• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGGU

(KDT) PADA

(

Penelitian dila

PRO

FAKUL

UNIVERSIT

SKRIPSI

ULFIA NISRIN

UNAAN KOMBINASI DOSI

A PASIEN TUBERKULOSIS

dilakukan di Instalasi Rawat Inap

Karsa Husada Batu)

ROGRAM STUDI FARMASI

ULTAS ILMU KESEHATAN

RSITAS MUHAMMADIYAH MALAN

2016

SIS TETAP

IS PARU

nap RSU

(2)

STUDI PENGGU

(KDT) PADA

(

Penelitian dila

PRO

FAKUL

UNIVERSIT

SKRIPSI

ULFIA NISRIN

UNAAN KOMBINASI DOSI

A PASIEN TUBERKULOSIS

dilakukan di Instalasi Rawat Inap

Karsa Husada Batu)

ROGRAM STUDI FARMASI

ULTAS ILMU KESEHATAN

RSITAS MUHAMMADIYAH MALAN

2016

SIS TETAP

IS PARU

nap RSU

(3)

iv

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP

(KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

(

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU

Karsa Husada Batu)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang

2016

Oleh:

ULFIA NISRIN

NIM : 201210410311155

(4)

v

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP

(KDT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU

Karsa Husada Batu)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji

Pada tanggal 1 Juni 2016

Oleh:

ULFIA NISRIN

NIM: 201210410311155

(5)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan nikmat kepada hamba-Nya, karena dengan pertolongan-Nya skripsi yang berjudul “Studi

Penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT) Pada Pasien Tuberkulosis Paru (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)” dapat

diselesaikan tepat waktu dan dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada orang tua Ibu dan Abah telah menjadi motivasi terbesar saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada:

1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Direktur dan staf RSU Karsa Husada Batu yang telah membantu kelancaran penelitian skripsi.

3. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si, Apt., Sp.FRS selaku pembimbing I yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat waktu, semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan.

4. Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt., MS selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan

memberi semangat kepada penulis selama menempuh pendidikan di program studi farmasi Universitas muhammadiyah malang sampai terselesaikannya tugas akhir ini, semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan.

5. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS dan ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,

M.Sc., Apt. Selaku penguji I dan II yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi terselesaikannya tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.

6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Farmasi yang telah memberikan dedikasi yang besar kepada penulis.

(6)

vii

7. Kepada kakakku Nayli Syifa’iyah dan Muhammad Adib Nazri serta

adikku tercinta Muhammad Zainul Fuady yang selalu memberikan semangat dan nasehat.

8. Teman-teman kos 395 Ira dan Elok yang telah menemani perjalanan penulis selama kurang lebih 4 tahun menempuh studi di Malang.

9. Seluruh teman-teman farmasi angkatan 2012 yang telah berjuang bersama penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Farmasi.

Akhir kata, penulis mohon maaf atas kekurangan dan ketidaksempurnaan penulisan skripsi dan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bidang farmasi klinis bagi penulis maupun pembaca.

Wassalaamualaikum Wr. Wb.

Malang, Mei 2016

Ulfia Nisrin

(7)

viii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT)

PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu)

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium bovis. Bakteri ini paling sering menyerang paru-paru dan beberapa bagian tubuh lain seperti tulang, kulit dan mata. Tuberkulosis sebagian besar menginfeksi penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun. Setiap tahunnya, 2 milyar orang di dunia terinfeksi tuberkulosis dan 2 sampai 3 juta orang meninggal dunia. Gejala TB pada orang dewasa umumnyaadalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dan dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk darah, sesak nafas, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan.

