• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS PARTISIPASI

3. Uji Lapangan II

3. Uji Lapangan II

Setelah uji lapangan I selesai sampai dengan dilakukan revisi, selanjutnya dilakukan uji lapangan II. Uji lapangan II ini dilakukan selama bulan Mei-Juni 2010 di tiga LMDH sebagaimana yang telah dilakukan pada uji lapangan I. Frekwensi uji coba dua kali sebulan sehingga keseluruhan uji lapangan II adalah dua belas kali pertemuan.

Kegiatan peneliti dalam uji lapangan II secara bertahap dikurangi sampai pada posisi hanya sebagai pengamat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan kemandirian para fasilitator dalam menerapkan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi. Dalam uji lapangan ini dianalisis tingkat penerimaan fasilitator atau fasilitator, dampak penerapan model baik terhadap peserta didik maupun terhadap lingkungan serta kesinambungan model pasca uji lapangan, dan kendala yang dihadapi. Pada kegiatan uji lapangan II ini dilakukan beberapa tahap kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan analisis kendala.

a. persiapan

Pada tahap persiapan peneliti bersama fasilitator dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut :

1) Melakukan identifikasi kebutuhan

2) Merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

3) Menyusun program uji lapangan

4) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kepentiangan uji lapangan

5) Mengadakan tanya jawab dan diskusi untuk melakukan pendalaman kemampuan fasilitator dalam penggunaan model yang dikembangkan, serta memberikan motivasi agar mereka mau dan sungguh-sungguh menerapkan tujuan pembelajaran dalam kehidupan sehari-nari. b. Pelaksanaan

Implementasi model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif-kolaboratif. Keterlibatan peneliti, mandor/pengawas, fasilitator dan peserta didik dalam uji lapangan tahap II dapat dideskripsikan sebagai berikut :

183

1) Bersama fasilitator peneliti melakukan pembinaan sikap terhadap peserta didik dengan membentuk kelompok kecil, kelompok besar sesuai dengan kebutuhan ;

2) Keterlibatan peneliti, fasilitator, dan peserta didik dalam uji lapangan terutama dalam hal kegiatan:

a. Menciptakan iklim pendidikan lingkungan hidup yang cocok dengan menyiapkan sarana prasarana pendukung;

b. Menyusun program pembelajaran yang bersifat partisipatif; c. Mendiagnosis kebutuhan belajar peserta didik;

d. Merumuskan tujuan pembelajaran untuk pembinaan dan pengembangan kesadaran mencintai lingkungan hidup hutan; e. Mengembangkan rancangan pembinaan untuk penguasaan model; f. Melaksanakan kegiatan pembinaan;

g. Melakukan monitoring, evaluasi proses dan hasil uji lapangan; h. Menganalisis dan membahas dampak model pendidikan

lingkungan hidup berbasis partisipasi bagi pembinaan perilaku peserta didik;

3) Keterlibatan peserta didik dalam uji lapangan yaitu: a) mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran partisipatif, b) memberikan umpan balik kegiatan pembelajaran baik lisan maupun tulisan;

4) Peneliti memonitor dan mengevaluasi uji lapangan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi yang dilakukan oleh fasilitator;

5) Fasilitator memonitor dan mengevaluasi dampak uji lapangan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi terhadap sikap dan perilaku peserta didik selama pendidikan dan dalam kegiatan keseharian;

6) Melalui pemberian informasi dan diskusi, peneliti memberikan motivasi kepada fasilitator untuk secara bersama-snma menerapkan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi hasil penelitian serta menjelaskan berbagai manfaat yang akan diperoleh.

7) Peneliti mendorong fasilitator, dan pengawas/mandor untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan dalam hal : a) mengembangkan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi, b) menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, c) bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain, d) meningkatkan kemampuan fasilitator melalui kegiatan diskusi, seminar, pelatihan serta mengusulkan kepada Perum Perhutani untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi fasilitator yang

184

dikembangkan kepada anggota LMDH yang bermanfaat membentuk sikap mencintai dan melestarikan lingkungan hutan.

c. Evaluasi

Proses evaluasi uji lapangan II dilakukan untuk mengetahui respon dan perubahan aspek-aspek pembelajaran pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi. Terdapat empat hal yang dievaluasi dalam uji lapangan, meliputi (1) keberhasilan uji lapangan, (2) tingkat penerimaan dan pemahaman fasilitator, (3) dampak uji lapangan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi terhadap sikap dan perilaku peserta didik, dan (4) kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model. Hasil evaluasi ini merupakan dasar untuk merumuskan dan mengembangkan model akhir pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi. 1) Keberhasilan Uji Lapangan

Pengembangan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi ini dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain: melakukan pendekatan kepada Kepala Perum Perhutani (Administratur), Kasi PHBM, mandor, Ketua LMDH dan para fasilitator, serta para petugas di tingkat kecamatan setingkat Asper. Memohon ijin kepada Kepala Perum Perhutani di wilayah eks Karesidenan Pati yang sebelumnya telah meminta ijin kepada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, untuk melakukan kajian melalui kegiatan penelitian dan pengembangan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi di LMDH yang menjadi binaan.

