• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN CERITA

Dalam dokumen Analisis Novel Arigatou Nippon. (Halaman 14-73)

RINGKASAN CERITA

Keringat Happy menetes-netes. Memang sih, udara Bandung lagi panas-panasnya. Tapi bukan itu aja yang bikin Happy mandi keringat. Mahasiswa Fikon Unpad ini berkutat melawan kopernya. Dengan sekuat tenaga Happy menduduki kopernya yang gak bisa nutup juga. Kesal, dibuka lagi tutup kopernya, lalu dia memilah-milah lagi isinya. Dengan sebal dipandangnya boneka ikan pari, selimut tipis, empat novel, sepasang sepatu, dan beberapa baju yang enggak jadi dia bawa. Sekarang tinggal berfikir, apa tetap nekat mau bawa laptop atau enggak. Kalo gak, dia gak bisa ngerjain tugas kuliah selama liburan ini. Juga gak bisa nulis diary selama perjalanan liburannya. Tapi kalo bawa… aduuuh… menambah berat bawaannya dan happy menghitung-hitung lagi. Satu koper, satu traveling bag, satu tas kecil untuk berbagai dokumen, dan satu tas berisi laptop. Cukup merepotkan. Akhirnya, cewek bertubuh langsing itu mengeluarkan sepasang sepatu lagi. Namun, tiba-tiba terdengar suara mengeong sedih dari dalam koper. Dengan kaget, dia membuka kembali tutup koper. Rupanya, anak kucingnya iseng masuk kedalam koper dan terperangkap di dalamnya. Dia merasa kasihan sekaligus sebel. Dengan menggerutu, dia mengambil anak kucing itu dan menggeletakkan di lantai. Dia bersiap menutup kopernya lagi. Tercium bau pesing dari dalammnya, ternyata anak kucing itu pipis di atas baju dan kantong sepatunya yang sudah tersusun rapi di koper.

Radit tersenyum senang melihat sepatu kesayangannya bersih sekali. Tetapi perasaannya kesal seketika mendengar ibunya mengomelinya dengan menilai sepatunya yang sudah bersih karena biasanya Radit jarang mencuci sepatunya dan adiknya Nes yang tak henti mengulangi setiap kata-kata yang keluar dari mulut ibunya seperti Beo. Setiap apa yang di lakukan radit akan di jawab kesal oleh ibunya dan diulangi Nes.

Radit kesal sekali. Kesal dengan lemari laci yang banya sekali lacinya ini. Aneh sekali orangtuanya memeutuskan membeli sebuah buffet besar yang semuanya terdiri dari 27 laci dalam berbagai ukuran. Radit juga kesal dengan adiknya yang beberapa hari ini doyan banget ngulangi omongan orang.

Radit yang ingin membawa sepatu dengan plastic kresek di omelin lagi karena ibu lebih setuju Radit membawa sandal dan sepatu kets yang menurut ibu bermanfaat saat di pesawat untuk menghangatkan.

Remaja itu meringis dan masuk ke kamarnya. Di atas tempat tidur bertebaran baju-baju, pakaian dalam, topi, jaket, kaus kaki, CD, Dipunutnya beberapa yang tidak jadi dimasukkan ke dalam koper. Di lemparkannya kembali kedalam lemari.

Radit langsung meloncat ke arah pintu dan membantingnya sampai tertutup. Besok, dia bakal pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya. Rasa menggebu-gebu cukup membuatnya gak bisa tidur dalam tiga hari ini. Belum lagi mempersiapkan barang bawaannya. Dia langsung teringat Akbar, sepupunya yang juga ikut tur ini. Sedang ngapain ya?

Dengan santai Akbar membuka halaman komiknya. Menggeliat sambil mengubah posisi berbaringnya. Diluar terdengar adiknya sedang bermain game di komputer. Adiknya yang satu lagu basah yang sedikit bau menutupi pandangannya. Sezsy kakaknya Akbar menegurnya sambil mengacak-acak rambut keritingnya yang basah. Rambut sezsy sendiri , bukan rambut Akbar yang diacak-acaknya. Sezcy marah karena Akbar tidak bisa diatur. Akbar lebih sering santai-santai seperti tidak niat pergi.

