SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiPersyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
DENNY TRI PRASETYO SUDARSONO 0812010141
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio Dan Return On Asset Terhadap Return Saham
Perusahaan Textile Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
Penulis skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulisan menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan
sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini,
perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampaikan
ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulisan dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Sekaligus Sebagai Dosen Pembimbing
Utama yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam
Jawa Timur yang telah membidik penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Ucapan terima kasih kepada Keluargaku, Bapak, dan Ibu serta Kedua Kakakku yang
senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moral maupun materiil dengan tulus
ikhlas.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis
dalam melakukan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi dan acara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.
Surabaya, Februari 2012
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJ AU PUSTAKA 2.1.Tinjau Teori ... 11
2.1.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2.Landasan Teori ... 13
2.2.1. Laporan Keuangan ... 14
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 14
2.2.1.2. Komponen Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.3. Karakteristik Laporan Keuangan ... 19
2.3.Analisa Rasio ... 22
2.3.1. Pengertian Rasio ... 22
2.3.2. Keunggulan Rasio Keuangan ... 22
2.3.3. Current Ratio ... 23
2.3.3.1. Pengertian Current Ratio ... 23
2.3.4. Debt to Equity Ratio ... 24
2.3.6.1. Pengertian Return ... 26
2.3.6.2. Pengertian Saham ... 26
2.3.6.3. Return Saham ... 27
2.3.6.4. Pengaruh Current Ratio Terhadap Return Saham ... 28
2.3.6.5. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham ... 29
2.3.6.6. Pengaruh Return On Asset Terhadap Return Saham ... 31
2.3.6.7.Kerangka Konseptual ... 32
2.4. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33
3.1.1. Variabel Terikat atau Variabel Dependen (Y) ... 33
3.1.1.1. Return Saham (Y) ... 33
3.1.2. Variabel Bebas atau Variabel Independen (X) ... 34
3.1.2.1. Current Ratio ... 34
3.1.2.2. Debt to Equity Ratio ... 34
3.1.2.3. Return On Asset ... 35
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 35
3.2.1. Populasi ... 35
3.2.2. Sampel ... 35
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.3.1. Jenis data dan sumber dana... 37
3.4. Tekhnik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 37
3.4.1. Teknik Analisis Data ... 37
3.4.3.2. Multikorelasi ... 39
3.4.3.3. Heteroskedastisitas ... 40
3.4.4. Uji Hipotesis ... 41
3.4.4.1. Uji F.. ... 41
3.4.4.2. Uji t.. ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Penelitian ... 43
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal ... 43
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 44
4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 46
4.1.4. Struktur Organisasi Pt. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 46
4.1.4. Gambaran Umum Perusahaan... 48
4.1.4.1. PT. Eratex Djaja Tbk. ... 48
4.1.4.2. PT. Roda Vivatex Tbk ... 49
4.1.4.3. PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk ... 49
4.1.4.4. Ricky Putra Globalindo Tbk ... 50
4.1.4.5. PT. Pan Brother Tex Tbk ... 50
4.1.4.6. PT. Karwell Indonesia Tbk. ... 51
4.1.4.7. PT. Indorama Synthetics Tbk... 52
4.1.4.8. PT. Ever Shine Textile Industry Tbk ... 52
4.1.4.9. PT. Apac Citra Centertex Tbk... 53
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
4.2.1. Variabel Current Ratio (CR) ... 54
4.3.1. Uji Normalitas... 61
4.3.2. Uji Outlier ... 62
4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 65
4.3.3.1. Uji Multikolineritas ... 65
4.3.3.2. Uji Heteroskedatisitas ... 66
4.3.3.3. Uji Autokorelasi ... 68
4.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 70
4.3.5. Koefisien Determinasi (R2) ... 72
4.3.6. F test (UJI F) ... 73
4.3.7. t test (UJI t) ... 74
4.4 Pembahasan ... 75
4.4.1 Pengaruh Current Ratio terhadap Return Saham ... 75
4.4.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham ... 77
4.4.3. Pengaruh Return On Asset terhadap Return Saham ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 81
Tabel 2 Current Ratio (CR) Tahun 2006-2009 ... 53
Tabel 3 Debt to Equity Ratio (DER) Tahun 2006-2009 ... 54
Tabel 4 Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2009 ... 56
Tabel 5 Return Saham Tahun 2006-2009 ... 58
Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 60
Tabel 7.1 Hasil Perhitungan Uji Outlier ... 61
Tabel 7.2 Hasil Perhitungan Uji Outlier ... 62
Tabel 8.1 Hasil Perhitungan Uji Multikolineritas ... 64
Tabel 8.2 Hasil Perhitungan Uji Heterokedatisitas ... 65
Tabel 8.3 Hasil Perhitungan Uji Autokorelasi ... 68
Tabel 9 Hasil Regresi Berganda ... 69
Tabel 10.1 Hasil Perhitungan Uji F ... 71
Lampiran 3 : Rekapitulasi Data Untuk Variabel Return On Aset (X3)
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data Untuk Variabel Return Saham (Y)
Lampiran 5 : Hasil Uji Normalitas
Lampiran 6 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Lampiran 7 : Hasil Uji Heteroskedasitas
Oleh :
Denny Tr i Pr asetyo Sudar sono
Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan, perusahaan berupaya menjadi yang terbaik dari perusahaan lain. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukkan semakin bagus prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Para investor tentunya akan berminat menanamkan investasinya kepada perusahaan yang prospek kedepannya menjanjikan keuntungan, terutama perusahaan yang besar. Dapat dilihat dari seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan, kemudian dengan memperkirakan apakah perusahaan tersebut mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dan menggunakan modal dapat menutupi hutang dan Return saham banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Atas dasar fenomena tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Aset terhadap Return Saham yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tekstile yang go public dan masih terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sebanyak 21 perusahaan. Dengan teknik purposive
sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi
responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel current
ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, begitu juga Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return Saham, sedangkan Return On asset menunjukkan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return
Saham pada perusahaan tekstil yang go public di Bursa Efek Indonesia.
