• Tidak ada hasil yang ditemukan

RHINITIS ALERGIKA

Dalam dokumen Soal Ukdi Tht (Halaman 33-56)

Seorang perempuan berusia 34 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan bersin-bersin sejak 1 tahun terakhir terutama jika terpapar dengan debu kadang disertai hidung tersumbat dan pilek. Keluhan tidak disertai demam. Riwayat keluarga asma dijumpai. Pada pemeriksaan hidung dijumpai konka sedikit edema, berwarna pucatdan terdapat secret encer. Diagnosa pasien tersebut adalah? a. Rhinitis vasomotor b. Rhinitis alergika c. Rhinitis kronis d. Sinusitis maksilaris e. Sinusitis fasialis

Jawabannya: B. Rhinitis alergika

Pembahasan: Rhinitis alergika adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Gejala rhinitis alergika menurut WHO ARIA tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai dengan adanya secret encer yang banyak.

Seorang anak mengaku sering bersin dipagi hari terutama setelah membersihkan kamarnya, kemudian diikuti dengan keluarnya ingus encer dan putih. Apa pemeriksaan yang harus dilakukan pada pasien ini?

f. Pemeriksaan eosinofil urin g. Pemeriksaan eosinofil serum h. Skin prick test

i. Pemeriksaan darah rutin j. CRP

Jawabannya: C. Skin prick test

Pembahasan: Pemeriksaan yang penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosa rhinitis alergika adalah pemeriksaan in vivo dan in vitro. Pada pemeriksaan in vivo dapat dilakukan pemeriksaan skin prick test dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan alergen inhalan pada volar lengan pasien. Sedangkan pemeriksaan in vitro dapat dilakukan hitung eosinofil dalam darah dapat normal atau meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan ig E spesifik dengan RAST ( Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA ( Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test )

NAMA : PUTRI IRMAYANI NIM : 0807101010024

SOAL CBT HIDUNG TERSUMBAT

1. Anak perempuan, 9 tahun, datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan terutama dirasakan pada pagi hari disertai bersin dan sekret hidung yang tertelan. Rinoskopi anterior tampak mukosa dan konka yang livide dan sekret yang serous. Apa pengobatan rasional? (UKDI 2005)

a) Membiasakan pasien kontak dengan allergen dari konsentrasi rendah b) Meningkatkan kebugaran jasmani dengan olahraga 1 kali/minggu c) Obat H1-receptor antagonist

d) Dekongestan topikal selama 2 minggu

e) Mengupayakan pengobatan yang mampu menekan gejala pada fase cepat maupun lambat

Pembahasan:

Rhinitis alergi merupakan reaksi radang yang diperantarai oleh Ig E setelah paparan allergen. Umumnya terjadi pada usia muda. Mediator radang utama pada rhinitis alergi adalah histamine. Efek histamine yaitu menstimulasi sel sel endotel untuk mensintesis relaksan yang bekerja pada pembuluh darah sehingga menyebabkan vasodilatasi dan gejala sumbatan hidung. Histamine akan merangsang reseptor H 1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin. Histmin juga menyebabkan terjadinya rinore karena merangsang kelenjar mukosa dan sel goblet. Oleh karena itu, pengobatan yang digunakan adalah antihistamin gol H-1.

2. Wanita, 14 tahun, datang dengan keluhan hidung tersumbat. Temannya ternyata merasa bau, tetapi pasien tidak merasa bau. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior cavum nasal dextra terdapat krusta kehijauan. Diagnosis pasien di atas adalah (UKDI 2003):

a) Rhinitis Atrofi

b) Rhinitis kronik tuberkulosa c) Rhinitis kronis sifilis d) Rhinitis akut

e) Karsinoma Sinonasal

Pembahasan:

Rhinitis atrofi atau ozaena adalah infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi progressif pada mukosa dan tulang konka. Salah satu gejala yang timbul adalah mukosa hidung yang menghasilkan secret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk krusta dan berbau busuk. Orang di sekitar penderita yang biasanya tidak tahan dengan bau tersebut,

tetapi pasien sendiri tidak merasakan karena hiposmia atau anosmia. Rhinitis atrofi lebih sering mengenai wanita usia pubertas.

Rhinitis kronis tuberkulosa merupakan kejadian infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Tuberculosis hidung berbentuk noduler atau ulkus. Pada pemeriksaan klinik terdapat secret mukopurulen dan krusta sehingga ada keluhan hidung tersumbat. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan BTA pada secret hidung.