Regimen terapi yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) adalah rifampisin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), dan etambutol (E) dalam Kombinasi Dosis Tetap (KDT) atau fixed dose combination , dimana kombinasi ini diharapkan akan meningkatan efektifitas terapi. Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Di Indonesia, penatalaksanaan tuberkulosis dibagi menjadi kategori 1, kategori 2 dan kategori 3, dimana tiap kategori diberikan untuk jenis pasien yang berbeda. Pengobatan TB kategori 1 dan 3 menggunakan tablet 4KDT (Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Etambutol) selama 2 bulan fase intensif dan tablet 2KDT (Rifampisin dan Isoniazid) selama 4 bulan fase lanjutan, sedangkan kategori 2 pengobatan dengan KDT dikombinasi dengan injeksi streptomisin. Dosis KDT disesuaikan dengan berat badan pasien, sehingga memudahkan pemberian obat kepada pasien dan menjamin kelangsungan pengobatan sampai selesai. Selain terapi dengan KDT, pasien juga diberikan terapi lain seperti obat batuk, analgesik, antibiotika kombinasi dan lain-lain.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pola penggunaan obat KDT pada pasien tuberkulosis paru terkait dosis, jenis, efek samping dan hal lain terkait data laboratorium dan data klinik, serta menganalisis kesesuaian antara terapi pasien dengan pedoman pengobatan TB yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada sampel. Rancangan penelitian dilakukan secara deskriptif dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan pola penggunaan obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dengan metode retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan

(8)

ix

peninjauan ke belakang). Kriteria inklusi meliputi pasien yang terdiagnosa penyakit tuberkulosis paru usia dewasa di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu dengan data rekam medik kesehatan (RMK) lengkap meliputi data terapi dengan KDT periode 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2016.

Hasil penelitian ini didapatkan 41 data RMK sebagai sampel dari total 82 populasi. Pasien TB paru paling tinggi pada usia lebih dari 50 tahun sebanyak 15 pasien (36%) dengan pasiennya lebih banyak laki-laki daripada perempuan yaitu sebanyak 22 pasien (54%). Regimen terapi standar untuk pasien TB paru disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dengan sebagian besar pasien TB paru mendapat terapi 4KDT (Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg) sebanyak 36 pasien (88%) dan 2KDT (Rifampisin 150 mg dan Isoniazid 150 mg) 5 pasien (12%). Pengobatan kategori 1 menggunakan 4KDT dan 2KDT sebanyak 39 pasien (93%) dan kategori 2 menggunakan 4KDT dan 2KDT tanpa kombinasi Streptomisin sebanyak 2 pasien (4%). Pemakaian KDT memiliki beberapa efek samping dan efek yang paling banyak terjadi pada pasien adalah mual sebanyak 29 pasien (58%), peningkatan serum transaminase 12 pasien (24%), dan muntah 3 pasien (6%). Pada 2 pasien Pemberian jumlah tablet KDT berdasarkan berat badan pasien belum sesuai dengan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011 dari Departemen Kesehatan RI. Selain KDT, Terapi lain yang diberikan kepada pasien yaituacid suppression61 pasien (30%), antibiotika tunggal 32 pasien (16%), obat batuk 30 pasien (14%), Antisesak 21 pasien (10%), hepatoprotektan 17 pasien (8%), antipiretik 14 pasien (7%), antibiotika kombinasi 10 pasien (5%), hemostatik 8 pasien (4%), analgesik 7 pasien (3%), insulin 5 pasien (2%), dan obat antidiabetes 1 pasien (1%).

(9)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PENGUJIAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN... vi

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ... 5

1.4.2 Bagi Rumah Sakit... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Paru... 6

2.2 Definisi Tuberkulosis ... 7

2.3 Epidemiologi Tuberkulosis... 7

2.4 Etiologi Tuberkulosis ... 9

2.5 Patofisiologi Tuberkulosis... 9

(10)

xi

2.6.1 Berdasarkan organ yang terinfeksi ... 11

2.6.2 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak... 11

2.6.3 Berdasarkan riwayat pengobatan pasien ... 11

2.6.4 Berdasarkan pemeriksaan radiologis ... 12

2.7 Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru... 12

2.8 Diagnosis Tuberkulosis ... 13

2.8.1 Pemeriksaan Dahak Mikroskopik... 14

2.8.2 Uji Tuberkulin ... 14

2.8.3 Pemeriksaan Radiografi Dada ... 15

2.8 Faktor Resiko Tuberkulosis 2.8.1 Faktor Resiko Individu ... 15

2.8.2 Faktor Resiko Lingkungan ... 16

2.9 Komplikasi Tuberkulosis... 16

2.10Terapi farmakologi Tuberkulosis 2.10.1 Obat Antituberkulosis Lini Pertama ... 17