1.1 Latar Belakang
Department Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan target
pertumbuhan sektor industri rata-rata 8 persen per tahun untuk periode 2005—
2009. Selain itu, ditetapkan empat kelompok industri prioritas, yaitu industri
berbasis pertanian atau agro (pengolahan kelapa sawit, pengalengan ikan, karet,
kayu, cokelat, dan lain-lain), industri alat-alat transportasi (kendaraan bermotor,
perkapalan, dan kedirgantaraan), industri telematika (informasi dan
telekomunikasi) dan manufaktur (textile, alas kaki, keramik, elektronik, konsumsi
kertas, dan ban) (http//www.kompas.co id). Namun, faktor utama yang
menentukan kapasitas produksi suatu industri adalah modal investasi awal,
perkembangan industri, ketersediaan SDM, teknologi sumber daya alam, dan
sektor-sektor pendukung.
Salah satu faktor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah
tersediannya dana. Sumber dana murah yang dapat diperoleh oleh suatu industri
dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. Pasar modal di Indonesia,
yaitu BEJ dapat menjadi media pertemuan antara investor dan industri. Kondisi
seperti ini secara langsung akan mempengaruhi pada aktivitas pasar modal
keadaan tersebut tentunya harus selalu diwaspadai oleh para investor. Khusus
untuk industri textile.
Pada umumnya kondisi persaingan menuntut setiap perusahaan membaca
dengan baik terhadap situasi internalnya baik dibidang pemasaran, produksi,
sumber daya manusia dan keuangan. Hal ini agar perusahaan dapat bertahan
dalam situasi yang dihadapi. Salah satu cara agar perusahaan dapat berjalan
adalah dengan berinvestasi di pasar modal adalah investasi dan penanaman modal
dalam bentuk saham yang merupakan pemilikan atau pembelian saham-saham
perusahaan terbuka oleh para investor dengan tujuan untuk mendapatkan
pendapatan (return) sebagai keuntungan. Namun, berinvestasi di pasar modal
memiliki risiko yang sangat besar sehingga para investor memerlukan analisis
untuk menilai kelayakan perusahaan yang akan ditanami modal untuk mengurangi
risiko-risiko investasi.
Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh
return
(tingkaat pengeembalian) sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return tersebut
dapat berupa capital gain ataupun dividen untuk investasi pada saham dan
pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang
menjadi indikator untuk menigkatkan wealth para investor, termasuk di dalamnya
para pemegang saham. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth
pemegang saham. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return
investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor
Investor selalu mencari alternatif investasinya yang memberikan return tertinggi
dengan tingkat resiko tertentu. Mengingat resiko yang melekat pada investasi
saham lebih tinggi dari pada investasi pada perusahaan, return yang diharapkan
juga lebih tinggi. (Husnan, 1992:59).
Hal diatas akan dapat tercapai apabila kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi sehingga atau dengan kata lain
current ratio yang dimiliki cukup besar. Akan tetapi apabila perusahaan hanya
dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya saja dan semakin meningkatkan
proporsi debt relatif terhadap ekuitas maka akan meningkatkan risiko perusahaan
atau dengan kata lain meningkatnya debt to equity ratio dalam perusahaan akan
semakin memperkecil return saham. Karena tidak mengetahui apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang, seorang investor tidak akan mampu untuk
merencanakan pola konsumsi selama hidupnya dengan pasti. Karena keuntungan
investor dan waktu dari keuntungan tersebut tidak pasti, investor mencoba
mengkompensir ketidakpastian ini dengan mengharapkan keuntungan yang cukup
tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam saham akan terdiri dari
deviden yang diterima ditambah (dikurangi) dengan “capital gains (loss)”
(Return on asets), yaitu selisih antara harga saham pada saat ini dengan harga
pada waktu pembelian.(Husnan, 1992:59).
