• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Sekolah

SMA Kristen 2 Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta Kristen di Kota Salatiga. SMA Kristen 2 didirikan pada tanggal 1 Juni 1982 dibawah naungan Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat. Sekolah tersebut merupakan sekolah menengah atas kedua yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat setelah pada tahun 1951 yayasan tersebut terlebih dahulu mendirikan SMA Kristen 1 Salatiga. SMA Kristen 2 Salatiga terdaftar dengan status terakreditasi A .

SMA Kristen 2 Salatiga terletak di Jalan Argoluwih No. 15 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Ditinjau dari letak bangunan sekolah, SMA Kristen 2 berada di tengah pemukiman penduduk dan jauh dari jalan raya utama. Hal tersebut menghindarkan sekolah dari keramaian sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi tenang dan nyaman. Namun disisi lain, letak sekolah yang jauh dari akses jalan raya utama dan tidak dilewati kendaraan umum menyulitkan siswa yang tidak memiliki kendaraan pribadi untuk mencapai sekolah. Saat ini, gedung sekolah terdiri atas 6 ruang kelas, 4 ruang Laboratorium, 1 ruang Multimedia, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang BK, 1 ruang perpustakaan, dan 3 ruang UKS.

(2)

48

Visi SMA Kristen 2 Salatiga adalah “Jembatan Prestasi, Kompetensi, dan Moralitas Budaya Bangsa”. Sedangkan misi sekolah adalah: 1) Meningkatkan mutu

pendidikan dan kompetensi sesuai tuntutan

masyarakat dan perkembangan IPTEK, 2)

Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuler

sesuai dengan potensi yang dimiliki, 3)

Menyelenggarakan program pendidikan yang

menjunjung tinggi nilai moralitas budaya bangsa dan tetap mengikuti perkembangan dunia.

Pelaksanaan pembelajaran di SMA Kristen 2 Salatiga dilaksanakan selama 5 hari belajar, yaitu Senin s/d Kamis dimulai pukul 07.00 – 14.25 dan hari Jumat dimulai pukul 07.00-11.25. Sejak tahun ajaran 2012/2013, SMA Kristen 2 Salatiga memberlakukan sistem moving class yang bertujuan untuk memberikan variasi dalam pembelajaran, meningkatkan pelayanan peserta didik, meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik, dan meningkatkan peran dan tanggung jawab guru dalam memberikan layanan pada peserta didik.

SMA Kristen 2 Salatiga memiliki program unggulan yang disebut Program Peduli Kasih Siswa sebagai implementasi dari program kasih dalam pelayanan. Program tersebut merupakan program pemberian bantuan keuangan bagi siswa yang mengalami keterbatasan ekonomi. Pemberian bantuan diberikan dalam bentuk pembayaran uang SPP, pemberian uang saku siswa, uang transportasi dan uang seragam. Sumber dana Program Peduli Kasih Siswa berasal dari dana BOS, BSM, persembahan

(3)

49

bulanan oleh guru dan karyawan, dan donatur tidak mengikat.

Jumlah guru di SMA Kristen 2 berjumlah 20 orang. Rincian jumlah guru dapat dilihat melalui Tabel 4.1 dan kualifikasi pendidikan guru dapat dilihat dalam Tabel 4.2

Tabel 4.1

Jumlah Guru di SMA Kr 2 Salatiga

Status Guru Jumlah Guru

Laki-laki Perempuan Jumlah

Guru Tetap Yayasan 3 2 5 Guru PNS 1 4 5 Guru Tidak Tetap 2 8 10 Jumlah Total 6 14 20

Sumber: Data Sekolah (2015)

Jumlah guru yang mengajar di SMA Kristen 2 Salatiga berjumlah 20 orang, terdiri atas 6 guru laki-laki dan 14 guru perempuan. Guru Tetap Yayasan yang mengajar di SMA Kristen 2 berjumlah 5 orang. Guru Tetap Yayasan merukapan guru yang diangkat tetap oleh yayasan dengan sistem penggajian yang ditanggung oleh pihak sekolah. Guru PNS yang diperbantukan untuk mengajar di SMA Kristen 2 berjumlah 5 orang dan guru tidak tetap (GTT) berjumlah 10 orang. GTT adalah guru sekolah lain yang diperbantukan untuk mengajar di SMA Kristen 2 dan datang di sekolah saat terdapat jam mengajar. Dengan jumlah total siswa yang berjumlah 64 orang maka

(4)

50

perbandingan guru dan siswa adalah 1:3 sehingga bisa dikatakan bahwa sekolah kekurangan siswa.

Tabel 4.2 Jenjang Pendidikan Guru di SMA Kr 2 Salatiga

Jenjang Pendidikan Jumlah

D3 2

S1 18

Jumlah Total 20

Sumber: Data Sekolah (2015)

Berdasarkan data yang diperoleh terkait kualifikasi pendidikan guru, 2 orang guru berlatar belakang pendidikan Diploma III yang terdiri atas 1 guru Tetap Yayasan dan 1 guru Tidak Tetap. Sedangkan jumlah guru dengan latar belakang pendidikan Strata 1 berjumlah 18 orang, terdiri atas 5 guru PNS, 4 guru Tetap Yayasan, dan 9 guru Tidak Tetap. Selain guru, sekolah didukung oleh adanya tenaga administrasi dan tenaga kependidikan yang berjumlah dua orang. Tenaga administrasi tersebut berlatar belakang pendidikan SLTA dan berstatus sebagai pegawai tetap yayasan, sedangkan tenaga kependidikan yang dimiliki sekolah berjumlah satu orang yang menjabat sebagai tenaga perpustakaan dan berstatus sebagai pegawai tetap yayasan.

SMA Kristen 2 mencapai masa kejayaan pada tahun 1990 sampai dengan awal tahun 2000 dan mampu memiliki 12 rombongan belajar. Namun, memasuki tahun 2001, jumlah siswa di SMA Kristen 2 Salatiga mengalami penurunan setiap tahun. Rincian jumlah siswa selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.3.

(5)

51 Tabel 4.3

Jumlah Siswa SMA Kr 2 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013 – 2014/2015 Tahun Ajaran Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah Total 2012/2013 30 39 30 99 2013/2014 26 30 37 93 2014/2015 16 17 31 64

Sumber: Data Sekolah (2015)

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa jumlah siswa mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun ajaran 2014/2015, total jumlah siswa di SMA Kristen 2 adalah 64 siswa. Selain disebabkan oleh sedikitnya jumlah siswa baru, penurunan jumlah siswa di tahun 2014/2015 tersebut juga disebabkan karena banyaknya siswa yang adalah merupakan atlet sepakbola provinsi Jawa Tengah yang harus pindah ke Semarang karena pemindahan pusat latihan. Di tahun 2014/2015, siswa tersebut terbagi dalam 5 rombongan belajar (rombel), yaitu kelas X, kelas XI IPA 1, kelas XI IPS 1, kelas XII IPA 1, dan kelas XII IPA 2.

4.2

Analisis Hasil Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian dan

pengembangan yang telah dipaparkan dalam sub bab 3.2 Desain Penelitian, dalam penelitian ini terdapat lima tahapan yang dilakukan. Tahapan tersebut meliputi 1) Potensi dan Masalah, 2) Pengumpulan Data, 3) Desain Produk 4) Validasi Desain, dan 5) Revisi

(6)

52

Desain. Hasil yang diperoleh pada masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

4.2.1 Potensi dan Masalah

Pada tahapan pertama, hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi potensi dan masalah yang terdapat di sekolah. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa dalam tahapan potensi dan masalah, data yang diperoleh dapat merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maupun hasil penelitian atau dokumentasi laporan kegiatan terkini milik orang lain atau institusi tertentu.

