SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI PERTAMBANGAN
YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
PUTRI ZULFIRSTA TIARA 110503240
PROGRAM STUDI STRATA-I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 41 perusahaanyang merupakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2009-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 15 perusahaan.Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan variabel EVA dan rasio likuiditas CRsecara simultan berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel EVA tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel rasio likuiditas dari CR berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013.
ANALYSIS OF EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) AND LIQUIDITY TO RETURN IN STOCK MINING INDUSTRY
COMPANY LISTED IN BEI
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of economic value added and liquidity on stock returns either simultaneously or partially in the Mining industry companies listed on the Stock Exchange. The population of this study as many as 41 companies which is a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange since the year 2009-2013. The sample was selected using purposive sampling method totaling 15 companies. The data were processed using the method of multiple linear regression statistical test. The results of this study demonstrate variable CR EVA and liquidity ratios simultaneously affect the stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. EVA partial variable has no effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. In partial liquidity ratio of CR effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah
dan rahmat -Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka
penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Likuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI”, memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi (SE) pada Program Studi Ilmu
Akuntansi Universitas Sumatra Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini peneliti telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis dengan sepenuh
hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum., Mec. Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara
dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Rustam Msi.Ak., selaku dosen penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Firman Syarif Msi., Ak., selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk orangtua penulis bapak Zulkifli Hasanuddin dan ibu Syarifah Fitri Wahyuni, juga kepada saudara penulis Adela Zulfirsta Azkiya. Terima kasih atas semua kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan, bantuan serta semangat dan terutama doa kalian semua yang sangat berarti bagi penulis, khususnya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kepada sahabat penulis, Irfantri Alga, Maria Fransiska, Patricia Siagian, Henry Kosasih, Kesia Hutasoit, Nadila Falensia, Arinda Fauziah Silalahi, juga teman-teman angkatan 2011 terima kasih atas segala doa, semangat, saran dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 17 Maret 2015
DAFTAR ISI
2.1.2.3. KeunggulandanKelemahanEVA ... 13
2.1.2.4. PerhitunganEVA ... 15
2.3.2. Likuiditas ... 20
2.1.3.1. Pengertian Likuiditas ... 20
2.1.3.2. Jenis-JenisLikuiditas ... 21
2.1.3.3. Pengukuran Rasio Likuiditas ... 24
2.4.3. Return Saham ... 25
2.1.4.1. Pengertian Return Saham ... 25
2.1.4.2. Jenis-jenisReturn ... 26
2.1.4.4. FaktorMempengaruhiReturn Saham ... 28
2.2. ReiewPenelitianTerdahulu ... 30
2.3.Kerangka Konseptual ... 31
2.4.HipotesisPenelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. JenisPenelitian... 34
3.2.Tempat dan WaktuPenelitian ... 34
3.3.DefinisiVariabel ... 34
3.4.Jenis Data danMetodePengumpulan Data ... 40
3.5. Populasi Penelitian ... 40
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.7. Metode Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 48
4.1.1. Statistik Deskriptif... 48
4.1.2. UjiAsumsiKlasik ... 49
4.1.2.1UjiNormalitas ... 50
4.1.2.2. Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi ... 55
4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 56
4.1.2.4. Uji Autokolerasi ... 56
4.1.3.Pengujian Hipotesis ... 57
4.1.3.1 Uji Signifikansi Simultan ... 57
4.1.3.2. Uji SignifikansiParsial ... 58
4.1.3.3. Regresi Linier Berganda ... 60
4.1.3.4.KoefisienDeterminasi ... 61
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
4.2.1. Hasil Uji Simultan (F) ... 62
Return saham ... 63 4.2.2.2. PengaruhCurrent Ratioterhadapreturn saham ... 64
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 66 5.2. Keterbatasan ... 66 5.3. Saran ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Return Saham Beberapa Perusahaan Industri Pertambangan... 4
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 30
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 39
Tabel 3.2 Penentuan Populasi Sasaran Penelitian ... 40
Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan ... 42
Tabel 4.1 Descriptive Statistics ... 48
Tebel 4.2 Uji Normalitas Data ... 50
Tebel 4.3 Bentuk Transformasi Data ... 51
Tebel 4.4 Uji Normalitas Data Setelah Transformasi ... 52
Tebel 4.5 Uji Multikolinieritas ... 55
Tebel 4.6 Autokolerasi ... 57
Tebel 4.7 Uji F ... 58
Tebel 4.8 Hasil Uji Statistik t ... 58
Tebel 4.9 Regresi Linier Berganda ... 60
Tebel 4.10 Koefisien Determinasi... 61
Tebel 4.11 Kriteria Pengujian Hipotesis Simultan ... 62
Tebel 4.12 Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial ... 63
Tebel 4.13 Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial ... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 31
Gambar 4.1 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 54
Gambar 4.2 Kurva PP-Plots Setelah Transformasi ... 54
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 41 perusahaanyang merupakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2009-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 15 perusahaan.Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan variabel EVA dan rasio likuiditas CRsecara simultan berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel EVA tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel rasio likuiditas dari CR berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013.
