• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revisi Desain Produk Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-42)

Tahapan terakhir adalah perbaikan terhadap hasil validasi desain rencana strategis. Hasil produk rencana strategis peningkatan daya saing sekolah dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3 Pembahasan

Pembahasan lebih lanjut pada bagian ini dilakukan sebagai upaya untuk menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian yaitu untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya saing sekolah dan menghasilkan rencana strategis peningkatan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga.

73 4.3.1 Analisis Perencanaan Strategis

Melalui hasil analisis akar permasalahan dalam diagram fishbone pada Gambar 4.1, akar permasalahan yang teridentifikasi diklasifikasikan ke dalam lima faktor yang mempengaruhi daya saing pendidikan yaitu reputasi sekolah, sumber daya sekolah, budaya sekolah, sumber daya manusia, dan kemitraan.

a. Reputasi sekolah

Akar permasalahan yang diidentifikasi dalam faktor reputasi sekolah adalah image sekolah non unggulan atau sekolah pilihan terakhir. Berdasarkan penilaian internal sekolah yang didapat dalam FGD dan wawancara, image sekolah non unggulan di masyarakat menjadi faktor kuat yang menjadikan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga kalah bersaing dengan sekolah lain. Melalui hasil kuesioner terhadap 56 siswa, 46% persen siswa menyatakan bahwa SMA Kristen 2 Salatiga merupakan pilihan terakhir mereka setelah tidak diterima di SMA/SMK lain. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, image sekolah non unggulan terbentuk berdasarkan penilaian masyarakat terhadap sekolah terkait dengan faktor siswa dan lokasi sekolah.

Image tersebut masih melekat di masyarakat sehingga

menyulitkan pihak sekolah dalam meyakinkan para calon siswa untuk bersekolah di SMA Kristen 2 Salatiga.

Judson, et al (dalam Casidy, 2013) menyatakan bahwa reputasi sekolah merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh dalam pemasaran sekolah. Dengan

74 kata lain, reputasi sekolah berperan sangat penting dalam membentuk daya saing sekolah sehingga dapat berhasil dalam pemasaran sekolah tersebut. Pembentukan reputasi sekolah di tengah masyarakat juga harus didukung dengan kegiatan promosi sehingga rekonstruksi reputasi sekolah dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, reputasi melekat yang dimiliki SMA Kristen 2 Salatiga tentang sekolah non unggulan diidentifikasi sebagai akar permasalahan pada faktor reputasi sekolah yang menyebabkan rendahnya daya saing SMA Kristen 2 Salatiga.

b. Sumber Daya Sekolah

Akar permasalahan pada faktor sumber daya sekolah adalah keterbatasan dana yang mendukung pengembangan program. Ketercukupan dana merupakan salah satu faktor pendukung yang menciptakan daya saing (Kazlauskaite, R., & Buciuniene, 2008). Dalam proses brainstorming FGD, terbatasnya dana menghambat kegiatan sekolah, salah satunya dalam program kegiatan esktrakurikuler. Biaya yang harus dikeluarkan sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler seperti biaya guru pendamping, sewa tempat, dan biaya yang dikeluarkan sekolah untuk mengikuti perlombaan cukup besar sehingga keterbatasan dana menjadi permasalahan.

Menurut Bosetti (2004), program kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pilihan pelanggan dalam memilih sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut, masalah keterbatasan dana dalam penyelenggaran program

75 kegiatan sekolah menjadi akar permasalahan yang membutuhkan solusi agar program ekstrakurikuler dapat terlaksana dengan baik.