Untuk menentukan perusahaan yang diamati maka penelitian
mangklasifikasikan permasalahan yang terhadap pada perusahaan textile. Hal
go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai dengan tahun 2009
selengkapnya sebagai berikut :
Tabel 1.1. Nilai Return Saham Perusahaan Textile Yang Go Publik Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2006 s/d 2009
Nama perusahaan tahun
Sumber : Indonesia Capital Market Directory ( 2005-2009)
Berdasarkan data yang di sajikan tersebut dapat diperoleh keterangan
bahwa return saham perusahaan textile mengalami peningkatan dan penurunan
yang fluktuatif. Permasalahan yang timbul adalah sejauh mana perusahaan
mampu mempengaruhi harga saham di pasar modal dan faktor atau variabel apa
mengendalikannya, dan tujuan meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal dapat tercapai.
Pertumbuhan industry terjadi hampir di semua kelompok sektor industry,
kecuali industry textile. Berdasarkan data Deperin pada kuartal pertama 2007
pertumbuhan kelompok industry barang kayu dan hasil hutan lainnya 1,74 %.
Sedangkan kelompok industry textile hanya tumbuh 0.68%. Pertumbuhan laju
industri textile tersendat karena beberapa faktor eksternal.
(www.antaranews.com)\
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pergerakan harga
saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebut juga
sebagai faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan
dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Faktor internal ini berkaitan
dengan pendapatan yang akan diperoleh para pemodal baik berupa dividen
maupun capital gain. Faktor eksternal merupakan faktor non fundamental
biasanya bersifat makro seperti situasi politik dan keamanan, perubahan nilai
tukar mata uang, naik turunnya suku bunga bank dan serta rumor-rumor yang
sengaja oleh spekulan atau orang-orang yang ingin mengeruk keuntungan dari
situasi tersebut (Nirawati, 2003: 105). Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran masyarakat atas saham yang diperdagangkan di pasar
modal. Sehingga juga mempengaruhi harga saham dari perusahaan, apakah akan
Bagi perusahaan yang ingin masuk ke pasar modal perlu memperhatikan
syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai regulator pasar modal.
Selain itu, perusahaan juga harus mampu meningkatkan nilai perusahaan sehingga
terjadi peningkatan penjualan sahamnya di pasar modal. Jika diasumsikan investor
adalah seorang yang rasional, maka investor tersebut pasti akan sangat
memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil yang
akan diperolehnya.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan
tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih
lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991). Horigan (1965) dalam
(Tuasikal, 2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi
kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat
ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai
kinerja masa lalu dan masa mendatang.
Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut
faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis
fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan
menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua
Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan financial dari suatu
yang mampu memenuhi kewajiban finansialnya disaat ditagih maka perusahaan
itu dalam keadaaan tidak likuid. Begi perusahaan , likuid merupakan masalah
yang sangat penting karena mewakili kepentingan perusahaan dalam berhubungan
dengan pihak lain, baik pihak intern ataupun pihak ekstern. Adapun rasio
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio. Current ratio
merupakan rasio perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar (Cahyati,
2006). Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukan besarnya
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama
modal kerja yang sangat penting untuk menjaga performance kinerja perusahaan
yang pada akhirnya mempengaruhi performance harga saham.
Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu Debt
to equity ratio. Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to equity ratio juga
memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin
modal sendiri. Debt to equity ratio akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham.
Semakin besar Debt to equity ratio menandakan struktur permodalan
usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas.
Semakin besar Debt to equity ratio mencerminkan risiko perusahaan yang relative
tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang
memiliki nilai Debt to equity ratio yang tinggi. Sofiati (2000) dalam Suwandi
membat risiko yang ditanggung pemegang saham meningkat. Ketika terdapat
penambahan jumah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat
solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya
nilai (return) saham perusahaan.
Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering digunakan untuk
memprediksi harga saham atau return saham adalah Return On Asset (ROA) atau
Return On Investment (ROI), Return On Asset (ROA) atau ROI digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Jika Return On Asset semakin meningkat,
maka kinerja perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat kembalian
semakin menignkat (Hardiningsih et.al., 2002). Bahkan Ang (1997) mengatakan
bahwa Return On Asset merupakan rasio yang terpenting diantara rasio
profitabilitas yang ada untuk memprediksi return saham.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ” PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO DAN RETURN ON ASET TERHADAP RETURN SAHAM
PERUSAHAAN TEXTILE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
• Apakah Current ratio berpengaruh terhadap return saham
perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia ?
• Apakah Debt to equity ratio berpengaruh terhadap return saham
perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia ?
• Apakah Return on aset berpengaruh terhadap return saham
perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas, tujuan dalam penelitian ini
adalah :
• Untuk mengetahui Current ratio (CR) berpengaruh terhadap return
saham perusahaan textile yang go public di bursa efek Indonesia.
• Untuk mengetahui Debt to equity ratio (DER) berpengaruh
terhadap return saham perusahaan textile yang go public di bursa
efek Indonesia.