ANALYSIS OF EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) AND LIQUIDITY TO RETURN IN STOCK MINING INDUSTRY
COMPANY LISTED IN BEI
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of economic value added and liquidity on stock returns either simultaneously or partially in the Mining industry companies listed on the Stock Exchange. The population of this study as many as 41 companies which is a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange since the year 2009-2013. The sample was selected using purposive sampling method totaling 15 companies. The data were processed using the method of multiple linear regression statistical test. The results of this study demonstrate variable CR EVA and liquidity ratios simultaneously affect the stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. EVA partial variable has no effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. In partial liquidity ratio of CR effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting
karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan serta
sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko masa yang akan datang. Return
ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang
akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return
ekspektasi bersifat belum terjadi namun diharapkan akan terjadi (Jogianto,
2009:199).
Teori yang berkaitan dengan return saham adalah Signalling theory yang
direspon oleh pasar. Signalling theory merupakan informasi penting bagi investor
dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan,
catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu yang dihasilkan laporan
keuangan, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan
hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2000: 392).
Return total yang akan diterima pemegang saham merupakan tingkat
kembalian investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari dividend yield dan
capital gain. Dividend yield adalah tingkat kembalian yang diterima inevestor
dalam bentuk tunai setiap akhir periode pembukuan. Harga pasar yang semakin
tinggi menunjukan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh investor karena
dengan semakin tinggi harga saham akan menghasilkan capital gain yang
semakin besar (Jogianto, 2009:200). Return memungkinkan investor untuk
membandingkan keuntungan aktual ataupun keutungan yang diharapkan yang
disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Di
sisi lain, return pun memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nilai dari
suatu investasi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return saham menurut Fahmi
(2011: 87) adalah kondisi mikro dan makro ekonomi, kebijakan perusahaan dalam
memutuskan ekspansi (perluasan), pergantian direksi secara tiba-tiba, kinerja
keuangan seperti kinerja profitabilitas, likuiditas perusahaan yang terus
mengalami penurunan, pencapaian nilai ekonomis perusahaan (EVA) yang positif
akan dapat meningkatkan return saham dan resiko sistematis. Berdasarkan
beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham maka penelitian ini
menggunakan EVA dan likuiditas yang mempengaruhi return saham.
Sunyoto (2011:216) mengatakan Economic Value Added (EVA)
apakah sudah mampu memberikan nilai tambah atau belum terhadap perusahaan.
Jika kinerja manajemen baik atau efektif dilihat dari nilai tambah, maka akan
tercermin dalam peningkatan harga saham perusahaan. Oleh sebab itu apabila
hasil dari pengukuran EVA positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan
biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga
tingkat pengembalian saham (harga saham) akan mengalami peningkatan atau
perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor.
Sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja
yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham perusahaan sehingga
tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami penurunan atau nilai
perusahaan berkurang karena tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah
dari yang diharapkan investor. Dengan demikian nilai EVA yang positif
diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif juga terhadap kenaikan
tingkat pengembalian saham (return saham) tersebut.
Selain EVA faktor lainnya yang dapat mempengaruhi return saham adalah
likuiditas yang diukur dari Current Ratio yang merupakan rasio yang mengukur
perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya. Current Ratio
(CR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila
hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya
keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka harga saham juga
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan industri
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan menggunakan
perusahaan industri pertambangan yaitu adanya persaingan yang tinggi antar
perusahaan industri pertambangan sehingga berdampak pada kinerja EVA dan
likuiditas yang mempengaruhi harga saham. Persaingan ini terlihat dari gencarnya
perusahaan industri pertambangan dalam mengelola kekayaan alam Indonesia,
seperti adanya kontrak-kontrak asing dengan Pemerintah Indonesia dalam hal
eksplorasi. Selain itu terlihat juga adanya penurunan return saham perusahaan –
perusahaan industri pertambangan sehingga perlu dianalisis lebih lanjut lagi.
Berikut ini adalah beberapa perusahaan industri pertambangan di Bursa Efek
Indonesia yang mengalami penurunan return saham terlihat pada tabel I.1.
Tabel I.1. Nilai Return Saham Beberapa Perusahaan Industri Pertambangan Periode tahun 2009 – 2012
NO PERUSAHAAN Return Saham
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat pergerakan return saham
pada perusahaan industri pertambangan secara garis besar menunjukan hasil yang
kurang baik dimana terjadi kecenderungan penurunan return saham dan bahkan
sebagian perusahaan justru tidak mampu menghasilkan return saham yang positif
selama kurun waktu 2009-2012. Masalah penurunan return saham terparah terjadi
pada PT. Bayan Resource Tbk dimana tahun 2009 perolehan return saham
sebesar 5,01 turun di tahun 2010 menjadi 2,19, begitu juga tahun 2011 turun
menjadi 0 dan terparah pada tahun 2012 menjadi -0,01. PT. Petrosea Tbk pada
tahun 2009 perolehan return saham sebesar 1,88 turun di tahun 2010 menjadi
1,51, begitu juga tahun 2011 turun menjadi 0,28 dan terparah pada tahun 2012
menjadi -0,96. PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk pada tahun 2009 perolehan
return saham sebesar 1,50 turun di tahun 2010 menjadi 0,33. Pada tahun 2011 dan
2012 perusahaan tidak mampu menghasilkan return saham positif dimana
masing-masing sebesar -0,24 dan -0,13. PT. Elnusa Tbk pada tahun 2009
perolehan return saham sebesar 2,03 turun di tahun 2010 menjadi -0,08 begitu
juga tahun 2011 dan 2012 return saham negatif sebesar -0,29 dan -0,25. PT.