c. Teknologi Informasi

Akar permasalahan pada faktor teknologi informasi adalah sarana prasarana penunjang TI terbatas. Penggunaan TI di dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan (Tinio, 2003). Kualitas pendidikan yang baik dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki sekolah. Oleh hal tersebut, penggunaan TI baik dalam sistem pembelajaran maupun manajemen sekolah sangat berpengaruh dalam peningkatan daya saing sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian melalui FGD, selama ini SMA Kristen 2 Salatiga telah menerapkan budaya penggunaan TI di sekolah namun penerapannya terbatas pada sistem pembelajaran. Kendala yang dihadapi oleh sekolah terkait penggunaan TI adalah terbatasnya sarana prasana pendukung pembelajaran berbasis TI, seperti komputer dan LCD. Hal tersebut diperkuat dengan hasil kuesioner terhadap 56 siswa, yang menyatakan bahwa 64% siswa mengeluhkan sarana prasarana yang rusak dan tidak tersedianya akses internet bagi siswa di sekolah. Berdasarkan hasil brainstorming FGD, jaringan internet telah tersedia di sekolah sebagai bantuan dari pemerintah namun penggunaannya masih sangat terbatas karena terbatasnya sarana prasarana.

76 d. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembentukan daya saing. Di dunia pendidikan, kompetensi dan keahlian guru dan staf menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan daya saing sekolah (Rahayu, 2010). Kompetensi dan keahlian guru tersebut dapat ditinjau dari kesesuaian kualifikasi akademik, jumlah tenaga pendidik yang bersertifikasi, dan keterampilan lain yang dimiliki oleh guru dan staf.

Berdasarkan FGD dan wawancara, kesesuaian kualifikasi akademik dan tenaga pendidikan bersertifikasi tidak menjadi kendala di sekolah. Namun, hal yang masih menjadi kendala adalah kemampuan guru, tenaga administrasi dan kependidikan di bidang TI yang sangat terbatas.

Penggunaan TI di lingkungan sekolah, baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah, berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sekolah. Keterampilan guru, tenaga administrasi dan kependidikan di bidang TI di SMA Kristen 2 saat ini masih terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh kesibukan tugas mengajar dan administratif guru sehingga tidak semua guru dapat belajar TI secara intensif. Disamping itu, guru pengampu mata pelajaran TI di sekolah berstatus Guru Tidak Tetap sehingga kehadiran di sekolah terbatas hanya pada hari tertentu saat terdapat jam mengajar.

Selain guru, tenaga administrasi dan tenaga kependidikan di sekolah juga memiliki keterbatasan di bidang TI. Sekolah belum bisa mempekerjakan tenaga tambahan yang menguasai keterampilan di bidang TI,

77 karena keterbatasan dana yang dimiliki sekolag. Berdasarkan hal tersebut, tidak tersedia SDM yang ahli di bidang TI di sekolah menjadi salah satu akar permasalahan yang membuat daya saing sekolah rendah.

Akar permasalahan lain yang ditemui adalah tidak berfungsinya komite sekolah. Kepengurusan komite sekolah sudah terbentuk, namun dalam pelaksanaannya sangat pasif. Pada hakekatnya, komite sekolah berperan untuk mendorong terwujudnya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas melalui perannya dalam tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi program sekolah (Tjuana, 2012). Melalui komite sekolah, sekolah dapat menjalin kerjasama dalam mengupayakan peningkatan kualitas yang berpengaruh juga terhadap daya saing yang dimiliki sekolah.

e. Kemitraan

Kemitraan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing sekolah. Trim (2003) menyatakan bahwa kemitraan penting bagi sekolah untuk memperluas jangkauan, membuka akses untuk kemajuan sekolah, menjaring calon pelanggan, dan mendorong kemandirian sekolah di tengah persaingan. Berdasarkan hasil penelitian, akar permasalahan yang menyebabkan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga rendah dalam faktor kemitraan adalah tidak adanya jaringan kemitraan dengan lembaga lain.

