• Tidak ada hasil yang ditemukan

Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan (Ang, 1997). Husnan (1994) juga menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham rnerupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan, kendala-kendala eksteral, kekuatan

25 penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham perhari atau satu tahun bursa.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan dimasa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return

historis ini berguna sebagi dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang (Ang, 1997). Konsep risk dan return

mempunyai peranan yang sangat besar dimana perilaku investor seringkali didasarkan pada konsep ini. Husnan (1998) dalam Martono (2009) mengungkapkan teori keuangan yang membahas tentang analisis investasi yang memiliki risiko tinggi, para investor mensyaratkan tingkat return yang semakin tinggi pula. Return ekspektasi merupakan

return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan di masa mendatang. Sebagai individu yang rasional, investor akan mempertimbangkan return

yang diharapkan akan diterima (expected return) dan besaran risiko yang harus ditanggung sebagai konsekuensi logis dari keputusan yang telah diambil.

26 6. Rasio Keuangan

a. Pengertian Rasio Keuangan

Seorang analis keuangan dapat mengevaluasi kondisi keuangan serta kinerja dari sebuah perusahaan dengan cara melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan untuk pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi angka lainnya (Home dan JM. Machowicz, 2009-:201).

Kasmir (2009:104) berpendapat bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Dimana perbandingan tersebut dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Angka yang diperbandingkan dalam rasio keuangan ini dapat berupa angka-angka dalam satu atau beberapa periode. Kemudian hasil dari rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam satu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Sugiono (2009:64) analisa rasio keuangan merupakan suatu angka yang menunjukkan hubungan antara

unsur-27 unsur dalam laporan keuangan, dimana hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematika yang sederhana.

Dari berbagai pendapat tersebut, maka jelas bahwa rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan. Akan tetapi manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio keuangan sangat ditentukan oleh tujuan spesifik dari analis. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang ada pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analis risiko dari peluan perusahaan yang ditelaah.

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Keuangan

Tujuan dari analisis rasio adalah untuk menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan serta keuntungan perusahaan (profitability). Sedangkan manfaat dari penggunaan analisis rasio keuangan menurut Mardiyanto (2009:65) setidaknya ada 3 (tiga) manfaat yang dapat dirasakan bagi 3 (tiga) pihak berbeda diantaranya sebagai berikut :

1)Manajer, berfungsi sebagai peralatan analisis perencanaan dan pengendalian keuangan.

2)Analis kredit perbankkan, berfungsi untuk menilai kemampuan permohonan kredit dalam membayar hutangnya.

28 3)Analis sekuritas, berfungsi untuk menilai dan prospek harga

sekuritas termasuk untuk menentukan peringkat hutang jangka panjang.

c. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Moeljadi (2006:68) menggolongkan rasio-rasio keuangan menjadi sebagai berikut :

1). Rasio Likuiditas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajuban finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang sudah segera jatuh tempo. Rasio ini terbagi atas :

a. Current Ratio (CR)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang lancar (kewajiban jangka pendek) yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Sebagai pedoman umum current ratio 200% sudah dianggap baik, khususnya bagi perusahaan industry. Perhitungan current ratio (CR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:68) :

Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar

29 b. Quick ratio (QR)

Dalam rasio ini pos persediaan tidak dihitung, karena persediaan merupakan pos yang tidak liquid dalam aktiva lancar. Hal ini disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas. Perhitungan quick Ratio (QR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:69) :

Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar

c. Cash Ratio (CR)

Rasio ini menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk melunasi seluruh hutang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas. Perhitungan Cash Ratio (CR) dirumuskan sebagai berikut (2009:69) :

Cash Ratio = Kas Hutang Lancar

2). Rasio Solvabilitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini terbagi atas :

30 a. Debt Ratio (DR)

Rasio yang membandingkan total utang dengan total aktiva. Semakin rendah semakin baik, karena jika nilainya semakin tinggi maka semakin besar risikonya bagi perusahaan. Perhitungan Debt Ratio (DR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:71) :

Debt Ratio = Total Hutang Total aktiva

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan modal. Selain itu rasio ini dinilai penting karena member pengaruh positif dan negative terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan modal sendiri dalam menjamin hutang jangka panjangnya, sehingga akan semakin berisiko bagi perusahaan dan begitu pula jika sebaliknya. Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dirumuskan sebagai berikut (sugiono, 2009:71) :

