Berdasarkan statistik diskriptif ini, dapat diketahui jumlah sample yang diteliti, nilai rata-rata sample dan tingkat penyebaran data dari masing-masing variabel penelitian.
Descr iptive Statistics Mean Std. Deviation N RETURN SHAM .0397 .49543 36 CR 1.2378 .65701 36 DER 1.0778 4.00209 36 ROA .9264 .81763 36 Sumber : Lampiran
Pada data dengan metode regresi linier berganda diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 9 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 (Constant ) -.221 .327 -.677 .503 CR .178 .170 .236 1.050 .302 .584 1.711 DER .011 .022 .088 .487 .630 .910 1.099 ROA .031 .141 .051 .219 .828 .544 1.840
Adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y = -0,221 + 0,178X1 + 0,011X2 + 0,031X3 + ei
a. Konstanta sebesar -0,221 Artinya tanpa pengaruh dari variabel Current
ratio, Debt tp equity ratio, dan Return on asset maka Return Saham adalah
-0,221.
b. Koefisien regresi variabel X1 (Current ratio) sebesar 0,178
Artinya apabila Current ratio (X1) berubah sebesar satu-satuan mengakibatkan penurunan terhadap Return Saham (Y) sebesar 0,178 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan begitu pula sebaliknya. c. Koefisien regresi variabel X2 Debt tp equity ratio sebesar 0,011
Artinya apabila Debt tp equity ratio (X2) berubah sebesar satu-satuan mengakibatkan penurunan terhadap Return Saham (Y) sebesar 0,011 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan begitu pula sebaliknya. d. Koefisien regresi variabel X3 Return on asset sebesar 0,031
Artinya apabila Return on asset (X3) berubah sebesar satu-satuan mengakibatkan penurunan terhadap Return Saham (Y) sebesar 0,031 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan begitu pula sebaliknya
4.3.5 Koefisien Deter minansi (R2)
Besarnya pengaruh Current ratio (X1) , Debt tp equity ratio (X2) dan
Return on asset (X3) dan berpengaruh terhadap Return Saham (Y) dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R-square/R2). Berikut ini nilai koefisien determinasi (R-square/R2).
Tabel 15 : Nilai Koefisien Determinansi (R-square/R2) Model Summar yb
M odel R R Square Adjust ed R Square St d. Error of t he Est imat e Durbin-Wat son
1 .230a .053 -.036 .50425 2.241
a. Predict ors: (Const ant ), ROA, DER, CR b. Dependent Variable: RETURN SHAM
Nilai koefisien determinasi (R-square/R2) yang dihasilkan sebesar 0,053 menunjukkan bahwa variabel Current ratio (X1) , Debt tp equity
ratio (X2) dan Return on asset (X3) dan berpengaruh terhadap Return
Saham (Y) sebesar 5,3% sedangkan sisanya 94,7% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
4.3.6 Uji F
ANOVAb
M odel Sum of Squares df M ean Square F Sig.
1 Regression .454 3 .151 .595 .623a
Residual 8.136 32 .254
Tot al 8.591 35
a. Predict ors: (Constant ), ROA, DER, CR
Berdasarkan hasil pengujai dengan F test, menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig) = 0,623 lebih besar dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan jika penggunaan model regresi dalam penelitian ini adalah kurang tepat.
4.3.7 Uji t
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel terikat digunakan analisis uji t dengan ketentuan sebagai berikut :
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.221 .327 -.677 .503
CR .178 .170 .236 1.050 .302 .584 1.711
DER .011 .022 .088 .487 .630 .910 1.099
ROA .031 .141 .051 .219 .828 .544 1.840
a. Hubungan secara parsial antara variabel X1 terhadap Y
CR (X1) berpengaruh terhadap Return Saham (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,302 > 0,05 : Non signifikan [positif]. b. Hubungan secara parsial antara variabel X2 terhadap Y
DER (X2) berpengaruh terhadap Return Saham (Y),tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,630 > 0,05 : Non signifikan [positif]. c. Hubungan secara parsial antara variabel X3 terhadap Y
DER (X2) berpengaruh terhadap Return Saham (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,828 > 0,05 : Non signifikan [positif].
Koefisien korelasi berganda (R) = 0,230 yang menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independent (X1) , (X2) dan (X3) dengan (Y) adalah sangat lemah. Koefisien determinasi (R2) = 0,053 berarti variable (Y) dipengaruhi oleh variabel independent (X1) , (X2) dan (X3) sebesar 5,30 persen sedang sisanya sebesar 94,70 persen dipengaruhi oleh variabel lain selain ketiga variabel independen dalam model tersebut.
4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian di atas maka uji kecocokan model yang digunankan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak cocok digunakan dalam untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dan dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel current ratio (X1), debt to equity ratio (X2), dan
return on asset (X3) tidak berpengaruh terhadap return saham (Y).
4.4.1. Penga r uh Current ratio ter hadap r etur n saham.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham karena nilai signifikan sebesar 0,302 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada menurut Kennedy JSP (2003), dalam Ulupui (2006;15) yang berpendapat bahwa variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode kedepan. Hasil penelitian ini juga
bertentangan dengan penelititan yang dilakukan Suharli (2005) menyimpulkan bagwa current ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat returm saham. Hal ini mengindiasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. Current ratio juga merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terhutang). Maka tingginya current ratio juga menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan.