Kemitraan dengan pihak atau lembaga lain seperti alumni, perusahaan, dan institusi pendidikan sejawat penting untuk dilakukan sekolah untuk

78 mengupayakan peningkatan kualitas dan daya saing sekolah. SMA Kristen 2 Salatiga belum memiliki jaringan kemitraan dengan pihak atau lembaga manapun. Hal ini diakui sekolah karena sekolah belum merasa percaya diri dengan prestasi dan kemampuan sekolah dalam menawarkan hubungan kerjasama. 4.3.2 Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing SMA Kristen 2 Salatiga

Melihat hasil akar permasalahan penyebab rendahnya daya saing SMA Kristen 2 Salatiga yang telah diidentifikasi melalui analisis fishbone, maka strategi peningkatan daya saing sekolah dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Strategi tersebut disusun untuk merespon permasalahan dan kebutuhan yang ditemukan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing sekolah.

Strategi peningkatan daya saing sekolah disusun berdasarkan pendekatan Rekayasa Ulang Pendidikan yang berfokus pada perbaikan mendasar pada kinerja sekolah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga peningkatan daya saing sekolah di tengah persaingan yang kompetitif dapat tercapai (Tunç, 2013). Strategi yang disusun juga mempertimbangkan kajian pustaka mengenai pembentukan daya saing sekolah melalui strategi kompetitif dan strategi kooperatif (Rahayu, 2010). Strategi yang disarankan dalam Tabel 4.4 Strategi Peningkatan Daya Saing Sekolah dikelompokkan menurut empat bidang yaitu bidang Kurikulum, bidang Humas, bidang Kesiswaan, dan bidang Sarana Prasarana.

79 a. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing

Bidang Kurikulum

Strategi yang dirumuskan untuk peningkatan daya saing di bidang Kurikulum meliputi: 1) rekonstruksi reputasi sekolah melalui peningkatan prestasi akademik dan non akademik dan 2) mengembangkan kurikulum yang inovatif, berbasis pengalaman dengan dunia luar dan TI, dan 3) peningkatan kemampuan dan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI.

Rekonstruksi image atau reputasi sekolah melalui peningkatan prestasi akademik dan non akademik merupakan strategi yang disarankan untuk memperbaiki reputasi sekolah yang selama ini melekat sebagai sekolah non unggulan atau pilihan terakhir. Kebutuhan pelanggan atas kualitas pendidikan merupakan salah satu hal yang mendasari praktek rekayasa ulang pendidikan di sekolah (Danim, 2006). Oleh karena itu, sekolah harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa SMA Kristen 2 Salatiga memiliki kualitas berupa produk prestasi sekolah yang tidak kalah saing dengan sekolah lain. Sekolah juga dapat meningkatkan standar akademis dan non akademis sebagai langkah awal untuk meningkatkan kualitas

output siswa yang dihasilkan.

Kebutuhan masyarakat atas pendidikan yang berkualitas menjadi salah satu alasan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah, salah satunya di bidang akademik. Strategi yang disarankan adalah mengembangkan kurikulum yang inovatif, berbasis

80 pengalaman dengan dunia luar dan TI. Kurikulum inovatif berbasis pengalaman dengan dunia luar dan TI bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam proses belajar sehingga diharapkan dapat memacu peningkatan prestasi siswa khususnya di bidang akademik. Program yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan kurikulum berbasis pengalaman dengan dunia luar adalah melalui kegiatan pembelajaran dengan melibatkan masyarakat seperti live in dan

company visit.

Penggunaan TI dalam pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diimplementasikan di era digital seperti saat ini. Penggunaan teknologi dapat menambah motivasi belajar siswa dan merubah suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran (Hawkins, 2002). Akses internet yang dimiliki sekolah saat ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran berbasis TI. Dengan memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran berbasis TI yang dimiliki siswa maupun sekolah, sekolah dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Diharapkan bahwa dengan pengembangan kurikulum berbasis TI, prestasi siswa dalam bidang akademik dapat meningkat dan semakin menumbuhkan budaya penggunaan TI di sekolah.