Langkah awal pada tahapan potensi dan masalah dalam penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan melalui studi dokumentasi, wawancara, dan studi literatur. Studi literatur tahap pertama dilakukan pada bulan November 2014. Studi literatur dilakukan salah satunya melalui hasil penelitian Tehupeiory & Cahyoadi (2014) tentang strategi peningkatan mutu melalui analisis SWOT di SMA Kristen 2 Salatiga. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa SMA Kristen 2 mengalami penurunan jumlah siswa baru yang cukup signifikan pada tahun ajaran 2011/2012 s/d 2013/2014.

Untuk mendapat informasi terbaru, pada bulan Januari 2015 dilakukan studi dokumentasi dan wawancara singkat dengan staf administrasi SMA Kristen 2 Salatiga terkait jumlah penerimaan siswa baru dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu tahun 2010/2011 s/d 2014/2015. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut diperoleh hasil terkait kondisi penerimaan siswa baru dan jumlah siswa di SMA

(7)

53

Kristen 2 selama tiga tahun terakhir yang dipaparkan pada Tabel 1.1 Jumlah Penerimaan Siswa Baru SMA Kristen 2 Salatiga Tahun 2010/2011 s/d 2014/2015 dan Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMA Kristen 2 Salatiga tahun ajaran 2012/2013 – 2014/2015. Selain masalah yang ditemukan tersebut, melalui studi pendahuluan ditemukan beberapa potensi yang dimiliki oleh SMA Kristen 2. Potensi tersebut adalah sekolah yang luas dengan lahan terbuka hijau dan memiliki sarana prasarana pembelajaran, seperti laboratorium yang memadai. Kondisi fisik sekolah tersebut dinilai sebagai potensi yang dapat dikembangkan.

Bertolak dari potensi dan masalah yang ditemui di SMA Kristen 2 Salatiga, selanjutnya dilakukan studi literatur terhadap hasil penelitian ilmiah yang kemudian memberikan hasil bahwa kondisi yang dihadapi oleh SMA Kristen 2 Salatiga terkait jumlah siswa baru yang menurun setiap tahun merupakan salah satu indikator sekolah tersebut memiliki daya saing rendah (Belfield & Levin, 2002). Untuk meningkatkan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga, pendekatan yang dipilih adalah dengan menggunakan pendekatan rekayasa ulang pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Gross (2004) bahwa rekayasa ulang pendidikan dapat digunakan sekolah untuk melakukan penilaian terhadap kondisi dan/atau masalah yang dihadapi sekolah dan merumuskan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Setelah identifikasi potensi dan perumusan masalah di SMA Kristen 2 Salatiga selesai dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah Pengumpulan Data.

(8)

54 4.2.2 Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dilakukan melalui FGD, wawancara, dan kuesioner yang bertujuan untuk analisis akar permasalahan dan analisis kebutuhan sekolah. FGD dilakukan pada tanggal tanggal hari Kamis, 19 Maret 2015 pukul 9.30 – 11.30 WIB. FGD dilaksanakan bersama Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Bendahara Sekolah.

Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, seorang guru, dan ketua komite sekolah. Wawancara dengan Kepala Sekolah dilakukan pada tanggal 24 Maret 2015, wawancara kedua dilakukan tanggal 30 Maret 2015 dengan seorang guru yang juga mantan wakil kepala sekolah bidang Hubungan Masyarakat, periode tahun 2006 –2014, dan wawancara dengan ketua komite sekolah dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015. Sedangkan sebanyak 120 lembar kuesioner dibagikan kepada siswa dan orang tua/wali siswa. Jumlah kuesioner yang kembali berjumlah 82 lembar.

Berdasarkan data penelitian di lapangan melalui wawancara dan FGD, telah diperoleh hasil penelitian terkait akar permasalahan rendahnya daya saing sekolah yang ditinjau dari lima faktor yaitu reputasi sekolah, sumber daya sekolah yang mencakup program sekolah dan kekuatan finansial, budaya sekolah dalam penggunaan TI dan fokus pada pelanggan, sumber daya manusia, dan jalinan kemitraan. Akar permasalahan rendahnya daya saing sekolah tersebut selanjutnya

(9)

55

dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal sekolah.

Akar permasalahan internal merupakan

permasalahan yang timbul dari dalam sekolah. Akar permasalahan tersebut antara lain 1) keterbatasan dana, 2) keterbatasan sarana prasarana penunjang TI, 3) belum memiliki program unggulan di bidang akademik dan non akademik sebagai daya tarik sekolah, 4) kemampuan di bidang TI terbatas, 5) tidak adanya keterlibatan aktif komite sekolah, dan 6) tidak dimiliknya jaringan kemitraan dengan institusi lain.

Faktor eksternal yang diidentifikasi sebagai akar permasalahan adalah 1) mayoritas siswa memiliki

kemampuan akademik menengah kebawah dan

motivasi rendah dan 3) reputasi sekolah non unggulan atau sekolah pilihan terakhir.

Akar permasalahan yang telah diidentifikasi diatas dapat dilihat melalui Gambar 4.1 Diagram

Fishbone Rendahnya Daya Saing SMA Kristen 2

(10)

56 Gambar 4.1

Diagram Fishbone

Rendahnya Daya Saing SMA Kristen 2 Salatiga

Reputasi Sumber Daya Sekolah Teknologi Informasi Sumber Daya Manusia Kemitraan Daya saing SMA Kr 2 Salatiga rendah Penyebab Akibat Image sekolah non unggulan (pilihan terakhir) Keterbatasan dana Sarpras pendukung TI terbatas Tidak tersedia SDM yang ahli di bidang TI Tidak memiliki jaringan kemitraan dengan institusi lain Tidak adanya keterlibatan aktif komite sekolah

(11)

57

Akar permasalahan yang didentifikasi dalam faktor reputasi sekolah adalah image sekolah non unggulan atau sekolah yang menjadi pilihan terakhir di masyarakat. Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan, telah disepakati bahwa image SMA Kr 2 Salatiga merupakan faktor penting dan berpengaruh terhadap daya saing sekolah yang berdampak pada rendahnya jumlah siswa baru yang masuk. Hasil FGD tersebut didukung pula dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Kristen 2 yang menyatakan bahwa sekolah masih menjadi sekolah non unggulan, sebagai sekolah pilihan terakhir dan bukan merupakan sekolah tujuan utama bagi masyarakat. Hal tersebut disebabkan reputasi melekat yang disebabkan karena faktor siswa dan faktor lokasi sekolah, sebagaimana dikatakan oleh Kepada Sekolah:

“kami ini belum bisa menjadi sekolah tujuan. Masih menjadi sekolah alternatif. Dulu, pada waktu sekolah ini besar pada awal berdiri muncul image disana anaknya nakal tapi sebenarnya seiring berjalannya waktu itu tidak terjadi tapi nampaknya masih melekat. Kemudian yang kedua tempat. Masih ada saya mendengar kalo SMA Kristen 2 itu jauh karena mereka melihat tahun itu dan belum pernah datang lagi dengan kondisi sekarang. Nampaknya image itu masih melekat. Walaupun sebenarnya image tersebut sudah kurang pas. Kendala secara umum itu transportasi. Anak harus jalan. Angkota masih sampai sudut sana dan sudut sana. Jadi secara umum transportasi jadi bagian dari kendala umum dan kebanyakan harus oper angkot dua kali. Jadi mahal.” (wawancara tanggal 24 Maret 2015)

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 56 siswa, sebanyak 46% siswa menyatakan bahwa SMA Kristen 2 merupakan pilihan terakhir karena sebelumnya tidak

(12)

58

diterima di SMA/SMK negeri pilihan dan beberapa merupakan murid pindahan dari sekolah lain. Sedangkan 53% siswa menyatakan bahwa SMA Kristen 2 Salatiga menjadi pilihan utama untuk melanjutkan sekolah karena berbagai alasan, antara lain biaya murah, dekat dengan tempat tinggal, dan faktor guru.