Timah Tbk pada tahun 2009 perolehan return saham sebesar 0,85 turun di tahun
2010 menjadi 0,38 begitu juga tahun 2011 dan 2012 return saham negatif sebesar
-0,39 dan-0,08. PT. Citatatah Tbk pada tahun 2009 perolehan return saham
sebesar 0,36 turun di tahun 2010 menjadi 0,06 begitu juga tahun 2011 dan 2012
return saham negatif sebesar -0,01 dan-0,18.
Penelitian Hidayat (2011) mampu membuktikan bahwa EVA berpengaruh
EVA tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham. Kedeua hasil
penelitian ini tentu saja memiliki kesimpulan yang berbeda sehingga perlu untuk
dikaji kembali untuk membuktikan kedua hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan fenomena tersebut menunjukkan bahwa return saham dari
tahun ke tahun cenderung menurun. Hal ini di tentukan berbagai faktor yang
mempengaruhi return saham diantaranya Economic Value Added (EVA) dan
Likuiditas perusahaan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “ Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Likuiditas
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar
di BEI “. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari tahun 2009 sampai
2013.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah economic
value added dan likuiditas berpengaruh terhadap return saham baik secara
simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di
BEI?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap return saham
baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian.
1. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
khususnya mengenai pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap
return saham.
2. Manfaat Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah
di lingkungan Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Manfaat Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi
investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan berkaitan dengan
penanaman modal dalam saham, khususnya pada perusahaan industri
pertambangan yang terdaftar di BEI.
4. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Signaling Theory
Signalling theory merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu dari laporan keuangan, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana
pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil
keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman
akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2009:
392).
Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk
pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara
manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi
tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan (Tandelilin,
Prinsip signaling theory adalah setiap tindakan mengandung informasi.
Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information
adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada
pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric
information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah (Husnan, 2005:93).
Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut
bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang
dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian
peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi
sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan
yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki (Fahmi dkk, 2009:38).
Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik atau buruk di masa mendatang. Apabila informasi
keuangan memiliki penilaian yang baik maka informasi yang diserap investor
merupakan informasi yang baik (good news) sehingga investor tertarik untuk
melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang
tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Apabila
informasi keuangan yang disampaikan mengandung informasi buruk seperti
penurunan kinerja maka informasi yang diserap investor merupakan informasi
perdagangan saham, dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik
laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi
volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar (Sharpe, 2005:
211).
Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal
bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan
tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan
informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna
laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan
informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat
melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi
risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor
maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara
terbuka dan transparan (Harahap, 2006:37).
2.1.2. Economic Value Added (EVA) 2.1.2.1.Pengertian EVA
Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan
menghitung EVA suatu perusahaan. EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen
Asumsinya adalah jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai
tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham
perusahaan (Tandelilin, 2010:324).
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang
analisis keuangan dari perusahaan Stern Stewart dan Co pada tahun 1993. Di
Indonesia metode tersebut dikenal dengan nama Nilai Tambah Ekonomi
(NITAMI). EVA merupakan perbedaan di antara laba operasi setelah pajak dan
total biaya modal, termasuk biaya ekuitas modal. EVA adalah suatu estimasi dari
nilai yang diciptakan oleh manajemen selama tahun berjalan, dan secara
substansial berbeda dari laba akuntansi karena tidak ada pembebanan akibat
penggunaan ekuitas modal yang tercermin di dalam laba akuntansi (Brigham dan
Houston, 2006:69).
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2006:633) EVA adalah sebaran antara
ROA dan biaya modal (cost of capital) dikalikan jumlah modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan. EVA mengukur nilai dolar dari selisih bagi hasil
yang diperoleh perusahaan dengan biaya peluangnya. Pengertian lain menyatakan
bahwa EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai
penghasilan sisa atau residual income) yang menyatakan bahwa kekayaan hanya
diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal
(Young dan O’Byrne, 2001:17). Lebih lanjut lagi Young dan O’Byrne (2001:32)
menyatakan bahwa EVA merupakan laba ekonomis yang dapat dihitung untuk
setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara
EVA atau ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan
sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. EVA yang positif
menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena
perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan yang melebihi tingkat biaya
modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun
karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya.