2.10.1.1 Rifampisin... 17

2.10.1.2 Isoniazid... 19

2.10.1.3 Pirazinamid ... 21

2.10.1.4 Etambutol... 22

2.10.3.5 Streptomisin... 23

2.10.2 Obat Antituberkulosis Lini Kedua... 25

2.10.2.1 Asam Aminosalisilat (PAS)... 25

2.10.2.2 Etionamid... 26

2.10.2.3 Sikloserin ... 26

2.10.2.4 Kapreomisin... 27

2.10.2.5 Amikasin... 27

2.10.2.6 Golongan Fluoroquinolon... 28

2.10.3 Terapi OAT pada Tuberkulosis 2.10.3.1 Tahap Pengobatan Tuberkulosis... 29

2.10.2.2 Kategori Pengobatan Tuberkulsosis ... 30

2.10.2.3 Terapi KDT di Indonesia ... 32

(11)

xii

2.10.4.1 antifibrinolitik ... 35

2.10.4.2 antipiretik... 36

2.10.4.3 analgesik ... 36

2.11Terapi Nonfarmakologi ... 36

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL dan KERANGKA OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konseptual ... 38

3.2 Kerangka Operasional ... 39

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 40

4.2 Populasi dan Sampel ... 40

4.2.1 Populasi... 40

4.2.2 Sampel... 40

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 40

4.3 Bahan Penelitian... 40

4.4 Instrumen Penelitian... 41

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

4.6 Definisi Operasional... 41

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 42

4.8 Analisis Data ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN ... 43

5.1 Karakteristik Demografi Pasien ... 44

5.2 Berdasarkan Penyakit Penyerta ... 46

5.3 Berdasarkan Jenis Pasien... 46

5.4 Jenis KDT Yang Diterima Pasien ... 47

5.5 Fase Pengobatan ... 47

5.6 Berdasarkan Jumlah Tablet KDT Yang Diterima ... 47

5.7 Berdasarkan Kategori Pasien... 48

5.8 Distribusi Terapi KDT yang diswitch... 48

5.9 Lama Pemberian KDT saat MRS ... 49

5.11Terapi Lain ... 50

5.12 Keadaan Klinik Saat KRS ... 51

BAB VI PEMBAHASAN ... 52

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1 Kesimpulan ... 67

7.2 Saran ... 67

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Jenis dan Dosis OAT di Indonesia ... ... 30