Pengembangan kurikulum yang lebih inovatif juga diterapkan oleh Kristianti (2011) dan Wall, Novak, & Wilkerson (2005). Kristianti merumuskan strategi pembelajaran berbasis TI dan outdoor dalam kurikulum pembelajaran, sedangkan Wall et al. (2005) dalam penelitiannya merumuskan strategi dengan

81 mengembangkan program kurikulum inovatif dengan memperluas cakupan disiplin ilmu lain, salah satunya adalah pembelajaran berbasis TI.

Strategi lain yang disarankan dalam bidang kurikulum adalah peningkatan kemampuan dan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI. Sprawls (nd) menekankan beberapa poin penting dalam rekayasa ulang pendidikan yang salah satunya adalah pentingnya memberikan kesempatan bagi guru untuk belajar dan mengembangkan diri dalam penggunaan TI di sekolah. Berdasarkan hal tersebut dan mengingat pentingnya penggunaan TI di sekolah, peningkatan kemampuan guru dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang TI menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing sekolah.

b. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing Bidang Kesiswaan

Strategi peningkatan daya saing bidang kesiswaan adalah 1) meningkatkan kualitas pelaksanaan program kegiatan sekolah, 2) meningkatkan kedisiplinan siswa, dan 3) menyusun program kewirausahaan sekolah. Strategi pertama dalam bidang kesiswaan adalah meningkatkan kualitas pelaksanaan program kegiatan sekolah. Program kegiatan yang menjadi fokus dalam bidang kesiswaan adalah kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Bosetti (2004), program ekstrakurikuler merupakan salah satu program kegiatan sekolah yang dapat menjadi daya tarik. Berdasarkan hal tersebut, kualitas program kegiatan ekstrakurikuler di SMA Kristen 2 Salatiga harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kualitas

82 program kegiatan ekstrakurikuler tersebut, prioritas program yang disarankan adalah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler secara rutin dan terprogram, menambah variasi program ekstrakurikuler sesuai minat siswa contohnya ekskul seni dan musik, dan menjalin kemitraan dengan institusi lain, seperti sekolah sepakbola untuk meningkatkan kualitas ekskul sepakbola dan futsal yang selama ini menjadi ekskul unggulan. Melalui komitmen sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan daya saing sekolah dapat meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan prestasi siswa di bidang non akademik.

Strategi kedua dalam bidang Kesiswaan adalah peningkatan kedisiplinan siswa dengan Memperketat pelaksanaan tata tertib siswa. Strategi tersebut dirasa perlu agar siswa lebih disiplin. Konsistensi pihak sekolah dalam penegakan tata tertib juga sangat diperlukan. Peningkatan kedisiplinan melalui penegakan tata tertib juga merupakan upaya dalam rekonstruksi reputasi sekolah dan peningkatan kualitas lulusan sekolah.

Strategi ketiga dalam bidang kurikulum adalah menyusun program kewirausahaan sekolah. Program yang diusulkan meliputi program bank sampah yaitu pengolahan pupuk kompos dan program daur ulang, serta program budidaya jamur. Kondisi lingkungan sekolah yang didukung dengan area terbuka hijau yang cukup luas diharapkan dapat mendukung pemberdayaan program-program kewirausahaan bagi siswa di sekolah. Menurut Hakim (2012) pendidikan

83 kewirausahaan merupakan salah satu aspek penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing yang dapat diimplementasikan secara terpadu dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan program kewirausahaan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan daya saing sekolah yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas program sekolah dan menjadi salah satu strategi sekolah untuk mengatasi kendala keterbatasan dana yang dihadapi.

c. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing Bidang Humas

Strategi yang disarankan dalam bidang Humas meliputi: 1) meningkatkan penggunaan TI dalam program promosi dan pemasaran sekolah, 2) memaksimalkan peran orang tua siswa, jaringan alumni, dan lembaga lain untuk pengembangan program kegiatan sekolah, 3) meningkatkan peran dan fungsi Komite Sekolah, dan 4) mengganti SMA menjadi SMK.