2.1.2.2. Manfaat EVA
EVA sangat bermanfaat bagi penilaian kinerja perusahaan di mana fokus
penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja
dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan
berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih
investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan
tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan, memiliki
beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan. Menurut Tunggal (2001)
beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:
1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri
sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan
dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis
2. hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk
investasi dengan biaya modal yang rendah.
Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan pengukuran
yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial
Distress pada suatu perusahaan (Salmi dan Virtanen dalam Iramani dan Eri,
2005:4). Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas required of
return, maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan warning akan
terjadinya financial distress bagi perusahaan tersebut.
2.1.2.3.Keunggulan dan Kelemahan EVA
Menurut Iramani dan Erie (2005:6) Salah satu keunggulan EVA sebagai
penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value
creation). Keunggulan EVA yang lain adalah :
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat
dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan
harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan
dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman
pada nilai yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai
buku.
3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan
data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus
pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih
sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders
satisfaction concepts.
5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan
sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat
pengambilan keputusan bisnis.
EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara
lain (Naser, 2003):
1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi
dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2. Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga
manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa
mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan.
Hal ini bisa mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa
depan.
3. EVA mengakibatkan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa
meningkatkan kinerja keuntungan. Tanpa balanced scorecard, strategi
value based management memang dapat menurunkan biaya dan
meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan
jangka panjang melalui investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses,
teknologi informasi dan kemampuan karyawan.
4. Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk
mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa
perusahaan, misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
pada sektor teknologi.
5. Memerlukan tambahan biaya. Penggunaan EVA mungkin akan
meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential litigation
costs.
2.1.2.4. Perhitungan EVA
Menurut Valez (dalam Iramani dan Erie, 2005:4) ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari
perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan
modal sendiri, secara matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (i x E)
Keterangan:
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
ie = Opportunity cost of equity
E = Total Equity
Namun apabila dalam struktur modal perusahaan terdiri dari hutang dan
modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
WACC = Weighted Average Cost of Capital
TA = Total Asset (Total modal yang diinvestasikan)
Interpretasi dari hasil perhitungan EVA adalah sebagai berikut :
1. Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
2. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis
bagi perusahaan.
3. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah
digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik
kreditur maupun pemegang saham.
Menurut Young & O’Byrne (2001: 39), EVA sama dengan selisih antara
laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan biaya modal. Biaya
modal sama dengan yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau
modal yang dipakai) dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).
EVA = NOPAT – (WACC x Modal yang diinvestasikan)
Adapun penjelasan untuk masing-masing komponen sebagai berikut:
1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Taxes (NOPAT) atau laba operasi bersih
setelah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan
financial. NOPAT dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono,
2001:100).
NOPAT = EBIT (1- Tarif Pajak)
Faktor yang non operasional dan laba rugi luar biasa, seperti laba/rugi dari
penghentian unit usaha serta beberapa akun laba/rugi lain-lain yang sama
sekali tidak berhubungan dengan kegiatan operasional rutin perusahaan
dan tidak ada keterangan yang jelas dalam catatan laporan keuangan
perusahaan, tidak diikutsertakan dalam perhitungan NOPAT.
2. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata
tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing
dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal.
WACC dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Prawironegoro dan
Ari, 2008:35):
Debt equity
WACC = --- x Cost of Debt (1-T) + --- x Cost of Equity
debt + equity debt + equity
Atau :
Rumus untuk menghitung WACC adalah (Brigham dan Houston,
2006:484) :
WACC = Wd.Kd (1-T) + Wp.Kp + Ws.Ks
Keterangan:
WACC : Weighted Average Cost of Capital (Biaya Modal Rata-rata Tertimbang)
Kd : Biaya hutang
Kp : Biaya saham preferen
Ws : Persentase saham biasa atau laba ditahan dari modal
Ks : Biaya laba ditahan
T : Tarif Pajak
WACC dihitung dengan mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal
2. We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal
3. Kd adalah biaya hutang (cost of debt)
4. Tingkat pajak
5. Ke adalah biaya modal sendiri atau biaya ekuitas (cost of equity)
6. Total investasi
Menurut Young dan O’Byrne (2001:148) biaya modal (cost of capital)
adalah biaya kesempatan yaitu tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh
penyedia dana, jika modal itu diinvestasikan ke tempat lainnya dalam suatu
proyek, aktiva atau perusahaan dengan risiko yang sebanding. Biaya modal terdiri
dari biaya pendanaan dengan utang (cost of debt financing) yaitu biaya bunga
setelah pajak yang berkaitan dengan peminjaman uang. Biaya pendanaan dengan
ekuitas (cost of equity financing) adalah tingkat pengembalian modal yang
diharapkan (baik berupa deviden maupun peningkatan harga pasar dan investasi)
yang digunakan untuk menarik investor agar mau memberikan modal ekuitas.