Tabel II.2 Jenis dan Dosis OAT Brazil ... 30

Tabel II.3 Jenis OAT-KDT di Indonesia... 32

Tabel II.4 Dosis Pengobatan Kategori 1 dan 3 ... 33

Tabel II.5 Dosis Pengobatan Kategori 2 ... 33

Tabel V.1 Distribusi Berdasarkan Usia Pasien ... 44

Tabel V.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien ... 44

Tabel V.3 Status Pasien Tuberkulosis Paru ... 45

Tabel V.4 Distribusi Berat Badan Pasien ... 45

Tabel V.5 Jenis Penyakit Penyerta pada Pasien ... 46

Tabel V.6 Distribusi Berdasarkan Jenis Pasien ... 46

Tabel V.7 Distribusi Berdasarkan Jenis KDT ... 47

Tabel V.8 Distribusi Berdasarkan Fase Pengobatan... 47

Tabel V.9 Distribusi Berdasarkan Jumlah Tablet KDT... 47

Tabel V.10 Distribusi Berdasarkan Kategori Pasien ... 48

Tabel V.11 Berdasarkan Terapi OAT yang diswitch... 48

Tabel V.12 Distribusi Lama Pemberian KDT Saat MRS... 49

Tabel V.13 Distribusi Efek Pemakaian KDT Saat MRS ... 49

Tabel V.14 Terapi Lain Saat MRS ... 50

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Paru... 6

Gambar 2.2 Angka Insidensi TB di Dunia... 8

Gambar 2.3 Patofisiologi Tuberkulosis... 10

Gambar 2.4 BakteriMycobacterium tuberculosis ... 14

Gambar 2.5 Struktur Kimia Rifampisin ... 17

Gambar 2.6 Struktur Kimia Isoniazid ... 19

Gambar 2.7 Struktur Kimia Etambutol ... 21

Gambar 2.8 Struktur Kimia Pirazinamid ... 22

Gambar 2.9 Struktur Kimi Streptomisin ... 23

Gambar 2.10 Struktur Kimia PAS ... 25

Gambar 2.11 Struktur Kimia Etionamid ... 26

Gambar 2.12 Struktur Kimia Sikloserin ... 26

Gambar 2.13 Struktur Kimia Kapreomisin ... 27

Gambar 2.14 Struktur Kimia Amikasin ... 27

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 38

Gambar 3.2 Kerangka Operasional ... 39

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup... 75

Lampiran 2 Surat Pernyataan... 76

Lampiran 3 SuratEthical Clearance... 77

Lampiran 4 Daftar Nilai Normal Data Laboratorium ... 78

Lampiran 5 Tabel Pengumpulan Data ... 79

Lampiran 6 Tabel Data Induk ... 164

(15)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

TB Tuberkulosis

KDT Kombinasi Dosis Tetap

FDC Fixed Dose Combination

OAT Obat Anti Tuberkulosis

H Isoniazid

R Rifampisin

Z Pirazinamid

E Etambutol

S Streptomisin

TST Tuberculin Skin Test

BTA Bakteri Tahan Asam

SPS Sewaktu Pagi Sewaktu

MIC Minimum Inhibitory Concentration

LED Laju Endap Darah

SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT Serum Pyruvic Oxaloacetic Transaminase

RMK Rekam Medik Kesehatan

PO Per Oral

IV Intravena

Hct Hematokrit

Tpm Tetes Per Menit

Lpm Liter Per Menit

GDS Gula Darah Sewaktu

GDP Gula Darah Puasa

G2JPP Gula Darah 2 Jam Post Prandial

LPD Lembar Pengumpul Data

MRS Masuk Rumah Sakit

(16)

69

DAFTAR PUSTAKA

Alhazzani, Waleed, Alenezi, Farhan, Jaeschke, Roman Z., Moayyedi, Paul, Cook, Deborah J., 2013. Proton Pump Inhibitors Versus Histamine 2 Receptor Antagonists for Stress Ulcer Prophylaxis in Critically Ill Patients: A Systematic Review and Meta-Analysis. Critical Care Medicine.

Alma Tostmann,Martin J Boeree,Rob E Aarnoutse, 2007.Antituberculosis Drug-Induced Hepatotoxicity: Concise up-to-Date Review. Journal of Gastroenterology and Hepatology.

Amin Z, Bahar A, 2006, Tuberkulosis Paru, In: Sudoyo W, Setyo Hadi B, Alwi I, et al,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V. Jakarta: Interna

Publishing, , hal 988-1000.

Anonim, 2010. Struktur Kimia Rifampisin.

http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB747447 3.htm. [Diakses pada 3 Oktober 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Isoniazid.

http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_cb5102053. htm. [Diakses pada 3 Oktober 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Etambutol.

http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB125651 2.htm. [Diakses pada 3 Oktober 2015]

Anonim, 2013. Struktur Kimia Pirazinamid.

https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?setid. [Diakses pada 3 Oktober 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Streptomsin.

http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB346288 7.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Etionamid.

http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB624866 95.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Sikloserin.

http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB9138759_E N.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Kapreomisin.

http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB4690423_E N.htm. [Diakses pada 11 Desember 2015]

Anonim, 2010. Struktur Kimia Amikasin.

(17)

70

Arbex, Marcos Abdo, Marília de Castro Lima Varella, Hélio Ribeiro de Siqueira, Fernando Augusto Fiúza de Mello, 2010. Antituberculosis Drugs: Drug Interactions, Adverse Effects, And Use In Special. J Bras Pneumol.

Baxla S. L., R. H. Gora , P. Kerketta, N. Kumar ,B. K. Roy, P. H. Patra, 2013. Hepatoprotective Effect Of Curcuma Longa Against Lead Induced Toxicity in Wistar Rats.Journal of Gastroenterology and Hepatology.

Braga, J.U., Trajman, A., 2015. Effectiveness of RHZE-FDC (Fixed-Dose Combination) Compared to RH-FDC + Z for Tuberculosis Treatment in Brazil: A Cohort Study. BMC Infectious Desease. DOI 10.1186/s12879-015-0820-4.

Crespo, Manuel, Esteban Ribera, Ignacio Suarez-Lozano et al, 2009.Effectiveness and safety of didanosine, lamivudine and efavirenz versus zidovudine, lamivudine and efavirenz for the initial treatment of HIV-infected patients from the Spanish VACH cohort. Journal of Antimicrobial Chemotherapy.

