• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Mimika dengan ibukota Timika merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Papua dan berada pada ketinggian 0 – 2550 meter di atas permukaan laut. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012) wilayah

Kabupaten Mimika terletak antara 4o60’ – 5o18’ Lintang

Selatan dan 134o31’ – 138o31’ Bujur Timur dengan luas

19.592 km2 atau 4,75% dari luas wilayah provinsi

Papua.

Berdasarkan data BPS tahun 2012, terdapat 12 Distrik/Kecamatan di wilayah Kabupaten Mimika, yaitu Distrik Mimika Barat, Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura, Agimuga, Jila, dan Jita. Dari 12 distrik di Kabupaten Mimika, Distrik Mimika Barat memiliki wilayah terluas yaitu 14,87% dan Distrik Kuala Kencana sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 2,61% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Mimika. Sedangkan luas wilayah Distrik Mimika Baru, yaitu 11,31% dari luas wilayah Kabupaten Mimika dan menempati urutan ketiga wilayah terluas di Kabupaten Mimika.

Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran rendah. Distrik yang

(2)

bertopografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Agimuga, dan Jila. Sedangkan Distrik Mimika Barat, Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Baru, Kuala Kencana, dan Jita adalah distrik-distrik yang bertopografi rendah. Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura, dan Jila adalah distrik yang tidak memiliki pantai, sedangkan enam distrik lainnya sebagian wilayah-wilayahnya berbatasan dengan laut, sehingga distrik-distrik ini memiliki pantai. Berikut ini gambar wilayah Kabupaten Mimika.

Gambar 4.1.

(3)

4.2. Profil Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika

4.2.1. Sebaran Pendidikan Formal dan Non Formal

Pada pendidikan formal, terkhusus pada tingkat pendidikan dasar, akses layanan pendidikan dapat dilihat dalam data penyebaran pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Data Penyebaran Pendidikan Dasar Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Mimika Tahun 2013

No Distrik/ Kecamatan

Jenis dan Jenjang Pendidikan

Ket SD SMP

N S N S

1 Mimika Barat Jauh 1 4 1 - 2 Mimika Barat Tengah 3 5 2 - 3 Mimika Barat - 3 2 1 4 Mimika Timur Tengah 2 3 1 - 5 Mimika Timur 6 6 3 - 6 Mimika Timur Jauh 2 2 1 - 7 Mimika Baru 21 27 10 18 8 Kuala Kencana 7 2 1 2 9 Tembagapura 4 - 1 - 10 Jila 3 - 1 - 11 Agimuga 1 3 2 - 12 Jita 4 - - - Jumlah 2013 109 46

Sumber : Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika, 2013 Ket : S = Swasta, N = Negeri

(4)

Berdasarkan data penyebaran pendidikan dasar menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Mimika pada tahun 2013, untuk jenjang Sekolah Dasar, seluruh distrik memiliki SD dengan jumlah yang bervariasi. Distrik yang memiliki jumlah SD paling sedikit yaitu Distrik Mimika Barat, Jila, disusul Distrik Mimika Timur Jauh, Agimuga dan Jita yaitu sebanyak 4 SD. Bertolak pada tabel di atas, Distrik Mimika Baru memiliki jumlah SD terbanyak bila dibandingkan dengan beberapa distrik lainnya, yaitu 48 SD yang terdiri dari 21 SD negeri dan 27 SD swasta. Begitu pula dengan jumlah sekolah untuk jenjang SMP. Pada jenjang SMP, Distrik Mimika Baru memiliki 28 SMP yang terdiri dari 10 SMP negeri dan 18 SMP swasta.

Data tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dasar di Kabupaten Mimika tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh pihak swasta. Dengan adanya peran pihak swasta dengan yayasannya masing-masing telah cukup membantu pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak di kampung-kampung pedalaman yang belum tersentuh oleh sekolah dasar inpres milik pemerintah.

Sedangkan data pendidikan non formal yang tersebar di daerah Kabupaten Mimika, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(5)

Tabel 4.2.

Banyaknya Jenis Pendidikan Non Formal Dirinci Menurut Distrik

Distrik PAUD PKBM Kelompok Bermain Keaksa raan Fungsio nal Kejar Pake t A,B, C Kur sus SK B SPS Ruma h Pintar Mimika Barat - - 1 - - - Mimika Barat Tengah 2 1 1 - - - Mimika Barat Jauh - - 1 - - - Mimika Timur 1 2 3 - - 1 Mimika Timur Tengah - 1 1 - - - Mimika Timur Jauh - 1 1 - - 1 Mimika Baru 20 15 8 19 - 2 Kuala Kencana 6 3 4 - - - Tembagapura 1 3 3 - - - Agimuga 2 2 2 - - - Jila - - 1 - - - Jita 1 - 2 - - - Jumlah 2013 33 35 38 19 - 3 2012 20 35 36 22 - - 2011 13 33 3 20 - -

Sumber: Data Renstra Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, 2013 Dari data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 2011-2013 atau tiga tahun

(6)

terakhir upaya perluasaan dan pemerataan akses pelayanan pendidikan sudah dilaksanakan dengan indikator adanya peningkatan jumlah satuan pendidikan baik formal maupun non formal dari tahun ke tahun. Namun upaya ini tentu belum maksimal karena masih terpusat pada distrik Mimika Baru yang berada di wilayah perkotaan.

4.2.2. Rasio Siswa

Salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur pencapaian kinerja dalam rangka perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan adalah dengan melihat ratio perbandingan antara jumlah siswa pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah guru dan sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Tabel ratio siswa terhadap guru dan sekolah pada tingkat pendidikan dasar disajikan di bawah ini :

Tabel 4.3.

Rasio Siswa (S) Terhadap Guru (G) dan Sekolah (S) Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013

Wilayah

Siswa Sekolah Guru Ratio

(S) (S) (G) S-S S-G S-G SD 36.370 109 753 333 48,3 6,9 SMP 9.509 46 485 206 19,6 10,5 Sumber : Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika, 2013

(7)

4.2.3. Kualifikasi dan Sertifikasi Guru

Salah satu aspek yang mendukung peningkatan mutu pendidikan adalah mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Pada tahun 2013 jumlah guru pada tingkat pendidikan dasar di Kabupaten Mimika berjumlah sebanyak 1238 orang dengan kualifikasi pendidikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4.

Jumlah Guru Menurut Kualifikasi Pendidikan Tingkat Pendidikan Dasar Tahun 2013

Jenjang Pendidikan Kualifikasi Pendidikan Total SMA/ SMK D II S I S II SD 450 91 212 - 753 SMP 125 15 327 18 485 Jumlah 575 106 539 18 1238

Sumber : Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika, 2013 Ket : x = tidak terdata

Tabel jumlah guru menurut kualifikasi pendidikan untuk tingkat pendidikan dasar menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 753 guru SD dengan kualifikasi pendidikan yang terdiri dari 450 orang lulusan SMA/SMK, 91 orang tamatan D II, dan 212 orang guru lulusan sarjana S I. Sedangkan jumlah guru pada jenjang SMP ialah sebanyak 485 orang yang terdiri dari 125 orang lulusan SMA/SMK, 15 orang guru lulusan D II, 327 guru lulusan S I dan 18 orang dengan pendidikan terakhir S II. Namun ternyata di antara sejumlah guru pada tingkat pendidikan dasar seperti disebutkan dalam data di

(8)

atas, 575 guru pendidikan dasar di Kabupaten Mimika ialah guru dengan pendidikan terakhir SMA/SMK.

Sementara itu guru yang sudah mendapatkan pengakuan sebagai guru professional atau guru yang sudah bersertifikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5.

Data Sertifikasi Guru per Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan

Jumlah Guru Tersertifikasi

Total 2010 2011 2012 2013

SD 9 23 57 88 177

SMP 15 35 79 107 836

Jumlah 24 58 136 195 1013

Sumber : Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika

Guru yang telah tersertifikasi pada tingkat pendidikan dasar di Kabupaten Mimika sejak tahun 2010 sampai 2013 berjumlah 1013 guru, yang terdiri dari 177 guru SD dan 836 guru SMP.

4.2.4. Sarana Prasarana

Salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan pendidikan adalah ketersediaan sarana prasarana yang memadai dan kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Perkembangan prasarana fisik pendidikan dasar di Kabupaten Mimika dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(9)

Tabel 4.6.

Kondisi Gedung Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan No Jenjang

Sekolah

Status Kondisi

Negeri Swasta Jumlah Baik Rusak 1. SD 319 325 644 535 109

2. SMP 40 51 91 82 9

Jumlah 359 376 834 617 118

Sumber : Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika, 2013

Tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa dari total 834 ruang sekolah pada tingkat pendidikan dasar, yakni dari SD sampai dengan SMP, jumlah ruang sekolah swasta relative lebih banyak yaitu 376 ruang. Sementara itu dari 834 ruang sekolah terdapat 118 ruang dalam kondisi rusak. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat demi proses belajar mengajar yang lebih nyaman dan memenuhi standar pelayanan pendidikan. Kondisi ruang sekolah yang kurang memadai diwakili dalam gambar dari dua sekolah SD yang peneliti temui berikut ini.

(10)

Gambar 4.2.

Kondisi Gedung Sekolah SD Negeri Inauga Sempan

Sumber : Hasil observasi penelitian, 2014 Gambar 4.3.