Akbar yang tahu kakaknya marah, langsung duduk sambil menggerutu kesal. Ini adalah hari pertama kenaikan kelasnya. Akbar hanya ingin santai sedikit. Semept terselip perasaan nyesel mau liburan ke luar negeri, Akbar akhirnya mengangkat tubuhnya yang tinggi besar dari tempat tidur . Dia lalu mengangkat tutup koper kemudian menutupnya lagi, hanya untuk menimbulkan efek bunyi dia menyentuh kopernya.

Lalu, Akbar keluar menuju ruang makan dan mengambil segelas air. Dilihatnya Mamah Een, pembantu setia mereka, sedang asyik menyetrika. Tiba-tiba telepon berbunyi, Radit sepupunya menelepon. Pembahasan mereka sekitar apa yang harus dibawa kesana. Akbar juga mengatakan kalau kakaknya itu akan membeli paying yang banyak dari sana. Akbar yang sedang teleponan dengan Radit, ternyata ia juga asyik menyaksikan cicak yang bersiap akan menyergap seeker nyamuk yang hinggap didinding. Karena keasyikan menyaksikan hal lain, Akbar lupa ternyata Radit sudah panjang lebar berbicara menjawab pertanyaannya.

Ibunya menyarankan kalau paspor harus di bawa sendiri-sendiri, karena takutnya kalau kepisah bakal repot ditanyain polisi disana. Maka dari itu harus menyiapkan satu tas kecil untuk dibawa kemana saja.

Cahaya blitz dari beberapa kamera terus-menerus menyinari wajahnya. Beberapa mike berukuran besar dan beberapa alat perekam disodokkan dekat wajahnya. Badannya berasa lelah, tapi sepertinya dia punya kewajiban untuk berbicara dihadapan wartawan ini. Ada beberapa wartawan dari media terhormat yang dia suka. Pertanyaan-pertanyaan mereka, meskipun ada juga yang terlalu pribadi, tidak membuat dia merasa terpojok. Beberapa di antara wartawan ini malah ada yang berteman dekat dengannya. Bahkan ada satu wartawan dari majalah remaja cewek yang dia suka. Tapi ada juga wartawan yang membuat dia merasa gak nyaman. Yang selalu bertanya kurang ajar dan sebenarnya dia agak takut sama wartawan sejenis ini.

Dia sebenarnya penasaran dan tidak tahan untuk bertanya kepada para wartawan, kenapa mereka banyak sekali yang memakai rompi berkantong seperti ini. Dia adalah Reza Natadikara seorang artis sekaligus penyanyi yang sedang naik daun. Ia baru saja menyelesaikan sinetron yang berjudul Dua Cinta dan ia juga pemain film layar lebar.

Cowok itu merenggangkan punggungnya. Tubuhnya letih sekali. Dari pagi berbagai kegiatan sudah dia lakukan. Juri lomba mirip bintang, baca kontrak baru untuk bintang iklan, dan sekarang jumpa pers dengan Duta Indah Tours and Travel yang sudah mengontraknya untuk jadi salah satu artis yang ikut rombongan tur ke Jepang ini. Hanya satu

kekurangannya, dia enggak begitu suka dengan aktris yang jadi bintang lain di tur ini. Bella Mandasari. Pernah beberapa tahun lalu, Reza terlibat proyek amal dengan cewek berambut sebahu ini. Merasa dirinya selebriti, Bella menjaga jarak dengan anak-anak korban bencana alam yang seharusnya diberi perhatian dan kasih saying sesaat. Tapi Bella seperti tidak mau menyentuh mereka, dan saat seorang anak lusuh berbaju penuh lumpur kering memegang ujung tasnya, Bella mengeluarkan tisu basah dan langsung mengelap bagian tas yang disentuh anak kecil yang langsung lari karena dipelototi. Meskipun selalu mengernyitkan hidung seperti mencium bau busuk saat melihat anak-anak malang itu, Bella banyak mengatur para panitia, termasuk dirinya, Reza, sewaktu membagikan sumbangan.