Crofton, J., Horne, N., Fred, M., 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi ke 2. Diterjemahkan oleh: Muherman Harun dkk. Jakarta: Widya Medika. Hal 14.

Davies, Peter D O, Stephen B Gordon, Geraint Davies, 2014. Clinical Tuberculosis 5thEdition.London: CRC Press.

Departemen kesehatan RI, 2007. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

DHHS Panel on Antiretroviral Guidelines for Adultsand Adolescents. 2016. Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-1-Infected

Adults and Adolescents. Downloaded from.

http://aidsinfo.nih.gov/guidelineson April 23, 2016.

Dipiro, Joseph T., 2009. Chapter 49 Tuberculosis, in: Wells, Barbara G., Joseph T. Dipiro, Terry L. Schwinghammer, Cecily V. Dipiro,Pharmacotherapy Seventh Edition.New York: McGraw Hill Companies Inc, pp. 532-544.

Donald, Peter r., helen mcIlleron. 2009. Chapter 59 antituberculosis drugs, in: Schaalf, H.S., Zumla, A., Tuberculosis: A Comprehensive Clinical Reference.Eropa: Elsevier, pp. 476, 515, 711.

(18)

71

Dooley, Kelly E, Richard E Chaisson, 2009.Tuberculosis and Diabetes Mellitus: Convergence of Two Epidemics.Lancet Infectious Disease.

Drago, L., L. Nicola, V. Rodighiero, M. Larosa, R. Mattina, E. De Vecchi, 2011. Comparative Evaluation of Synergy of Combinations of B-Lactams with Fuoroquinolones or a Macrolide in Streptococcus Pneumoniae. Journal of Antimicrobial Chemotherapy.

Elliot, Tom, Tony Worthington, Husam Osman, Martin Gill, 2013. Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi Edisi Ke 4. Terj. Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. hal 222

González-Ortiz, Manuel. Jesús F. Guerrero-Romero, Rafael Violante-Ortiz et al, 2008. Efficacy Of Glimepiride/Metformin Combination Versus Glibenclamide/Metformin in Patients with Uncontrolled Type 2 Diabetes Mellitus.Journal of Diabetes and Its Complications.

Grobelny, Powel, Arijit Mukherjee, Gautam R. Desiraju, 2011. Struktur Kimia Para Amino Salisilat (PAS).

http://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2011/ce/c0ce00842g#!divAbst ract. [Diakses pada 11 Desember 2015]

Grönblad, Mariko Teramura, Helka Hosia-Randell, Seija Muurinen, Kaisu Pitkala, 2010.Use Of Proton-Pump Inhibitors and Their Associated Risks Among Frail Elderly Nursing Home Residents. Scandinavian Journal of Primary Health Care.

H. M, Lamb, Ormrod D., Scott L J, Figgit D P, 2002. Ceftriaxone: An Update Of Its Use In The Management Of Community-Acquired And Nosocomial Infections.US National Library of Medicine.

Harish, B. N., G. A. Menezes , 2011. Preserving Efficacy Of Chloramphenicol Against Typhoid Fever in a Tertiary Care Hospital, India. Regional Health Vorum.

Heard , Kennon J., 2008.Acetylcysteine for Acetaminophen Poisoning. Nationale England Journal of Medicine.

Henry F. Chamber, 2010, in: Katzung, B.G., Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal 796-800.

Herchline, Thomas E, Michael S. Bronze, 2015. Tuberculosis. http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#a4. [Diakses pada 27 Januari 2015].

Hudson, S, S. Hines, S. Maynard, 2010. Haemostatic: Recent Report for Tranexamic Acid and Carbazochrome.Researchgate.

(19)

72

Tropical Infectious Desease Principles, Pathogens & Pratice. Edisi ke-10. China: Saunders Elsevier Inc., pp. 228-246.

Kass, Sarah M., Pamela M. Williams, Brian V. Reamy, 2007. Pleurisy.American Academy Of Family Physicians.

Kee, Joyce L., 2014.Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi ke 6. Terj. Sari Kurnianingsih dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kementerian kesehatan RI, 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Alat Kesehatan. Hal 530, 651.