• Untuk mengetahui Return on aset (ROA) berpengaruh terhadap
return saham perusahaan textile yang go public di bursa efek
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Lembaga. Memberikan masukan kepada berbagai pihak mengenai
penerapan Current ratio, Debt to equity ratio dan Return on aset
2. Perusahaan. Memberikan masukan atau pertimbangan kepada
manajemen perusahaan yang go public di Bursa Efek Surabaya
mengenai Current ratio, Debt to equity ratio dan Return on aset dan
pengaruhnya terhadap return saham dalam melakukan pengukuran
kinerja keuangan perusahaan.
3. Peneliti. Sebagai wahana pengaplikasian ilmu yang telah peneliti
peroleh di bangku kuliah sekaligus sebagai pemenuhan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas UPN
2.1 Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang dgunakan sebagai acuan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh :
IG. K. A. ULUPUI
a) Judul:
”Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Laverage, Aktivitas, dan
Profitabilitas terhadap Return Saham”. (Studi pada Perusahaan makanan
dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi Di BEJ)
b) Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan temuan empiris tentang
pengaruh variabel akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan rasio
keuangan pada tingkat individual terhadap return saham
perusahaan-perusahaan yang masuk kategory industri makanan dan minuman yang
terdaftar di BEJ sejak tahun 1999-2005.
c) Kesimpulan
• Variabel Current Ratio memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang
lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
• Variabel Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap return
saham satu periode ke depan. Hasil ini konsisten dengan teori dan
pendapat Mogdiliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan.
• Variabel debt to equity rasio menunjukan hasil yang positif, tetapi
tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan
bahwa rasio utang tidak menyebabkan perubahan return saham satu
tahun ke depan.
• Variabel total asset turn over menunjukkan hasil yang negatif dan
tidak signifikan terhadap return saham.
DAVID WIJ AYA
a. Judul:
“Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham
Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi Go public di Indonesia Periode 2007 ”
b. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan temuan empiris tentang
pengaruh variabel ROE (laba atas ekuitas), PER (harga-laba), BVPS
(nilai buku per lembar saham), PTBV (harga saham per nilai buku),
ROE, PER, BVPS, dan PTBV secara bersama-sama.
c. Kesimpulan
• Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Hasil Uji t menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROE (rasio
lembar saham), dan PTBV (rasio harga saham per nilai buku) tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan dan positif terhadap Return
(tingkat pengembalian saham).
Koefisien korelasi (unstandardized coefficients) untuk variabel
ROE, PER, dan BVPS bernilai negative. Ini berarti bahwa ROE, PER,
dan BVPS mempunyai pengaruh negatif terhadap Return. Sedangkan
koefisien korelasi untuk variabel PTBV bernilai positif. Ini berarti
bahwa PTBV mempunyai pengaruh positif terhadap Return. Hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Capaul et al.,
Fama dan French, Hartono, Pontiff dan Schall yang menyatakan bahwa
rasio PTBV berpengaruh signifikan terhadap Return. Penelitian ini
juga bertentangan dengan pernyataan Natarsyah serta Edi dan
Fransisca yang berkata bahwa BVPS berpengaruh signifikan terhadap
Return. Akan tetapi, hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian
Tecualu yang berkata bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap Return.
• Hasil Pengujian secara Serempak (Uji F)
Dari hasil penggunaan analisis varian (ANOVA) didapatkan nilai F
hitung (0,756) < F tabel (225) sehingga H0 diterima yang berarti
bahwa seluruh variabel independen (ROE, PER, BVPS, dan PTBV)
secara signifikan dan positif tidak memiliki pengaruh secara
• Hasil Pengujian R2
Dari hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai R Square
sebesar 0,751 berarti variabel independen (ROE, PER, BVPS, dan
PTBV) yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan
variasi dari variabel dependennya (Return) sebesar 75,1%. Besarnya
nilai R Square tersebut menunjukkan bahwa masih ada beberapa
variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini yang
mempengaruhi Return.
2.2 Landasan Teor i
2.2.1 Lapor an Keuangan
2.2.1.1 Penger tian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan
data-data kualitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah
dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan
keuangan dibuat untuk mempertanggung jawabkan atas aktivitas
perusahaan terhadap pemilik juga menambah informasi mengenai posisi
perusahaan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan
terhadap pihaak-pihak lain yang berkepentingan.
Kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada hakekatnya
merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi perusahaan yang
perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak-pihak yang ada
didalam perusahaan maupun yang ada diluar perusahaan. Informasi yang
berguna tersebut misalnya tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutang-hutang jangka pendeknya, kemampuan perusahaan membayar
bunga dan pokok pinjaman, keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan
besarnya modal sendiri.
Ada beberapa pendapat mengenai laporan keuangan, diantaranya
yang dikutip dari Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
keuangan SAK (1992:2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perusahaan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,
misalya sebagai laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari perusahaan.