Kondisi Gedung Sekolah SD Negeri 5 Mimika

(11)

Kedua gambar tersebut menunjukkan kondisi gedung sekolah yang cukup memprihatinkan. Selama penelitian berlangsung, didapati bahwa gedung sekolah SD Negeri Inauga Sempan yang terletak di Distrik Mimika Baru menggunakan gedung bekas kantor kelurahan Inauga dengan ruang belajar yang terbatas dan banyak meja kursi belajar yang rusak. Sementara gedung SD Negeri 5 Mimika yang terletak di distrik Kuala Kencana menggunakan gedung bekas perusahaan kayu untuk dijadikan sekolah bagi anak-anak usia sekolah yang ada di daerah sekitar.

4.2.5. Pembiayaan Sekolah

Layanan pendidikan formal di Kabupaten Mimika saat ini telah terbagi menjadi pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan Dasar terdiri dari jenjang taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan (SMA/SMK). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar nasional pendidikan ialah menyangkut standar pembiayaan sekolah. Standar pembiayaan sekolah terbagi menjadi tiga bagian yaitu, biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Biaya personal para siswa ialah ditanggung oleh orang tua/wali. Sementara dalam pembiayaan operasional sekolah di Kabupaten Mimika, terkhusus pada pendidikan dasar dibiayai dari

(12)

BOS Pusat, BOS Provinsi dan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Kabupaten Mimika.

4.3. Data Hasil Penelitian Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA)

4.3.1. Penetapan Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) telah ditetapkan sejak tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, awalnya nama kebijakan disebut Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Pada tahun 2012, nama kebijakan diganti menjadi Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Kabupaten Mimika. Adapun sumber dana BOPDA ialah berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Mimika.

Dalam penetapan kebijakan, Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Kabupaten Mimika, Papua oleh pemerintah daerah dibuat dengan maksud untuk mengurangi beban pembiayaan pendidikan yang ditanggung oleh para orang tua siswa. Sekertaris Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika menjelaskan bahwa :

Latar belakang adanya bantuan operasional pendidikan daerah Kabupaten Mimika ini bahwa pada UUD 1945 sudah tersirat pendidikan itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memberikan kebebasan pada semua warga negara untuk mendapatkan pengajaran, lalu kemudian penuntasan wajib belajar sembilan tahun.

(13)

Dengan penuntasan wajib belajar sembilan tahun salah satu konsekuensinya adalah pembiayaan. Omong kosong jika dalam suatu jenjang pendidikan tidak dibiayai. Untuk itulah pemerintah melihat hal itu, teristimewa BOS Daerah dimana anak-anak Papua banyak yang berlatarbelakang ekonomi lemah padahal dalam UUD dikatakan bahwa pendidikan merupakan hak semua warga negara. Dengan begitu pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati membuat kebijakan untuk menetapkan BOS Daerah, sehingga anak-anak Papua secara khusus bisa mengenyam pendidikan, lalu anak-anak non-Papua yang miskin juga bisa mengenyam pendidikan1.

Pernyataan Sekertaris Dinas Pendidikan Dasar mengisyaratkan bahwa dalam penetapan kebijakan, BOPDA merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh seorang Bupati Kabupaten Mimika dengan dilatarbelakangi pada kenyataan bahwa sebagian anak-anak Papua di Kabupaten Mimika adalah anak-anak-anak-anak yang berasal dari latar belakang ekonomi lemah. Oleh karena itu, kebijakan BOPDA dibuat oleh seorang kepala daerah sebagai upaya membantu meringkan beban pembiayaan pendidikan bagi anak-anak Papua maupun non Papua yang berlatarbelakang belakang ekonomi miskin.

Pernyataan itu juga didukung oleh Wakil Ketua DPRD Komisi C yang membidangi pendidikan yang menuturkan bahwa, “kebijakan BOPDA adalah kebijakan yang dibuat oleh Bupati Kabupaten Mimika, yaitu Bpk. Klemen Tinal untuk membantu

1 Hasil wawancara bersama sekertaris Dinas Pendidikan

Dasar Kabupaten Mimika pada hari Selasa, 11 Februari 2014, Pukul 10.00 WIT-10.30 WIT.

(14)

meringankan biaya pendidikan yang dibayar oleh para

orang tua, terutama bagi anak-anak Papua”2.

Kepala Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika juga menuturkan hal yang sama bahwa :

Kebijakan BOPDA merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh Bupati Kabupaten Mimika terdahulu yaitu Bpk.Klemen Tinal, SE. MM sesuai visi misi bupati saat itu yakni untuk mengurangi beban orang tua menyangkut pembiayaan pendidikan dalam bentuk pembebasaan SPP. Hal lainnya adalah bahwa dengan adanya kebijakan ini, semua kalangan dapat memperoleh atau menikmati pendidikan3.

Ketiga pernyataan yang ada juga didukung oleh pendapat kedua para kepala sekolah terkait latar belakang adanya kebijakan BOPDA. Menurut kepala SMP Negeri 5 Mimika, “kebijakan BOPDA merupakan kebijakan yang dibuat oleh Bupati Kabupaten Mimika. Kebijakan ini berlangsung ketika pemerintah daerah, dalam hal ini bupati, ingin supaya biaya pendidikan digratiskan, artinya biaya pendidikan oleh orang tua

untuk biaya operasional sekolah (SPP)”4. Sementara itu,

seorang kepala sekolah lainnya berkomentar bahwa “latar belakang kebijakan BOPDA ini dibuat bupati

2 Hasil wawancara dengan Wakil Ketua DPRD Komisi

C-Bidang Pendidikan pada hari Kamis, 06 Februari 2014, Pukul 10.45-11.05 WIT.

3 Hasil wawancara bersama Kabag Keuangan Daerah

Kabupaten Mimika pada hari Senin 27 Januari 2014, Pukul 10.30 WIT-11.08 WIT.

4 Hasil wawancara bersama kepala SMP Negeri 5 Mimika,

(15)

sebenarnya untuk mengurangi beban biaya pendidikan

yang ditanggung orang tua/wali siswa”5.

Ketiga pernyataan tersebut menunjukkan bahwa BOPDA merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati Kabupaten Mimika. BOPDA dibuat karena didasari pada kenyataan bahwa sebagian anak-anak Papua maupun non Papua dalam kategori usia sekolah yang ada di Kabupaten Mimika, berasal dari latar belakang ekonomi miskin. Oleh karena itu, kebijakan BOPDA ditetapkan oleh Bupati Kabupaten Mimika untuk membantu meringankan beban pembiayaan pendidikan agar setiap anggota masyarakat usia sekolah dapat menikmati layanan pendidikan.

Dalam proses perencanaan kebijakan, Kepala Keuangan Daerah Kabupaten Mimika menuturkan, “BOPDA dibuat berdasarkan visi dan misi bupati yang kemudian disusun membentuk suatu kerangka regulasi berkaitan dengan pemberian dana BOPDA dan

dalam hal ini dibuat surat keputusan (SK) Bupati6”. SK

Bupati yang telah dibuat, dikirimkan ke Dinas Pendidikan untuk dilaksanakan oleh dinas terkait. Ketika SK Bupati tentang BOPDA diterima oleh Dinas Pendidikan, dinas lalu melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah, dalam hal ini diadakan pertemuan bersama para kepala sekolah, tentang adanya

5 Hasil wawancara bersama Kepala SMP Negeri 3 Mimika,

pada hari Sabtu, 24 Januari 2014, Pkl. 09.30 WIT-Pkl.10.32 WIT.

6 Meskipun dalam hasil wawancara dikatakan ada SK

(16)

pemberian dana bantuan operasional pendidikan daerah (BOPDA) oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika.

Dalam temuan yang diperoleh selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan bahwa sekalipun kebijakan BOPDA telah ditetapkan sejak tahun 2008, namun peraturan Bupati sebagai landasan dasar hukum bagi pelaksanaan BOPDA baru dikeluarkan pada tahun 2012 dalam Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 tentang Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) untuk Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Hal itu diakui pula oleh Sekertaris Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika yang menuturkan bahwa peraturan bupati tentang BOPDA baru dikeluarkan pada tahun 2012, yaitu Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 tentang Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) untuk Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Dalam Peraturan Bupati disebutkan bahwa pemberian BOPDA merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam mendukung program wajib belajar.

Ketika kebijakan BOSDA/BOPDA ditetapkan, awalnya Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika diberi tanggung jawab untuk mengelola dana BOSDA ke sekolah-sekolah. Namun pada tahun 2010, pengelolaan BOSDA ke sekolah-sekolah ditangani langsung oleh

(17)

Bendahara Daerah, yaitu Bagian Keuangan Daerah atas perintah Bupati Kabupaten Mimika. Dalam wawancara bersama Kepala Bagian Pembukuan Keuangan Daerah Kabupaten Mimika, beliau menuturkan bahwa :

Terkait pengelolaan BOPDA, awalnya dikelola oleh Dinas Pendidikan. Namun pada tahun 2010, pengelolaan BOPDA dialihkan ke bagian keuangan atas perintah Bupati karena berdasarkan temuan dari BPK, dana BOPDA sebesar dua puluh tujuh miliar tidak dilaporkan oleh Dinas Pendidikan7.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah seorang anggota bagian pembukuan keuangan daerah Kabupaten Mimika bahwa “BOPDA awalnya dikelola oleh Dinas Pendidikan. Tapi pada tahun 2010, dialihkan ke bagian keuangan karena ada dana BOPDA

yang tidak dilaporkan oleh Dinas Pendidikan”8.

