• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS PARTISIPASI

2. Revisi Model

Revisi model merupakan suatu tahap yang dilalui dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini, untuk mendapatkan produk akhir yang sahih dan legitimit. Revisi model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dilakukan berdasarkan data hasil uji kelayakan model melalui serangkaian kegiatan mulai dari analisis kualiatas model, diskusi teman sejawat. penilaian para ahli, sampai uji lapangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan revisi model pengembangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan mulai dari revisi tahap pertama sesudah analisis kualitas model, revisi tahap kedua yang dilakukan sesudah penilaian para ahli dilanjutkan revisi tahap ketiga sesudah uji lapangan.

a. Revisi Tahap Pertama

Revisi tahap pertama dilakukan dengan menganalisis dan mendiskusikan keterkaitan dan kesinambungan antara berbagai komponen pada model hipotetik yang ditawarkan. Tujuannya untuk memperbaiki dan menambah kekurangan yang ada dalam produk penelitian dan pengembangan agar dapat dimanfaatkan pada tahap lebih lanjut.

Berdasarkan hasil analisis kualitas model menunjukkan bahwa keterkaitan dan kesinambungan model yang mencakup landasan model manajemen pendidikan lingkungan hidup; perencanaan pendidikan lingkungan hidup yang terdiri dari: tujuan pendidikan lingkungan hidup, ruang lingkup materi pendidikan lingkungan hidup, metode dan media pendidikan, evaluasi pendidikan; kegiatan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup yang terdiri dari: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, media dan alat bantu pembelajaran, penilaian; Evaluasi pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang terdiri dari: kriteria keberhasilan dan penyusunan tindak lanjut telah menunjukkan tingkat konsistensi yang cukup, sehingga tidak perlu dilakukan revisi. Namun dari kajian isi masih ada komponen yang belum tepat menjelaskan yang sebenarnya.

Kompenen tersebut adalah komponen perencanaan, sehingga perlu diadakan perbaikan seperlunya. Semula dalam perencanaan belum menunjukkan langkah pengenalan terhadap potensi sumberdaya manusia terkait pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup. Sumber daya manusia dimaksud baik dari peserta

179

didik maupun tenaga pendidik atau fasilitator. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan seperti berikut:

1) Melakukan pengenalan dan penjajakan potensi sumberdaya manusia tingkaat daya serap dan daya pikir, sehingga dapat dipilih metode pembelajaran yang sesuai;

2) Melakukan pengenalan personal pendidik, materi pembelajaran, sehingga peserta didik memiliki minat dan semangat untuk ikut aktif sebagai pelaku pelestarian lingkungan melalui berbagai pertemuan dalam kegiatan sosial seperti, pertemuan LMDH, RT, atau lainnya;

3) Mengidentifikasi identitas dan karakter peserta didik agar dapat menempatkan posisi masing-masing seseuai tugas yang akan diterimakan.

Partisipasi merupakan indikator untuk mendapatkan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dalam penelitian dan pengembangan ini. Oleh karena itu model hipotetik akan mengikuti perubahan sesuai hasil uji kelayakan yang dilakukan. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi pembelajaran pendidikan lingkungan hidup melalui model.

Model yang telah dianalisis dan didiskusikan kualitasnya setelah direvisi seperlunya berdasarkan hasil analisis disebut produk 1 (pertama), selanjutnya produk 1 (pertama) model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi ini diajukan kepada para ahli untuk dinilai.

b. Revisi Tahap Kedua

Revisi tahap kedua model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dilakukan setelah hasil revisi pertama dinilai oleh para ahli. Penilaian dilakukan secara perorangan sesuai bidang keahlian berbentuk komentar dan saran-saran yang berkaitan dengan materi pembahasan untuk dilakukan perbaikan model tahap selanjutnya. Berdasarkan analisis hasil penilaian para ahli dapat diuraikan seperti berikut:

1) Model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi, secara umum sudah memadai dapat memberikan keterpaduan materi untuk membentuk perilaku peserta didik menyayangi lingkungan dan melestarikannya;

2) Dari hasil penilaian diidentifikasikan beberapa aspek yang perlu diperbaiki antara lain: (1) menyesuaikan model dengan kondisi di lapangan, menyederhanakan konsep yang masih teoritis menjadi lebih empiris, (2) menyederhanakan penggunaan bahasa disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, (3) materi dalam membangun kesadaran

180

peserta didik bersumber dari Firman Tuhan (al-Qur‟an), untuk membentuk manusia sesuai dengan misi hakekat kehidupan manusia di bumi (kholifatullah fil ardli), (4) ada indikator yang jelas dalam membangun kesadaran melalui proses pembelajaran, yakni tahu, mampu, dan mau berperan aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup, (5) dalam proses evaluasi ada kejelasan target yang dicapai seuai dengan rencana, disertai analisis keberhasilan dan keberlanjutan program.