Menurut Munawir (1998:5), laporan keuangan adalah dua faktor
yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan.
Kedua faktor itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan
daftar pendapatan atau laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi
keiasaan bagi perseroanuntuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar
surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba di tahan).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan hasil akhir suatu proses pembukuan yang merupakan
periode akuntansi yang dinyatakan dalam satuan uang yang disusun
berdasarkan Standart Akuntansi Keuangan.
Menurut SAK (2009), tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
2.2.1.2 Komponen Lapor an Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari beberapa
komponen-komponen berikut ini (Kasmir 2008,28-49)
1. Neraca (Balance Sheet)
Menurut Kasmir, neraca merupakan laporan yang menunjukan
posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi
keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta)
dan pasiva (kewajiban dan modal) suatu perusahaan. Sedangkan
menurut James C Van Horne, neraca adalah ringkasan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukan total aktiva dengan
Contoh :
K ewajiban dan Modal Pemilik xxx
Utang Lancar :
Total Utang J .panjang xxx
Modal Pemilik :
Modal saham xxx
Laba ditahan xxx
Total Modal Pemilik xxx
2. Laporan Laba Rugi (income statement)
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Menurut James C Van Horne, yaitu ringkasan pendapatan dan biaya
perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba atau rugi pada
periode tersebut.
Perubahan Ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan dan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.(PSAK No.1, 2009:1.13).
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua
aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang
berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan
seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. (PSAK No.1,
2009:1.13)Menurut Kasmir, Laporan catatan atas laporan keuangan
merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan
keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
2.2.1.3 Kar ak ter istik Kualitatif Lapor an Keuangan
Laporan keuangan sebagai sumber informasi keuangan sangat
diperlukan oleh pemakai laporan keuangan guna pengambilan suatu
keputusan ekonomi yang tepat. Karakteristik kualitatif ciri khas yang
Menurut SAK (1999, 5), terdapat karakteristik-karakteristik
kualitatif laporan keuangan, yaitu :
1. Dapat dipahami,
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai
tertentu.
2. Relevan
Agar informasi yang disajikan bermanfaat, suatu informasi tersebut
haruslah relevan guna untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Peran informasi dalam peramlan
(predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama yang
lain. informasi posisi keuangan dan kinerja dimasa lalu seringkali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan, kinerja
posisi keuangan, kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung
menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,
pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
3. Keandalan
Keandalan informasi sangat penting agar informasi tersebut
memiliki kualitas modal. Suatu informasi memiliki kualitas andal jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull
reseprentaion) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika
hakekat atau penyajian tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
4. Dapat diperbandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi dan kinerja keuangan. Implikasi penting dari karakteristik kualitas
dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi
tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan dan pengubahan kabijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Berhubung pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan perlu
2.3. Analisa Rasio
2.3.1. Penger tian Rasio
Jumingan (2008:118) mendefinisikan rasio dalam analisis laporan
keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur
lainnya dalam laporan keuangan.
Selain itu menurut Harahap (2001:297) berpendapat rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan.
2.3.2. Keunggulan Rasio Keuangan
Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa
lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2001:298) adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtsar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
6. Lebih mudah memperbandingkan perusaahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time
series”.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi
dimasa yang akan datang.
2.3.3. Current ratio
2.3.3.1.Penger tian Current ratio
Rasio yang umum digunakan dalam analisi laporan keuangan
adalah rasio lancar (current ratio) yang memberikan ukuran kasar tentang
tingkat likuiditas perusahaan. Current ratio diperoleh dengan jalan
membagi aktiva lancar. Current ratio 200% kadang-kadang
dipertimbangkan sebagai Current ratio yang memuaskan bagi perusahaan
jasa angka 100% dikatakan sudah mencukupi. (Jumingan, 2008:203).
Sebenarnya angka current ratio ini hanya merupakan titik tolak
untuk analisis lebih lanjut. Ada banyak faktor yang mempengaruhi ukuran
current ratio. Perlu dianalisis lebih lanjut misalnya apakah surat-surat
berharga yang dimiliki dapat segera diuangkan, bagaimana tingkat
peerputaran persediaan. (Jumingan, 2008:124)
Current ratio =
Aktiva lancar sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan
hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali dalam
atau dalam bentuk presentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini
berarti bahwa aktiva lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1
tahun diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang
lancar. (Harahap, 2001: 301)
2.3.4. Debt to equity ratio
2.3.4.1.Penger tian Debt to equity ratio
Merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total
hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Ross et al.(2003:66) yang menyatakan bahwa “debt to
equity ratio is dividing total debt with total equity”.
Rasio ini membandingkan perbandingan antara hutang dengan
modal sendiri. Dinyatakan dalam rasio ini :
Debt to equity ratio =
(Harahap,2001:303)
Semakin tinggi Debt to equity ratio (DER) menunjukan komposisi
dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar
beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Ang, 1997).