Kedua pernyataan yang ada menunjukkan bahwa pengalihan pengelolaan dana BOPDA dari Dinas Pendidikan ke Bendahara Daerah, yaitu Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika ialah disebabkan karena tidak dilaporkannya dana BOSDA/BOPDA sebesar dua puluh tujuh miliar rupiah berdasarkan temuan dari BPK (Badan Pemberantas Korupsi).

Terkait dengan pemberian bantuan dana BOPDA, menurut Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 tentang

7 Hasil wawancara singkat bersama Kepala Bagian

Pembukuan Keuangan Daerah Kabupaten Mimika, pada hari 13 Januari 2014, Pukul 09.00 WIT-Pukul 09.15 WIT.

8 Hasil wawancara bersama salah seorang anggota Bagian

Pembukuan Keuangan Daerah Kabupaten Mimika, pada hari Senin, 10 Februari 2014, Pukul 14.00 WIT-15.30 WIT.

(18)

pemberian Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) untuk Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pasal 2 menyebutkan bahwa tujuan pemberian BOPDA adalah bantuan pembiayaan operasional sekolah dalam rangka membebaskan biaya operasional pendidikan untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan yang ditanggung oleh orang tua murid untuk menjamin standar pelayanan minimal pendidikan.

Adapun sasaran pemberian BOPDA dalam Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 bab VI ayat 1 ialah TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Dalam wawancara bersama para informan, didapati bahwa BOPDA diberikan kepada semua sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) adalah bantuan pendidikan yang diberikan pemerintah daerah Kabupaten Mimika, Papua dalam bentuk dana (uang) pendidikan kepada sekolah-sekolah yang ada di daerah setempat. Pada Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 bab VI ayat 4, BOPDA dipergunakan untuk membiayai kebutuhan operasional sekolah, yaitu :

1. Kegiatan belajar mengajar;

2. Kegiatan kesiswaan;

3. Kewajiban rutin sekolah; dan

(19)

Sementara pada ayatnya yang ke-5 menyebutkan bahwa dana BOPDA tidak boleh dimanfaatkan untuk :

1. Tunjangan lain-lain dalam bentuk apapun

(tambahan gaji, upah bagi PNS)

2. Kegiatan fisik sekolah dalam bentuk

apapun dan penambahan barang/jasa yang menambah asset; dan

3. Perjalanan dinas, transportasi dan

akomodasi.

Sedangkan dari segi mekanisme penyaluran dana, ditetapkan dalam Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 pasal 7 ayat 6 bahwa BOPDA untuk jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMA dan SMK diberikan setiap 3 (tiga) bulan/per triwulan dan bantuan stimulan untuk tingkat Taman Kanak-Kanak diberikan setiap 6 (enam) bulan per semester. Dengan adanya pemberian dana BOPDA, diharapkan sekolah tidak lagi mengadakan pungutan kepada orang tua/wali murid karena segala beban pembiayaan operasional pendidikan di sekolah telah dibebankan selain kepada pemerintah pusat dan provinsi, juga pemerintah kabupaten, dalam hal ini Kabupaten Mimika.

Dengan demikian dari segi penetapan kebijakan, BOPDA merupakan suatu kebijakan Bupati Kabupaten Mimika yang dilatarbelakangi pada kenyataan sebagian warga masyarakat Papua maupun non Papua di daerah setempat berlatarbelakang ekonomi lemah. Oleh karena itu, BOPDA ditetapkan dalam rangka membantu meringankan beban para orang tua dalam

(20)

pembiayaan pendidikan, dalam bentuk pembebasan biaya operasional pendidikan yang selama ini ditanggung para orang tua. BOPDA diberlakukan untuk semua sekolah, baik negeri maupun swasta pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. BOPDA digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional sekolah.

4.3.2. Proses Pelaksanaan Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan (BOPDA)

Dalam proses pelaksanaan, pemberian dana BOPDA diberlakukan sesuai isi peraturan yakni untuk semua sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah ; TK, SD, SMP, SMA dan SMK, baik swasta maupun negeri yang ada di Kabupaten Mimika, Papua. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, BOPDA ialah bantuan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika dalam bentuk dana (uang) kepada semua sekolah di daerah setempat. Besaran anggaran dana BOPDA yang diterima oleh setiap sekolah pun berbeda-beda disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan jumlah siswa di setiap sekolah (lihat lampiran 1-3). Menurut Kepala Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika, untuk tingkat SMA/SMK jumlah dana BOPDA yang diterima lebih besar nilainya dibanding TK, SD dan SMP. Bertolak pada hasil wawancara, pembedaan jumlah dana BOPDA yang diterima disebabkan oleh karena adanya BOS Pusat untuk tingkat SD dan SMP, dan tidak diberlakukan untuk sekolah-sekolah pada tingkat SMA/SMK,

(21)

sehingga dana BOPDA yang diberikan kepada SMA/SMK lebih besar jumlahnya dibanding untuk TK, SD, dan SMP.

Berdasarkan daftar rekapan alokasi anggaran Bantuan Operasional Pendidikan Daerah Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2013 untuk tahun ajaran 2012/2013 (terlampir) jumlah alokasi dana BOPDA yang diterima sekolah-sekolah negeri pada tahun 2013 di tingkat pendidikan dasar Distrik Mimika Baru bervariasi. Pada jenjang pendidikan SD, dana BOPDA yang diterima sekolah yakni berkisar antara Rp.106.000.000-Rp.791.000.000 (seratus enam juta rupiah sampai dengan tujuh ratus sembilan puluh satu juta rupiah). Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP, berjumlah antara Rp.47.000.000-Rp.595.000.000 (empat puluh lima juta rupiah sampai dengan lima ratus sembilan puluh lima juta rupiah). Menurut daftar tersebut jumlah anggaran per siswa per bulan untuk tiap jenjang pun berbeda-beda. Untuk jenjang SD tiap siswa mendapatkan dana sebesar Rp.49.759/bulan (empat puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh sembilan rupiah per bulan) dan pada jenjang SMP yakni sebesar Rp.49.750/anak/bulan (empat puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah per anak per bulan). Di distrik Mimika Baru, SD Negeri yang mendapat anggaran dana BOPDA terkecil ialah SD Negeri Sentra Pendidikan dan yang terbesar adalah SD Inpres Koperapoka II dengan jumlah siswa sebanyak 1326 anak. Sedangkan pada jenjang SMP, SMP Negeri di Distrik Mimika Baru yang mendapat anggaran dana

(22)

BOPDA terkecil ialah SMP Negeri 12 Mimika dan terbesar adalah SMP Negeri 2 Mimika.

Data rekapan anggaran dana BOPDA tahun anggaran 2013 jika dibandingkan dengan hasil penelitian di lapangan, ditemukan ada kesenjangan pada beberapa sekolah yang ditemui sebagai objek penelitian. Ada perbedaan jumlah dana antara yang tertulis dalam data rekapan tersebut dengan yang diterima sekolah. Alokasi dana tahun 2013 pada jenjang sekolah dasar untuk SD Negeri V Mimika mendapat dana BOPDA sebesar Rp.334.977.588, SD Inpres Kwamki II Mimika Baru sebesar Rp.618.603.888, dan SD Negeri Inauga Sempan sebesar Rp.312.884.592. Sedangkan pada jenjang SMP, SMP Negeri 3 Mimika mendapat dana BOPDA sebesar Rp.170.742.000 dan SMP Negeri 5 Mimika sebesar Rp.358.200.000.

Akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah-sekolah tersebut, ternyata alokasi dana pada tahun 2013 yang diterima sekolah-sekolah tidak sejumlah yang tertera pada data rekapan yang ada. Dalam wawancara bersama kepala sekolah dan bendahara SD Negeri Inauga Sempan, pada tahun 2013 SD Negeri Inauga Sempan hanya mendapat dana sebesar Rp.84.888.000 (delapan puluh empat juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah) dengan jumlah siswa sebanyak 524 anak. Sementara menurut Kepala SD Inpres Kwamki II Mimika Baru menerima dana BOPDA sebesar Rp.167.832.000

(23)

(seratus enam puluh tujuh juta delapan ratus tiga puluh dua ribu rupiah) dengan jumlah siswa sebanyak 1036 siswa. Sedangkan pada tingkat SMP, kepala SMP Negeri 3 Mimika menuturkan bahwa pada tahun 2013 sekolahnya hanya mendapat dana BOPDA sebesar Rp.68.760.000 (enam puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah) dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2012/2013 yakni terdiri dari 205 siswa.

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan pegawai bagian keuangan daerah, diakui bahwa jumlah dana BOPDA yang diterima sekolah pada tahun 2013 mengalami penurunan dari yang semestinya diterima. Hal tersebut disebabkan terutama karena disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah. Jumlah dana BOPDA yang seharusnya diterima setiap siswa dalam satu bulan untuk jenjang SD sebesar Rp.49.759 dan SMP sebesar Rp.49.750 mengalami penurunan menjadi Rp.27.000 pada jenjang SD dan Rp.30.000 pada jenjang SMP. Akibatnya jumlah dana BOPDA yang diterima sekolah mengalami penurunan pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.