Pak Yusuf memberitahukan kepada Dudi, kalau jam sembilan malam rombongan tur harus sudah sampai di bandara. Di Kansai, Ayano sudah menunggu. Mereka pulang lewat bandara Narita, Tokyo, beda dengan kedatangan yang di Osaka. Seperti robot, Dudi mengangguk lagi. Sebenarnya dia sudah mengerti betul apa yang dibicarakan Pak Yusuf, bos Duta Indah Tours and Travel. Sudah tujuh kali dia memandu rombongan tur ke Jepang. Cuma saja, pemilik tur travel ini senang mengulang info-info yang dianggapnya penting.

Sambil terus mendengarkan nasihat Pak yusuf, Dudi melirik kea rah dua selebriti yang jadi bintang di tur ini. Seleb cewek bernama Bella itu sepertinya agak sedikit centil dan riang. Sepertinya gampang akrab. Sementara yang cowok, sepertinya agak pendiam. Tapi melihat matanya

yang setengah sayu, sepertinya cowok itu ngantuk. ‘Moga-moga di sana

dia tidak menutup diri dan membuat suasana kaku,’ harap Dudi dalam

hati.

Pak Yusuf tiba-tiba menyodorkan dua buah amplop ke depan dadanya. Amplop coklat berisikan uang yen dan rupiah untuk kebutuhan para peserta tur dan dudi juga. Amplop putih duit juga isinya, tapi untuk membeli barang titipan istri pak yusuf yang tergila-gila sekali dengan Jepang.

Cowok berkulit sangat putih dan bertubuh agak gempal tinggi ini langsung membayangkan dirinya mengangkut dua koper besar yang berat. Wajahnya yang lucu kekanakan memerah. Para wartawan telah pulang. Yanh tersisa hanya Reza yang sedang mengobrol dengan manager Bella. Pak Yusuf lalu menghampiri Bella dan Reza untuk member mereka amplop uang saku. Bella duduk memojok dan sedang membedaki dirinya.

Suri dititipi begitu banyak barang oleh teman-temannya, termasuk yang sedang bertepon dengannya ini. Temannya ini seorang cowok, tapi agak sedikit feminin. Temannya ini diminta tolong untuk membelikannya bedak Shiseido yang berharga 2.000 yen. Dia juga meminta suri untuk mengambil foto si ganteng Reza.

Suri memandang wajahnya yang tirus dan pputih di cermin. Dibedaki lagi hidungnya yang mungil. Dia telah siap-siap untuk pergi ke Plaza senayan membeli keperluan selama perjalan liburannya dan juga singgah ke Gramedia untuk membeli kamus Jepang. Ia takut bingung di sana bicara apa. Setelah itu ia akan mengepak baju.

Suara handphone mengganggu konsentrasinya saat menyetir. Suara Abu, cowok yang lagi PDKT sama Bella. Jelas, ditawarin tumpangan ke bandara sama cowok kaya dan ganteng, gak bakal Bella tolak. Siapa tahu, cowok itu bakal ngasih dia uang saku tambahan. Bella minta dijemput di rumahnya jam 6 pagi karena jam 8 harus sudah kumpul di bandara.

Sambil duduk di atas kopernya, Diana memasukkan uang yen itu ke dalam sebuah dompet panjang. Dompet itu langsung menggembung dan sulit dikancingkan. Diana mengambil tas hitam dari kulit dan memasukkannya juga sebuah kalkulator dan buku notes kecil.

Indri mengamati sahabatnya itu dengan cermat. Cewek tinggi kurus itu merenggangkan tubuhnya. Indri gak kepikiran akan membawa kalkulator, ia berniat meminjam kalkulator dengan Mbak Nina. Diana berfikir kalkutor berguna untuk mengitung-hitung ketika mereka belanja disana.

Pintu dibuka dan seorang ibu separuh baya masuk. Dia membawa segenggam uang dan memberikannya kepada Diana. Ibunya menyarankan agar membawa dolar Amerika. Ibu juga menyodorkan amplop tebal lagi yang berisikan uang yen, ibu minta dibelikan mutiara jepang.

Indri juga di berikan uang saku oleh ibu Diana. Karena ibunya sudah menganggap Indri sebagai anaknya sendiri. Indri menerima uang itu dengan malu-malu, tapo hatinya senang. Perjalan ke Jepang bareng sahabatnya ini memang menguras banyak tabungannya. Tapi sejak SMP di Bandung, mereka bertekad suatu saat nanti akan jalan-jalan I berbarengan. Dan terwujud saat ini, saat Indri sudah kerja dan Diana kuliah S2.