Biaya hutang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan
korporasi penting untuk tujuan WACC karena pembayaran bunga adalah dapat
memotong pajak. Biaya hutang dapat di hitung menggunakan rumus (Pradhono
dan Yulius (2005):
Biaya Hutang(Kd) =
Biaya bunga tahunan Total hutang jangka panjang
Biaya ekuitas adalah pengembalian yang diminta investor untuk membuat
investasi ekuitas dalam perusahaan. Setiap investor menginginkan pengembalian
yang setinggi mungkin, yang sudah jelas tidak memberikan pedoman kongkrit
apapun untuk memperkirakan biaya ekuitas. Model yang paling popular untuk
tujuan ini disebut model penetapan harga aktiva modal (capital asset pricing
model/CAPM).
Dengan menggunakan CAPM, biaya ekuitas akan dihitung dengan
menggunakan rumus (Young dan O’Byrne, 2001:151) :
E (R) = Rf + [ Beta x ( E(Rm)– Rf)]
Dimana E(R) adalah harapan pengembalian dari aktiva berisiko manapun, Rf
adalah pengembalian atas suatu aktiva bebas risiko (seperti obligasi pemerintah).
Beta adalah pengukuran dari risiko dan E(Rm) adalah harapan pengembalian atas
pasar saham.
3. Modal yang Diinvestasikan
Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan
perusahaanterlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva tidak menanggung
bunga ( noninterest bearing liabilities) seperti hutang, upah yang akan jatuh
tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes) Young
pemegang saham ditambah dengan hutang jangka pendek dan seluruh hutang
jangka panjang.
Modal yang diinvestasikan = utang jangka pendek + utang jangka panjang +
kewajiban jangka panjang lainnya + ekuitas
pemegang saham.
2.1.3. Likuiditas
2.1.3.1.Pengertian Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Likuiditas
juga dapat dikatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi kurang dari satu tahun. Rasio
likuiditas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung dari sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pada pos aktiva lancar dan hutang lancar
(Munawir, 2004:27).
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan tepat waktu.
Perusahaan dalam keadaan likuid berarti mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban
keuangan tepat waktu apabila perusahaan memiliki alat pembayaran ataupun
perusahaan dalam keadaan illikuid berarti perusahaan tersebut tidak dapat segera
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Husnan, 2005:41).
Rasio lancar digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan
semakin besar. Apabila hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak
pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi
maka tingkat pengembalian (return) saham juga tinggi (Sawir, 2005:32).
2.1.3.2. Jenis-Jenis Likuiditas a. Current Ratio
Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio ini dapat pula mengukur tingkat
keamanan (margin of safety) suatu perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam
membayar hutangnya. Selain itu, current ratio juga dapat menunjukkan sejauh
mana tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang
diharapkan akan dikonversikan menjadi kas dalam waktu dekat (Munawir,
2004:27).
Rumus current ratio yang mengacu pada Gibson (2011, h224), dinyatakan
sebagai berikut:
Semakin tinggi nilai current ratio, maka akan semakin baik posisi pemberi
pinjaman, sebaliknya current ratio yang rendah menunjukkan tingkat likuiditas
perusahaan yang bermasalah. Current ratio berbentuk kali (x). Mengacu pada
pendapat Munawir (2004:27), nilai current ratio yang memuaskan bagi suatu
perusahaan adalah 200% atau 2 kali, akan tetapi nilai rasio sebesar 200% dapat
menjadi titik tolak untuk mengadakan analisa lebih lanjut. Hal ini dikarenakan
current ratio yang tinggi belum menjamin hutang perusahaan dapat dibayar,
misalnya:
Jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat
penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan
menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut. Saldo piutang yang besar memungkinkan sulit untuk ditagih.
Rasio lancar yang terlalu tinggi kemungkinan menunjukkan kelebihan
uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan kebutuhan saat
ini.
Gibson (2011:224) menyatakan “the guideline for the minimum current
ratio has been 2,00”. Gibson juga menambahkan perusahaan yang tidak berhasil
mempertahankan current ratio di atas 2,00 mengindikasikan penurunan likuiditas
dan dapat pula mengindikasikan pengendalian yang kurang baik atas kas, piutang
dan persediaan untuk menutupi kewajiban lancarnya. Apabila hal ini terjadi maka
b. Acid-Test Ratio
Acid-Test Ratio sering juga disebut sebagai quick ratio, dimana rasio ini
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk dikonversi menjadi uang kas,
walaupun pada kenyataannya persediaan mungkin lebih likuid daripada piutang.
Nilai current ratio yang tinggi tetapi quick ratio nya rendah menunjukkan adanya
investasi yang sangat besar dalam persediaan. Rasio ini berbentuk kali (x),
semakin cepat rasio ini berputar semakin baik bagi perusahaan.