Dalam proses pelaksanaan, tidak ada juklak maupun juknis khusus penggunaan dana BOPDA di sekolah. Kepala Keuangan Daerah Kabupaten Mimika menuturkan, “juklak dan juknis BOPDA belum ada. Selama ini kami hanya mengacu pada juknis BOS

(24)

Pusat”9. Hal ini diakui pula oleh Sekertaris Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika yang menyatakan bahwa “juklak dan juknis BOPDA memang belum ada. Untuk sementara kami gunakan juknis BOS Pusat. Tetapi juknis BOS Pusat juga tidak sesuai dengan

kondisi di daerah”10. Para kepala sekolah yang

diwawancarai juga mengakui bahwa BOPDA tidak mempunyai juklak maupun juknis penggunaan dana. Pedoman penggunaan dana BOPDA hanya mengacu pada Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012. Namun dalam wawancara bersama beberapa kepala sekolah, mereka mengaku kesulitan dalam membuat perincian penggunaan dana karena tidak dijelaskan dalam perbup.

Dalam Peraturan Bupati, dana BOPDA digunakan untuk empat item yaitu kegiatan belajar mengajar, kegiatan kesiswaan, kewajiban rutin sekolah, dan managemen sekolah. Sedangkan dalam Juknis BOS Pusat tahun 2013 yang dijadikan acuan sebagai juknis penggunaan BOPDA, dana BOS digunakan untuk beberapa komponen pembiayaan yaitu pengembangan perpustakaan, kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler siswa, kegiatan ulangan dan ujian, pembelian bahan-bahan habis pakai, langganan daya

9 Hasil wawancara bersama Kepala Keuangan Daerah

Kabupaten Mimika pada hari Senin 27 Januari 2014, Pkl.10.30 WIT-11.08 WIT.

10 Hasil wawancara bersama Sekertaris Dinas Pendidikan

Dasar Kabupaten Mimika pada hari Selasa, 11 Februari 2014, Pukul 10.00 WIT-10.30 WIT.

(25)

dan jasa, perawatan sekolah, pembayaran honorarium bulanan, pengembangan profesi guru, membantu siswa miskin, pembiayaan pengelolaan BOS, pembelian perangkat komputer, dan biaya lainnya jika seluruh komponen 1 sampai dengan 12 terpenuhi pendanaannya dari BOS.

Dari segi mekanisme penyaluran dana, dalam Peraturan Bupati disebutkan bahwa dana BOPDA untuk jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMA dan SMK diberikan setiap 3 (tiga) bulan/per triwulan dan bantuan stimulan untuk tingkat Taman Kanak-Kanak diberikan setiap 6 (enam) bulan per semester. Namun pada pelaksanaannya, pemberian dana BOPDA dilakukan per semester atau setiap 6 bulan sekali untuk semua jenjang pendidikan, yaitu periode Januari-Juni dan Juli-Desember. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika bahwa “penyaluran dana BOPDA

dilakukan per semester”11.

Secara administratif, dalam hal penyaluran dana sekolah-sekolah harus memenuhi beberapa prosedur persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika untuk menerima dana BOPDA. Prosedur yang perlu dilaporkan sekolah adalah menyangkut data jumlah siswa selama satu tahun ajaran dan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA periode sebelumnya serta salinan RAPBS/RKAS selama 1 semester dan materai enam

11 Ibid...

(26)

ribu. Sekolah-sekolah pada tingkat pendidikan dasar di Kabupaten Mimika berurusan langsung dengan Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika. Rekapan data jumlah siswa yang dilaporkan sekolah-sekolah pada tingkat pendidikan dasar ke Dinas Pendidikan Dasar kemudian akan dilaporkan ke bagian keuangan daerah Kabupaten Mimika untuk disusun penganggaran dana BOPDA ke sekolah masing-masing.

Penyaluran dana BOPDA ditransfer ke rekening masing-masing sekolah oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Sebelum dana dicairkan, sekolah harus mengurus rekomendasi dan meminta kwitansi pembayaran serta surat pernyataan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kepala Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika bahwa :

Untuk pencairan dana, sekolah harus mengurus rekomendasi ke Dinas Pendidikan yang kemudian diserahkan ke bagian keuangan daerah untuk dikeluarkan kwitansi penerimaan dana BOPDA, barulah kepala sekolah dan bendahara sekolah melakukan pencairan dana di bank12.

Pernyataan Kepala Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika ditambahkan pula oleh anggota bidang pembukuan keuangan daerah bahwa :

Dalam mekanisme pencairan dana BOPDA, sekolah perlu mengurus rekomendasi dan surat pernyataan dari Dinas Pendidikan. Setelah itu, sekolah mengurus berita

12 Hasil wawancara bersama Kepala Bagian Keuangan

Daerah Kabupaten Mimika, pada hari Senin, 27 Januari 2014, Pkl.10.30 WIT-11.08 WIT.

(27)

acara serah terima dana dan kwitansi pembayaran dari sekertaris daerah (Setda)13.

Pendapat di atas didukung pula oleh Sekertaris Dinas Pendidikan Dasar bahwa :

Dinas Pendidikan hanya mengurusi hal-hal yang bersifat administratif saja dalam penyaluran dana. Kalau tentang penganggaran dan pencairan dana BOPDA dilakukan oleh bagian keuangan daerah. Ketika dana BOPDA akan dicairkan, pihak sekolah yaitu kepala sekolah meminta rekomendasi dan surat pernyataan dari Dinas Pendidikan. Selanjutnya sekolah berurusan dengan bagian keuangan daerah untuk mendapatkan kwitansi penerimaan dan berita acara serah terima dana BOPDA.

Bertolak pada beberapa pernyataan tersebut, maka dalam mekanisme penyaluran dana, sekolah-sekolah pada tingkat pendidikan dasar harus memenuhi beberapa prosedur persyaratan, yakni memasukkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana, RAPBS/RKAS sekolah, laporan data siswa, dan juga mengurus hal-hal administratif lainnya seperti surat pernyataan, rekomendasi, dan surat perjanjian pemberian bantuan di Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika serta berita acara penyerahan uang dan kwitansi pembayaran bagi pengambilan dana BOPDA di bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika. Setelah semua urusan administratif tersebut dipenuhi, barulah sekolah, dalam hal ini kepala sekolah dan bendahara dapat melakukan pencairan dana BOPDA di bank.

13 Hasil wawancara bersama anggota bagian pembukuan keuangan daerah Kabupaten Mimika, pada hari Senin, 10 Februari 2013, Pukul 14.00 WIT – 15.30 WIT.

(28)

Dalam alokasi waktu penyaluran dana BOPDA oleh pemerintah daerah ditemukan seringkali tidak tepat waktu. Terkadang dana BOPDA baru diberikan pada pertengahan semester, tapi ada pula dana BOPDA yang diberikan setelah akhir semester. Sebagai contoh berdasarkan temuan di lapangan, pemberian dana BOPDA tahun 2013 untuk periode kedua baru diterima sekolah-sekolah pada bulan Desember 2013. Sementara pada saat yang sama, diakui oleh beberapa kepala sekolah yang diwawancarai bahwa sekolah diminta untuk melaporkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA untuk periode Juli-Desember. Menurut salah seorang anggota bagian pembukuan keuangan daerah Kabupaten Mimika, ada sekolah yang sudah memasukkan LPJ penggunaan dana BOPDA periode tersebut, tetapi ada juga yang belum.

Penyaluran dana BOPDA yang seringkali tidak tepat waktu sangat mempengaruhi pembiayaan operasional sekolah. Kebanyakan sekolah mengutang belanja barang-barang kebutuhan untuk operasional sekolah ketika terjadi keterlambatan pencairan dana. Setelah dana dicairkan, barulah utang-utang sekolah dibayar. Menurut Kepala SMP Negeri 3 Mimika :

Ketika dana BOPDA terlambat dicairkan, memang kami kesulitan dalam membiayai operasional sekolah. Biasanya kami menggunakan skala prioritas dalam membiayai operasional sekolah. Kegiatan atau keperluan mana yang mendesak dan tidak dapat ditunda itulah yang kami biayai terlebih dulu. Tentunya sumber pendapatan sekolah ada tiga, yaitu BOS Pusat, BOS Provinsi, dan BOS Daerah. Ketiga sumber dana ini

(29)

tidak disalurkan dalam waktu yang bersamaan, sehingga dana BOS mana yang lebih dulu kami terima itulah yang kami pakai untuk membiayai operasional sekolah14.

Sedangkan Kepala SD Negeri V Mimika menyatakan bahwa, “biasanya sekolah meminjam dana dari kantin sekolah untuk membiayai kegiatan sekolah jika dana BOPDA belum diterima. Setelah dana BOPDA kami terima, kami gunakan sebagian untuk membayar

utang-utang sekolah”15.