Ibu Diana menyuruh Indri pulang dengan ajudannya Ayah Diana. Indri memutuskan untuk pulang sekarang supaya banyak waktu istirahat. Dia lalu memeluk sahabatnya dengan saying. Diana menyambut dengan ceria. Tak lupa Indri mencium tangan kedua orangtua Diana. Sahabatnya ittu mengantarkan ke luar. Sayup-sayup masih didengar suara ayah Diana, yang mengingatkan Diana supaya jangan lupa membawa mukena dan sajadah. Di Jepang sepertinya jarang sekali mesjid. Indri juga mencatatnya dalam hati.

Alhamdulillah… batin Ibam. Akhirnya terwujud juga bisa berangkat ke Jepang. Cowok cungkring berkaca mata ini merasa perjalanannya kali ini bakal menyenangkan. Bahasa Jepang yang selalu dipelajarinya di kampus sekarang bisa dilatih langsung di negaranya. Dilihatnya lagi daftar barang khas Jepang yang harus diburunya. Pasti ini bakal jadi koleksi yang menyenangkan buat menghias kamar dan rumahnya.

Dilongoknya lagi tasnya. Di dalamnya ada dua paket titipan dosenya untuk kenalannya di Jepang. Rencananya Ibam bakal nelepon mereka dari hotel buat memberikan paket ini sekaligus mencoba cari beasiswa.

Sayang, dari daftar tempat yang dikunjungi, tidak ada kunjungan ke perguruan tinggi di sana. Memang sih, buat peserta tur lainnya pasti tidak menarik, tapi buat Ibam itu hal yang sangat menyenangkan. Dia bertekad kuat dalam hati, dia ingin mencari kenalan dan kemudian jadi teman bersurat-suratan.

Tinjunya kali ini berhasil menohok dagu lawannya dengan keras. Andre terkekeh-kekeh saat lawannya terjengkang ke belakang. Rupanya masih kurang keras karena lawannya masih berhasil bangkit lagi. Staminanya memang sudah hamper habis, tapi dia masih bisa melawan andre.

Kali ini Andre menghajar dengan tendangannya sekuat tenaga. Sekali lagi lawannya terlempar keras ke belakang… dan tidak bangun lagi. Suara berisik menggema dan tulisan ‘WIN’ besar-besar menyala dari layar tv. Menghembuskan napas dengan keras, Andre berdiri dan meregangkan otot-ototnya.

Diliriknya jam di atas meja belajarnya. Jarum pendeknya berada di antara angka 11 dan 12. Lalu dia teringat, besok malam pasti bakal duduk sangat lama. Dimatikannya tv dan play stationnya. Dengan langkah terseret-seret dia menuju kamar mandi. Sambil mencuci wajah tampannya di watafel, Andre berfikir kalo dia bakal memborong berbagai game seru dan konsol terbaru di Jepang. Dipandanginya tubuh berototnya dengan puas. Mukanya terasa tidak lai tebal setelah mencuci muka. Giginya pun terasa licin setelah sikat gigi. Setelah tubuhnya dikeringkan, Andre membaringkan diri di atas tempat tidur. Dalam hitungan detik, dia sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Sesampainya di Bandara Akbar mengeluh karena di terminall keberangkatan masih sepi. Tubuhnya yang bongsor dilemparkan ke sebuah

kursi yang langsung berderit protes. Ibu berkata lebih baik tidak terlambat sambil menarik tangan Radit yang sedang berdiri mematung memandangi daftar menu di sebuah kios penjual makanan. Ibu memandangi keponakannya yang kelihatannya sedang lapar. Ibu menyurus Sezsy membelikan makanan di McDonald’s.