Rhinitis kronis sifilis, terdapat bercak/bintik pada mukosa. Dapat juga ditemukan ulkus. Pada pemeriksaan klinis didapatkan secret mukopurulen berbau dan krusta. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemerikssan mikrobiologik dan biopsy.

NAMA : SUSAN ARLYA

SUARA SERAK

1. Pasien datang dengan keluhan suara serak sejak 1 tahun yang lalu, dan memberat sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, keluhan ini dialami oleh pasien terus menerus, keluhan ini memberat apabila pasien pasien banyak berbicara, pasien juga mengeluhkan sesak nafas, sesak nafas dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, sesak nafas dirasakan pasien bersamaan dengan memberatnya keluhan suara serak. Pasien juga mengeluhkan susah menelan makanan sejak 2 bulan yang lalu, bila pasien makan makanan harus banyak minum. Riwayat merokok 30 tahun dengan satu hari 2 bungkus. Pemeriksaan laringoskopi indirect didapatkan massa (+), massa merah dan berbenjol-benjol. Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan karsinoma sel skuamous non keratinizing. Pertanyaan : berdasarkan kasus diatas apa diagnosa yang tepat?

Pilihan jawaban : a. Cancer laring b. Cancer sinonasal c. Cancer nasofaring d. Polip nasal e. Tumor tonsil jawaban : A. Cancer laring Pembahasan :

Pada pasien ini, keluhan yang pertama kali muncul adalah suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sehingga tumor primer diduga berasal dari daerah glotis. Karena secara klinis tidak dijumpai pembesaran kelenjar, maka pasien ini diduga berada pada stadium II (T2, N0, M0).

2. Seorang wanita dengan usia 21 tahun, datang ke poliklinik THT engan keluhan suara serak satu tahun yang lalu. Pada awalnya suara serak hilang timbul dan makin lama dirasakan semakin bertambah berat. Pasien tidak mengeluhkan batuk lama dan sesak nafas. Tidak ada keluhan pada makan dan minum serta tidak ada penurunan berat badan. Pasien tidak memiliki riwayat sakit jantung, tuberkulosis paru, alergi, trauma atau operasi pada leher dan dada. Pasien mengatakan

tidak suka mengonsumsi kopi, teh atau alkohol serta tidak pernah merokok. Pasien juga menyangkal penggunaan suara berlebihan. Sebelumnya pasien mengatakan sejak kecil suaranya agak serak dan pasien tidak merasakan kelainan pada kualitas suaranya saat itu. Sebelumnya pasien telah berobat ke spesialis THT diberi terapi 3 obat tablet (nama obat tidak diketahui) serta pasien diminta untuk istirahat bicara. Namun pasien mengeluhkan tidak ada perbaikan pada suaranya, dan suaranya semakin hilang dan pasien dikatakan menderita nodul pita suara. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening pada leher. Dari hasil pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak massa padat dan putih pada epiglotis, aritenoid sinistra dan 1/3 medial plika vokalis dekstra dengan pergerakan kedua plika vokalis normal. Pada pemeriksaan laringoskopi serat optik didapatkan gambaran massa putih, padat, tidak mengkilat, berbatas tegas dengan permukaan berbenjol-benjol pada epiglotis, aritenoid sinistra dari 2/3 anterior plika vokalis dekstra.

Pilihan jawaban : a. Nodul pita suara b. Ca laring

c. Laringitis tuberkulosis d. Polip nasal

e. Papilomatosis laring jawaban : E. Papilomatosis laring Pembahasan :

Dilaporkan satu kasus papilomatosis laring pada perempuan usia 21 tahun yang ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan laringoskopi tidak langsung, laringoskopi serat optik dan diagnosis pasti ditegakkan dari operasi hasil biopsi. Papilomatosis laring pada pasien ini termasuk ke dalam kasus yang jarang terjadi karena terdapat pada usia dewasa dengan lesi multiple dan pada jenis kelamin perempuan. Dari kepustakaan disebutkan bahwa papilomatosis laring tipe senilis yaitu muncul pada usia 20-40 tahun biasanya berupa lesi tunggal dan tidak bersifat agresif.

