• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA)

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-43)

Pendidikan Dasar Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Papua

Adanya kebijakan BOPDA di Kabupaten Mimika, sekolah-sekolah dilarang untuk menarik pungutan biaya SPP dari para orang tua yang selama ini ditanggung oleh para orang tua/wali murid. Berdasarkan hasil penelitian di beberapa sekolah negeri pada tingkat pendidikan dasar di Distrik Mimika Baru, sekolah-sekolah sudah tidak lagi memungut biaya SPP sesuai petunjuk kebijakan yang ada. Hanya saja ada pungutan lain yang masih dipungut sekolah dari para orang tua/wali murid. Berikut ini adalah penuturan beberapa kepala sekolah menyangkut pungutan-pungutan yang masih ditarik sekolah dari para orang tua/wali.

Kepala SD Negeri V Mimika menuturkan bahwa “sekolah tidak lagi memungut uang SPP, tetapi untuk

mendaftar sebagai peserta didik di SD Negeri V, setiap anak dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp.300.000 (tiga ratus ribu rupiah)”21.

Sedangkan di SD Negeri Inauga Sempan, menurut kepala sekolah di SD tersebut menyatakan :

Dengan adanya BOPDA, sekolah dilarang memungut SPP. Kami tidak lagi memungut SPP sejak tahun 2010. Hanya ada biaya daftar ulang pada saat pengembalian raport yang kami pungut dari orang tua siswa sebesar

21 Hasil wawancara dengan kepala SD Negeri V Mimika, pada hari Senin, 10 Februari 2014, Pkl. 08.32 WIT-09.15 WIT.

sepuluh ribu rupiah per anak. Untuk uang pakaian, setiap anak dikenakan biaya seratus enam puluh ribu22.

Sama dengan kedua sekolah tersebut, Kepala SD Inpres Kwamki Baru menjelaskan bahwa “kami tidak

lagi memungut SPP dari orang tua/wali siswa karena itu sudah dilarang oleh pemerintah daerah. Hanya memang pada saat awal masuk sekolah, kami adakan pungutan kepada tiap orang tua siswa untuk uang pengembangan sekolah”23.

Kondisi sekolah dimana tidak lagi memungut SPP dari orang tua/wali murid juga dilakukan pada jenjang SMP. Pada SMP Negeri 3 Mimika dan SMP Negeri 5 Mimika yang penulis temui juga sudah tidak lagi melakukan pungutan biaya SPP. Realita tersebut didukung pula oleh pendapat beberapa orang tua siswa di sekolah-sekolah yang dijadikan sebagai objek penelitian bahwa untuk pembayaran SPP diakui para orang tua, sekolah sudah tidak lagi memungut. Hanya saja ada pungutan-pungutan tertentu yang harus dibayar oleh para orang tua, seperti biaya pengembangan sekolah, biaya daftar ulang dan biaya pengayaan untuk ujian nasional maupun ujian sekolah, try out, biaya untuk ujian praktek pada tingkat SMP yang telah disepakati bersama guru, komite sekolah, dan para orang tua/wali peserta didik.

22 Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah SD Negeri Inauga Sempan pada hari Senin, 17 Februari 2014, Pkl.08.30 WIT-09.30 WIT.

23 Hasil wawancara bersama Kepala SD Inpres Kwamki II pada hari Jumat, 14 Februari 2014, Pkl.09.21 WIT – Pkl.10.21 WIT.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikatakan bahwa pungutan SPP pada tingkat pendidikan dasar, baik SD maupun SMP sudah tidak lagi dilakukan oleh sekolah sesuai harapan dan amanat yang telah diberikan oleh pemerintah daerah dengan adanya dana BOPDA.

Beban pembiayaan operasional pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah daerah setempat telah membuka kesempatan bagi setiap anak-anak usia sekolah, terkhusus dari latar belakang ekonomi lemah, baik anak-anak Papua maupun non Papua, untuk memperoleh pendidikan. Berdasarkan data jumlah siswa pada beberapa sekolah yang ditemui, terjadi peningkatan jumlah siswa sejak tahun 2008 ketika BOPDA ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8.

Perkembangan Jumlah Siswa Pendidikan Dasar Negeri

Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua

No Sekolah Jumlah Siswa

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Kwamki Baru SD Inpres 1624 1803 1016 1038 1023 1024 2 SD Negeri Inauga

Sempan

120 352 457 500 513 591 3 SMP Negeri 3 Mimika 133 148 187 196 205 236 4 SMP Negeri 5 Mimika 402 405 464 471 481 486

Data perkembangan jumlah siswa menunjukkan bahwa keadaan jumlah siswa tiap tahunnya berubah dan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Pada tingkat pendidikan dasar negeri untuk jenjang sekolah dasar (SD) di Distrik Mimika Baru, SD Inpres Kwamki Baru merupakan salah satu SD di Kabupaten Mimika memiliki jumlah siswa terbanyak dari tahun 2008-2013. Menurut salah seorang guru SD Inpres Kwamki II penurunan jumlah siswa mulai tahun 2010 disebabkan oleh karena adanya pemekaran wilayah distrik Kwamki Baru, sehingga sebagian anak-anak usia sekolah yang berdomisili di daerah pemekaran disekolahkan para orang tua mereka di SD terdekat. Sedangkan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), dari kedua SMP yang ditemui, SMP Negeri 5 Mimika memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dan terus meningkat dari tahun 2008 sampai dengan 2013.