Sedangkan faktor kedua yaitu sumber daya sekolah, akar permasalahan yang diidentifikasi adalah keterbatasan dana yang dimiliki sekolah. Melalui brainstorming dalam FGD, kegiatan sekolah seperti

kegiatan ekstrakurikuler menghadapi kendala

keterbatasan dana, sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan dalam

brainstorming FGD:

“yang menjadi kendala dalam ektrakurikuler adalah biaya yang dibutuhkan besar. Misalnya kalau ada turnamen sepakbola misalnya. Kalau semakin masuk masuk terus kan dananya besar kaya uang pendaftaran, uang transport. Kan sangat besar. Jadi ya dibutuhkan biaya besar. Kadang-kadang kami sendiri istilahnya pake uang sendiri” (FGD tanggal 19 Maret 2015)

Keterbatasan dana menjadi salah satu kendala pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut didukung oleh hasil kuesioner siswa dan orang tua siswa yang menyatakan bahwa selama ini kegiatan ekstrakurikuler tidak berjalan secara rutin sesuai dengan jadwal yang diprogramkan. Siswa dan orang tua melalui kuesioner berharap bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat dijalankan kembali secara rutin, fasilitas ekstrakurikuler diperbaiki, dan menambah variasi ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa.

(13)

59

Akar permasalahan dalam faktor ketiga yaitu penggunaan TI di sekolah keterbatasan sarana prasarana penunjang di bidang TI. Sekolah mendapatkan bantuan jaringan internet dari pemerintah, namun diakui oleh pihak sekolah bahwa penggunaan internet tersebut tidak maksimal dapat digunakan oleh seluruh siswa karena keterbatasan

sarana prasarana pendukung sebagaimana

disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum”

Sejauh ini pemerintah sangat mendukung sekolah dengan adanya bantuan internet. Akan tetapi fasilitas penunjang disekolah masih minim sehingga dirasa keberadaan bantuan tersebut dirasa mubazir. (FGD tanggal 19 Maret 2015)

Sekolah memiliki keterbatasan sarana prasarana pembelajaran berbasis TI seperti LCD dan komputer. Saat ini LCD yang dimiliki sekolah berjumlah tiga buah dengan kondisi dua buah LCD tidak dapat digunakan dan satu LCD yang kurang berfungsi baik. Satu buah LCD tersebut digunakan bergantian dan diletakkan di ruang multimedia sehingga pemakaian LCD harus bergantian. Hal tersebut dipertegas dengan hasil kuesioner siswa yang banyak mengeluhkan tentang perangkat komputer yang rusak, aplikasi program tidak seragam di setiap komputer, dan LCD yang rusak.

Sedangkan faktor keempat yaitu sumber daya manusia, akar permasalahan yang diidentifikasi adalah tidak tersedia SDM yang ahli di bidang TI dan tidak adanya keterlibatan aktif komite sekolah. Berdasarkan hasil FGD, tidak adanya SDM yang ahli di bidang TI

(14)

60

menjadi kendala. Hal serupa dikemukakan juga oleh Kepala Sekolah bahwa tidak adanya SDM yang ahli dalam bidang TI karena keterbatasan kemampuan guru dan staf di bidang TI dan menjadi kendala yang dimiliki oleh sekolah:

Menggunakan sistem informasi yang seharusnya seperti nilai di-link dengan semua itu tidak. Karena keterbatasan kami TI dilaksanakan tapi tidak seperti yang seharusnya. Selain itu kami belum memiliki tenaga ahli khusus. Guru TI saja GTT, jadi kami belajar bareng-bareng. (Wawancara tanggal 24 Maret 2015)

Tidak tersedianya SDM yang menguasai di bidang TI di sekolah menjadi hambatan dalam penggunaan TI di sekolah sehingga penggunaan TI di sekolah kurang maksimal. Guru TI yang mengajar di sekolah hanya berstatus GTT sehingga kehadiran di sekolah terbatas pada hari tertentu. Kondisi tersebut kurang membantu rekan guru dan staf dalam meningkatkan kemampuan di bidang TI. Selain itu, jumlah staf juga sangat terbatas, hanya berjumlah dua orang yaitu staf tata usaha dan staf perpustakaan. Kondisi tersebut mengakibatkan beban pekerjaan yang banyak sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan

kemampuan di bidang TI. Sedangkan untuk

mempekerjakan tenaga guru atau staf yang menguasai bidang TI, sekolah terhambat dengan keterbatasan dana yang dimiliki.

Tidak adanya keterlibatan aktif Komite sekolah diidentifikasi sebagai salah satu akar permasalahan pada faktor sumber daya manusia. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru dan mantan wakil

(15)

61

kepala sekolah bidang Humas tahun 2004/2005 – 2014/2015 diketahui bahwa keanggotaan Komite Sekolah telah terbentuk, namun fungsi dan peran aktif tidak dirasakan oleh pihak sekolah, seperti yang dipaparkan dalam transkrip wawancara berikut:

sekolah benar-benar merupakan sekolah yang mandiri. Desentralisasi tanpa bantuan dari yayasan dan komite sekolah. Komite sekolah ada dan terbentuk namun tidak didukung oleh komite sehingga sekolah benar-benar berjuang sendiri mengupayakan keberlangsungan sekolah. (wawancara tanggal 30 Maret 2015)

Tidak adanya keterlibatan aktif oleh Komite Sekolah dibenarkan oleh hasil wawancara bersama Ketua Komite Sekolah. Ketua komite sekolah menjelaskan bahwa selama tiga tahun terakhir (tahun 2012-2015) komunikasi sekolah dengan komite sangat minim, sebagaimana dikutip dari wawancara dengan ketua Komite Sekolah:

Selama ini memang komunikasinya minim. Saya terakhir aktif tiga tahun lalu. Sejak tahun 2014, 2013, 2012 saya sudah tidak pernah aktif, tetapi sebelumnya saya masih bekerja. Selama sekian tahun saya menjadi komite sekolah, itu sudah bekerja. Nah, problem primitifnya adalah komite punya gagasan ke depan tetapi pihak sekolah maupun yayasan tidak berani untuk mengambil keputusan. Sudah ada beberapa gagasan, tetapi fungsi komite sekolah bukan pada posisi strategis pengambilan keputusan jadi gagasan tersebut tidak bisa dilanjutkan. (wawancara tanggal 11 Mei 2015)

Peran dan keterlibatan komite sekolah sebagai rekan sekolah dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sangat dibutuhkan dalam mengupayakan kemajuan sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak adanya keterlibatan aktif komite sekolah menjadi

(16)

62

salah satu akar permasalahan yang diidentifikasi pada faktor sumber daya.

Akar permasalahan dalam faktor kemitraan adalah tidak adanya jaringan kemitraan dengan lembaga lain. Melalui hasil FGD dan wawancara, diketahui bahwa sekolah tidak memiliki jaringan kemitraan dengan institusi lain dalam mendukung program sekolah maupun bantuan dana. Kemitraan yang ada selama ini hanya bersifat insidental atau

bersifat sewaktu-waktu dan belum terdapat

kesepakatan tertulis antara pihak sekolah dengan pihak lain yang terkait.