Pada pasien ini keluhan suara serak telah dirasakan dalam intensitas yang ringan sejak kecil meskipun pasien tidak mengeluhkan kelainan pada suaranya saat itu. Kemungkinan papilomatosis laing telah muncul pada pasien sejak kecil, tetapi tidak bersifat agresif. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa papilomatosis laring pada dewasa dasepat terjadi sejak kecil yang bersifat laten dan teraktivasi bila imunitas tubuh menurun. Gambaran papilomatosis laring pada pasien ini ditemukan pada 2/3 anterior plika vokalis, bagian tengah epiglotis dan aritenoid. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik lesi pada papilomatosis laring tipe senilis berupa lesi tunggal. Gambaran makroskopis papiloma pada pasien ini lebih cenderung menyrupai gambaran papilomatosis laring tipe juvenilis, yaitu berupa lesi multiple dan sering ditemukan pada plika vokalis, komisura anterior dan epigotis.

Nama: Nia Rahmawinata NIM: 0707101010087 Status : Orientasi

Topik Soal UKDI : Tuli Akibat Bising (Noiced Induced Hearing Loss)

3. Pasien usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pendengaran berkurang pada kedua telinga. Pasien bekerja pada pabrik baja selama 5 tahun. Pemeriksaan apa yang Anda lakukan untuk mengetahui gangguan pendengaran yang dialami pasien tersebut? (UKDI 2012)

f. Tes Penala

g. Audiometrik nada murni h. Nistagmografi

i. BERA

j. Audiometrik tutur Jawaban: A

Analisa:

Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary threeshhold shift) dan peningkatan ambang dengar menetap (permanent threeshold shift). Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat pekerjaan. Pada kasus terdapat adanya riwayat pekerjaan yang cukup lama yaitu 5 tahun, dan hal ini merupakan faktor predisposisi yang mengarah dalam penegakan diagnosis Noiced Induced Hearing Loss. Sebagai skrining awal dapat dilakukan tes penala. Pemeriksaan ini bersifat kualitatif yang teriri atas Tes Rinne, Tes Weber, Tes Schwabach. Pada umumnya dipakai 3 jenis penala : 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz. Jika hanya menggunakan 1 penala, digunakan 512 Hz.

4. Pasien laki-laki, usia 37 tahun datang dengan keluhan pendengaran berkurang sejak 2 bulan yang lalu pada kedua telinga namun lebih berat di telinga kiri. Pasien bekerja pada pabrik semen selama lebih dari 8 tahun. Pada hasil pemeriksaan didapatkan: (UKDI , 2011)

Rinne - +

Schwabach Memanjang Memendek

Weber Lateralisasi ke telinga kanan

Apa diagnosis pada kasus diatas ? f. SNHL Auris Dextra g. SNHL Auris Sinistra h. Trauma Akustik i. Sudden Deafness j. Presbikusis Jawaban: B Analisa:

Pasien dengan keluhan gangguan pendengaran dengan adanya riwayat bising sebelumnya dapat dicurigai dengan diagnosis tuli sensorineural. Untuk pemeriksaan sederhana dapat dilakukan dengan garpu tala yang terdiri dari 3 jenis pemeriksaan dengan hasil :

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis

Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan Pemeriksa Normal

Negatif Lateralisasi ke telinga sakit Memanjang Tuli Konduktif Positif Lateralisasi ke telinga sehat Memendek Tuli Sensorineural Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne masih bisa positif

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada kasus diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosis dengan Sensoryneural Hearing Loss (SNHL) Auris Sinistra.

Nama: KARLINA NIM: 0707101010077 Status : Remedial

Topik Soal UKDI : Tuli Mendadak

3. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan penurunan pendengaran yang dirasakan secara tiba-tiba yang dirasakan pada satu sisi telinga. Keluhan ini disertai dengan telinga berdenging. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai kelainan pada telinga yang sakit. Pada pemeriksaan garpu tala ditemukan Rinne positif Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, schwabach memendek. Diagnosis untuk kasus di atas adalah: (Soal UKDI 2011)

f. Tuli Mendadak g. Tuli sensorineural h. Tuli konduktif i. Tuli campuran j. Presbikusis Jawaban: A Analisa:

Pada kasus diatas pasien mengeluhkan penurunan pendengaran yang dirasakan secara tiba-tiba pada salah satu sisi telinga. Keluhan tersebut merupakan tuli mendadak. Tuli mendadak merupakan jenis keluhan sensorineural dan penyebabnya tidak dikteahui. Pada tuli mendadak tidka dipengaruhi oleh rentang usia. Dari hasil pemeriksaan otoskopi pada tuli mendadak tidak dijumpai kelainan pada telinga yang sakit. Pada tuli mendadak saat pemeriksaan tes penala dapat ditemukan tuli sensorineural, karena tuli mendadak mengalami kerusakan terutama di kooklea, koklea mengalami iskemia yang disebabkan spasme, thrombosis, atau perdarahan arteri auditive interna. Iskemia mengalami degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligament spiralis.

