• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Modal yang Diinvestasikan

2.1.4. Return Saham

2.1.3.1.Pengertian Return Saham

Return merupakan laba atas suatu investasi yang biasanya dinyatakan sebagai tarif persentase tahunan (Fakhruddin, 2008:169). Fahmi dan Yovi (2009:151) mengatakan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Semakin tinggi return saham maka semakin baik investasi yang dilakukan karena dapat menghasilkan keuntungan, sebaliknya semakin rendah

return saham atau bahkan negatif maka semakin buruk hasil investasi yang dilakukan.

Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham, di mana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss (Samsul, 2006:291). Return saham yang diperoleh dari kegiatan investasi yang berupa dividen bukanlah hal yang mudah untuk diprediksi, karena kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit bagi manajemen perusahaan. Keputusan mengenai dividen terkadang dikaitkan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya, dividen setiap periodenya sesuai dengan fluktuasi dalam jumlah kesempatan investasi yang dapat diterima yang tersedia bagi perusahaan tersebut.

Return dapat terdiri dari return realisasi yang sudah terjadi atau return

Menurut Jogiyanto (2009:199) ada 2 (dua) cara untuk memperoleh tingkat keuntungan, yaitu: return realisasi dan return ekspektasi.

1. Return realisasi

Tingkat keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

Return ini merupakan return yang sesungguhnya terjadi (return realisasi).

Return realisasi penting digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja dari sebuah perusahaan yang dihitung berdasarkan data historis.

2. Return historis

Return historis atau yang sering disebut juga sebagai tingkat keuntungan saham yang diperoleh dari investasi saham ekspektasi.

2.1.3.2.Jenis-jenis Return

Menurut Jogiyanto (2009:199-214), jenis return ada dua yaitu return

realisasi dan return ekspektasi. 1. Return realisasi

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Pentingya return ini karena digunakan indikator kinerja atau keberhasilan perusahaan. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa datang. Ekspektasi biasanya digunakan sebagai dasar analisa teknikal yaitu menggunakan pola pergerakan harga saham masa lalu untuk memprediksi harga saham di masa datang

2. Return Ekspektasi

Return Ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Return ini dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.

Jogianto (2009: 200) mengemukakan beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total, relatif return, kumulatif return, dan

return disesuaikan. Rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan aritmatika (arithmetic mean) atau rata-rata geometrik (geometric mean). Perhitungan ini menggunakan data harga saham historis yaitu pergerakan harga saham dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan.

2.1.3.3. Pengukuran Return Saham

Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus: (Samsul, 2006:291)

Ri =

Pt– P t-1 P t-1 Dimana:

Ri = Return saham

Pt = Harga saham pada periode t P t-1 = Harga saham pada periode t-1

2.1.3.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham

Kinerja keuangan merupakan faktor penentu naik turunnya return saham. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan

return saham, begitu pula sebaliknya. Kinerja keuangan dapat di ukur dari nilai tambah ekonomis (EVA) dan likuiditas perusahaan (CR). Untuk itu perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja keuangannya agar dapat meningkatkan return

saham.

Menurut Asnawi dan Wijaya, (2005:95) kinerja keuangan keuangan yang secara langsung mempengaruhi return saham dikelompokkan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pasar dan

economic value added (EVA).

1. Rasio likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek. Rasio ini terbagi menjadi Current ratio, quick ratio, dan net working capital. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor. 2. Rasio solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjang, dimana rasio ini terbagi menjadi menjadi debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return sales. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah return saham yang akan diterima investor.

3. Rasio aktivitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya, terbagi menjadi total asset

turnover, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnover, average collection period, dan day’s sales in inventory. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor. 4. Rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahan dalam

menghasilkan keuntungan, terbagi menjadi gross profit margin, net profit margin, operating return on assets, return on equity dan operating ratio.

Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor.

5. Rasio pasar, menunjukkan informasi yang penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham, terbagi menjadi dividend yield, devidend per share, earning per share, devidend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor. 6. EVA merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang

sesungguhnya, apakah sudah mampu memberikan nilai tambah atau belum terhadap perusahaan. Jika kinerja manajemen baik atau efektif dilihat dari nilai tambah, maka akan tercermin dalam peningkatan harga saham perusahaan. EVA yang positif akan dapat meningkatkan harga saham, begitu juga profitabilitas meningkat akan dapat meningkatkan harga saham.

Dokumen terkait