Berdasarkan hasil FGD, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri sekolah dikarenakan prestasi sekolah dianggap tidak menonjol dan konstan setiap tahun, seperti yang disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Humas dalam wawancara tanggal 30 Maret 2015 “belum ada karena sekolah tidak

dapat bekerjasama dengan pihak lain dikarenakan prestasi sekolah yang tidak konstan dari tahun ke tahun.” Hal serupa diutarakan oleh Kepala Sekolah

dalam wawancara:

sejauh ini belum sejauh ini hanya intern saja belum sampai mencari donatur. Sebenarnya sudah terpikirkan tapi saya sedang mencari pola yang meyakinkan pada calon-calon donatur ini karena seperti itukan membutuhkan komitmen dari pihak pihak yang dijadikan sasaran. Lha ini yang kami sedang coba identifikasi kira-kira kami bisa datang kemana dan yang punya komitmen dengan visi kami. (wawancara tanggal 24 Maret 2015)

Hasil diskusi dalam FGD dan wawancara memberikan hasil bahwa jaringan kemitraan belum dilaksanakan

(17)

63

yang disebabkan pihak sekolah merasa belum memiliki kepercayaan diri dan pola atau program khusus yang mampu meyakinkan pihak lain untuk menjalin kerjasama.

4.2.3 Desain Produk

Setelah mengidentifikasi akar permasalahan yang dilakukan melalui teknik analisis Fishbone, maka tahapan selanjutnya adalah menyusun desain produk berupa strategi peningkatan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga. Strategi disusun berdasarkan analisis masalah dalam analisis fishbone dan analisis kebutuhan yang didapat melalui FGD, wawancara, dan kuesioner dengan menggunakan pendekatan rekayasa ulang pendidikan. Strategi yang disusun dapat dilihat dalam Tabel 4.4 Strategi Peningkatan Daya Saing Sekolah.

Tabel 4.4 Strategi Peningkatan Daya Saing Sekolah

No Faktor Strategi

1 Reputasi  Rekonstruksi image melalui peningkatan prestasi akademik dan non akademik.

 Mengembangkan kurikulum

yang inovatif, berbasis

pengalaman dengan dunia luar dan TI.

 Meningkatkan kedisiplinan siswa

 Optimalisasi penggunaan TI dalam program promosi dan

(18)

64

pemasaran sekolah

 Mengganti SMA menjadi SMK 2. Sumber

Daya Sekolah

 Meningkatkan kualitas program kegiatan sekolah

 Menyusun program

kewirausahaan yang dikelola pihak sekolah

3. Teknologi Informasi

Peningkatan kualitas dan

kuantitas sarana dan prasarana TI secara bertahap

4. Sumber

Daya Manusia

 Peningkatan kemampuan dan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI  Membuka jalinan kerjasama

dengan FTI UKSW

 Meningkatkan peran dan fungsi Komite Sekolah

5. Kemitraan Memaksimalkan peran orang tua siswa, jaringan alumni, dan lembaga lain untuk

pengembangan program kegiatan sekolah

Pada faktor reputasi sekolah, strategi yang disarankan adalah 1) rekonstruksi image sekolah melalui peningkatan prestasi, baik prestasi akademik maupun non akademik, 2)mengembangkan kurikulum yang inovatif, berbasis pengalaman dengan dunia luar

(19)

65

dan TI, 3) meningkatkan kedisiplinan siswa, dan 4) optimalisasi penggunaan TI dalam program promosi dan pemasaran sekolah.

Peningkatan prestasi sekolah bertujuan untuk menghilangkan stigma sekolah non unggulan dengan membuktikan bahwa sekolah memiliki prestasi yang baik. Rekonstruksi image merupakan upaya utama yang harus dilakukan oleh pihak sekolah yang dapat dilakukan dengan optimalisasi pelaksanaan program sekolah, baik akademik maupun non akademik. Sekolah dapat meningkatkan standar akademis ataupun non akademis sehingga prestasi sekolah dapat ditingkatkan.

Peningkatan prestasi akademik sekolah juga dapat dilakukan dengan mengembangkan kurikulum yang inovatif, berbasis pengalaman dengan dunia luar dan TI. Kurikulum berbasis pengalaman dengan dunia luar dan TI diharapkan dapat lebih meningkatkan minat siswa dalam proses belajar. Program kegiatan yang dapat dilakukan oleh sekolah seperti live in dan

company visit. Sedangkan untuk pembelajaran

berbasis TI, sekolah bisa meningkatkan penggunaan internet, video, dan sarana pembelajaran TI lainnya sebagai salah satu metode pembelajaran. Program kegiatan berbasis dunia luar dan TI tersebut diharapkan dapat menjadi program unggulan sekolah yang mampu meningkatkan prestasi siswa di bidang akademik dan menjadi program unggulan bagi sekolah.

Strategi lain yang disarankan adalah

meningkatkan kedisiplinan siswa melalui memperketat tata tertib. Tata tertib diperlukan untuk meningkatkan

(20)

66

kedisiplinan siswa dan sebagai salah satu upaya sekolah untuk menghilangkan image sekolah non unggulan yang dipicu oleh stigma faktor siswa yang dinilai bermasalah oleh masyarakat. Melalui hasil kuesioner pada orang tua/wali siswa, 61% orang tua/wali siswa berharap penegakan kedisiplinan terhadap siswa harus ditingkatkan. Kedisiplinan di dalam kelas dan di luar kelas harus ditingkatkan oleh guru. Kontrol dan pengawasan terhadap akses keluar masuk siswa di sekolah lebih diawasi dan diperketat.

Program promosi merupakan salah satu alat yang

mendukung proses rekonstruksi image. Untuk

mendukung tujuan tersebut, pemanfaatan TI juga

direkomendasikan dalam program promosi dan

pemasaran sekolah. Pemanfaatan TI untuk promosi dan pemasaran sekolah dapat memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan piranti SMS Gateaway.

Strategi lain adalah mengganti SMA menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Melihat jumlah siswa baru SMA Kristen 2 selama tahun 2010/2011 – 2014/2015 yang semakin menurun dan reputasi sekolah non unggulan yang dimiliki sekolah, sekolah

dan yayasan dapat mempertimbangkan untuk

membangun reputasi baru dengan mengganti SMA

menjadi SMK. Pendirian SMK dapat

mempertimbangkan sumber daya sekolah, kearifan lokal, dan keterserapan tenaga kerja di bidang industri. Bertolak dari letak kota Salatiga yang dikelilingi oleh industri pengolahan makanan, minuman, dan tekstil,

pihak sekolah dapat mempertimbangkan untuk

(21)

67

Pada faktor sumber daya sekolah, strategi yang disarankan adalah 1) meningkatkan kualitas program

kegiatan sekolah dan 2) membuat program

kewirausahaan yang dikelola pihak sekolah.

Peningkatan kualitas program kegiatan sekolah menjadi salah satu urgensi dalam strategi peningkatan daya saing. Mengingat masalah yang dihadapi sekolah adalah keterbatasan dana maka kemitraan menjadi

salah satu program yang diharapkan dapat

meningkatkan kualitas program kegiatan sekolah. Kemitraan dengan lembaga lain diharapkan dapat menyokong peningkatan kualitas program sekolah melalui bantuan dana maupun bantuan dalam bentuk pendampingan. Melihat potensi dan prestasi siswa SMA Kristen 2 Salatiga di bidang olahraga, kemitraan sekolah dapat difokuskan untuk mendukung program kegiatan ekstrakurikuler.

Pelaksanaan program ekstrakurikuler secara rutin merupakan langkah awal yang dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan kualitas program ekstrakurikuler. Selain pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler dilakukan secara rutin, sekolah dapat mempertimbangkan untuk menyusun ulang variasi program ekstrakurikuler berdasarkan minat dan bakat siswa. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 56 siswa, 66% siswa berharap kegiatan ekstrakurikuler diaktifkan dan diintensifkan kembali pelaksanaannya dan sisanya berharap sekolah memperbaiki sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler dan menambah variasi program ekstrakurikuler sesuai minat siswa. Sedangkan hasil kuesioner terhadap 26

(22)

68

orang tua, 69% orang tua menginginkan kegiatan ekstrakurikuler digalakkan kembali dengan melihat minat dan bakat siswa.