2.3.5. Return On Assets
2.3.5.1.Penger tian Return On Assets
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume
penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. (Harahap,
2001:305).
Return on Assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas
ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
Return On Assets dapat dihitung dengan rumus
Return On Assets =
(moeljadi)
Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang di
investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
2.3.6. Return Sa ham
2.3.6.1.Panger tian Return
Menurut Jogiyanto (2003:109), return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang
sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi dimasa mendatang.
1. Return realisasi
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasi dan risiko di masa mendatang.
2. Return ekspektasi
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya
sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2.3.6.2.Penger tian saham
Husnan (1998) membedakan pendapatan saham menjadi dua yaitu
pendapatan dalam bentuk saham dan capital gain yang merupakan selisih
antara harga jual dengan harga beli.
Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:265), saham adalah tanda
(2001:240), bahwa saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau
peserta dalam suatu perseroan terbatas.
2.3.6.3.Return Sa ham
Pada dasarnya, harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran saham. Untuk melakukan penilaian harga saham dengan baik,
maka diperlukan data operasional perusahaan seperti lapporan keuangan
yang telah di audit. Kinerja perusahaan di masa yang akan datang dan
kondisis ekonomi. Dalam penelitian ini, penelaian saham dilakukan
dengan menggunakan fundamental approach yang menitikberatkan pada
nilai intrinsik saham, yaitu kemampuan perusahaan di masa yang akan
datang dilihat dari keadaan aktiva, produksi, pemasaran, dan pendapatan
yang kesemua itu menggambarkan prospek perusahaan. (Wijaya,
2008:139).
Fuller dan James (1987) dalam Wijaya (2008:139), mengatakan
bahwa variabilitas harga saham tergantung pada bagaimana laba dan
dividen yang terjadi pada suatu perusahaan. Senada denga Fuller dan
Farrel (1987), Cahyono (200) dalam Wijaya (2008:139), mengemukakan
bahwa harga saham mencerninkan ekspektasi investor pada laba emiten di
masa yang akan datang dan berapa besarnya potensi laba tersebut harus di
Perhitungan return saham dapat ditunjukkan (Jogiyanto, 2003)
dalam persamaan berikut ini:
Rt =
( -1)-1
2.3.6.4.Pengar uh Current ratio Ter hadap Return Saham
Current Ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi penurunan
harga pasar dari harga saham yang bersangkutan. Sebaliknya Current
Ratio terlalu tinggi juga belum tentu baik, karena pada kondisi tertentu hal
tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur
(aktivitas sedikit) yang akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan
perusahaan. Current Ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang
yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak
dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang. Disisi lain
perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang tinggi akan lebih cenderung
memiliki aset lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami
penurunan nilai pasarnya (menjual efek). Perusahaan dengan posisi
tersebut sering kali terganggu likuiditasnya, sehingga investor lebih
menyukai untuk membeli saham-saham perusahaan dengan nilai aktiva
lancar yang tinggi dibandingkan perusahaan yang mempunyai nilai aktiva
lancar yang rendah (Ang, 1997).
Menurut Sartono (2001:116) semakin tinggi Current ratio ini
finansial jangka pendek terutama modal kerja yang sangat penting untuk
menjaga kinerja perusahaan. Akibatnya resiko yang di tanggung
perusahaan semakin kecil. Dengan semakin kecilnya resiko yang
ditanggung perusahaan maka diharapkan akan meningkatkan minat para
investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut sehingga
dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memiliki saham
perusahaan tersebut agar dapat meningkatkan return saham satu periode
kedepan. Hal ini mengidikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return
saham yang tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya semakin tinggi.
Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya
terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga performance
kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi performance harga
saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk
memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan return
saham.
2.3.6.5.Pengar uh Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa
besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal sendiri perusahaan
yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha (Ang, 1997). Tingkat
(hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila
dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak
pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para
kreditur). Menurut Ho, Tjahjapranata dan Yap (2006) penggunaan dana
dari pihak luar akan dapat menimbulkan 2 dampak, yaitu: dampak baik
dengan meningkatkan kedisiplinan manajemen dalam pengelolaan dana
serta dampak buruk, yaitu: munculnya biaya agensi dan masalah asimetri
informasi. Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber
modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, sehingga
mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan
yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan
dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan,
sehingga return perusahaan juga semakin menurun (Ang, 1997). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa rasio Debt to Equity Ratio memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Debt Equity Ratio akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
menyebabkan apresiasi harga saham. Debt Equity Ratio yang terlalu tinggi
mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat
hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin
besar dan mengurangi keuntungan (Ang, 1997).
Alasan utama untuk menggunakan hutang adalah karena biaya
bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan
pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena penyusutan yang
dipercepat atau kompensasi kerugian, maka tarif pajaknya akan rendah
(apabila pajak bersifat progresif) dan keuntungan akibat penggunaan
hutang juga mengecil, sehingga semakin tinggi hutang cenderung
menurunkan return saham (Sawir, 2000).