Rumus acid-test ratio yang mengacu pada Gibson (2011:225), adalah
sebagai berikut:
x 100%
Semakin tinggi Acid-test ratio menunjukkan semakin tinggi tingkat
likuiditas perusahaan. Akan tetapi, jika rasio ini terlalu tinggi maka hal ini tidak
terlalu baik karena mengindikasikan adanya praktek manajemen yang kurang
baik. Acid-test yang bernilai 2 kali menunjukkan bahwa perusahaan cukup
melunasi kewajiban lancar dengan membayar setengah dari aset lancar tanpa
persediaan yang dimiliki, sedangkan rasio yang bernilai kurang dari 1 kali
mengindikasikan terdapat kewajiban lancar yang tidak terbayarkan meskipun
seluruh aset lancar tanpa persediaan telah dikonversi menjadi kas.
Menurut Gibson (2011:225) angka 1,00 atau 1 kali dianggap cukup aman.
minimum acid-test ratio was 1,00”. Angka ini merupakan angka minimum yang
perlu dipertahankan oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami
ketidakmampuan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Perusahaan
yang memiliki rasio cepat yang tinggi akan terhindar dari ancaman likuidasi.
2.1.3.3.Pengukuran Rasio Likuiditas
Pengukuran rasio likuiditas adalah menggunakan Current Ratio yaitu
perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar terdiri dari
kas, persediaan, piutang dan investasi jangka pendek, sedangkan hutang lancar
terdiri dari hutang dagang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Indikator
likuiditas(Munawir, 2004:27) adalah :
x 100%
Rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau
aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat
likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Perusahaan haruslah
jeli dalam menilai kondisi likuiditas keuangannya. Likuiditas yang terlalu tinggi
juga tidak akan menguntungkan bagi perusahaan karena adanya aset lancar yang
tidak produktif, sebaliknya perusahaan juga jangan sampai memiliki likuiditas
yang rendah karena akan menyulitkan perusahaan dalam menjalankan aktivitas
2.1.4.Return Saham
2.1.3.1.Pengertian Return Saham
Return merupakan laba atas suatu investasi yang biasanya dinyatakan
sebagai tarif persentase tahunan (Fakhruddin, 2008:169). Fahmi dan Yovi
(2009:151) mengatakan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Semakin tinggi return saham maka semakin baik investasi yang
dilakukan karena dapat menghasilkan keuntungan, sebaliknya semakin rendah
return saham atau bahkan negatif maka semakin buruk hasil investasi yang
dilakukan.
Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari
modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual
beli saham, di mana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital
loss (Samsul, 2006:291). Return saham yang diperoleh dari kegiatan investasi
yang berupa dividen bukanlah hal yang mudah untuk diprediksi, karena kebijakan
dividen merupakan kebijakan yang sulit bagi manajemen perusahaan. Keputusan
mengenai dividen terkadang dikaitkan dengan keputusan pendanaan dan
keputusan investasinya, dividen setiap periodenya sesuai dengan fluktuasi dalam
jumlah kesempatan investasi yang dapat diterima yang tersedia bagi perusahaan
tersebut.
Return dapat terdiri dari return realisasi yang sudah terjadi atau return
Menurut Jogiyanto (2009:199) ada 2 (dua) cara untuk memperoleh tingkat
keuntungan, yaitu: return realisasi dan return ekspektasi.
1. Return realisasi
Tingkat keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.
Return ini merupakan return yang sesungguhnya terjadi (return realisasi).
Return realisasi penting digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja
dari sebuah perusahaan yang dihitung berdasarkan data historis.
2. Return historis
Return historis atau yang sering disebut juga sebagai tingkat keuntungan
saham yang diperoleh dari investasi saham ekspektasi.
2.1.3.2.Jenis-jenis Return
Menurut Jogiyanto (2009:199-214), jenis return ada dua yaitu return
realisasi dan return ekspektasi.
1. Return realisasi
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
dihitung berdasarkan data historis. Pentingya return ini karena digunakan
indikator kinerja atau keberhasilan perusahaan. Return realisasi (realized
return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
berdasarkan data historis. Return historis ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa datang.
Ekspektasi biasanya digunakan sebagai dasar analisa teknikal yaitu
menggunakan pola pergerakan harga saham masa lalu untuk memprediksi
2. Return Ekspektasi
Return Ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang dan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Return ini dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa
depan (outcome) dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua
produk perkalian tersebut.
Jogianto (2009: 200) mengemukakan beberapa pengukuran return realisasi
yang banyak digunakan adalah return total, relatif return, kumulatif return, dan
return disesuaikan. Rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan aritmatika
(arithmetic mean) atau rata-rata geometrik (geometric mean). Perhitungan ini
menggunakan data harga saham historis yaitu pergerakan harga saham dari awal
pengamatan sampai akhir pengamatan.
2.1.3.3. Pengukuran Return Saham
Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil
yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode
berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat
ditulis rumus: (Samsul, 2006:291)
Ri =
Pt– P t-1
P t-1
Dimana:
Ri = Return saham
2.1.3.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham
Kinerja keuangan merupakan faktor penentu naik turunnya return saham.
Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan
return saham, begitu pula sebaliknya. Kinerja keuangan dapat di ukur dari nilai
tambah ekonomis (EVA) dan likuiditas perusahaan (CR). Untuk itu perusahaan
harus dapat meningkatkan kinerja keuangannya agar dapat meningkatkan return
saham.