Berpengaruhnya current ratio terhadap return saham, yang artinya bahwa periode 2005-2009 sebagai pengamatannya. Kondisi pasar modal Indonesia kurang begitu baik, sebab pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia baru bangkit dari keterpurukan dan belum sepenuhnya pulih akibat krisis moneter yang berkepanjangan yang mana hal itu berdampak pada return saham yang diperoleh perusahaan tersebut. Selain itu peusahaan juga menunjukkan bahwa belum atau kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (dalam artian belum membayar deviden kas yang terhutang). Maka berdampak pada rendahnya
current ratio yang menunjukan keraguan investor terhadap kemampuan
perusahaan membayar dividen yang dijanjikan.
4.4.2. Penga r uh debt tp equity ratio ter hadap r etur n saham.
Debt to equity ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
return saham karena nilai signifikan sebesar 0,630 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada menurut Kennedy JSP (2003), dalam Ulupui (2006;15), yang menyatakan bahwa variabel rasio laverage, debt to equity ratio memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Semakin tinggi proporsi debt relative terhadap ekuitas meningkatkan resiko perusahaan. Sebagaimana rasio lainya faktor industry dan ekonomi sangat mempengaruhi, baik tingkat debt maupun sifat debt ( jatuh tempo dan tingkat bunga dan variabel). Misalnya industry dengan modal intensif cenderung untuk menggunakan tingkat debt yang tinggi untuk mendanai property, plan, an equipmentnya. Debt untuk mendanai kegiatan semacam itu harus bersifat jangka panjang agar sesuai dengan jangka waktu asset yang diperoleh. Debt rasio ditunjukkan dengan perbandingan debt total capital, debt to equity. (Ulupui, 2006;5).
Berpengaruhnya variabel debt to equity ratio menunjukkan hasil yang positif tetapi tidak signifikan ini mengindikasikan bahwa rasio utang tidak menyebabkan perubahan return saham satu tahun kedepan. Berpengarunya variabel debt to equity ratio menunjukkan bahwa ada
hubungan yang nyata dengan return saham, dimana perusahaan mampu untuk menggunakan aktiva untuk menutupi biaya atau membayar beban tetap perusahaan. Meskipun hasilnya tidak signifikan, bukan berarti bahwa investor dapat mengabaikan rasio debt suatu perusahaan. Sering kali kondisi financial distress yang dihadapi perusahaan disebabkan oleh kegagalan dalam membayar hutang. Proporsi hutang yang semakin tinggi menyebabkan fixed payment yang tinggi dan menimbulkan rasio kebangkrutan (Natarsyah, 2002)
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengambil kebijakan rasio leverage, sehingga menyebabkan perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang dalam sebagian modal. Kebijakan manajer dalam menentukan tingkat DER terlalu besar justru menguntungkan bagi perusahaan, penggunakan sumber dana eksternal yaitu hutang tidak menjadi masalah selama usaha berjalan normal karena perusahaan mempunyai harapan akan memperoleh laba bersih yang lebih besar dari pada biaya bunga, dalam memprediksi harga saham (Lindananty, 2004:169).
4.4.3. Penga r uh return on asset ter hadap r etur n saham.
Variabel return on asset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham karena nilai signifikan sebesar 0,828 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan teori penelitian Kennedy (2003) dalam Ulupi (2005:7) kesimpulan hasil penelitian menemukan bahwa variabel return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham periode kedepan.
Hasil ini konsisten dengan teori dan pendapat Mogdiliani dan Milner (MM) dalam Ulupui I.G.K.A yang menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan. Hasil yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh oleh perusahaan. Hasil yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yangdiperoleh oleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang tentunya dapat mempengaruhi return saham satu tahun kedepan.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu untuk memperoleh laba melalui sumber yang ada dalam perusahaan, akibatnya investor kurang perhatian terhadap perusahaan tersebut. Karena itu, analisa rasio return on asset secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca.
Investor dipasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang dan meningkatkan profit. Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Seorang investor tidak akan mampu untuk merencanakan pola konsumsi selama hidupnya dengan pasti. Ia mencoba mengkompensir ketidakpastian ini dengan mengharapkan keuntungan yang cukup tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam saham akan terdiri dari dividen yang diterima ditambah (dikurangi) dengan capital gain “(loss)”, yaitu selisih antara harga sahan pada saat ini dengan harga saham pada waktu pembelian (Husnan, 1992;59).
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset, berpengaruh terhadap return saham (Y) pada perusahaan textile yang go public di PT. Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Current ratio memberikan pengaruh positif tidak signifikan
terhadap return saham perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia.
• Debt to equity ratio memberikan pengaruh positif tidak signifikan
terhadap return saham perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia.
• Return on aset memberikan pengaruh positif tidak signifikan
terhadap return saham perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia.
5.2. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penelitu berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Pihak manajemen
Berdasarkan dari penelitian ini dan dari laporan keuangan serta ICMD, maka perusahaan-perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa efek Indonesia inihendaknya meningkatkan current ratio dan return on asset agar perusahaan-perusahaan tersebut menjadi prioritas utama bagi para investor dalam membeli sahamnya sehingga harga saham perusahaan tersebut dapat meningkat dan juga akan menghasilkan return perusahaan yang tinggi pula.