2.3.6.6.Pengar uh Retur n On Assets Ter hadap Return Saham
Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva atau total
investasi menunjukan kinerja manajemen menggunkan aktiva perusahaan
untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil
pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan.
Return on asset menggambarkan sejauh mana kemampuan atas
asset-asset perusahaan dalam menghasilkan laba. Tandelilin (2001;240)
menyatakan bahwa dari sudut pandang investor ROA sangat sangat
penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan
dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor.
Dari teori-teori diatas dapat disimpulakan bahwa ROA
berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini didukung oleh
penelitian Silalahi dalam Ulupui (2005:6) kesimpulan hasil penelitian
mengungkapkan bahwa fluktuasi harga saham secara nyata dan simultan
perdagangan saham, dan tingkat bunga deposito. Sementara ROA ternyata
mempunyai pengaruh yang dominandan positif terhadap fluktuasi harga
saham yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga penembalian (return)
saham.
2.3.6.7.Ker angka Konseptual
Adapun bagan peranan current ratio, debt to equity ratio dan
return on assets terhadap return saham perusahaan tekstil yang go public
di bursa efek Indonesia seperti pada berikut ini :
2.4.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga Current Ratio berpengaruh positif terhadap return saham
perusahaan textile yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
2. Diduga Debt to Equity Ratio berpengaruh negative terhadap return
saham perusahaan textile yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
3. Diduga Return On Asset berpengaruh positif terhadap return saham
perusahaan textile yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Current rat io (X1)
Debt t o equit y rat io (X2) Ret urn saham (Y)
3.1. Definisi Oper asional Va r iabel dan Pengar uh Var iabel
Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk memperjelaskan
dan menerangkan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian dan
pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang
ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.
Definisi operasional dan pengukuran variabel yang dipergunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi 2. yaitu :
1. Var iabel ter ikat (Dependent Variable) (Y)
Variabel terikat (Dependent Variable) adalah varabel yang tidak dapat
berdiri sendiri dan nlainya tergantung pada hasil pengamatan. Variabel terikat
(Y) dalam penelitian ini adalah Return Saham.
Return Saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal
atas investasi yang dilakukannya. Return saham merupakan hasil investasi
surat berharga (saham) yang berupa capital gain (loss) yaitu selisih antara
harga saham saat ini (closing price pada periode t) dengan harga saham
periode sebelumnya (closing price pada periode t-1) dibagi dengan harga
saham periode sebelumnya (closing price pada periode t-1).
Return Saham (Y). Perhitungan return saham dapat (Jogiyanto, 2003),
Rt = ( -1) -1
Keterangan :
Rt : Return Saham perusahaan pada waktu (t)
Pit : Harga Saham i pada waktu (t)
Pit-1 : Harga Saham i pada periode sebelumnya (t-1)
2. Var iabel bebas (Independent Variable)(X)
Variabel bebas (Independent Variable) yaitu variabel yang dapat berdiri
yang dapat berdiri sendiri dan nilainya tidak tergantung pada hasil pengamatan.
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
1. Current ratio (X1),
Merupakan rasio lancar dimana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. (Harahap, 2001)
Current ratio =
2. Debt to equity ratio (X2),
Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin
Debt to equity ratio =
3. Return on asset (X3),
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih
cepat berputar dan meraih laba. (moeljadi)
Return on assets =
3.2.Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. (Sugiyono, 2003:55).
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari perusahaan textile
yang go public di Bursa Efek Indonesia, berupa laporan keuangan sampai saat ini
berjumlah 21 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan pendekatan “non
tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan atas tujuan tertentu. (Sugiyono, 2003:57-60).
Maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Memiliki data laporan keuangan tahun 2005-2009.
2. Mengeluarkan nilai harga saham pada tahun 2005-2009.
3. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data tahun 2005-2009 yang
dibutuhkan dalam penelitian.
4. Mengalami perubahan kenaikan atau penurunan nilai return saham
yang fluktuatif.
Nama perusahaan-perusahaan textile yang menjadi sampel penelitian ini
ada 9 perusahaan sebagai berikut :