Menurut Asnawi dan Wijaya, (2005:95) kinerja keuangan keuangan yang
secara langsung mempengaruhi return saham dikelompokkan yaitu rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pasar dan
economic value added (EVA).
1. Rasio likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek. Rasio ini terbagi
menjadi Current ratio, quick ratio, dan net working capital. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor.
2. Rasio solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang, dimana rasio ini terbagi menjadi
menjadi debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long
term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest
coverage, cash flow to net income, dan cash return sales. Semakin tinggi
rasio ini semakin rendah return saham yang akan diterima investor.
3. Rasio aktivitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
turnover, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory
turnover, average collection period, dan day’s sales in inventory. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor.
4. Rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahan dalam
menghasilkan keuntungan, terbagi menjadi gross profit margin, net profit
margin, operating return on assets, return on equity dan operating ratio.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima
investor.
5. Rasio pasar, menunjukkan informasi yang penting perusahaan dan
diungkapkan dalam basis per saham, terbagi menjadi dividend yield,
devidend per share, earning per share, devidend payout ratio, price
earning ratio, book value per share, dan price to book value. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor.
6. EVA merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang
sesungguhnya, apakah sudah mampu memberikan nilai tambah atau belum
terhadap perusahaan. Jika kinerja manajemen baik atau efektif dilihat dari
nilai tambah, maka akan tercermin dalam peningkatan harga saham
perusahaan. EVA yang positif akan dapat meningkatkan harga saham,
begitu juga profitabilitas meningkat akan dapat meningkatkan harga
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh
EVA, dan likuiditas terhadap return saham pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Hasil penelitiannya secara parsial EVA berpengaruh terhadap return saham, dengan perolehan nilai probabilitas sebesar 0,022. Variabel Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula return sahamnya.
2
Variabel EVA tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham, namun pengaruhnya positif. Semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula return sahamnya
3 Rosy
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh antara Economic Value Added (EVA) terhadap return saham, sedangkan Market Value Added (MVA) dengan harga saham terdapat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara EVA dengan return saham, kenaikan dan penurunan EVA tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan kenaikan atau penurunan return saham signifikan terhadap return saham, sedangkan ATO dan DTE tidak berpengaruh signifikan.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui adanya
perbedaan-perbedaan hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh EVA terhadap
return saham. Hasil penelitian Hidayat (2011) dan Mardiyanto (2013)
membuktikan EVA berpengaruh terhadap return saham, sedangkan hasil
penelitian Pradhono (2004), Rosy (2008) dan Laksana (2000) membuktikan EVA
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham. Kedua hasil
penelitian yang berbeda inilah yang memotivasi peneliti untuk meneliti kembali
dengan originalitas dari penelitian Hidayat (2011). Perbedaanya adalah pada
penelitian sekarang hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu EVA dan
likuiditas. Objek penelitian juga berbeda dimana sebelumnya hanya menggunakan
satu objek perusahaan saja maka pada penelitian sekarang menggunakan objek
yang berbeda yaitu perusahaan-perusahaan pertambangan di BEI yang berjumlah
15 perusahaan.
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang ada maka penelitian ini
dapat digambarkan kedalam skema kerangka konseptual yang dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual EVA
Return Saham
Return memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nilai dari suatu
investasi. Suharli (2005) menyebutkan bahwa return dapat menjadi indikator
untuk meningkatkan wealth para investor termasuk didalamnya para pemegang
saham. EVA adalah suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang
sesungguhnya. EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai
tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas
cost of capital perusahaan. Penelitian mengenai EVA pernah diteliti oleh Resmi
(2002), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa EVA tidak berpengaruh
terhadap return saham. Penelitian yang serupa pernah diteliti juga oleh Tinneke
(2007) dan Husniawati (2008) penelitian mereka menunjukkan bahwa variabel
EVA berpengaruh terhadap return saham.
Perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan
pembayaran deviden dengan lebih baik pula (Michelle & Megawati,2005). Dari
sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai
rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Hal ini juga dapat
dilihat dari sudut pandang investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi
kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar
tampaknya membantu melindingi klaim, karena persediaan dapat dicairkan
dengan pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan
piutang usaha.
Semakin tinggi tingkat likuiditas maka akan semakin besar pula
positif dan dapat meningkatkan harga saham (Wild, 2005:27). CR digunakan
untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik
kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut
terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan
perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka tingkat pengembalian (return)
saham juga tinggi (Michelle & Megawati,2005).
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Economic Value Added (EVA) dan likuiditas (CR) berpengaruh terhadap Return
Saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variable lainya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Variabel Independen (X)
dalam penelitian ini adalah Economic Value Added dan rasio likuiditas untuk
kemudian diuji dan dianalisis pengaruhnya terhadap return saham (Y) sebagai
variabel dependen dalam penelitian ini.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan industri pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indoensia dengan melakukan browsing pada situs
www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai dari November
2014 sampai Maret 2014.