Strategi lain yang disarankan adalah menyusun program kewirausahaan yang dikelola pihak sekolah. Kepala sekolah dan guru dapat menyusun program kewirausahaan dengan melibatkan siswa melalui OSIS. Program yang disarankan antara lain program bank sampah yaitu pengolahan pupuk kompos, program daur ulang barang bekas menjadi barang yang bernilai

jual, dan program budidaya jamur. Program

kewirausahaan ini selain bertujuan membentuk karakter kewirausahaan siswa juga bertujuan untuk

menghasilkan keuntungan bagi sekolah yang

digunakan untuk mendukung program-program

sekolah lainnya. Melalui pembinaan yang baik dan terprogram oleh kepala sekolah dan guru, program kewirausahaan tersebut diharapkan menjadi salah satu sumber dana sekolah yang dapat mendukung program sekolah lain, salah satunya adalah program Peduli Kasih.

Pada faktor teknologi informasi, strategi yang disarankan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana TI secara bertahap. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan TI di sekolah adalah sarana prasarana penunjang yang terbatas seperti LCD dan komputer. Sekolah dapat memperbaiki komputer, mengupgrade aplikasi komputer, menambah jumlah LCD yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan dana yang dimiliki sekolah, memberikan akses internet bagis siswa disekolah untuk menunjang kemandirian

(23)

69

dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis kebutuhan melalui kuesioner siswa, sebanyak 64% siswa berharap sekolah dapat mengganti LCD proyektor, memperbaiki atau menambah jumlah komputer sekolah, dan memberikan akses internet di sekolah bagi siswa.

Strategi yang disarankan pada faktor sumber daya manusia adalah 1) peningkatan kemampuan dan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI, 2) membuka jalinan kerjasama dengan FTI UKSW, dan 3) membenahi peran dan fungsi komite sekolah. Pentingnya penggunaan TI di sekolah harus diimbangi dengan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI. Sekolah dapat memberikan pelatihan penggunaan TI sebagai media pembelajaran bagi guru dan pengelolaan manajemensekolah berbasi sistem informasi manajemen secara berkala. Strategi lain yang disarankan adalah membuka jalinan kemitraan dengan Fakultas Teknologi Informasi UKSW untuk penerimaan mahasiswa Kerja Praktek di setiap semester. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan sekolah untuk membantu sekolah dalam memberikan pelatihan TI bagi guru dan tenaga kependidikan serta pengelolaan sistem informasi manajemen di sekolah.

Strategi lain disarankan adalah meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah. Meningkatkan peran dan fungsi Komite Sekolah dirasa dibutuhkan, mengingat selama ini Komite Sekolah berjalan dengan pasif. Sekolah dapat meningkatkan komunikasi dengan mengadakan pertemuan rutin dengan Komite sekolah setiap semester. Diharapkan dengan peningkatan

(24)

70

komunikasi tersebut, sekolah dapat bersinergi dengan Komite Sekolah untuk mengupayakan peningkatan daya saing sekolah.

Pada faktor kemitraan, strategi yang disarankan adalah memaksimalkan peran orang tua siswa,

jaringan alumni, dan lembaga lain untuk

pengembangan program kegiatan sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing sekolah, sekolah membutuhkan kerjasama dengan pihak lain baik dalam hal pengembangan program maupun bantuan dana. Untuk mencapai hal tersebut, peran orang tua siswa, jaringan alumni, dan lembaga lain dibutuhkan dalam pengembangan program kegiatan sekolah.

Program yang dapat dilakukan antara lain melakukan pertemuan orang tua dan guru secara rutin untuk mensosialisasikan program dan kegiatan sekolah dan perkembangan anak di setiap semester serta mengadakan seminar pendidikan bersama orang tua.

Komunikasi dengan para alumni juga sangat

dibutuhkan melalui wadah atau forum khusus bagi alumni SMA Kristen 2 Salatiga. Forum alumni juga dapat dilakukan menggunakan sarana media sosial Facebook. Forum alumni tersebut diharapkan dapat memberikan bantuan ide, dana, dan jaringan kerjasama bagi sekolah. Sedangkan kemitraan dengan institusi lain dapat dilakukan dengan gereja, lembaga pendidikan sejawat, dan badan usaha lain. Program yang dapat dilakukan antara lain presentasi pelayanan siswa di gereja melalui grup vocal sebagai sarana

(25)

71

promosi dan pelaksanaan promosi di SMP, Bimbingan Belajar dan program Paket B.

4.2.4 Validasi Desain Produk Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing

Setelah melalui tahapan desain produk, tahapan selanjutnya adalah validasi desain produk. Desain produk berupa draft renstra peningkatan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga divalidasi oleh pakar dan praktisi di bidang pendidikan. Validasi dilakukan oleh Prof. Dr. Slameto, M.Pd, Prof Sutriyono, M.Sc, Ph.D, dan Kepala sekolah SMA Kristen 2 Salatiga Dra. Ertina Lidya. Validasi tersebut memberikan hasil sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Slameto, M.Pd

Berdasarkan validasi terhadap draft desain produk rencana strategis terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu penulisan maksud, tujuan, dan sasaran rencana strategis, dan penyajian diagram analisis Fishbone dalam renstra tersebut. Disamping hal tersebut, saran yang diberikan adalah

mengikuti model partisipatif dalam

penyusunan rencana strategis dengan

melibatkan pihak sekolah. 2. Prof. Sutriyono, M.Sc, Ph.D

Berdasarkan validasi terhadap draft desain produk rencana strategis terdapat masukan yaitu memasukkan data berdirinya SMK, jumlah lulusan SMP, dan persepsi orang tua terhadap lulusan. Disamping hal tersebut,

(26)

72

dapat dipertimbangkan untuk menambah satu strategi yaitu merubah SMA menjadi SMK. 3. Dra. Ertina Lidya

Berdasarkan validasi terhadap draft desain produk rencana strategis terdapat masukan yaitu urutan program dalam rencana strategis diurutkan mulai dari bidang kurikulum, kesiswaan, humas, dan sarana prasarana; program Kewirausahaan merupakan program di bidang Kesiswaan; dan program di bidang sarana prasarana dapat ditambahkan yaitu penataan lingkungan sekolah, rehabilitasi bangunan sekolah ringan, sedang, dan berat, dan penghijauan lingkungan.

4.2.5 Revisi Desain Produk Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing

Tahapan terakhir adalah perbaikan terhadap hasil validasi desain rencana strategis. Hasil produk rencana strategis peningkatan daya saing sekolah dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3 Pembahasan

Pembahasan lebih lanjut pada bagian ini dilakukan sebagai upaya untuk menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian yaitu untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya saing sekolah dan menghasilkan rencana strategis peningkatan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga.

(27)

73 4.3.1 Analisis Perencanaan Strategis

Melalui hasil analisis akar permasalahan dalam diagram fishbone pada Gambar 4.1, akar permasalahan yang teridentifikasi diklasifikasikan ke dalam lima faktor yang mempengaruhi daya saing pendidikan yaitu reputasi sekolah, sumber daya sekolah, budaya sekolah, sumber daya manusia, dan kemitraan.

a. Reputasi sekolah

Akar permasalahan yang diidentifikasi dalam faktor reputasi sekolah adalah image sekolah non unggulan atau sekolah pilihan terakhir. Berdasarkan penilaian internal sekolah yang didapat dalam FGD dan wawancara, image sekolah non unggulan di masyarakat menjadi faktor kuat yang menjadikan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga kalah bersaing dengan sekolah lain. Melalui hasil kuesioner terhadap 56 siswa, 46% persen siswa menyatakan bahwa SMA Kristen 2 Salatiga merupakan pilihan terakhir mereka setelah tidak diterima di SMA/SMK lain. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, image sekolah non unggulan terbentuk berdasarkan penilaian masyarakat terhadap sekolah terkait dengan faktor siswa dan lokasi sekolah.