1. PT. Eratex Djaja Tbk.
2. PT. Roda Vivatex Tbk.
3. PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk.
4. PT. Ricky Putra Globalindo Tbk.
5. PT. Pan Brother Tex Tbk.
6. PT. Karwell Indonesia Tbk.
7. PT. Indorama Synthetics Tbk.
3.3. Tek nik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi yaitu melihat, mempeajari,
dan mengutip catatan-catatan dari dokumen yang ada pada laporan keuangan
perusahaan textile yang go public di Bursa Efek Indonesia, kemudian dilakukan
rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan berupa
keuangan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3.3.1. J enis Data dan Sumber Dana
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data
yang dikumpulan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan textile yang go
public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 sampai tahun 2009.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh tidak
secara langsung dari obyek penelitian. Data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan telah diolah oleh pihak lain. Biasanya sudah
dalam bentuk publikasi, meliputi harga saham dan data laporan keuangan
perusahaan textile yang go public di Bursa Efek Indonesia dengan kuruk waktu
mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Regresi Linier Berganda
Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini
analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda sesuai dengan
tujuan yang akan diteliti sebagai berikut (Santoso, 2001:167) :
Y = 0+ 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + e Diamana :
Y : return saham X1 : Current ratio X2 : Debt to equity ratio X3 : Return on asset
0 : Konstanta
1, 2 : Koefisien Regresi Variabel : Standart error
3.4.2. Uji Nor malitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal yang data dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah uji regresi OLS (ordinary Least Square), dimana distribusi
sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e) berdistribusi
normal dengan sendirinya b0 dan b1 juga berdistribusi normal. (Gujarati,
1999:66).
Komponen penggangu e harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan
nilai tengah = 0 dengan varians sebesar metode diantaranya adalah Kolmogorov
Smirnov. Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y adakah
3.4.3. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator),
artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk
menghasilkan kepusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar
yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier. Apabila ada salah satu dari ketiga
asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoeh tidak lagi
besifat BLUE (Best Liner Unbiased Estimator). (Gujarati 1999:319), sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias, yaitu :
1. Autokor elasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalaahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul pada data observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama yang lain, masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watston (DW test) dibantu dengan
membandingkan nilai pada tabel statistic dari Durbin Watson yang menggunakan
derajat kepercayaan 0,05. Gozali, Imam (2001:61)
2. Multikolinier itas.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantaravariabel bebas. Jika variabel bebas
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel
orthogonal adalah variabel bebas yang dinilai korelasi antar sesama variabel bebas
sama dengan nol. (ghozali, 2001:57:58). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut :
a. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifiakan mempengaruhi variabel terikat.
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas
ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90) maka hal ini
,merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
c. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF) sebesar 10.
3. Heter osk edastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda,
maka disebut heteroskedasitas. Pengujian heteroskedastisitas disini menggunakan
korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Uji yang
digunakan dalam heteroskedastisitas yaitu dengan variabel bebasnya dengan nilai
3.4.4. Uji Hipotesis
d. Uji F
Pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel (X1,X2, dan X3)
terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :
1. Ho : b1 = 0 ( tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan
variabel terikat secara simultan )
Ha : b1 ≠ 0 ( ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara simultan )
2. Dalam penelitian digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas
(n-k), dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.
3. Dengan F hitung sebesar :
Fhit = ² / ( )
( ) / ( )
Keterangan :
Fhit = hasil hitung
N = banyaknya sampel
R² = koefisien determinasi
k = jumlah variabel
4. Dari uraian di atas, maka diberikan hipotesis statistika sebagai berikut :
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel atau apabila nilai probabilitas < 0,05
e. Uji t
Pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial (X1,X2, dan X3) terhadap
Y digunakan uji t student dengan prosedur sebagai berikut :
1. Ho : b1 = 0 ( tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan
variabel terikat secara parsial )
Ha : b1 ≠ 0 ( ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara parsial )
2. Dalam penelitian digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas
(n-k), dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.
3. Dengan nilai t hitung :
thit = ( )
keterangan :
t hit = t hasil perhitungan
bj = koefisien regresi
se(bj) = standart error
4. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel atau apabila nialai probabilitas ≥
0,05
4.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejar ah Singkat Pasar Modal
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di
Indonesia pernah dibentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu
pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya
perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927
dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta,
Semarang, Surabaya. Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan di
bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah
memberlakukan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1951 yang kemudian
disahkan sebagai Undang-Undang. Yaitu Undang-Undang No.15 Tahun 1952
tentang Bursa Efek.
Pasar Modal di Indonesia dari Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang
memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah
memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar
modal. Tersendat-sendatnya perkembangan pasar modal selama ini disebabkan
terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi harga saham dan saham campur tangan
pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar
modal tersebut di atas,pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang
berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember
1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988).
4.1.2. Sejar ah Singkat PT. Bur sa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan
mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan
baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun
1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia
didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai
Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah
colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang.
Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan
oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa saham
kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program
nasionalisme pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani
oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah
Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar
sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial
dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun
1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini
mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal ( BAPEPAM).
Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak
baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan
Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah system perdagangan
otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru
ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih
besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan
dibanding system perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan
tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan
likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan
Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan
perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan
akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.3. Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia ( BEI )
a) Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan
kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang
memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa
lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu
perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi.
b) Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi
investor local maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa,
trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagia institusi yan
dinamais dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan
tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.4. Str uktur Or ganisasi Bur sa Efek Indonesia ( BEI )
Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk
pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal.
Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh
PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada
Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT.Bursa Efek
Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris , yang bertugas dan berfungsi
melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.
PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang
yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional.
Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite
yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek,
Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa. Struktur
Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 : Str uk tur Organisasi PT. Bur sa Efek Indonesia