Debt Equity Ratio = Total Hutang Total modal

31 3). Rasio Aktivitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. rasio ini terbagi atas :

a. Total Asset Turn Over (TATO)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh asset atau investasi untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai rasio ini maka semakin bagus kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya, begitu pula sebaliknya. Perhitungan total Asset Turn Over (TATO) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:70) :

Total Asset Turn Over = Penjualan Total aktiva

b. Inventory Turn Over (ITO)

Rasio ini menunjukkan beberapa kali persediaan dapat berputar dalam satu tahun. Semakin tinggi perputaran persediaan, maka semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Inventory Turn Over (ITO) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:73) :

Inventory Turn Over = HPP Persediaan

32 c. Working Capital Turn Over (WCTO)

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam siklus kas dari perusahaan. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang tertanam dalam persediaan piutangnya, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Working Capital Turn Over (WCTO) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:77) :

WCTO = Penjualan

Aktiva Lancar - Hutang Lancar

4). Rasio Profitabilitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan lsecara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Rasio ini terdiri dari :

a. Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industry, hal itu dapat disebabkan oleh harga jual atau harga pokok penjualan yang lebih rendah dari perusahaan pesaing. Perhitungan Net profit Margin (NPM) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:79) :

33

Net Profit Margin = Laba bersih Penjualan

b. Return On Asset (ROA)

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih dari sebuah bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan asset dengan baik untuk memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Return On Asset (ROA) dirumuskan sebagai berikut :

Return On Asset = Laba Bersih Total Aktiva

c. Return On Equity (ROE)

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada, selain itu ROE juga merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Perhitungan Return On Equity (ROE) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:81) :

Return OnEquity = Laba Bersih Total Equitas

34 5). Rasio Nilai Pasar

Rasio ini bertujuan untuk menjadi tolak ukur yang menhubungkan harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dari nilai perbuku saham. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan performance perusahaan secara keseluruhan yang mengaitkan kondisi internal dengan kondisi pasar. Rasio ini terdiri dari :

a. Price to Book Value (PVB)

Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar makin percaya akan prospek perusahaan tersebut, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Price to Book Value (PBV) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:84) :

Price to Book Value = Harga Pasar Per Saham Nilai Buku Per Saham

Dimana :

Nilai Buku Per Saham = Total Equitas Jumlah Saham Beredar

b. Price Earning Ratio (PER)

Rasio ini diperoleh dari harga pasar saham dibagi dengan laba per saham sehingga semakin tinggi rasio ini mengindikasikan kinerja perusahaan semakin baik, dan begitu pula sebaliknya.

35 Perhitungan Price Earning Rasio (PER) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:83) :

PER = Harga Pasar Per Saham EPS

Dimana :

EPS = Laba Bersih

Jumlah Saham yang Beredar

d. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2010:293) keunggulan-keunggulan yang dimiliki analisis rasio jika dibandingkan dengan teknik yang lain adalah:

1). Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah ditafsirkan.

2). Rasio merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 4). Dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah

industry yang lain.

5). Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model memprediksi Z-Score.

6). Menstandarisasi size perusahaan.

7). Lebih mudah membandingkan perusahaan atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.

36 8). Lebih mudah melihat trend perusahaan untuk memprediksi

kondisi keuangan dimasa yang akan datang.

Selain memiliki keunggulan rasio keuangan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari rasio keuangan menurut Atmaja (2008:427), diantaranya :

a. Data Pembanding

Rasio-rasio keuangan pada suatu perusahaan yang beroperasi dibanyak atau industry yang berbeda sulit dicarikan data pembanding. Pada umumnya data pembanding berupa angka rata-rata rasio keuangan. Kondisi rata-rata-rata-rata bukanlah tujuan perusahaan, oleh karena itu data pembanding yang baik bisa jadi adalah rasio keuangan papan atas pada industry tersebut.

b. Efek Inflasi

Dapat menyebabkan distorsi besar pada neraca, akibatnya perbandingan rasio keuangan dari waktu ke waktu (trend) maupun perbandingan data industry yang tidak sama waktunya dapat saja menyesatkan.

c. Widow Dressing

Manajemen perusahaan dapat saja dengan sengaja memanipulasi kondisi keuangan menjelang penyusuran neraca.

d. Kebijakan operasi seperti keputusan untuk menyewa (leasing) dari pada meminjam aktiva yang membawa dampak pada rasio keuangan keuangan.