Image tersebut masih melekat di masyarakat sehingga

menyulitkan pihak sekolah dalam meyakinkan para calon siswa untuk bersekolah di SMA Kristen 2 Salatiga.

Judson, et al (dalam Casidy, 2013) menyatakan bahwa reputasi sekolah merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh dalam pemasaran sekolah. Dengan

(28)

74

kata lain, reputasi sekolah berperan sangat penting dalam membentuk daya saing sekolah sehingga dapat

berhasil dalam pemasaran sekolah tersebut.

Pembentukan reputasi sekolah di tengah masyarakat juga harus didukung dengan kegiatan promosi sehingga rekonstruksi reputasi sekolah dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, reputasi melekat yang dimiliki SMA Kristen 2 Salatiga tentang sekolah non unggulan diidentifikasi sebagai akar permasalahan pada faktor reputasi sekolah yang menyebabkan rendahnya daya saing SMA Kristen 2 Salatiga.

b. Sumber Daya Sekolah

Akar permasalahan pada faktor sumber daya sekolah adalah keterbatasan dana yang mendukung

pengembangan program. Ketercukupan dana

merupakan salah satu faktor pendukung yang menciptakan daya saing (Kazlauskaite, R., & Buciuniene, 2008). Dalam proses brainstorming FGD, terbatasnya dana menghambat kegiatan sekolah, salah satunya dalam program kegiatan esktrakurikuler. Biaya

yang harus dikeluarkan sekolah dalam

menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler seperti biaya guru pendamping, sewa tempat, dan biaya yang dikeluarkan sekolah untuk mengikuti perlombaan cukup besar sehingga keterbatasan dana menjadi permasalahan.

Menurut Bosetti (2004), program kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pilihan pelanggan dalam memilih sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut, masalah keterbatasan dana dalam penyelenggaran program

(29)

75

kegiatan sekolah menjadi akar permasalahan yang membutuhkan solusi agar program ekstrakurikuler dapat terlaksana dengan baik.

c. Teknologi Informasi

Akar permasalahan pada faktor teknologi informasi adalah sarana prasarana penunjang TI terbatas. Penggunaan TI di dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan (Tinio, 2003). Kualitas pendidikan yang baik dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki sekolah. Oleh hal tersebut, penggunaan TI baik dalam sistem pembelajaran maupun manajemen sekolah sangat berpengaruh dalam peningkatan daya saing sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian melalui FGD, selama ini SMA Kristen 2 Salatiga telah menerapkan

budaya penggunaan TI di sekolah namun

penerapannya terbatas pada sistem pembelajaran. Kendala yang dihadapi oleh sekolah terkait penggunaan TI adalah terbatasnya sarana prasana pendukung pembelajaran berbasis TI, seperti komputer dan LCD. Hal tersebut diperkuat dengan hasil kuesioner terhadap 56 siswa, yang menyatakan bahwa 64% siswa mengeluhkan sarana prasarana yang rusak dan tidak tersedianya akses internet bagi siswa di sekolah. Berdasarkan hasil brainstorming FGD, jaringan internet telah tersedia di sekolah sebagai bantuan dari pemerintah namun penggunaannya masih sangat terbatas karena terbatasnya sarana prasarana.

(30)

76 d. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembentukan daya saing. Di dunia pendidikan, kompetensi dan keahlian guru dan staf menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan daya saing sekolah (Rahayu, 2010). Kompetensi dan keahlian guru tersebut dapat ditinjau dari kesesuaian kualifikasi akademik, jumlah tenaga pendidik yang bersertifikasi, dan keterampilan lain yang dimiliki oleh guru dan staf.

Berdasarkan FGD dan wawancara, kesesuaian

kualifikasi akademik dan tenaga pendidikan

bersertifikasi tidak menjadi kendala di sekolah. Namun, hal yang masih menjadi kendala adalah kemampuan guru, tenaga administrasi dan kependidikan di bidang TI yang sangat terbatas.

Penggunaan TI di lingkungan sekolah, baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah, berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sekolah. Keterampilan guru, tenaga administrasi dan kependidikan di bidang TI di SMA Kristen 2 saat ini masih terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh kesibukan tugas mengajar dan administratif guru sehingga tidak semua guru dapat belajar TI secara intensif. Disamping itu, guru pengampu mata pelajaran TI di sekolah berstatus Guru Tidak Tetap sehingga kehadiran di sekolah terbatas hanya pada hari tertentu saat terdapat jam mengajar.

Selain guru, tenaga administrasi dan tenaga kependidikan di sekolah juga memiliki keterbatasan di bidang TI. Sekolah belum bisa mempekerjakan tenaga tambahan yang menguasai keterampilan di bidang TI,

(31)

77

karena keterbatasan dana yang dimiliki sekolag. Berdasarkan hal tersebut, tidak tersedia SDM yang ahli di bidang TI di sekolah menjadi salah satu akar permasalahan yang membuat daya saing sekolah rendah.

Akar permasalahan lain yang ditemui adalah tidak berfungsinya komite sekolah. Kepengurusan komite sekolah sudah terbentuk, namun dalam pelaksanaannya sangat pasif. Pada hakekatnya, komite sekolah berperan untuk mendorong terwujudnya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas melalui perannya dalam tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi program sekolah (Tjuana, 2012). Melalui komite sekolah, sekolah dapat menjalin kerjasama dalam mengupayakan peningkatan kualitas yang berpengaruh juga terhadap daya saing yang dimiliki sekolah.

e. Kemitraan

Kemitraan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing sekolah. Trim (2003) menyatakan bahwa kemitraan penting bagi sekolah untuk memperluas jangkauan, membuka akses untuk kemajuan sekolah, menjaring calon pelanggan, dan mendorong kemandirian sekolah di tengah persaingan. Berdasarkan hasil penelitian, akar permasalahan yang menyebabkan daya saing SMA Kristen 2 Salatiga rendah dalam faktor kemitraan adalah tidak adanya jaringan kemitraan dengan lembaga lain.

Kemitraan dengan pihak atau lembaga lain seperti alumni, perusahaan, dan institusi pendidikan sejawat penting untuk dilakukan sekolah untuk

(32)

78

mengupayakan peningkatan kualitas dan daya saing sekolah. SMA Kristen 2 Salatiga belum memiliki jaringan kemitraan dengan pihak atau lembaga manapun. Hal ini diakui sekolah karena sekolah belum merasa percaya diri dengan prestasi dan kemampuan sekolah dalam menawarkan hubungan kerjasama.

4.3.2 Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing SMA Kristen 2 Salatiga

Melihat hasil akar permasalahan penyebab rendahnya daya saing SMA Kristen 2 Salatiga yang telah diidentifikasi melalui analisis fishbone, maka strategi peningkatan daya saing sekolah dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Strategi tersebut disusun untuk merespon permasalahan dan kebutuhan yang ditemukan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing sekolah.

Strategi peningkatan daya saing sekolah disusun berdasarkan pendekatan Rekayasa Ulang Pendidikan yang berfokus pada perbaikan mendasar pada kinerja sekolah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga peningkatan daya saing sekolah di tengah persaingan yang kompetitif dapat tercapai (Tunç, 2013). Strategi yang disusun juga mempertimbangkan kajian pustaka mengenai pembentukan daya saing sekolah melalui strategi kompetitif dan strategi kooperatif (Rahayu, 2010). Strategi yang disarankan dalam Tabel 4.4 Strategi Peningkatan Daya Saing Sekolah dikelompokkan menurut empat bidang yaitu bidang Kurikulum, bidang Humas, bidang Kesiswaan, dan bidang Sarana Prasarana.

(33)

79 a. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing

Bidang Kurikulum

Strategi yang dirumuskan untuk peningkatan daya saing di bidang Kurikulum meliputi: 1) rekonstruksi reputasi sekolah melalui peningkatan prestasi akademik dan non akademik dan 2) mengembangkan kurikulum yang inovatif, berbasis pengalaman dengan dunia luar dan TI, dan 3) peningkatan kemampuan dan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI.