Sezsy yang baru saja melepaskan kerepotannya dengan berbagai tas dan koper menerima uang dari tangan ibunya sabil sedikit merengut. Tetap saja dia melangkahkan kakinya kea rah gerai McDonald’s. Rambut keriting panjangnya bergerak-gerak lucu saat dia berjalan. Akbar dan Radit duduk berdampingan dengan wajah bingung karena suasananya masih sepi, namun penuh semangat. Ibu selalu menegaskan, mereka berdua harus nurut denga Sezsy, tidak boleh jalan sendiri-sendiri, harus saling jaga dan jangan berbuat yang aneh-aneh. Terpaksa ibu menelan nasihatnya yang hampir keluar. Dudi menghampiri mereka dan memperkenalkan diri. Mereka semua bersalaman dengan Dudi, yang langsung membuka tas selempangnya yang tampak penuh. Dikeluarkannya beberapa benda dari dalam tas itu. Paspor dan surat-surat lainnya. Tiga dokumen itu berpindah tangan.

Ibu sedikit cemas dengan Radit dan Akbar karena kelihatannya mereka agak teledor, ibu menyarankan agar dekumen-dokumen tersebut diserahkan saja pada Sezsy, tapi Ayah melarang karena mereka harus pegang masing-masing, harus belajar bertanggung jawab. Dudi kembali mengulurkan beberapa barang yang harus sering di pakai selama perjalanan kepada Ayah, yaitu pin, topi, stiker buat koper, dan jaket dari

pihak travel. Akbar dan Radit berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri penuh minat. Pinnya bergambar menarik, sedangkan jaket dan topinya berwarna merah dengan aksen warna broken white di capingnya. Walaupun agak ngejreng tapi mereka suka, bahannya bagus. Sezsy datang dengan tangan penuh bungkusan langsung tertarik dengan barang-barang yang dibagikan. Dudi mengajak mereka gabung bersama rombongan lain dan ternyata Reza sudah datang. Sezsy sama sekali tidak perduli dengan aktris-aktris yang datang, karena diaa ke Jepang bukan karena ada artis. Sezsy menggerutu dalam hati sambil menyuapkan sepotong ayam dan sejumpun nasi ke dalam mulutnya.

Mulut Bella merengut. Dia kesal sekali sama Abu. Cowok ini memang janji mau anterin dia ke bandara. Orangtuanya yang ikut mengantar juga bakal dianter jemput Abu. Tapi kenyataannya, mereka semua harus berdesak-desakan dalm mobil Honda Stream milik Abu.

Bella kecewa karena Abu tidak membawa mobil Toyota Alphard kerennya. Turun dari mobil mewah di depan terminal keberangkatan bisa menaikkan harga diri. Apalagi sebagai seorang selebriti terkenal, pastinya turun dari tunggangan keren sangat penting. Semua mata pasti memandang. Apalagi tau ada wartawan infotainment yang datang. Tapi ternyata, sore tadi Abu datang dengan Honda Stream-nya. Dia membawa adiknya juga. Ditambah koper-koper Bella, penuhlah mobil Abu. Adik Bella sampai tidak jadi ikut mengantar ke bandara. Abu menjaili Bella dengan mengatakan “Lo mau pindah atau liburan”, sampai-sampai Abu menyuruh Bella duduk di atas koper-kopernya kalau tidak muat lagi.

Mendengar itu, Bella memandang cowok tampan ini dengan jengkel. Candaan itu bikin Bella bête sampai akhirnya mereka tiba di bandara. Terlihat Dudi langsung tergopoh-gopoh menghampiri saat Bella berjalan sambil menyeret koper kecilnya. Orangtuanya mengikuti dari belakang. Abu dan adiknya tampak kerepotan dengan satu koper besar, satu travelling bag, dan satu tas cewek berukuran besar. Entah apa isinya. Bayi pun bisa masuk ke dalamnya.

Tidak terlihat satu pun wartawan infotainment yang datang memburu. Mungkin karena saat itu sudah malam. Mereka datang di sambut dengan sapaan Dudi. Dudi mengatakan kalau paket buat mas Abu sudah di simpan dekat kopernya dengan senyum dikulum. Mendengar itu Bella curiga ada sesuatu yang dirahasiakan antara Abu dan Dudi, bella pun bingung ternyata mereka berdua sudah saling kenal. Abu tidak mau memberitahu Bella paket apa yang di sembunyikan, Bella makin sebal, dipandangnya cowok tinggi berwajah indo ini lekat-lekat.