Sementara itu jumlah siswa Papua di beberapa sekolah pada tingkat pendidikan dasar negeri Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua dapat dikatakan tidak lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah anak-anak usia sekolah yang non Papua. Berikut ini data perbandingan jumlah siswa Papua dan non Papua yang diwakili dari dua sekolah.

Tabel 4.9.

Data Jumlah Siswa Papua Pendidikan Dasar Negeri

Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua Tahun 2008-2013 N o Sekolah Tahun 20 08 2009 2010 2011 2012 2013 1 SD Inpres Kwamki II 389 545 314 207 288 358 2 SMP Negeri 3 Mimika 34 52 68 71 78 89 Tabel 4.10.

Data Jumlah Siswa Non Papua Pendidikan Dasar Negeri

Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua Tahun 2008-2013

N

o Sekolah 2008 2009 2010 Tahun 2011 2012 2013

1. Kwamki II SD Inpres 1235 1258 702 831 735 666

2. SMP Negeri 3 Mimika 99 96 119 125 127 147

Kedua data dalam tabel di atas menunjukkan jumlah siswa Papua dan non Papua di kedua sekolah negeri pada tingkat pendidikan dasar Distrik Mimika Baru terus meningkat tiap tahunnya. Akan tetapi, jumlah siswa Papua yang berada di kedua sekolah tersebut lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah siswa non Papua. Sedangkan dari segi data putus sekolah, kehadiran BOPDA terkhusus untuk beberapa sekolah di Distrik Mimika Baru cukup berkurang. Berikut tabel data putus sekolah di empat sekolah pada tingkat pendidikan dasar negeri.

Tabel 4.11.

Data Putus Sekolah Pendidikan Dasar Negeri Distrik Mimika Baru

Tahun 2008-2013 N o Sekolah Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2 0 1 3

1 Kwamki Baru SD Inpres 10 7 4 5 3 2

2 Inauga Sempan SD Negeri - 20 7 2 10 -

3 SMP Negeri 3 Mimika 12 7 8 5 2 -

4 SMP Negeri 5 Mimika 7 6 4 - 1 -

Tabel data putus sekolah pendidikan dasar negeri yang diwakili oleh empat sekolah di Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua menunjukkan adanya perbedaan jumlah putus sekolah pada tingkat pendidikan dasar untuk tiap jenjang pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh pada jenjang SD, untuk SD Inpres Kwamki Baru pada tahun 2008 ada 6 anak yang putus sekolah karena alasan perang suku. Hal yang sama juga terjadi pada SD Negeri Inauga Sempan. Menurut kepala sekolah SD Negeri Inauga Sempan, ada 14 anak pada tahun 2009 yang putus sekolah karena faktor lingkungan dimana terjadi perang suku, sehingga anak seringkali tidak hadir di kelas. Anak-anak yang putus sekolah karena faktor lingkungan tersebut adalah anak-anak suku asli Kabupaten Mimika. Akibat perang suku, anak-anak ditarik pulang oleh orang tua ke kampung halaman

masing-masing. Hampir sama dengan SD untuk jenjang SMP, menurut kepala sekolah SMP Negeri 3 Mimika ada 8 anak yang putus sekolah pada tahun 2008 karena masalah ketidakhadiran di kelas yang diakibatkan oleh keikutsertaan anak menjalani perang suku dan membantu orang tua untuk berkebun dan berburu. Dari hasil penelitian di lapangan, jumlah anak putus sekolah yang tertera di atas juga disebabkan karena tidak mengikuti ujian akhir (UN/US) sehingga dianggap dropout (DO).

Dengan demikian, kebijakan BOPDA dapat dikatakan sudah cukup membantu orang tua dalam pembiayaan pendidikan anak. Hadirnya BOPDA di Kabupaten Mimika telah menekan angka putus sekolah yang disebabkan oleh karena masalah biaya pendidikan. Bahkan dengan adanya kebijakan BOPDA terjadi peningkatan jumlah siswa untuk tingkat pendidikan dasar negeri di Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua. Program atau kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk meringankan beban pembiayaan pendidikan yang selama ini ditanggung para orang tua siswa berpengaruh pada peningkatan jumlah siswa, seperti yang juga di Provinsi Sumatera Selatan dan di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Dalam penelitian Marzuki (2011), kebijakan sekolah gratis di Provinsi Sumatera telah meningkatkan akses memperoleh layanan pendidikan. Sementara Aspansius (2010) dalam penelitiannya tentang implementasi kebijakan Bantuan Operasional Sekolah

di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak menunjukkan adanya peningkatan APK pada tahun 2008, yakni 94 % setelah adanya program BOS.

Walaupun ada peningkatan jumlah siswa di Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika-Papua, namun ternyata hadirnya kebijakan BOPDA belum mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat, terkhusus masyarakat suku asli Papua di Kabupaten Mimika, terhadap pentingnya pendidikan kepada anak-anak. Faktor lingkungan dimana sering terjadi perang suku menimbulkan rasa tidak aman bagi anak-anak dan kebiasaan hidup, seperti berburu dan berkebun, sangat berpengaruh pada pendidikan anak-anak tersebut.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-43)

Dokumen terkait