Rekonstruksi image atau reputasi sekolah melalui peningkatan prestasi akademik dan non akademik merupakan strategi yang disarankan untuk memperbaiki reputasi sekolah yang selama ini melekat sebagai sekolah non unggulan atau pilihan terakhir. Kebutuhan pelanggan atas kualitas pendidikan merupakan salah satu hal yang mendasari praktek rekayasa ulang pendidikan di sekolah (Danim, 2006). Oleh karena itu, sekolah harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa SMA Kristen 2 Salatiga memiliki kualitas berupa produk prestasi sekolah yang tidak kalah saing dengan sekolah lain. Sekolah juga dapat meningkatkan standar akademis dan non akademis sebagai langkah awal untuk meningkatkan kualitas

output siswa yang dihasilkan.

Kebutuhan masyarakat atas pendidikan yang berkualitas menjadi salah satu alasan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah, salah satunya di bidang akademik. Strategi yang disarankan adalah mengembangkan kurikulum yang inovatif, berbasis

(34)

80

pengalaman dengan dunia luar dan TI. Kurikulum inovatif berbasis pengalaman dengan dunia luar dan TI bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam proses belajar sehingga diharapkan dapat memacu peningkatan prestasi siswa khususnya di bidang akademik. Program yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan kurikulum berbasis pengalaman dengan dunia luar adalah melalui kegiatan pembelajaran dengan melibatkan masyarakat seperti live in dan

company visit.

Penggunaan TI dalam pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diimplementasikan di era digital seperti saat ini. Penggunaan teknologi dapat menambah motivasi belajar siswa dan merubah suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran (Hawkins, 2002). Akses internet yang dimiliki sekolah saat ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran berbasis TI. Dengan memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran berbasis TI yang dimiliki siswa maupun sekolah, sekolah dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Diharapkan bahwa dengan pengembangan kurikulum berbasis TI, prestasi siswa dalam bidang akademik dapat meningkat dan semakin menumbuhkan budaya penggunaan TI di sekolah.

Pengembangan kurikulum yang lebih inovatif juga diterapkan oleh Kristianti (2011) dan Wall, Novak, & Wilkerson (2005). Kristianti merumuskan strategi pembelajaran berbasis TI dan outdoor dalam kurikulum pembelajaran, sedangkan Wall et al. (2005) dalam

(35)

81

mengembangkan program kurikulum inovatif dengan memperluas cakupan disiplin ilmu lain, salah satunya adalah pembelajaran berbasis TI.

Strategi lain yang disarankan dalam bidang kurikulum adalah peningkatan kemampuan dan keahlian guru dan tenaga kependidikan di bidang TI. Sprawls (nd) menekankan beberapa poin penting dalam rekayasa ulang pendidikan yang salah satunya adalah pentingnya memberikan kesempatan bagi guru untuk belajar dan mengembangkan diri dalam penggunaan TI di sekolah. Berdasarkan hal tersebut dan mengingat pentingnya penggunaan TI di sekolah, peningkatan kemampuan guru dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang TI menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing sekolah.

b. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing Bidang Kesiswaan

Strategi peningkatan daya saing bidang

kesiswaan adalah 1) meningkatkan kualitas

pelaksanaan program kegiatan sekolah, 2)

meningkatkan kedisiplinan siswa, dan 3) menyusun program kewirausahaan sekolah. Strategi pertama dalam bidang kesiswaan adalah meningkatkan kualitas pelaksanaan program kegiatan sekolah. Program kegiatan yang menjadi fokus dalam bidang kesiswaan adalah kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Bosetti (2004), program ekstrakurikuler merupakan salah satu program kegiatan sekolah yang dapat menjadi daya tarik. Berdasarkan hal tersebut, kualitas program kegiatan ekstrakurikuler di SMA Kristen 2 Salatiga harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kualitas

(36)

82

program kegiatan ekstrakurikuler tersebut, prioritas program yang disarankan adalah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler secara rutin dan terprogram, menambah variasi program ekstrakurikuler sesuai minat siswa contohnya ekskul seni dan musik, dan menjalin kemitraan dengan institusi lain, seperti sekolah sepakbola untuk meningkatkan kualitas ekskul sepakbola dan futsal yang selama ini menjadi ekskul

unggulan. Melalui komitmen sekolah untuk

menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler

diharapkan daya saing sekolah dapat meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan prestasi siswa di bidang non akademik.

Strategi kedua dalam bidang Kesiswaan adalah peningkatan kedisiplinan siswa dengan Memperketat pelaksanaan tata tertib siswa. Strategi tersebut dirasa perlu agar siswa lebih disiplin. Konsistensi pihak sekolah dalam penegakan tata tertib juga sangat diperlukan. Peningkatan kedisiplinan melalui penegakan tata tertib juga merupakan upaya dalam rekonstruksi reputasi sekolah dan peningkatan kualitas lulusan sekolah.

Strategi ketiga dalam bidang kurikulum adalah menyusun program kewirausahaan sekolah. Program yang diusulkan meliputi program bank sampah yaitu pengolahan pupuk kompos dan program daur ulang, serta program budidaya jamur. Kondisi lingkungan sekolah yang didukung dengan area terbuka hijau yang

cukup luas diharapkan dapat mendukung

pemberdayaan program-program kewirausahaan bagi siswa di sekolah. Menurut Hakim (2012) pendidikan

(37)

83

kewirausahaan merupakan salah satu aspek penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing yang dapat diimplementasikan secara terpadu dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan program kewirausahaan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan daya saing sekolah yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas program sekolah dan menjadi salah satu strategi sekolah untuk mengatasi kendala keterbatasan dana yang dihadapi.

c. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing Bidang Humas

Strategi yang disarankan dalam bidang Humas meliputi: 1) meningkatkan penggunaan TI dalam

program promosi dan pemasaran sekolah, 2)

memaksimalkan peran orang tua siswa, jaringan alumni, dan lembaga lain untuk pengembangan program kegiatan sekolah, 3) meningkatkan peran dan fungsi Komite Sekolah, dan 4) mengganti SMA menjadi SMK.

Berkembangnya sarana dan prasarana di bidang teknologi dan informasi dapat dimanfaatkan pihak sekolah dalam memaksimalkan program promosi dan pemasaran sekolah. Integrasi teknologi informasi dalam sistem manajemen sekolah menjadikan sekolah menjadi lebih fleksibel dan efisien dalam segi waktu dan biaya (Tamandl & Nagy, 2013). Pemanfaatan kecanggihan di bidang teknologi dan informasi merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam rekayasa ulang pendidikan. Media sosial seperti

Facebook merupakan sarana yang dapat digunakan

(38)

84

akademik dan non akademik, kegiatan sekolah, fasilitas, dan program sekolah dapat dipasarkan kepada target pelanggan melalui media sosial. Sekolah juga dapat bekerja sama dengan siswa-siswa SMA Kristen 2 Salatiga untuk mempromosikan sekolah kepada calon pelanggan yang berasal dari SMP yang sama menggunakan media sosial.