4. Pada kasus di atas, maka pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah: f. BERA g. Audiometri h. ENG i. MRI Mastoid j. CT-Scan

Jawaban: B (Soal UKDI 2011) Analisa:

Pada kasus dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa audiometric dengan jenis audiometric impedans dan audiometric tutur. Kedua hasil dari pemeriksaan audiometric tersebut adalah memberikan kesan tuli sensorineural. Dengan pemeriksaan audiometric maka sudah dapat ditegakkan bahwa pasien tersebut mengalami tuli mendadak. Setelah dilakukan pemeriksaan audiomtri, untuk memperkuat kecurigaan terhadap tuli mendadak maka dapat dilakukan pemeriksaan BERA, ENG dan CT-Scan.

Nama: Erli Marlina NIM: 0807101010135 Status : Orientasi

Topik Soal UKDI : OMSK dengan Komplikasi Intrakranial

3. Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan keluar cairan dari kedua telinga sejak 3 bulan yang lalu, cairan berwarna kekuningan dan berbau. Riwayat bisul di belakang telinga disangkal. Sebelumnya saat os masih kecil, os juga pernah mengalami keluhan keluar cairan dari telinga. Selain itu, os juga mengeluhkan sakit kepala yang hebat sejak 1 minggu yang lalu. Demam (-), mual (-), muntah (-), muka mencong (-), keluhan pendengaran berkurang disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: tampak sakit sedang, compos mentis, suhu afebris, dispneu (-), stridor (-(-), retraksi (-). Pada pemeriksaan THT, AD: liang telinga lapang, jaringan graulasi (+), secret purulen, membran timpani perforasi (+) total. AS: liang telinga lapang, jaringan granulasi (+), secret (+) purulen, membrane timpani belum dapat dinilai seluruhnya.

Untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang apa yang paling tepat? F. Rontgen kepala G. CT scan kepala H. Pungsi lumbal I. EEG J. Audiometri Jawaban: B Analisa:

Dari gejala, keluar cairan dari telinga lebih 2 bulan serta ada riwayat keluar cairan dari telinga dan otoskopi adanya membrane timpani perforasi menunjukkan OMSK.

Keluhan lain: sakit kepala hebat menunjukkan adanya kecurigaan komplikasi intrakranial. Untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang yag paling tepat adalah CT scan kepala. CT scan

kepala merupakan pemeriksaan penunjang yang memiliki sensitivitas sangat tinggi dalam menegakkan komplikasi intrakranial.

- Rontgen kepala: hanya sebatas menegakkan komplikasi mastoid - Pungsi lumbal: jika dicurigai: jika dicurigai meningitis

- EEG: pemeriksaan untuk melihat aktivitas listrik, tidak ada kaitan dalam soal ini

- Audiometri: untuk menilai jenis dan derajat tuli. Dalam soal ini keluhan pendengaran berkurang disangkal.

4. Seorang anak perempuan berusia 8 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri telinga kiri yang menjalar ke leher sejak 2 minggu, disertai dengan keluhan demam, pusing berputar, nyeri kepala, mual , muntah, koma, setiap membuka mata.keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu keluar cairan telinga, berkurangnya pendengaran telinga kiri, disertai telinga berdenging. Tiga bulan yang lalu pasien juga mengeluh nyeri pada telinga kiri serta ada riwayat keluar cairan telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum saat masuk IGD dengan penurunan kesadaran, GCS 14, dan suhu 380C. pada pemeriksaan otoskopi , telinga AD dalam batas normal, retroaurikular dextra dalam batas normal, AS: liang tlinga lapang, secret (+), mukopurulen, membrane timpani perforasi total. Retroaurikular sinistra dalam batas normal. Pada hidung dan tenggorok tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan neurologi ditemukan tanda rangsang menngeal berupa kaku kuduk (+) kemungkinan diagnosis yang paling tepat untuk kasus ini adalah:

f. Otitis Media Akut dengan komplikasi mastoiditis

g. Otitis Media Akut dengan komplikasi abses subperiosteal h. OMSK dengan komplikasi mastoiditis

i. OMSK dengan komplikasi abses subperiosteal j. OMSK dengan komplikasi meningitis