3.3 Defenisi Variabel
Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini yaitu dua variabel bebas dan
satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Economic Value Added dan Rasio
Likuiditas (Current Ratio). Variabel terikatnya adalah return saham.
a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang
variabel dependen (Sugiono, 2009:59). Variabel independen dalam
penelitian ini ada 2 yaitu:
1. Economi Value Added (X1)
Economi Value Added (EVA) adalah merupakan laba ekonomis yang
dapat dihitung untuk setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini
produk, segmen bisnis secara geografis, dan sebagainya (Young dan
O’Byrne, 2001:32).
Langkah-langkah menghitung EVA :
Menghitung biaya hutang (Kd)
Kd = Biaya bunga tahunan Total hutang jangka panjang
Kd = Kd (1-T) Keterangan :
Kd = biaya hutang setelah pajak
T = tarif pajak yang dikenakan
Menghitung biaya modal sendiri (Ke)
Menggunakan pendekatan discounted cash flow model, di mana
dividend yield ditambahkan dengan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan. Formulanya adalah :
Ke = Dividend Yield + g
Dividend Yield + (plowback ratio x r)
Keterangan :
Ke = Biaya modal sendiri
g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan (grouwth)
r = Tingkat pengembalian (return)
Menghitung struktur permodalan dari neraca
Struktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan proporsi
modal sendiri dalam bentuk persentase dari jumlah hutang dan modal
sendiri (jumlah pasiva).
Proporsi hutang (WD) diperoleh dengan:
WD = D
X 100 % (D+E)
Proporsi ekuitas (WE) diperoleh dengan:
WE = E
X 100 % (D+E)
Menghitung NOPAT NOPAT = EAT + IAT
Keterangan :
NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating After Tax)
EAT = Laba bersih (Earnings After Tax)
IAT = Interst After Tax
Menghitung tingkat pengembalian (r)
Perhitungan tingkat pengembalian (r) adalah dengan menggunakan
pendekatan laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) dibagi dengan
r = NOPAT
Capital
Keterangan :
NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating After Tax)
Capital = Modal Saham
Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Penghitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
menggunakan pendekatan WACC.
WACC = (kd x Wd) + (Ke x We)
Keterangan:
Kd = Biaya hutang setelah pajak
Ke = Biaya modal sendiri
Wd = Proporsi hutang
We = Proporsi modal sendiri
Menghitung EVA
EVA = NOPAT – (C x Capital)
Keterangan:
EVA : Economi Value Added
NOPAT : Laba bersih setelah pajak
C : Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
2. Rasio Likuiditas (X2)
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan tepat
waktu. Pengukuran likuiditas menggunakan Current ratio yaitu rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan
x 100%
Ketarangan:
Current Ratio = Rasio Likuiditas
Current Assets = Aktiva Lancar Perusahaan
Current Liabilities = Kewajiban Lancar Perusahaan
b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono,
2009:59). Variabel dependen dalam penelitian ini ada 1 yaitu Return
Saham (Y) yang merupakanpendapatan yang dinyatakan dalam persentase
dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham meliputi
keuntungan jual beli saham, di mana jika untung disebut capital gain dan
jika rugi disebut capital loss (Samsul, 2006:291).
Ri =
Ketarangan:
Ri = Return saham
Pt = Harga saham pada periode t P t-1 = Harga saham pada periode t-1
Untuk memperjelas indikator dan alat ukur yang digunakan untuk
masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Definisi Indikator Skala
3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu jenis data yang
berupa angka-angka yang dapat dihitung dan diinterprestasikan untuk menarik
sebuah kesimpulan.
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan meteode dokumentasi yaitu data yang
telah dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127). Data
dokumentasi disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai literatur, situs internet, buku-buku
dan catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang diteliti.
3.5. Populasi Penelitian
Menurut Sugiono (2009: 115) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2013
berdasarkan Indonesian Capital Market Directory yaitu sebanyak 41 perusahaan.
Daftar populasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sampel merupakan bagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki
Sampling, dimana metode ini untuk mendapatkan unit sampel berdasarkan kriteria
tertentu yaitu :
1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2013
2. Perusahaan mempublikasikan laporan kinerja keuangannya tahun 2009 –
2013.
3. Perusahaan memiliki laba (tidak mengalami kerugian) selama tahun 2009
– 2013
Tabel 3-2
Penentuan Populasi Sasaran Penelitian
Keterangan Kriteria
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Perusahaan yang tidak terdaftar di BEI dari tahun 2008 – 2013
Perusahaan tidak mempublikasikan laporan kinerja keuangannya tahun 2008 – 2013
Perusahaan yang tidak memiliki laba (mengalami kerugian) selama tahun 2008 – 2013
41
(21)
(0)
(5) Sampel yang digunakan 15 Sumber : Kriteria Sampel Perusahaan Pertambangan di BEI
Setelah dilakukan metode purposive sampling maka diperoleh sampel
sebanyak 15 perusahaan dari 41 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.