Disamping penggunaan media sosial,

penggunaan SMS Gateaway adalah salah satu strategi yang disarankan untuk meningkatkan program promosi dan pemasaran kepada target pelanggan. SMS Gateaway merupakan perangkat komunikasi masal yang dapat digunakan sekolah untuk memberikan informasi kepada calon orang tua/wali siswa melalui pengiriman pesan singkat. Program SMS Gateaway dapat diunduh dengan gratis dengan biaya operasional yang ekonomis.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa untuk program promosi tahun ajaran 2015/2016 sekolah lebih memfokuskan pada pemasaran program Peduli Kasih dengan sasaran calon siswa kurang mampu. Program Peduli Kasih tersebut dipasarkan secara tidak langsung dengan bantuan guru BK di beberapa SMP sasaran. Melalui SMS Gateaway, sekolah dapat memasarkan secara langsung program Peduli Kasih kepada calon orang tua siswa dengan mengirimkan pesan singkat penawaran promosi. Penggunaan SMS Gateaway juga dapat dijadikan sebagai salah satu program unggulan sekolah dalam memberikan pelayanan lebih terhadap orang tua. Sekolah dapat memberikan informasi terkait nilai,

(39)

85

jadwal tes, informasi administrasi, dan pengumuman

melalui pesan singkat. Diharapkan melalui

pemanfaatan teknologi dan komunikasi, program promosi dan pemasaran sekolah menjadi lebih efisien, tepat sasaran, dan lebih menarik minat pelanggan.

Strategi lain dalam bidang Humas adalah memaksimalkan peran orang tua siswa, jaringan alumni, dan lembaga lain untuk pengembangan program kegiatan sekolah. Chiepe (dalam Danim, 2006) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dan orang tua siswa dibutuhkan dalam implementasi rekayasa ulang pendidikan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Strategi kooperatif melalui jalinan kerjasama dibutuhkan dalam upaya meningkatkan daya saing sekolah (Rahayu, 2010). Program yang dirumuskan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua siswa antara lain mengadakan pertemuan orang tua murid dengan wali kelas setiap satu semester dan

menyelenggarakan seminar pendidikan dengan

melibatkan orang tua siswa. Untuk meningkatkan keterlibatan alumni sekolah dapat membentuk forum alumni dan menjalin hubungan secara aktif. Penggunaan media sosial juga dapat digunakan untuk menghimpun para alumni. Peningkatan keterlibatan dengan institusi lain dapat dilakukan dengan kampus UKSW melalui program kemitraan dengan Fakultas TI dalam penerimaan mahasiswa kerja praktek, kemitraan dengan gereja sebagai sarana promosi melalui pelayanan grup vokal siswa di gereja, dan kemitraan dengan SMP, Bimbingan Belajar, dan pemerintah melalui Kejar Paket B dalam program promosi sekolah.

(40)

86

Strategi kooperatif serupa melalui peningkatan kemitraan dengan institusi lain disarankan oleh Wall et al. (2005) dalam penelitiannya yang merumuskan strategi kemitraan dengan lembaga lain untuk meningkatkan pelayanan pendidikan.

Strategi lain dalam bidang Humas adalah meningkatkan peran dan fungsi Komite Sekolah. Keberadaan dan peran komite sekolah berperan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah yang menjadi salah satu hal yang mendukung terbentuknya daya saing pendidikan (Tjuana, 2012). Komunikasi yang intensif dan baik harus mulai dijalankan mengingat komite sekolah merupakan rekan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Program yang dirumuskan adalah mengadakan pertemuan rutin dengan Komite sekolah setiap semester guna

melakukan koordinasi yang diperlukan dalam

mengupayakan kemajuan sekolah.

Strategi lain dalam bidang humas adalah mengganti SMA dengan SMK. Untuk merealisasikan hal tersebut, sekolah melalui bidang Humas dapat menjalin komunikasi dan melibatkan pihak yayasan dan komite sekolah dalam pembahasan wacana penggantian SMA menjadi SMK. Strategi untuk mengganti SMA menjadi SMK juga dilakukan oleh Kristianti (2011) dalam

penelitiannya dengan mempertimbangkan minat

masyarakat terhadap SMK yang semakin meningkat. Disamping hal tersebut, pendirian SMK juga dipertimbangkan mengingat pada akhir tahun 2015 Indonesia akan tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk menghadapi tantangan tersebut

(41)

87

maka pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan di bidang tenaga kerja dengan meningkatkan kualitas SDM yang produktif dan terampil melalui lulusan SMK yang memiliki sertifikasi keahlian internasional (Rahman, 2015; Utomo, 2014). Melihat peluang di masa depan akan kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang produktif dan berkeahlian melalui lulusan SMK, maka pihak internal sekolah dapat mempertimbangkan untuk mengganti SMA dengan SMK. Pendirian SMK diharapkan bisa menjadi cara yang dipilih oleh pihak internal sekolah untuk meningkatkan daya saing sekolah di masyarakat di masa depan.

d. Rencana Strategis Peningkatan Daya Saing Bidang Sarana Prasarana

Strategi bidang sarana prasarana untuk

meningkatkan daya saing sekolah adalah

meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana berbasis TI secara bertahap. Salah satu hal yang disarankan dalam rekayasa ulang pendidikan adalah penggunaan teknologi informasi di sekolah (Gross, 2004; Sprawls, n.d.). Penggunaan sarana prasarana berbasis TI di sekolah dapat digunakan untuk pengembangan bahan pendidikan, komunikasi, manajemen informasi, dan pengelolaan pendidikan.

Penggunaan teknologi digital secara maksimal dalam pembelajaran di SMA Kristen 2 Salatiga sangat diperlukan agar kualitas pendidikan di sekolah tidak kalah bersaing dengan sekolah lain. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap siswa, mayoritas siswa berpendapat bahwa penggunaan dan kualitas perangkat TI

(42)

88

disekolah, seperti LCD dan komputer, masih minim dan perlu adanya perbaikan dan penambahan dalam segi kualitas dan kuantitas. Berdasarkan hal tersebut, perbaikan kualitas komputer di sekolah dengan

memperbaiki komputer, meng-upgrade aplikasi

komputer dan penambahan LCD sebaiknya dilakukan secara berkala.

Selain pengadaan sarana prasarana penunjang pembelajaran berbasis TI, penyediaan internet bagi siswa di sekolah juga diperlukan. Sekolah telah mendapat bantuan akses internet dari pemerintah. Namun berdasarkan hasil kuesioner pada siswa, penggunaan internet terbatas. Oleh karena itu, sekolah perlu membuka akses internet bagi siswa agar dapat digunakan untuk menunjang aktivitas pembelajaran siswa. Akses internet terhadap siswa tersebut tentunya juga harus diimbangi dengan pengawasan melalui pemblokiran akses terhadap situs dan konten yang tidak mendukung proses pembelajaran.

Gambar

Tabel 4.2 Jenjang Pendidikan Guru di SMA Kr 2 Salatiga
Diagram Fishbone
Tabel 4.4 Strategi Peningkatan Daya Saing Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel tangibility, reliability, responsiveness, assurance dan empaty terhadap variabel kepuasan nasabah

Tabel VII Pengelompokan Sediaan Obat Rutin dengan Pola Penyakit ISPA bagian atas Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi Tahun 2010 di Instalasi Rawat Jalan dr.. Doris

Tidak Diverifikasi Verifier ini tidak dapat dilakukan penilaian karena selama periode audit 3 (tiga) bulan terakhir (Desember 2016 s/d Februari 2017) PT GK

Bahan yang digunakan adalah digesta sekum dari landak betina enam ekor dan landak jantan dua ekor yang memiliki umur rata-rata lebih dari satu tahun yang telah dipelihara

Selain itu, hipoksia intermiten juga menimbulkan proses adaptasi yang meningkatkan perlindungan jantung dari stres oksidatif pada berbagai proses perkembangan penyakit.15 2.4

Non Aplicable PT Fajar Unggul Karunia tidak melakukan kegiatan impor bahan baku kayu atau produk

b) memberikan pertimbangan terhadap norma / peraturan akademik yang diusulkan oleh Rektor; c) memberikan pertimbangan kepada Rektor dalamc. pengangkatan wakil Rektor, Dekan, dan

Sistem informasi penjualan Kedai Ngapakz menggunakan sistem konversi parallel ini dengan pertimbangan apabila penerapan sistem baru ditemukan masalah maka sistem lama atau