Khalid Bouti, Mohammed Aharmim, Karima Marc et al, 2013. Factors Influencing Sputum Conversion among Smear-Positive Pulmonary Tuberculosis Patients in Morocco.Hindawi Publishing Corporation. Kimberlin, David W., Richard J. Whitley, 2007. Human Herpesviruses:

Biology, Therapy, and Immunoprophylaxis.USA: Cambridge University Press .

Krapp, F., J C Véliz, E Cornejo, E Gotuzzo, C Seas, 2008. Bodyweight gain to predict treatment outcome in patients with pulmonary tuberculosis in Peru.International Journal Tuberculosis Lung Disease.

Lambert, Peter, 2011. Chapter 12 Mechanisme of Action of Antibotics and Synthetic Anti-Infective Agents, in: Denyer, Stephen P., Norman A. Hodges, Sean P. Gorman,Hugo & Russel Pharmaceutical Microbiology Seventh Edition.Massachusetss: a Blackwell Publishing Company.

LaRosa, Steven P., http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/ diseasemanagement/infectious-disease/sepsis/ [diakses pada 23 April 2016].

Lienhardt, C., Cook, S.V., Burgos, M., Yorke-Edwards, V., Rigouts, L., Anyo, G., Kim, S.J., Jindani, A., Enarson, D.A., Nunn, A.J., 2011. Efficacy And Safety of a 4-Drug Fixed-dose Combination Regimen Compared with Separate Drug for Treatment of Pulmonary Tuberculosis: the Study C Randomized Controlled Trial.JAMA. DOI 10.1001jama.2011.436.

Lofmark, Sonja, Charlotta Edlund, Carl Erik Nord, 2009. Metronidazole Is Still the Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infections. Clinical Infectiuos Disease.

(20)

73

Men or Have Low Weight: Implications for International Dosing Guidelines.Journal of American Society for Microbiology.

Nehaul, L.K., 2012. Tuberkulosis, in: Walker, Roger, Cate Whittlesea. Clinical Pharmacy and Therapeutics Fifth Edition. London: Elsivier Ltd. Pp 608.

Niazi, Asfandyar Khan, Sanjay Kalra, 2012.Diabetes and Tuberculosis: A Review of The Role of Optimal Glycemic Control. Journal of Diabetes and Metabolic Disorder.

Oursler, Kris K., Richard D Moore, William R Bishai, Susan M Harrington, Diana S Pope, Richard E Chaisson, 2002. Survival of Patients with Pulmonary Tuberculosis: Clinical and Molecular Epidemiologic Factors. Oxford Journals.

Pareek, Anil, Nitin B. Chandurkar, Mangala S. Borkar et al, 2011. Evaluation of Efficacy and Tolerability of Glimepiride and Metformin Combination: A Multicentric Study in Patients with Type-2 Diabetes Mellitus, Uncontrolled on Monotherapy with Sulfonylurea or Metformin.American Journal of Therapeutics .

Paul M, Grozinsky S, Soares-Weiser K, Leibovici L. Β Lactam Antibiotic Monotherapy versus Β Lactam-Aminoglycoside Antibiotic Combination Therapy for Sepsis.Research Gate.

Pearce, Evelyn C., 2010.Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Terj. Sri M. Handoyo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Prutsky G, Domecq Jp, Salazar CA, Accinelli R, 2013. Antifibrinolytic Therapy To Reduce Haemoptysis From Any Cause (Review). The cochrane collaboration.

Puri, M. M., Subodh Kumar, Brahma Prakash et al, 2009. Tuberkulosis Pneumonia as a Primary Cause of Respiratory Failure-Report of Two Cases.Indian Journal of Tuberculosis.

Raviglone, Mario C., Richard J. O’Brien, 2010. Chapter 6 Tuberculosis, In:

Kasper, D.L, Fauci, A.S., Horrisons’s: Infectious Disease. New York:

McGraw Hill. pp. 596.

Seth, Vimlesh, SD Seth, OP Semwal, in: Seth, V., Kabra, S.K., 2011.Essential of Tuberculosis in Children. Ed. 4th. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. pp. 410,415.

Sharma, Surendra K., 2008. Tuberulosis Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

(21)

74

Sudoyo, A.W., 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed ke-5 Jilid I. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, hal 196-198.

Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Thorson, A. E, 2014. Gender Differences in Tuberculosis. International Journal of Infectious Disease.

Todar, Kenneth, 2012. Bakteri Mycobacterium tuberculosis Pada Pewarnaan. http://textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html. [Diakses pada 9 Januari 2016].

Van Rikxoort Eva M, Bram van Ginneken, 2013. Anatomi Paru. http://m.iopscience.iop.org/article/10.1088/0031-9155/58/17/R187.

[Diakses pada 9 Oktober 2015].

Wani, Robert L. Serafino, 2013.Tuberculosis 2: Pathophysiology and

microbiology of pulmonary tuberculosis.South Sudan Medical Journal.

Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya Edisi Ke 2. Semarang: Penerbit Erlangga.

World Health Organization, 2006. Guidelines on Co-trimoxazole Prophylaxis for HIV-Related Infection Among Children, Adolescents and Adults. Switzerland: WHO Press.

World Health Organization, 2008. Stop TB initiative (world health organization).Geneva: WHO Press.

World Health Organization, 2015. Global Tuberculosis Report 2015 20th Edition. Geneva: WHO Press.

World Health Organization, 2016.

http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js5511e/2.6.html. [Diakses pada 13 Mei 2016].

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium bovis. Bakteri ini paling sering menyerang paru-paru dan beberapa bagian tubuh lain seperti tulang, kulit dan mata. Setiap tahunnya, 2 milyar orang di dunia terinfeksi tuberkulosis dan 2 sampai 3 juta orang meninggal dunia. Penularan tuberkulosis biasanya melalui droplet yang dikeluarkan oleh pasien tuberkulosis, lalu dihirup oleh manusia sehat. Jika tidak diterapi secara benar dan tepat, penyakit ini akan berakibat fatal pada 50%-60%

kasus dalam waktu 5 tahun (Raviglone dan O’Brien, 2010).

World Health Organization(WHO) memperkirakan sekitar 9,27 juta kasus TB baru terjadi sepanjang tahun 2007 dan naik menjadi 9,4 pada tahun 2009. Sepanjang tahun 2014 WHO memperkirakan terdapat sekitar 9,6 juta kasus baru TB dengan 5,4 juta penderitanya adalah laki-laki, 3,2 juta perempuan dan 1 juta pasien anak-anak. Dari keseluruhan kasus tersebut sekitar 1,5 juta orang meninggal dunia (1,1 juta negatif dan 0,4 juta merupakan pasien HIV-positif) dengan 890.000 kasus merupakan laki-laki, 480.000 wanita dan 140.000 anak-anak (WHO, 2015). Di Indonesia, estimasi prevalensi TB semua kasus menurut WHO adalah sebesar 660,000 dan estimasi insidensi 430,000 kasus baru

per tahun. Kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya, sehingga Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan kasus TB tertinggi di dunia. Sebagian besar TB menginfeksi penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun. Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada

kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal

akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian penemuan kasus baru 51,6 % dari target global 70 % dibandingkan pencapaian 20 % pada tahun 2002 dan 37 % pada tahun 2003, juga penyediaan obat-obat anti TB yang

(23)

2

dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap belum dapat diberantas, bahkan diperkirakan penderita TB terus meningkat (Departemen Kesehatan RI, 2011).

Resiko seseorang terinfeksi TB dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu sendiri yaitu usia, jenis kelamin, status imun yang rendah (kurang gizi, penggunaan obat imunosupresan), pola hidup yang tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alkohol), dan riwayat penyakit lain seperti infeksi HIV dan diabetes. Faktor eksternal berkaitan erat dengan lingkungan tempat tinggal seperti rumah tidak sehat, pemukiman padat & kumuh (Croftonet al, 2002).

Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Sekitar 90% pasien yang mengalamai infeksi primer rata-rata tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti, kecuali batuk dan nafas berbunyi. Gejala TB pada orang dewasa umumnya adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk darah, sesak nafas, malaise,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu

bulan.Setidaknya 5% dari total pasien (biasanya anak-anak, lanjut usia dan pasien gangguan imun) dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan

bersifat sangat menular (Departemen Kesehatan RI, 2011).