Pihak Perum Perhutani pada umumnya menyambut baik dan sangat mendukung terhadap kajian model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi. Harapan Perhutani, kegiatan itu dapat membantu memberikan binaan dan penyuluhan melalui proses pembelajaran agar terbentuk sikap sadar masyarakat untuk mencintai dan melestarikan lingkungan hutan, baik bagi generasi saat ini maupun generasi selanjutnya.

Dukungan pihak Perhutani terhadap peneliti dalam kajian model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi, ditunjukkan dalam berbagai kegiatan seperti,

(1) Kepala Perum Perhutani (Administratur) bersedia melakukan dialog dengan peneliti berbagai hal mengenai pembinaan sikap warga dan masyarakat yang tinggal di kawasan hutan menyayangi lingkungan dan bersedia melestarikan potensi hutan. Dalam dialog tersebut, termasuk membicarakan strategi membangun kesadaran dan ketrampilan warga melalui pendidikan lingkungan hidup yang dapat menghasilkan perubahan positif;

185

pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dengan mengajak fasilitator dan seluruh staf yang terkait untuk mendukung pengembangan model pendidikan yang ditawarkan;

(3) Menyediakan kesempatan dan kemudahan bagi terselenggaranya kajian model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi pada beberapa LMDH yang menjadi obyek kajian peneliti;

(4) Memberi keleluasaan kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah dipersiapkan, seperti menyediakan data-data, dokumen, dan wawancara sesuai kebutuhan; (5) Pihak pengurus LMDH memberikan kesempatan luas kepada peneliti

untuk melihat kondisi perkembangan anggota dalam mengikuti berbagai kegiatan yang terkait dengan upaya pelestarian lingkungan hutan;

(6) Anggota LMDH sebagai peserta didik merespon baik dan bersedia mengikuti proses pembelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan penuh semangat.

Evaluasi dilakukan juga melalui proses diskusi dan sosialisasi tentang cara menggunakan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi. Respon para fasilitator sangat positif, ditujukkan dengan berdiskusi berbagai hal menyangkut kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya untuk mendukung kegiatan pelestrarian.

Fasilitator menunjukkan kesungguhannya dalam menjalankan model, yang ditunjukan dengan berbagai aktivitas antara lain: (1) membuat perencanaan program kegiatan, (2) mengindentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, (3) mengorganisasikan kegiatan, waktu dan sarana prasarana yang diperlukan, (4) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendudukung, (5) mempersiapkan alat evaluasi, (6) menerapkan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi, (7) melakukan evalusi proses dan hasil pendidikan lingkungan hidup. Proses monitoring dan evaluasi dilakukan peneliti pada saat implementasi model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi oleh fasilitator di LMDH tempat pendidikan dan pemberdayaan. Setiap selesai penyajian, peneliti dan fasilitator serta para penfasilitators LMDH mendiskusikan hasil uji lapangan yang telah dilakukan. Peneliti mengikuti perubahan dan perkembangan akibat penerapan model. Hasil monitoring dan evaluasi dijadikan bahan diskusi dengan para fasilitator dan pihak Perum Perhutani setiap selesai penyajian model selama masa penelitian.

Hasil monitoring, diskusi dan evaluasi dengan para fasilitator, Perum Perhutani, para pengawas, dan penfasilitators LMDH menunjukkan bahwa menurut mereka model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi dapat

186

dikembangkan bagi pembinaan sikap, perilaku peserta didik dalam menumbuhkan kesadaran dan sikap mencintai lingkungan.

Berbagai indikator yang menunjukkan kesiapan tersebut antara lain sebagai berikut : (1) para fasilitator telah memperoleh pemahaman yang tinggi tentang isi dan prinsip-prinsip model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi masyarakat yang dikembangkan, (2) ada kesiapan fasilitator untuk mengembangkan model pendidikan lingkungan hidup berbasis partisipasi masyarakat bagi peserta didik pada LMDH sesuai dengan prosedur yang dirancang dalam model, (3) fasilitator dalam pengembangan model tidak hanya terfokus pada pemecahan masalah, tetapi juga akan berikhtiar pada pengembangan kesadaran dan sikap, perilaku serta kepribadian peserta didik secara terintergrasi, (4) ada kecenderungan keterlibatan peserta didik dalam mengikuti pendidikan cukup tinggi dan menunjukkan adanya keseriusan dan kesungguhan, (5) ada kecenderungan perubahan perilaku peserta didik kearah yang lebih baik, seperti; semula kurang memperhatikan kesinambungan atau kelestarian lingkungan hutan, setelah mengikuti pembelajaran PLH, menunjukkan sikap peduli dan berkemaun untuk menjaga dan melestarikan potensi hutan, semula bersikap antipati dan bersikap acuh-tak acuh terhadap kelestarian lingkungan menjadi termotivasi untuk menjaga kelestarian lingkungan hutan.