Jawaban : E Analisa :

A dan B bukan jawaban dari kasus tersebut karena adanya riwayat keluar cairan lebih dari 3 bulan yang lalu. Pilihan jawaban C tidak tepat karena tidak terdapat pembengkakan

retroaurikular, otorea, dan nyeri di belakang telinga. Pilihan D juga tidak tepat karena ada tanda kaku kuduk. E merupakan jawaban yang tepat karena adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, dan kaku kuduk

Nama : Fadhilah Rahmi Nim : 0807101010093

Topik soal UKDI : Trauma Akustik

3. Seorang pasien mengeluhkan penurunan pendengaran setelah mendengar suara petasan. Dilakukan pemeriksaan otoskop didapatkan gambaran normal. Hasil pemeriksaan audiometri pada pasien ini akan diperoleh ?

f. Hantaran udara dan tulng < 25 dB

g. Hantaran udara dan tulang > 25 dB tanpa gap h. Hantaran udara < 25 db tulang > 25 db i. Hantaran udara > 25 db tulang < 25 db

j. Hantaran tulang dan udara > 25 db dengan gap Jawaban : B (UKDI 2012)

Analisa kasus:

Os datang setelah mendengar bunyi petasan. Petasan merupakan salah satu sumber trauma akustik. Trauma akustik merupakan pemaparan tunggal dan intensitas bunyi yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Petassan disini dapat menyebabkan kerusan sel rambut di dalam koklea. Ini merupakan criteria dari tuli sensorineural. Pada hasil audiometric tuli sensorineural didapatkan AC dan BC > 25 db dan tidak ada air-bone gap. Pada tuli konduksi AC > 25db, BC < 25 db dan terdapat bone gap. Tuli campuran AC dan BC > 25 db dan ada air-bone gap.

4. Seorang pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran yang dialami setelah mendengar letupan senjata. Sejak saat itu telinga kanan pasien tidak bisa mendengar. Tes penala didapatkan Rinne test positif pada kedua telinga , schwabach memendek di telinga kanan, telinga kiri sama dengan pemeriksa, tes webber dengan hasil lateralisasi ke telinga kiri. Hasil pemeriksaan audiometric nada murni didapatkan tuli berat pada telinga kanan, dan telinga kiri normal. Jenis tuli pada kasus ini adalah:

f. Tuli konduktif g. Tuli campuran

h. Tuli sensorineural i. Tuli congenital j. Tuli hantaran Jaawaban : C Analisa Kasus:

Trauma akustik : bunyi intensitas sangat tinggi terjadi secara mendadak. Sumber bunyi pada kasus ini adalah letupan senjata. Tuli sensorineural terjadi karena adanya gangguan pada koklea atau retrokoklea. Hal ini terjadi trauma akustik yang merusak sel-sel rambut (gangguan pada koklea). Tuli konduksi terjadi gangguan/kelainan pada telinga luar dan tengah misalnya karena sumbatan serumen, otitis media, osteoma dsb. Tuli campuran adanya gangguan pada telinga luar atau tengah dan dalam. Tuli congenital yaitu gangguan pendengaran yang timbul sejak saat lahir.

Tes Penala

Tuli konduksi : rinne test (-) webber test lateralisasi ke telinga yang sakit, swabach test memanjang. Tuli sensorineural : rinne test (+) webber test lateralisasi ke telinga yang sehat, swabach test memendek. Normal: Rinne test (+) webber test tidak ada lateralisasi, swabach sama dengan pemeriksa.

NAMA : NASRIZARNI SOAL CBT : VERTIGO

4. Seorang wanita, 45 tahun, datang berobat ke poli THT dengan keluhan rasa pusing berputar sejak 2 minggu yang lalu. Menurut pasien, rasa pusing berputar muncul saat pasien mengubah posisi kepala ke arah kanan atau ke kiri. Keluhan pusing berputar tidak muncul secara tiba-tiba. Pasien juga mengeluh rasa mual dan badan terasa lemas.

Apakah diagnosa penyakit pasien tsb? k. Vertigo spontan

l. Vertigo posisi m. Vertigo kalori n. Vertigo unilateral o. Vertigo bilateral

Sumber: Soal UKDI FK Universitas Sriwijaya 2008

Jawaban : B

Vertigo adalah perasaan berputar. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu, vertigo spontan, vertigo posisi, dan vertigo kalori.