Berkembangnya sarana dan prasarana di bidang teknologi dan informasi dapat dimanfaatkan pihak sekolah dalam memaksimalkan program promosi dan pemasaran sekolah. Integrasi teknologi informasi dalam sistem manajemen sekolah menjadikan sekolah menjadi lebih fleksibel dan efisien dalam segi waktu dan biaya (Tamandl & Nagy, 2013). Pemanfaatan kecanggihan di bidang teknologi dan informasi merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam rekayasa ulang pendidikan. Media sosial seperti

Facebook merupakan sarana yang dapat digunakan

84 akademik dan non akademik, kegiatan sekolah, fasilitas, dan program sekolah dapat dipasarkan kepada target pelanggan melalui media sosial. Sekolah juga dapat bekerja sama dengan siswa-siswa SMA Kristen 2 Salatiga untuk mempromosikan sekolah kepada calon pelanggan yang berasal dari SMP yang sama menggunakan media sosial.

Disamping penggunaan media sosial, penggunaan SMS Gateaway adalah salah satu strategi yang disarankan untuk meningkatkan program promosi dan pemasaran kepada target pelanggan. SMS Gateaway merupakan perangkat komunikasi masal yang dapat digunakan sekolah untuk memberikan informasi kepada calon orang tua/wali siswa melalui pengiriman pesan singkat. Program SMS Gateaway dapat diunduh dengan gratis dengan biaya operasional yang ekonomis.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa untuk program promosi tahun ajaran 2015/2016 sekolah lebih memfokuskan pada pemasaran program Peduli Kasih dengan sasaran calon siswa kurang mampu. Program Peduli Kasih tersebut dipasarkan secara tidak langsung dengan bantuan guru BK di beberapa SMP sasaran. Melalui SMS Gateaway, sekolah dapat memasarkan secara langsung program Peduli Kasih kepada calon orang tua siswa dengan mengirimkan pesan singkat penawaran promosi. Penggunaan SMS Gateaway juga dapat dijadikan sebagai salah satu program unggulan sekolah dalam memberikan pelayanan lebih terhadap orang tua. Sekolah dapat memberikan informasi terkait nilai,

85 jadwal tes, informasi administrasi, dan pengumuman melalui pesan singkat. Diharapkan melalui pemanfaatan teknologi dan komunikasi, program promosi dan pemasaran sekolah menjadi lebih efisien, tepat sasaran, dan lebih menarik minat pelanggan.

Strategi lain dalam bidang Humas adalah memaksimalkan peran orang tua siswa, jaringan alumni, dan lembaga lain untuk pengembangan program kegiatan sekolah. Chiepe (dalam Danim, 2006) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dan orang tua siswa dibutuhkan dalam implementasi rekayasa ulang pendidikan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Strategi kooperatif melalui jalinan kerjasama dibutuhkan dalam upaya meningkatkan daya saing sekolah (Rahayu, 2010). Program yang dirumuskan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua siswa antara lain mengadakan pertemuan orang tua murid dengan wali kelas setiap satu semester dan menyelenggarakan seminar pendidikan dengan melibatkan orang tua siswa. Untuk meningkatkan keterlibatan alumni sekolah dapat membentuk forum alumni dan menjalin hubungan secara aktif. Penggunaan media sosial juga dapat digunakan untuk menghimpun para alumni. Peningkatan keterlibatan dengan institusi lain dapat dilakukan dengan kampus UKSW melalui program kemitraan dengan Fakultas TI dalam penerimaan mahasiswa kerja praktek, kemitraan dengan gereja sebagai sarana promosi melalui pelayanan grup vokal siswa di gereja, dan kemitraan dengan SMP, Bimbingan Belajar, dan pemerintah melalui Kejar Paket B dalam program promosi sekolah.