37 e. Sebagian perusahaan mungkin memiliki sebagian rasio yang

kurang baik dan sebagian lagi baik, hal ini membuat sulit untuk menyatakan bagaimana kondisi perusahaan pada umumnya, baik atau buruk.

38 C. Peneletian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Alat

Analisi Variabel Independen Terbaik Hasil Penelitian 1. Desy dan Astohar (2010) Analisis faktor-fator yang mempengaruhi return saham Regresi berganda Debt to Equity Ratio (DER) Price to Book Value (PBV) Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Budialim Giovanni (2013) Pengaruh kinerja keuangan dan risiko

terhadap return saham Regresi berganda Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaru h positif terhadap return saham 3. Zuliarni Sri (2012) Pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham Regresi Berganda Price Earning Ratio (PER) dan Devidend Payout Ratio (DPR) Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap Harga saham,

39

No Peneliti Judul Alat

Analisi Variabel Independen Terbaik Hasil Penelitian sedangkan Devidend Payout Ratio berpengaruh negative terhadap harga saham. 4. Purnama I Gusti Kresna Surya (2013) Pengaruh kinerja makro ekonomi terhadap kinerja industry dan kinerja keuangan serta return

saham Analisis jalur (Path analysis) Kinerja ekonomi Kinerja ekonomi makro tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 5. Sutriani Anis (2014) Pengaruh Profitabilitas, Leverage,dan Likuiditas terhadap return saham dengan

nilai tukar sebagai variable moderasi pada

saham LQ-45 Regresi Linear Berganda Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Return On Asset dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham.

40

No Peneliti Judul Alat

Analisi Variabel Independen Terbaik Hasil Penelitian 6 Rangga Arayoga (2009) Analisis pengaruh Kinerja Keuangan dan

Return Saham Di Bursa Efek Indonesia

Regresi Linier ROA CR, DER, dan TATO tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. ROA meiliki pengaruh Yang signifikan terhadap Return Saham 7 Sakti 2009

Pengaruh ROA dan DER terhadap Return

Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2003-2007 Regresi Linier ROA dan DER ROA dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan 8 Astohar 2010

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset,

Price Book Value Added, dan Earning Per

Share terhadap return Saham Perusahaan Manufacture di Bursa Efek Indonesia Regresi Linier DER, ROA dan EPS DER, ROA dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur

41 D. Kerangka Pemikiran

Return saham

Uji asumsi klasik -uji normalitas -uji heteroskedastisitas -uji miltikoloniearitas Return On Asset (ROA) Debt to Equity Ratio (DER)

Laporan keuangan tahunan

Current Ratio (CR) Price Earning Ratio (PER)

Regresi Linear Berganda

Uji Hipotesis 1. Uji R 2. Uji F 3. Uji t Kesimpulan BEI

42 E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Return On Asset berpengaruh positif terhadap return saham. Semakin tinggi return on asset nya maka return sahamnya akan semakin tinggi.

H0 : Tidak ada pengaruh antara Return On Asset terhadap return saham. Ha : Debt to Equity ratio berpengaruh positif terhadap return saham,

semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka semakin rendah return sahamnya.

H0 : Tidak ada pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap return saham. Ha : Current ratio berpengaruh positif terhadap return saham, semakin

tinggi nilai Current Ratio maka semakin tinggi nilai return sahamnya.

H0 : Tidak ada pengaruh Current Ratio terhadap return saham

Ha : Price Earning ratio berpengaruh positif terhadap return saham, Semakin tinggi nilai Price Earning Rationya maka semakin tinggi nilai return sahamnya

H0 : Tidak ada pengaruh Price Earning Ratio terhadap return saham. Ha : Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Price

43 semakin baik nilai Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Earning Ratio maka semakin baik Return sahamnya.

H0 : Tidak ada pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Earning Ratio terhadap Return saham.

44 BAB III

Dokumen terkait