Sering terjadinya keterlambatan pencairan dana BOPDA oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika sempat menimbulkan aksi demo yang dilakukan oleh para guru di daerah setempat. Aksi demo dilakukan pada tahun 2012 dengan maksud menuntut dana BOPDA tahun 2011 yang tidak diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Salah seorang anggota DPRD Komisi C bagian pendidikan

menegaskan bahwa “BOPDA tahun 2011 bermasalah

disebabkan karena adanya masalah pertanggungjawaban dari kepala sekolah, sehingga dana tersebut dikembalikan ke kas daerah dan menjadi silva”. Hal tersebut juga dibenarkan oleh wakil ketua DPRD Komisi C bagian pendidikan bahwa :

Penyaluran dana 2011 yang bermasalah dan mengakibatkan demo adalah disebabkan karena ada beberapa sekolah yang tidak melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA di sekolah, sehingga hal tersebut mempengaruhi yang

14 Hasil wawancara bersama Kepala SMP Negeri 3 Mimika

pada hari Sabtu, 24 Januari 2014, Pkl.09.30 WIT-10.32 WIT.

15 Hasil wawancara bersama Kepala SD Negeri V Mimika

(30)

lain. Satu atau dua sekolah saja yang tidak melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA, akan menghambat pencairan dana BOPDA untuk semua sekolah, baik yang sudah melaporkan pertanggungjawabannya maupun yang belum16.

Keterlambatan pencairan dana BOPDA diakui oleh Kepala Bagian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika adalah disebabkan juga karena adanya keterlambatan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA oleh kepala-kepala sekolah. Sementara itu, salah seorang anggota bagian pembukuan keuangan mengaku bahwa penyaluran dana BOPDA yang terlambat disalurkan ke rekening sekolah bukan hanya tergantung pada laporan pertanggungjawaban sekolah

tetapi juga karena menunggu persetujuan dari bupati17.

Hal lainnya yang juga peneliti temui terkait dengan keterlambatan distribusi dana ialah komunikasi dengan pihak DPRD Kabupaten Mimika yang tidak terjalin dengan baik. Terkait dengan dana BOPDA tahun 2011, dalam salah satu surat kabar online, Kepala Keuangan Daerah menjelaskan bahwa "kami masih menunggu jawaban dari DPRD apakah dewan menyetujui untuk menyalurkan dana BOPDA mendahului penetapan APBD-Perubahan 2012. Kalau DPRD setuju maka akan segera kita salurkan," (www.antaranews.com). Sementara menurut Ketua Komisi C DPRD Mimika, “hingga saat ini, sejumlah anggota DPRD Mimika,

16 Hasil wawancara bersama Wakil Ketua DPRD Komisi C

Bidang Pendidikan Kabupaten Mimika pada hari Kamis, 06 Februari 2014, Pkl.10.45 WIT-11.05 WIT.

17 Hasil wawancara bersama salah seorang anggota Bagian

Pembukuan Keuangan Daerah Kabupaten Mimika, pada hari Senin, 10 Februari 2014, Pkl.14.00 WIT-15.30 WIT.

(31)

mengaku belum melihat surat yang disampaikan oleh Pemda Mimika ke Dewan terkait dengan Dana Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA)” (www.antaranews.com).

Beberapa pernyataan tersebut menggambarkan bahwa penyaluran dana BOPDA ke sekolah-sekolah tergantung pada laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA yang telah dilaporkan sekolah, persetujuan bupati, dan komunikasi dengan pihak DPRD Kabupaten Mimika. Sementara dana BOPDA tahun 2011 yang tidak diberikan ke sekolah-sekolah disebabkan oleh karena laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA tidak dilaporkan oleh beberapa sekolah yang pada gilirannya turut mempengaruhi penyaluran dana BOPDA ke semua sekolah.

Selanjutnya menyangkut sasaran dana BOPDA sesuai isi peraturan bupati ialah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, kegiatan kesiswaan, kewajiban rutin sekolah, dan manajemen sekolah. Pada pelaksanaannya, menurut hasil wawancara bersama para kepala sekolah diakui bahwa ada kesulitan yang ditemui dalam merincikan penggunaan dana BOPDA karena tidak adanya petunjuk penggunaan dana yang diatur dalam juklak maupun juknis oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Sekolah berusaha menafsirkan rincian penggunaan dana BOPDA berdasarkan juknis BOS Pusat. Berikut ini adalah

(32)

salah satu contoh garis besar rincian penggunaan dana BOPDA oleh SMP Negeri 3 Mimika.

Tabel 4.7.

Rincian Penggunaan Dana BOPDA SMP Negeri 3 Mimika

Tahun Ajaran 2012/2013(Diolah)

No. Pembelanjaan Penggunaan Rincian Penggunaan Pembelanjaan

1. Kegiatan Belajar Mengajar

Pelaksanaan ujian semester Pembuatan Rapor Siswa Pembuatan Kartu Pelajar 2. Belanja Barang Habis Pakai ATK (Alat Tulis Kantor) 3. Biaya Honorer Guru dan Pegawai Tidak Tetap

4. Kegiatan Kesiswaan Lomba-Lomba : · Pertandingan sepakbola · Olimpiade Sains · Kegiatan hari-hari besar nasional Pembinaan Keagamaan : · Perayaan natal bersama · Halal bi Halal 5. Belanja Pemeliharaan Kelengkapan Sarana

Prasana 6. Biaya Listrik - 7. Pengembangan Kurikulum Penyusunan program sekolah Penyusunan perangkat pembelajaran Pengembangan model inovasi pembelajaran

(33)

Sumber : Laporan Surat Pertanggungjawaban Keuangan Penggunaan Dana BOPDA, SMP Negeri 3 Mimika, 2012/2013

Dokumen laporan pertanggungjawaban keuangan pengunaan dana BOPDA oleh SMP Negeri 3 Mimika menunjukkan dana BOPDA telah digunakan untuk membiayai kegiatan proses belajar mengajar, belanja pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan kurikulum, kegiatan kesiswaan, bayar tenaga honor baik guru maupun pegawai tidak tetap (GTT dan PTT), belanja barang habis pakai seperti alat tulis kantor (ATK), dan membayar listrik. Belanja pemeliharaan ditujukan untuk biaya pemeliharaan taman sekolah. Sementara kelengkapan sarana prasarana yang dibelanjakan diantaranya meliputi belanja papan data siswa, pengeras suara, 2 buah printer untuk administrasi sekolah dan cetak lembar kerja siswa, gitar untuk pembelajaran seni budaya.

Lain halnya dengan SMP Negeri 3 Mimika, di SD Inpres Kwamki II dan SD Negeri V Mimika, sekolah menggunakan sebagian dana BOPDA tahun 2012 untuk menambah sarana dan prasarana sekolah. Berikut ini penuturan Kepala SD Negeri V Mimika.

Dana BOPDA yang diterima sekolah, juga kami gunakan untuk membeli meja dan kursi belajar untuk anak-anak. Sebenarnya hal itu tidak boleh kami beli dengan menggunakan dana BOPDA karena dilarang, tetapi harus dilakukan karena sarana belajar anak-anak di kelas untuk bangku dan meja tulis tidak ada. Sebagai ganti pelaporannya, kami menggunakan nota

(34)

lainnya sebagai keterangan untuk menutupi dana yang kami keluarkan untuk belanja sarana dan prasana sekolah18.

Sedangkan Kepala SD Inpres Kwamki II menuturkan :

Waktu itu kami tidak dapat juknis, jadi kami tidak tahu barang-barang apa yang boleh dibeli dengan menggunakan dana BOPDA dan mana yang tidak boleh. Sempat kami membeli mesin fotocopy untuk keperluan sekolah dan setelah badan inspektorat memeriksa, baru kami tahu bahwa tidak boleh menggunakan dana BOPDA untuk beli mesin fotocopy19.

Lebih lanjut Kepala SD Inpres Kwamki II menerangkan, semasa kepala sekolah menjabat, beliau belum menerima petunjuk penggunaan dana BOPDA dalam peraturan bupati. Akibatnya, sekolah menggunakan sebagian dana BOPDA untuk berbelanja kebutuhan sekolah yang dalam peraturan bupati adalah hal yang tidak boleh dilakukan, yaitu dengan membeli mesin fotocopy. Dalam hasil wawancara, dituturkan oleh kepala sekolah bahwa belanja mesin fotocopy tidak boleh dilakukan oleh karena menurut bagian inspektorat hal itu bersifat menambah asset sekolah. Dengan demikian penggunaan dana BOPDA di SD Negeri V Mimika dan SD Inpres Kwamki II menunjukkan adanya kesalahan dimana sebagian dana BOPDA oleh pihak sekolah digunakan untuk membeli barang kebutuhan sarana dan prasarana sekolah.

18 Hasil wawancara dengan Kepala SD Negeri V Mimika

pada hari Senin, 10 Februari 2014, Pukul 08.30 WIT – 09.13 WIT

19 Hasil wawancara bersama Kepala SD Inpres Kwamki II

Mimika Baru pada hari Kamis, 13 Februari 2014, Pukul 09.05 WIT-10.00 WIT.

(35)

Sedangkan Kepala SMP Negeri 5 Mimika mengaku bahwa dana BOPDA juga ia gunakan untuk biaya transportasi dalam pengurusan administrasi BOPDA di Dinas Pendidikan dan Bagian Keuangan

Daerah20.

Dengan demikian dari segi implementasi kebijakan, dana BOPDA yang diberikan ke sekolah-sekolah di Kabupaten Mimika disesuaikan dengan keuangan daerah. Sementara dalam proses implementasi kebijakan, tidak ada petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis khusus penggunaan dana BOPDA. Distribusi dana BOPDA juga seringkali terlambat didistribusikan karena dipengaruhi oleh laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOPDA dari sekolah, persetujuan bupati, dan koordinasi antara pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Mimika yang tidak terjalin baik. Sementara dalam penggunaan dana BOPDA, ada terjadi beberapa kesalahan yang dilakukan sekolah, dimana sekolah menggunakan sebagian dana BOPDA untuk menambah asset sekolah dan perjalanan transportasi untuk pengurusan administratif dana BOPDA.