Permulaan terapi tuberkulosis adalah untuk menurunkan Mycobacterium tuberculosis dalam sputum, dengan harapan 90 % bakteri mati dalam waktu

(24)

3

bentuk kombinasi dosis tetap (KDT) atauFixed-dose Combinations(FDC). Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.

Pengobatan TB kategori 1 dan 3 menggunakan tablet 4KDT (Rifampisin,

Isoniazid, Pirazinamid dan Etambutol) dan tablet 2KDT (Rifampisin dan

Isoniazid), sedangkan kategori 2 pengobatan dengan KDT dikombinasi dengan

injeksi streptomisin. Dosis KDT disesuaikan dengan berat badan pasien, sehingga

memudahkan pemberian obat kepada pasien dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai (Departemen Kesehatan RI, 2011).

Pengobatan standar TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Kedua tahap ini dilaksanakan setidaknya selama 6 bulan (2 bulan tahap intensif dan 4 bulan tahap lanjutan) dan sangat penting untuk mencegah resistensi serta membunuh bakteri yang persisten (dormant). Bakteri Mycobacterium tuberkulosis adalah salah satu jenis bakteri aerob gram negatif yang dinding selnya terdiri atas lapisan lipid dan lilin yang tebal sehingga terapi dengan KDT yang merupakan kombinasi obat antituberkulosis (OAT) bertujuan untuk mencegah resistensi bakteri. Masing-masing obat dalam KDT memiliki kemampuan yang berbeda dalam mencegah resistensi. Akan tetapi obat dengan early bactericidal activity (EBA) tinggi biasanya efektif dalam mencegah resistensi (Donald dan McIlleron, 2009).

Regimen terapi yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) adalah rifampisin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), dan etambutol (E)

(25)

4

menjamin kelangsungan terapi sampai selesai (Braga dan Trajman, 2015). Penggunaan RHZE-FDC ini harus selalu dipantau karena sifat hepatotoksisitasnya yang cukup tinggi. Pemakaian isoniazid dan rifampisin dapat meningkatkan produksi enzim hepar sampai lima kali dari kadar normalnya yaitu 3 mg/dL. Pemantauan kondisi hepar dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadarBlood Urea Nitrogen (BUN), aspartat transaminase (SGOT) dan alanin transaminase (SGPT) secara berkala (Dipiro, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat KDT pada pasien TB paru dan menganalisis kesesuaian antara pola terapi pasien dengan pedoman pengobatan TB yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini adalah rumah sakit yang khusus menangani kasus penyakit paru dan menjadi rumah sakit rujukan bagi rumah sakit lain disekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan obat KDT pada pasien tuberkulosis paru di RSU Karsa Husada Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mempelajari pola penggunaan obat KDT pada pasien tuberkulosis paru. 1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mempelajari pola terapi pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu

b) Mempelajari pola penggunaan KDT pada pasien tuberkulosis yang meliputi dosis, jenis, efek samping dan hal lain terkait data laboratorium dan data klinik pasien.

c) Mengetahui kesesuaian antara terapi pasien dengan pedoman

(26)

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

a) Memahami pola terapi farmakologi pada pasien tuberkulosis paru b) Memberi informasi tentang OAT-KDT untuk terapi tuberkulosis paru. 1.4.2 Bagi Rumah Sakit

a) Sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan atau rekomendasi terapi dalam pelayanan farmasi klinis

Referensi

Dokumen terkait

Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap public mengidentifikasi kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan public, serta

Learning dipadu diagram Roundhouse terhadap pemahaman konsep siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014.. Penelitian merupakan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh Jumlah Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Kurs, Produk Domestik Bruto, dan Suku Bunga Simpanan Luar Negeri pada

Faktor  yang  keempat  adalah  faktor peluang bisnis  keuntungan dimaksud  adalah setelah melihat beberapa pertimbangan peluang dan  kesempatan  di  masyarakat 

Oleh karena itu, kreativitas seorang guru dalam mengajar akuntansi menjadi faktor penting agar akuntansi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam

[r]

Aktivitas Imunostimulan dan Profil KLT Ekstrak Etanol Herba Patikan Cina ( Euphorbia thymifolia. L) Pada Fagositosis Makrofag Mencit Jantan Terinfeksi

Selain kegiatan ekonomi, pendidikan juga menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya kontak bahasa masyarakat, karena kebanyakan guru/pendidik merupakan pendatang