Vertigo spontan timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi.

Vertigo posisi disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul disebabkan oleh perangsangan pada kupula kanalis semi sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. (FK UI, 2010)

5. Seorang pasien, laki-laki usia 65 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan pusing berputar, pasien juga mengeluh mual dan tidak bisa berdiri tegak. Saat pemeriksaan fisik, dokter melakukan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi keseimbangan terhadap pasien. Awalnya pasien diminta berdiri, kemudian pasien diminta berjalan di tempat sebanyak 50 langkah. Setelah beberapa saat, pasien berubah posisi melebihi jarak 1 meter dari tempat semula dan badan berputar lebih dari 30°.

Jenis pemeriksaan apakah yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien tsb? k. Uji Romberg (+)

l. Stepping test (+) m. Past Pointing test (+) n. Posturografi (+)

Sumber: Soal UKDI FK Universitas Sriwijaya 2008

Jawaban : B

Stepping test merupakan salah satu uji fungsi keseimbangan dengan cara pasien disuruh berdiri, lalu berjalan di tempat sebanyak 50 langkah dan akan dikatakan positif ada kelainan bila beberapa saat kemudian akan terjadi perubahan tempat lebih dari 1 meter dan badan berputar lebih dari 30°.

Romberg test  pasien berdiri dan lengan dilipat serta mata ditutup. Orang normal dapat berdiri lebih dari 30 detik

Past Pointing test  dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk menyentuh telunjuk yang lain dengan mata tertutup. Ini untuk menilai fungsi serebelum.

Posturografi  pemeriksaannya menggunakan alat (Force platform, komputer graficoder, busa dgn ketebalan 10 cm, dan disket data). Ini adalah pemeriksaan keseimbangan secara objektif Elektronistagmografi ini adalah pemeriksaan pada nistagmus, memonitor gerakan bola mata, sehingga dapat mudah dikenal gerakan nistagmus fase lambat dan fase cepat. ( FK UI 2010)

SUMBER: BUKU THT FKUI

Soal UKDI Ready 2011 tentang Stridor

3. Seoranganakmengeluhnapasnyaberbunyi. Iamengorokdannapasnyaberbau. Pemeriksaan yang diperlukanuntukmenegakkan diagnosis adalah

f. Rhinoskopi anterior g. Rhinoskopi posterior h. Laringoskopidirek i. Laringoskopiindirek j. Endoskopi

4. Seorangbayiperempuanberusia 8 bulanmasuk IGD karenasesaknapassejak 3 hari yang lalu, stridor saatinspirasi, danretraksiringan di suprasternal.

Sesakberkurangbilapenderitatidur miring ataumemakaibantal. Tidakadafebris, tidakdisertaigangguanmakanatauminum.

Pemeriksaanradiologispadajaringanlunaklehermemperlihatkanpenyempitan di daerahlaring. Keluhansepertiinisudahdirasakansejak 2 bulan yang lalu,

tetapisembuhsendiri.

Pemeriksaanpenunjanguntukkasusiniadalah f. Nasoendoskopi

h. Rontgen torakApdanLat i. Laringoskopi j. Esofagoskopi Pembahasan : 3. Jawabaan : D Keluhannapasberbunyidanmengorokmenunjukkanadanyasumbatanpadalaring.Napasberb aumungkinditimbulkanoleh proses inflamasipadalaring. Dengandemikian, pemeriksaan yang perludilakukanuntukmelihatlaring yang

dapatdilakukanolehdokterumumadalahlaringoskopiindirek. 4. Jawaban : D

Gejalanapasberbunyi (stridor), tandasumbatanjalannapas (retraksi suprasternal,

epigastrium, interkostal,atausupraklavikular), tanpaadanyademamdangangguanmakan, merupakantandadangejaladarilaringomalasia.

Laringomalasiamerupakankelainankongenital yang

seringterjadipadaanak.Dengandemikian,untukmemeriksalaring, kitaharusmelakukanlaringoskopi.

Seorang anak laki-laki umur 7 tahun, datang dengan keluhan telinga terasa penuh selama 1 minggu selama 1 tahun ini, sering bersin-bersin, meler. Pada pemeriksaan otoskopi di dapatkan secret yang

Dalam dokumen Soal Ukdi Tht (Halaman 33-56)

Dokumen terkait