20 Hasil wawancara bersama Kepala SMP Negeri 5 Mimika

(36)

4.3.3. Hasil Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Pendidikan Dasar Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Papua

Adanya kebijakan BOPDA di Kabupaten Mimika, sekolah-sekolah dilarang untuk menarik pungutan biaya SPP dari para orang tua yang selama ini ditanggung oleh para orang tua/wali murid. Berdasarkan hasil penelitian di beberapa sekolah negeri pada tingkat pendidikan dasar di Distrik Mimika Baru, sekolah-sekolah sudah tidak lagi memungut biaya SPP sesuai petunjuk kebijakan yang ada. Hanya saja ada pungutan lain yang masih dipungut sekolah dari para orang tua/wali murid. Berikut ini adalah penuturan beberapa kepala sekolah menyangkut pungutan-pungutan yang masih ditarik sekolah dari para orang tua/wali.

Kepala SD Negeri V Mimika menuturkan bahwa “sekolah tidak lagi memungut uang SPP, tetapi untuk mendaftar sebagai peserta didik di SD Negeri V, setiap anak dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp.300.000

(tiga ratus ribu rupiah)”21.

Sedangkan di SD Negeri Inauga Sempan, menurut kepala sekolah di SD tersebut menyatakan :

Dengan adanya BOPDA, sekolah dilarang memungut SPP. Kami tidak lagi memungut SPP sejak tahun 2010. Hanya ada biaya daftar ulang pada saat pengembalian raport yang kami pungut dari orang tua siswa sebesar

21 Hasil wawancara dengan kepala SD Negeri V Mimika,

(37)

sepuluh ribu rupiah per anak. Untuk uang pakaian, setiap anak dikenakan biaya seratus enam puluh ribu22.

Sama dengan kedua sekolah tersebut, Kepala SD Inpres Kwamki Baru menjelaskan bahwa “kami tidak lagi memungut SPP dari orang tua/wali siswa karena itu sudah dilarang oleh pemerintah daerah. Hanya memang pada saat awal masuk sekolah, kami adakan pungutan kepada tiap orang tua siswa untuk uang pengembangan

sekolah”23.

Kondisi sekolah dimana tidak lagi memungut SPP dari orang tua/wali murid juga dilakukan pada jenjang SMP. Pada SMP Negeri 3 Mimika dan SMP Negeri 5 Mimika yang penulis temui juga sudah tidak lagi melakukan pungutan biaya SPP. Realita tersebut didukung pula oleh pendapat beberapa orang tua siswa di sekolah-sekolah yang dijadikan sebagai objek penelitian bahwa untuk pembayaran SPP diakui para orang tua, sekolah sudah tidak lagi memungut. Hanya saja ada pungutan-pungutan tertentu yang harus dibayar oleh para orang tua, seperti biaya pengembangan sekolah, biaya daftar ulang dan biaya pengayaan untuk ujian nasional maupun ujian sekolah, try out, biaya untuk ujian praktek pada tingkat SMP yang telah disepakati bersama guru, komite sekolah, dan para orang tua/wali peserta didik.

22 Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah SD Negeri

Inauga Sempan pada hari Senin, 17 Februari 2014, Pkl.08.30 WIT-09.30 WIT.

23 Hasil wawancara bersama Kepala SD Inpres Kwamki II

pada hari Jumat, 14 Februari 2014, Pkl.09.21 WIT – Pkl.10.21 WIT.

(38)

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikatakan bahwa pungutan SPP pada tingkat pendidikan dasar, baik SD maupun SMP sudah tidak lagi dilakukan oleh sekolah sesuai harapan dan amanat yang telah diberikan oleh pemerintah daerah dengan adanya dana BOPDA.

Beban pembiayaan operasional pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah daerah setempat telah membuka kesempatan bagi setiap anak-anak usia sekolah, terkhusus dari latar belakang ekonomi lemah, baik anak-anak Papua maupun non Papua, untuk memperoleh pendidikan. Berdasarkan data jumlah siswa pada beberapa sekolah yang ditemui, terjadi peningkatan jumlah siswa sejak tahun 2008 ketika BOPDA ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8.

Perkembangan Jumlah Siswa Pendidikan Dasar Negeri

Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua

No Sekolah Jumlah Siswa

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Kwamki Baru SD Inpres 1624 1803 1016 1038 1023 1024 2 SD Negeri Inauga

Sempan

120 352 457 500 513 591 3 SMP Negeri 3 Mimika 133 148 187 196 205 236 4 SMP Negeri 5 Mimika 402 405 464 471 481 486

(39)

Data perkembangan jumlah siswa menunjukkan bahwa keadaan jumlah siswa tiap tahunnya berubah dan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Pada tingkat pendidikan dasar negeri untuk jenjang sekolah dasar (SD) di Distrik Mimika Baru, SD Inpres Kwamki Baru merupakan salah satu SD di Kabupaten Mimika memiliki jumlah siswa terbanyak dari tahun 2008-2013. Menurut salah seorang guru SD Inpres Kwamki II penurunan jumlah siswa mulai tahun 2010 disebabkan oleh karena adanya pemekaran wilayah distrik Kwamki Baru, sehingga sebagian anak-anak usia sekolah yang berdomisili di daerah pemekaran disekolahkan para orang tua mereka di SD terdekat. Sedangkan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), dari kedua SMP yang ditemui, SMP Negeri 5 Mimika memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dan terus meningkat dari tahun 2008 sampai dengan 2013.

Sementara itu jumlah siswa Papua di beberapa sekolah pada tingkat pendidikan dasar negeri Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua dapat dikatakan tidak lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah anak-anak usia sekolah yang non Papua. Berikut ini data perbandingan jumlah siswa Papua dan non Papua yang diwakili dari dua sekolah.

(40)

Tabel 4.9.

Data Jumlah Siswa Papua Pendidikan Dasar Negeri

Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua Tahun 2008-2013 N o Sekolah Tahun 20 08 2009 2010 2011 2012 2013 1 SD Inpres Kwamki II 389 545 314 207 288 358 2 SMP Negeri 3 Mimika 34 52 68 71 78 89 Tabel 4.10.

Data Jumlah Siswa Non Papua Pendidikan Dasar Negeri

Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua Tahun 2008-2013

N

o Sekolah 2008 2009 2010 Tahun 2011 2012 2013

1. Kwamki II SD Inpres 1235 1258 702 831 735 666 2. SMP Negeri 3 Mimika 99 96 119 125 127 147

Kedua data dalam tabel di atas menunjukkan jumlah siswa Papua dan non Papua di kedua sekolah negeri pada tingkat pendidikan dasar Distrik Mimika Baru terus meningkat tiap tahunnya. Akan tetapi, jumlah siswa Papua yang berada di kedua sekolah tersebut lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah siswa non Papua. Sedangkan dari segi data putus sekolah, kehadiran BOPDA terkhusus untuk beberapa sekolah di Distrik Mimika Baru cukup berkurang. Berikut tabel data putus sekolah di empat sekolah pada tingkat pendidikan dasar negeri.

(41)

Tabel 4.11.

Data Putus Sekolah Pendidikan Dasar Negeri Distrik Mimika Baru

Tahun 2008-2013 N o Sekolah Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2 0 1 3

1 Kwamki Baru SD Inpres 10 7 4 5 3 2 2 Inauga Sempan SD Negeri - 20 7 2 10 - 3 SMP Negeri 3 Mimika 12 7 8 5 2 - 4 SMP Negeri 5 Mimika 7 6 4 - 1 - Tabel data putus sekolah pendidikan dasar negeri yang diwakili oleh empat sekolah di Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua menunjukkan adanya perbedaan jumlah putus sekolah pada tingkat pendidikan dasar untuk tiap jenjang pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh pada jenjang SD, untuk SD Inpres Kwamki Baru pada tahun 2008 ada 6 anak yang putus sekolah karena alasan perang suku. Hal yang sama juga terjadi pada SD Negeri Inauga Sempan. Menurut kepala sekolah SD Negeri Inauga Sempan, ada 14 anak pada tahun 2009 yang putus sekolah karena faktor lingkungan dimana terjadi perang suku, sehingga anak seringkali tidak hadir di kelas. Anak-anak yang putus sekolah karena faktor lingkungan tersebut adalah anak-anak suku asli Kabupaten Mimika. Akibat perang suku, anak-anak ditarik pulang oleh orang tua ke kampung halaman

(42)

masing-masing. Hampir sama dengan SD untuk jenjang SMP, menurut kepala sekolah SMP Negeri 3 Mimika ada 8 anak yang putus sekolah pada tahun 2008 karena masalah ketidakhadiran di kelas yang diakibatkan oleh keikutsertaan anak menjalani perang suku dan membantu orang tua untuk berkebun dan berburu. Dari hasil penelitian di lapangan, jumlah anak putus sekolah yang tertera di atas juga disebabkan karena tidak mengikuti ujian akhir (UN/US) sehingga dianggap dropout (DO).