86 Strategi kooperatif serupa melalui peningkatan kemitraan dengan institusi lain disarankan oleh Wall et al. (2005) dalam penelitiannya yang merumuskan strategi kemitraan dengan lembaga lain untuk meningkatkan pelayanan pendidikan.

Strategi lain dalam bidang Humas adalah meningkatkan peran dan fungsi Komite Sekolah. Keberadaan dan peran komite sekolah berperan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah yang menjadi salah satu hal yang mendukung terbentuknya daya saing pendidikan (Tjuana, 2012). Komunikasi yang intensif dan baik harus mulai dijalankan mengingat komite sekolah merupakan rekan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Program yang dirumuskan adalah mengadakan pertemuan rutin dengan Komite sekolah setiap semester guna melakukan koordinasi yang diperlukan dalam mengupayakan kemajuan sekolah.

Strategi lain dalam bidang humas adalah mengganti SMA dengan SMK. Untuk merealisasikan hal tersebut, sekolah melalui bidang Humas dapat menjalin komunikasi dan melibatkan pihak yayasan dan komite sekolah dalam pembahasan wacana penggantian SMA menjadi SMK. Strategi untuk mengganti SMA menjadi SMK juga dilakukan oleh Kristianti (2011) dalam penelitiannya dengan mempertimbangkan minat masyarakat terhadap SMK yang semakin meningkat. Disamping hal tersebut, pendirian SMK juga dipertimbangkan mengingat pada akhir tahun 2015 Indonesia akan tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk menghadapi tantangan tersebut

87 maka pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan di bidang tenaga kerja dengan meningkatkan kualitas SDM yang produktif dan terampil melalui lulusan SMK yang memiliki sertifikasi keahlian internasional (Rahman, 2015; Utomo, 2014). Melihat peluang di masa depan akan kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang produktif dan berkeahlian melalui lulusan SMK, maka pihak internal sekolah dapat mempertimbangkan untuk mengganti SMA dengan SMK. Pendirian SMK diharapkan bisa menjadi cara yang dipilih oleh pihak internal sekolah untuk meningkatkan daya saing sekolah di masyarakat di masa depan.

d. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing Bidang Sarana Prasarana

Strategi bidang sarana prasarana untuk meningkatkan daya saing sekolah adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana berbasis TI secara bertahap. Salah satu hal yang disarankan dalam rekayasa ulang pendidikan adalah penggunaan teknologi informasi di sekolah (Gross, 2004; Sprawls, n.d.). Penggunaan sarana prasarana berbasis TI di sekolah dapat digunakan untuk pengembangan bahan pendidikan, komunikasi, manajemen informasi, dan pengelolaan pendidikan.

Penggunaan teknologi digital secara maksimal dalam pembelajaran di SMA Kristen 2 Salatiga sangat diperlukan agar kualitas pendidikan di sekolah tidak kalah bersaing dengan sekolah lain. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap siswa, mayoritas siswa berpendapat bahwa penggunaan dan kualitas perangkat TI

88 disekolah, seperti LCD dan komputer, masih minim dan perlu adanya perbaikan dan penambahan dalam segi kualitas dan kuantitas. Berdasarkan hal tersebut, perbaikan kualitas komputer di sekolah dengan memperbaiki komputer, meng-upgrade aplikasi komputer dan penambahan LCD sebaiknya dilakukan secara berkala.

Selain pengadaan sarana prasarana penunjang pembelajaran berbasis TI, penyediaan internet bagi siswa di sekolah juga diperlukan. Sekolah telah mendapat bantuan akses internet dari pemerintah. Namun berdasarkan hasil kuesioner pada siswa, penggunaan internet terbatas. Oleh karena itu, sekolah perlu membuka akses internet bagi siswa agar dapat digunakan untuk menunjang aktivitas pembelajaran siswa. Akses internet terhadap siswa tersebut tentunya juga harus diimbangi dengan pengawasan melalui pemblokiran akses terhadap situs dan konten yang tidak mendukung proses pembelajaran.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-42)

Dokumen terkait