Terminal terlihat agak sepi. Sekali lagi, mungkin karena saat itu sudah malam. Di beberapa meja tunggu, terlihat sekitar 20 orang memakai jaket seragam berwarna merah. Dudi membawa dua paket berisi jaket, topi, dan lencana. Diberikannya satu kepada Bella dan satu lagi kepada Abu. Bella memandang tidak percaya ke arah Abu dan Dudi bergantian. Ternyata Abu juga ikut dalam rombongan perjalan ke Jepang ini. Ia langsung mendaftar sewaktu tahu bintang tamunya Bella. Buat menunjukkan rasa senangnya, Bella memeluk Abu dengan erat. Abu dan Dudi tertawa. Semua itu tidak luput dari pandangan orang-orang yang ada

di situ. Setelah itu Dudi memperkenalkan Bella dan Reza dengan rombangan yang sudah datang.

Dudi mengancingkan kopernya setelah selesai diperiksa petugas. Dipastikan lagi bungkusan oleh-oleh buat Ayano tidak terlalu kusut terperangkap di dalamnya. Ayano yang manis, lucu, kita bisa ketemu lagi, batin Dudi dalam hati. Sempat terjadi kericuhan juga saat di pemeriksaan bawaan. Salah satu peserta membawa bedak tabor dalam wadah kaleng. Bedak itu diperiksa teliti, dikocok-kocok, dikeluarkan isinya sedikit untuk dicium. Ternyata isinya murni bedak dan enggak ada yang mencurigakan. Lolos.

Tapi masalah lainnya belum juga beres. Seorang peserta yang tertarik menonton pemeriksaan bedak itu kelupaan membawa satu tasnya. Setelah sampai pesawat, dia sadar, salah satu tas jinjingnya tidak dia temukan. Setelah diingat-ingat, dia sadar lagi, tas itu masih ada di gerbang pemeriksaan. Dudi terpaksa keluar dari pesawat dan mengantarnya mencari tas. Di tempat pemeriksaan tas, sedang ada keributan kecil. Banyak petugas bandara mengurumuni sebuah barang. Ternyata tas peserta yang tertinggal itu. Waktu dibilang bahwa tas itu tertinggal, wajah para petugas terlihat lega. Sebagian menahan tawa. Petugas bandara mengira tas itu adalah bom, dan ada yang menanyakan mbak ini teroris atau bukan. Peserta itu nyengir malu. Ia meminta maaf kelupaan barangnya sendiri karena bawaan barangnya banyak. Daripada obrolan berlanjut dan akhirnya terlambat masuk pesawat sehingga diomelin kru

pesawat, Dudi menyeret cewek itu dari perangkap petugas pemeriksaan bandara. Dengan setengah berlari, mereka kembali ke pesawat.

Pesawat sendiri hanya tiga perempatnya terisi. Tiga bersaudara dari Bandung terlihat senang mendapat tempat duduk di tengah, yang hanya dikuasai mereka sendiri. Bella bersama Abu ditempatkan di kursi samping mereka. Di depannya Reza sendiri dan di depannya Dudi juga sendiri. Di barisan tengah sebelahnya, duduk beberapa peserta. Di belakang mereka terlihat beberapa orang Jepang dan sepasang suami istri bule yang terus ngoceh dalam bahasa Belanda. Sebagian kabin kelas ekonomi itu memang terisi oleh 37 orang peserta Duta Indah Tours and Travel.

Pesawat sudah take off dengan sukses. Sekarang ini pramugari mulai berseliweran untuk melayani penumpang. Dudi memperhatikan, seragam para pramugari ini baru. Pramugari itu menarik sedikit trolinya ke depan. Diana menoleh ke arah pramugari yang berdiri agak di belakangnya. Diana terkejut setelah melihat pramugari itu, ternyata dia mengenalinya. Ia adalah Saski teman satu SMAnya di SMA 5. Saski menjadi pramugari maskapai luar negeri. Diana memperkenal Saski dengan Indri. Indri agak sedikit berdiri saat bersalaman dengan Saski, karena dia duduk di dekat jendela.

Diana sama-sama memesan paket daging sapi dan meminta apple

Dalam dokumen Analisis Novel Arigatou Nippon. (Halaman 14-73)

Dokumen terkait