Dengan demikian, kebijakan BOPDA dapat dikatakan sudah cukup membantu orang tua dalam pembiayaan pendidikan anak. Hadirnya BOPDA di Kabupaten Mimika telah menekan angka putus sekolah yang disebabkan oleh karena masalah biaya pendidikan. Bahkan dengan adanya kebijakan BOPDA terjadi peningkatan jumlah siswa untuk tingkat pendidikan dasar negeri di Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua. Program atau kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk meringankan beban pembiayaan pendidikan yang selama ini ditanggung para orang tua siswa berpengaruh pada peningkatan jumlah siswa, seperti yang juga di Provinsi Sumatera Selatan dan di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Dalam penelitian Marzuki (2011), kebijakan sekolah gratis di Provinsi Sumatera telah meningkatkan akses memperoleh layanan pendidikan. Sementara Aspansius (2010) dalam penelitiannya tentang implementasi kebijakan Bantuan Operasional Sekolah

(43)

di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak menunjukkan adanya peningkatan APK pada tahun 2008, yakni 94 % setelah adanya program BOS.

Walaupun ada peningkatan jumlah siswa di Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua, namun ternyata hadirnya kebijakan BOPDA belum mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat, terkhusus masyarakat suku asli Papua di Kabupaten Mimika, terhadap pentingnya pendidikan kepada anak-anak. Faktor lingkungan dimana sering terjadi perang suku menimbulkan rasa tidak aman bagi anak-anak dan kebiasaan hidup, seperti berburu dan berkebun, sangat berpengaruh pada pendidikan anak-anak tersebut.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, maka dalam siklus kebijakan, BOPDA ditetapkan berdasarkan kehendak Bupati Kabupaten Mimika yang didasari pada kenyataan sebagian anak-anak Papua di daerah setempat berlatarbelakang ekonomi miskin. BOPDA digunakan untuk membiayai operasional sekolah yang selama ini ditanggung oleh para orang tua/wali siswa. Meskipun BOPDA ditetapkan sejak tahun 2008, landasan hukum pelaksanaan kebijakan baru dikeluarkan pada tahun 2012. Dengan kondisi demikian, implementasi kebijakan BOPDA menjadi tidak efektif. Dalam hal ini George C. Edwards III mengemukakan ada empat variabel atau faktor yang

(44)

berpengaruh dalam implementasi kebijakan publik yaitu komunikasi, sumber daya, kecenderungan-kecenderungan (sikap), dan struktur birokrasi.

a. Dari segi Komunikasi

Implementasi kebijakan yang efektif hanya dapat terjadi apabila mereka yang melaksanakan keputusan mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Secara umum menurut Edwards, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses komunikasi kebijakan, yaitu transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Dari segi transmisi, sosialisasi tentang adanya kebijakan BOPDA di Kabupaten Mimika telah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik melalui jalur komunikasi langsung maupun tidak langsung. Kebijakan BOPDA yang disosialisasikan melalui jalur komunikasi langsung yakni melalui pertemuan bersama para kepala sekolah dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika. Sementara sosialisasi kebijakan BOPDA secara tidak langsung diberitahukan melalui jalur media massa, sehingga memungkinkan para orang tua untuk mengetahui adanya kebijakan tersebut.

Informasi tentang kebijakan BOPDA juga harus diketahui oleh pihak DPRD Kabupaten Mimika. Namun pada kenyataannya, koordinasi antara pemerintah daerah dengan DPRD tidak terjalin dengan baik. Hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam distribusi dana BOPDA ke sekolah. Inilah yang disebutkan Edwards bahwa salah satu hambatan dalam proses implementasi kebijakan ialah ketika kebijakan harus

(45)

melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi. Dalam proses pelaksanaan kebijakan, keputusan yang dibuat oleh seorang kepala daerah tentang BOPDA, tidak dapat secara langsung dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh karena dana BOPDA ialah bersumber pada kas daerah, sehingga perlu dibahas dan mendapat persetujuan terlebih dahulu dengan pihak DPRD Kabupaten Mimika.

Sementara itu dari segi kejelasan dalam komunikasi kebijakan menurut Edwards suatu kebijakan yang hendak diimplementasikan harus memiliki petunjuk-petunjuk pelaksanaan. Akan tetapi dalam pelaksanaan kebijakan, didapati bahwa ternyata belum terdapat adanya petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis khusus penggunaan dana BOPDA ke sekolah-sekolah. Akibatnya pelaksanaan kebijakan BOPDA tidak terlaksana dengan baik. Hal-hal terkait dengan pengelolaan dana BOPDA, mulai dari administrasi sampai pada penerapannya di sekolah-sekolah hanya mengacu pada Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 yang mengatur tentang BOPDA. Peraturan Bupati tersebut telah dibagikan kepada setiap sekolah, termasuk sekolah-sekolah pada tingkat pendidikan dasar. Ketika kebijakan hanya berpatokan pada peraturan bupati yang ada, instruksinya dapat dikatakan belum jelas. Berdasarkan temuan yang diperoleh di lapangan, ternyata ada beberapa item yang tidak dirincikan dalam peraturan tersebut.

(46)

Hal pertama yakni menyangkut sasaran penggunaan dana BOPDA. Menurut Peraturan Bupati No.3 Tahun 2012 pasal 6 ayat 4 ialah dipergunakan untuk membiayai operasional sekolah, yaitu kegiatan belajar mengajar, kegiatan kesiswaan, kewajiban rutin sekolah, dan managemen sekolah. Keempat item penggunaan dana BOPDA tersebut tidak dirincikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Akibatnya terjadi kesalahan penggunaan dana BOPDA seperti yang terjadi di beberapa sekolah yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Sebagai konsekuensi dari adanya dana BOPDA yang diberikan pemerintah daerah Kabupaten Mimika ke sekolah-sekolah di daerah setempat adalah adanya pembebasan biaya operasional pendidikan yang selama ini ditanggung para orang tua/wali murid. Dalam hal ini pembebasan biaya operasional pendidikan diberlakukan untuk semua siswa tanpa terkecuali. Menanggapi hal tersebut Kepala Sub Bagian Umum dan Program menilai bahwa :

Sekolah harus jeli dalam melihat keadaan orang tua murid karena tidak semua berasal dari latar belakang ekonomi yang sama, pasti berbeda. Sebenarnya dengan adanya BOPDA, ada anak-anak yang bebas dari segala pungutan. Bebas pungutan tidak diberlakukan untuk semua siswa, bebas terbatas. Bebas pungutan ini diberikan kepada anak-anak yang orang tuanya memiliki penghasilan tidak tetap dan kecil. Sekolah harus membuat klasifikasi, ada anak yang harus dibebaskan sama sekali dari pungutan dan ada orang tua yang masih bisa diberikan beban biaya pendidikan. Jika dana BOPDA diperuntukkan bagi semua siswa dan semua siswa dibebaskan dari pungutan biaya operasional pendidikan, maka ini tidak masuk akal.

(47)

Hanya pemahaman masyarakat umum bahwa sekolah gratis, sebenarnya itu pemahaman yang keliru24.

Hal ini disebabkan oleh karena setiap siswa berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda-beda. Akan sangat tidak adil jika pembebasan biaya operasional juga diberlakukan untuk siswa/i dari latar belakang ekonomi menengah ke atas. Tidak dibatasinya sasaran pemberian dana BOPDA yang diatur dalam peraturan bupati tentunya akan sangat mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekolah yang mana beban pembiayaannya masih bisa ditanggung oleh para orang tua/wali murid, terkhusus dari kalangan ekonomi menengah ke atas.

Selain itu, kebijakan BOPDA didapati juga tidak konsisten dalam waktu penyaluran dana. Dalam peraturan Bupati tentang BOPDA juga tidak ditetapkan secara tepat alokasi waktu distribusi dana BOPDA ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Mimika. Dalam Peraturan Bupati Pasal 7 ayat 6 menyatakan bahwa BOPDA untuk jenjang pendidikan dari SD, SMP, dan SMA diberikan setiap 3 (tiga) bulan atau per triwulan. Akan tetapi pada kenyataannya, didapati bahwa ternyata dana BOPDA didistribusikan bukan setiap tiga bulan tetapi setiap enam bulan (atau per semester) sekali ke sekolah-sekolah.

Dari segi waktu distribusi dana, jika pemerintah daerah mengacu pada juknis BOS Pusat, maka dana BOPDA selambat-lambatnya diberikan setelah empat

24 Hasil wawancara bersama Kasubag Umum dan Program

Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Mimika pada hari Senin, 10 Februari 2013, Pukul 10.05 WIT – Pukul 10.27 WIT

(48)

belas hari kerja. Namun ternyata dalam pelaksanaannya, didapati bahwa alokasi waktu dana BOPDA tidak mengikuti alokasi waktu distribusi dana sebagaimana yang tercantum dalam juknis BOS Pusat.