Hasil penilaian dari para ahli terhadap model selanjutnya dilakukan revisi sesuai dengan masukan, pembahasan atau komentar, dan saran-saran, hasil tersebut disebut sebagai produk II. Untuk memperoleh hasil lebih lanjut, produk II model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi selanjutnya diuji-cobakan kembali di lapangan.

c. Revisi Tahap Ketiga

Sampai dengan tahap revisi kedua, model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi sesungguhnya sudah layak dan dapat di implementasikan sebagai acuan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lingkungan LMDH. Namun dari pengamatan dan penilaian para ahli di lapangan masih terdapat beberapa koreksi. Hasil penilaian itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Model pendidikan lingkungan hidup berbasisi partisipasi, oleh para ahli di lapangan seperti fasilitator, dan Asper dinilanya sudah baik untuk diterapkan di LMDH;

2) Terdapat beberapa aspek yang masih perlu disempurnakan sebagaimana uraian berikut:

a. Untuk mencapai hasil pembelajaran PLH yang optimal, model perlu dilengkapi dengan penjelasan atau uraian tentang teknik pembelajaran lingkungan hidup berbasis partisipasi. Terlebih pada strategi atau cara mengintegrasikan dan mengkorelasikan materi keagamaan ke dalam materi lingkungan hidup. Dari uraian tersebut pembelajaran menjadi mudah diikuti, sehingga materi pembelajaran dapat diserap peserta didik lebih efektif;

b. Tidak semua pembelajaran yang menggunakan prinsip pengembangan model dapat berhasil maksimal. Oleh karena itu perlu ditambah dengan keterbatasan model. Karena model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dengan pendekatan membangun kesadaran berbasis spiritual bagi peserta

181

didik ini tidak dapat diterapkan secara penuh dalam proses partisipasi, misalnya dalam penyusunan rencana kegiatan pembelajaran, karena terbatasnya pengalaman dan latar belakang pendidikan.

Berdasarkan hasil penilaian dan masukan dari para ahli, revisi dilakukan dengan menambah uraian dan penjelasan teknis dalam bentuk suplemen untuk melengkapi model dan menambah komponen model yang menguraikan keterbatasan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi. Tambahan suplemen model menjelaskan tahapan dan teknis proses pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Oleh karena itu revisi dilakukan terhadap beberapa kesalahan teknis baik dalam bentuk penulisan serta komentar maupun saran yang diterima.

Revisi tahap awal terjadap model hipotetik yang ditawarkan mengalami beberapa tahapan perubahan sesuai langkah-langkah uji model. Revisi bertujuan untuk memberikan kemudahan penggunaan produk model dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup lebih lanjut di LMDH guna mewujudkan efektivitas pembelajaran. Indikator keberhasilan belajar menjadi harapan masyarakat yakni terbentuknya sikap dan keterampilan yang mendukung pelestarian kawasan hutan. Sikap terbangun berdasarkan keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peran dan partisipasi keterampilan hidup berlingkungan.

Tahap kedua, merupakan lanjutan uji tahap awal yang memberikan respon pada penyederhanaan konsep yang masih teoritis. Penyesuaian bahasa lebih ditekankan agar materi ajar dapat diterima peserta didik dengan lebih baik untuk mencapai tujuan. Kesadaran dapat dibentuk melalui materi belajar yang dipadukan dengan agama seperti bersumber dari ajaran Al-Qur‟an ataupun As -Sunnah. Kesadaran menguat karena ada pengaruh integrasi dengan kepercayaan spiritual yang menjadi sumber pembangkit utama untuk memunculkan perbuatan. Dari sin ada indikator kegiatan yang dapat diamati berupa tindakan nyata yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan. Indikator berupa kesiapan keterampilan menanam, memelihara, dan merawat tanaman hutan baik tanaman pokok maupun tanaman sela.

Kemudahan model untuk dapat dikembangkan lebih lanjut pada kegiatan pendidikan lingkungan hidup, menjadi tujuan utama dilihat dari aspek proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam revisi ketiga memberikan masukan, diperlukan suplemen sebagai tambahan model guna membantu kelancaran pemahaman dan aplikasinya oleh pengguna model. Belum semua tujuan PLH dapat dicapai melalui temuan model, oleh karenanya diperlukan penjelasan

182

yang memberikan gambaran adanya keterbatasan model. Secara keseluruhan perkembangan model dari revisi yang telah dilakukan dapat dilihat melalui tabel berikut.