Berdasarkan hasil penelitian di sekolah-sekolah, dana BOPDA oleh pemerintah daerah seringkali diberikan pada pertengahan bahkan pada akhir semester. Pada tahun 2013 untuk periode kedua dana BOPDA baru diterima sekolah pada bulan Desember 2013. Sebagai akibat kebijakan yang tidak konsisten dari segi waktu penyaluran dana terjadi kasus dimana salah satu sekolah (SMP Negeri 2 Mimika) pada tahun 2012 mengambil suatu kebijakan untuk menarik biaya SPP dari para orang tua/wali murid di saat hal tersebut dilarang untuk dilakukan sementara kebijakan BOPDA sedang dijalankan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Kebijakan tersebut dibuat sekolah dengan maksud untuk membiayai operasional sekolah akibat dana BOPDA tahun 2011 yang tidak dicairkan oleh pemerintah daerah. Inilah yang dijelaskan Edwards bahwa ketika perintah-perintah implementasi kebijakan tidak konsisten, maka akan mendorong para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dari segi komunikasi kebijakan dapat disimpulkan bahwa BOPDA tidak memiliki petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis khusus penggunaan dana BOPDA. Petunjuk pelaksanaan yang mengacu pada Peraturan Bupati juga tidak jelas. Komunikasi di antara para pelaksana kebijakan, yaitu pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten Mimika tidak terkoordinasi dengan

(49)

baik. Alokasi waktu dana BOPDA tidak konsisten, sehingga menimbulkan tindakan-tindakan yang longgar oleh pihak sekolah.

b. Dari Segi Sumber

Sumber-sumber merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan suatu kebijakan publik. Sumber-sumber penting tersebut dijabarkan Edwards meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.

Sumber pertama dalam melaksanakan kebijakan adalah staf. Dalam kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Kabupaten Mimika, pemerintah daerah membentuk tim manajemen dan tim anggaran dalam mengelola pelaksanaan kebijakan tersebut. Dalam hal administrasi terkait dengan kebijakan BOPDA ditangani oleh Dinas Pendidikan, sementara dalam pengelolaan dana BOPDA dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika, dalam hal ini bagian keuangan daerah Kabupaten Mimika.

Unsur kedua yang perlu diperhatikan dari segi sumber menurut Edwards adalah informasi. Edwards menjelaskan bahwa informasi mempunyai dua bentuk. Pertama, informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan. Pelaksana-pelaksana perlu mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Dengan demikian, para

(50)

pelaksana kebijakan harus diberi petunjuk untuk pelaksanaan kebijakan. Bentuk kedua dari informasi adalah data tentang ketaatan personil-personil lain terhadap peraturan-peraturan pemerintah.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, informasi mengenai adanya kebijakan BOPDA telah disampaikan ke sekolah-sekolah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Peraturan Bupati yang mengatur tentang BOPDA juga telah dibagikan kepada masing-masing sekolah, termasuk di tingkat pendidikan dasar. Meskipun demikian, informasi tentang pelaksanaan kebijakan yang tertulis dalam perbup tidak jelas. Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah Kabupaten Mimika dan sekolah-sekolah di daerah setempat menggunakan juknis BOS Pusat sebagai petunjuk penggunaan dana. Namun hal tersebut dapat dikatakan tidak sesuai dengan kondisi di daerah. Ketika pelaksanaan BOPDA menggunakan juknis BOS Pusat sebagai petunjuk penggunaan dana, dapat dikatakan juknis BOS Pusat tidak sesuai bagi penggunaan dana BOPDA oleh karena komponen pembiayaan yang dibiayai BOPDA hanya ada empat bagian dan jika dilihat dari segi dana, BOPDA yang diberikan kepada tiap sekolah sangat tidak mencukupi sejumlah komponen pembiayaan yang tertera pada juknis BOS Pusat.

Salah satu sumber implementasi ialah menyangkut dana. Dalam Peraturan Bupati tidak ditentukan besaran anggaran dana BOPDA dari kas APBD Kabupaten. Akibatnya jumlah anggaran dana BOPDA didapati tidak tetap. Pada tahun 2013, alokasi

(51)

dana BOPDA yang diberikan ke sekolah-sekolah menurun jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Penganggaran dana BOPDA hanya berpatokan pada jumlah siswa. Meskipun demikian, berdasarkan temuan di lapangan didapati ada sekolah yang menerima jumlah anggaran dana BOPDA yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang ada. Misalnya, untuk periode kedua pada tahun 2013 yang lalu, dana BOPDA yang diterima SMP Negeri 3 Mimika hanya sebesar tiga puluh empat juta tiga ratus delapan puluh ribu rupiah dengan jumlah siswa yang terhitung hanya sebanyak 191 orang dari 205 siswa yang ada pada tahun 2013 di sekolah tersebut.

Aspek ketiga dalam sumber implementasi kebijakan publik ialah wewenang. Kewenangan dalam Winarno (2012) merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Dalam proses pelaksanaan kebijakan, staf pelaksana kebijakan BOPDA, yakni tim anggaran seringkali dihambat dengan adanya wewenang bupati sebagai pemegang kekuasan tertinggi dalam pemerintahan. Ketika seorang kepala daerah membuat suatu kebijakan, ia memiliki otoritas terhadap kebijakan tersebut. Dalam penelitian, peneliti menemukan bahwa meskipun dana BOPDA telah disetujui oleh pihak DPRD dan tersedia untuk didistribusikan, tetapi jika belum ada persetujuan dari Bupati, maka dana belum dapat didistribusikan ke sekolah.

Dengan demikian dari segi sumber implementasi, kebijakan BOPDA dipengaruhi oleh staf, informasi, dan

(52)

wewenang. Hal-hal yang terkait dengan administrasi BOPDA ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, sedangkan pengelolaan dana BOPDA dikelola langsung oleh bagian keuangan daerah. Dari segi informasi, BOPDA tidak memiliki petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis penggunaan dana. Segala sesuatu menyangkut pelaksanaan kebijakan BOPDA diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2012 tentang BOPDA. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, kebijakan BOPDA juga tergantung pada wewenang Bupati sebagai kepala daerah dan pembuat kebijakan. Penyaluran dana BOPDA ke sekolah-sekolah harus mendapat persetujuan dari kepala daerah sebagai pembuat kebijakan.

c. Dari segi Kecenderungan-Kecenderungan

Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor penting ketiga dalam implementasi kebijakan. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan. Demikian pula, sebaliknya bila tingkah laku-tingkah laku atau perspektif-perspektif para pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan menjadi semakin sulit.

Para pejabat birokrasi pemerintah Kabupaten Mimika sebagai salah satu pelaksana kebijakan pada dasarnya menyetujui adanya kebijakan BOPDA.

(53)

Menurut Wakil Ketua DPRD Komisi C Bidang Pendidikan, Bpk. AE menjelaskan bahwa :

BOPDA merupakan program yang sangat bagus dibuat oleh seorang kepala daerah dalam rangka membantu meringankan biaya sekolah yang ditanggung orang tua dan memajukan dunia pendidikan, lebih khususnya agar semua anak dapat menikmati pendidikan, terutama anak-anak putra/i daerah. Program ini sangat diharapkan untuk tetap diteruskan karena sangat membantu orang tua25.

Sementara itu, menurut Kepala Bidang PAUD/SD, beliau menuturkan bahwa :

Saya sangat setuju dan mendukung adanya kebijakan BOPDA karena sangat membantu sekolah-sekolah yang ada baik negeri maupun swasta, karena tarif ekonomi keluarga rendah, tidak bisa melibatkan orang tua terlalu banyak dalam pembiayaan pendidikan. Hanya saja penganggaran BOPDA kepada sekolah perlu ditingkatkan lagi karena saat ini harga jual makin tinggi, jika pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang berkualitas, maka harus ditunjang dari pasokan sumber dana yang juga mencukupi26.

Sedangkan menurut Sekertaris Dinas Pendidikan Dasar :

Kebijakan BOPDA sangat membantu peserta didik terhadap pendidikan karena di satu sisi biaya pendidikan mahal dan juga membantu pembiayaan operasional sekolah. Oleh karena itu, BOPDA perlu untuk tetap diteruskan agar anak-anak Papua maupun non Papua yang tidak mampu secara ekonomi tetap

25 Hasil wawancara bersama wakil ketua DPRD Komisi C

Bidang Pendidikan, pada hari Kamis, 06 Februari 2014, Pukul 10.45 WIT-11.05 WIT.

26 Hasil wawancara singkat bersama Kepala Bidang

PAUD/SD pada hari Senin, 10 Februari 2014, Pukul 12.05 WIT – 12.32 WIT.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan (Ghazali F, 2010) yang berjudul Pengaruh Penambahan Kapur Ca(OH)2 Pada Tanah Lempung (Clay) Terhadap Plastisitas Dan Nilai CBR

Jika Anda telah membeli sistem yang dilengkapi dua monitor dengan perangkat lunak ATI™ Eyefinity, ikuti petunjuk ini untuk pemasangan dua monitor (ataupun untuk tiga monitor),

Bagaimanakah korelasi antara profil senyawa kimia dengan aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol dari bagian tanaman yang memiliki potensi sebagai bahan pangan

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

Karena adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam maka tidak semua masalah yang diidentifikasikan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membagi informasi dan pengetahuan tentang representasi gaya kepemimpinan seseorang dalam hal ini adalah calon

“Different Cost Different Purposes” artinya berbeda biaya berbeda tujuan Biaya digolongkan atas dasar tujuan penggunaan dari data terebut.Pengertian klasifikasi

Beberapa teknik pengendalian yang bisa dilakukan adalah: 1) mengeradikasi pohon-pohon yang telah mati akibat serangan rayap, tunggul- tunggul bekas tanaman dan sarang-sarang rayap