• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA RAKYAT SELENDANG DELIMA

2.2 Ringkasan Cerita

Pada zamandahulu kala ada sebuah kerajaan yang bernama Bandar Pirus, negeri ini sangat makmur dan peraturan-peraturan kerajaan sangat baik. Tapi tanpa disangka-sangka suatu hari datang musibah, datangnya seekor burung garuda yang menyambar dan melenyapkan kampung tersebut, sehingga kampung tersebut musnah

semuanya, hanya yang dapat selamat seorang anak muda yang bernama Mambang Segara dengan adiknya Sri Bunian. Jadi hanya tinggal berdua saja yang tinggal dirumah, sedangkan kampung sudah lengang, tidak ada apapun lagi. Kesudahannya si abang bertekad akan pergi dari kampung tersebut, karena sudah tidak ada apa-apa lagi makanan pun sudah habis, hanya tinggal sebuah kebun dengan buah-buahan,ini pun sudah hampir habis. Jadi kata si abang ”adikku Sri Bunian, tinggallah kamu di rumah baik-baik, biarlah abang membuat sebuah perahu.” jadi ditebang si abanglah sebuah pohon untuk membuat perahu.

Dari hari kehari si adik tinggal di rumah, dan apabila sore hari si abang pun kembali kerumah, pagi hari dia pergi lagi meneruskan pekerjaannya untuk membuat perahu. Pada suatu hari berkatalah si abang ”Adikku kalau lapar sekali engkau, makanlah buah-buahan yang lain, tapi buah yang satu ini jangan kau makan, itu namanya buah Delima, kalau kau makan juga datang aib pada dirimu.” baiklah bang, apa yang abang larang tidak akan kulakukan.”

Jadi pada suatu hari entah bagaimana ingin sekali adik memakan buah Delima itu, tapi ini tidak dikatakannya kepada abangnya. Maka terjadilah perubahan pada dirinya bulan demi bulan, karena di hamil buah itu bukan buah biasa, tapi buah jelmaan dewa, setiap hari terjadi perubahan hamilnya besar dan dia sangat malu.

Sewaktu abangnya pergi lagi mengerjakan perahunya yang hampir siap, dan ia hanya tinggal sendiri di rumah, lahirlah anaknya yang jelmaan dari buah Delima. Setelah itu dibersihkannya itu baik- baik dan dimasukannya ke dalam peti.

Ketika abangnya pulang Sri Bunian sudah tidak ada lagi hilang ghaib, akibat memakan buah Delima itu, hanya tinggal anaknya saja yang telah dimasukkannya ke dalam peti. Abangnya menjerit-jerit memanggilnya. Dan tidak berapa lama terdengarlah suara, ” Abangku, bila abang merantau bawalah peti ini baik-baik, jangan dibuka kalau belum tiba saatnya. Kalau abang nanti sudah senang, sudah menjadi raja barulah boleh abang buka.” jadi pesan adiknya itu dipatuhinya.

Maka setelah siap perahunya, berlayarlah dia merantau sehingga sampai di sebuah negeri. Di negeri tersebut dia diangkatsebagai raja. Karena baik dan perkasanya, banyak orang menyodorkan puteri- puterinya untuk dijadikan isteri sampai berjumlah tujuh orang yang enam satu istana, sedangkan isteri yang nomor tujuh dilainkan tempatnya, karena dialah yang paling dikasihi oleh Mambang Segara.

Kesukaan Raja-raja dahulu berlayar merantau melihat-lihat negeri lain, tidak seperti sekarang. Kalau raja hendak berlayar isterinya yang enam banyak berpesan, bawakan ini, bawakan itu, tapi isteri yang nomor tujuh tidak pernah berpesan apa-apa. Apa yang dibawakan dia selalu merasa senang.

Jadi sewaktu raja berlayar, datanglah keenam isterinya kerumah isteri yang bungsu dan mereka melihat sebuah peti dan bertanya ; ”Dik apa yang ada didalam peti itu?” ”O,... ini pesan suami kita, tidak boleh dibuka, kalau dibuka nanti dia murka, jadi saya tidak berani membukanya.” ”O,... jangan-jangan madu kita yang disembunyikannya di dalam. Kita sudah tujuh cukuplah jangan sampai delapan,” kata yang enam ini.”kakak, janganlah pesan suami kita tidak boleh kita langgar.” ”ah, bukalah kata yang enam ini”. Karena takutnya, maka dengan berat hati dibukalah peti itu oleh isteri yang bungsu. Maka keluarlah seorang puteri yang bernama Selendang Delima, yaitu anak Sri Bunian yang hilang jadi berarti adik Mambang Segara.

Sebaik puteri ini keluar, maka dia disiksa oleh isteri Mambang Segara yang enam inilah habis-habisan, dipukul tapi puteri Selendang Delima tidak mau bercakap, dia hanya menangis saja. ”sudahlah kak,”kata isteri yang bungsu. Jangan disiksa lagi.” maka pergilah isteri- isteri yang enam ini dan Selendang Delima diurus oleh isteri bungsu, dibedaki baik-baik dan setelah itu apabila pagi tiba diseretlah dia oleh isteri yang enam ini tadi, mukanya disapu dengan arang, disuruh menjemur padi dan macam-macam lagi. Penyiksaan yang diberikan oleh isteri yang enam ini, sore hari dia pulang ke rumah isteri yang bungsu.

Demikianlah sampai Mambang Segara pulang dari perantauan, diceritakanlah tentang putri yang dikeluarkan oleh isterinya yang enam, tapi itulah bodohnya orang dahulu, tidak ada bertanya puteri siapa sebenarnya.

Sudah demikian raja pergi lagi berlayar dan isteri yang enam banyak berkirim barang-barang sedangkan yang bungsu tidak ada meminta apa-apa dan terakhir bertanya kepada anak tadi (Selendang Delima). ” Selendang Delima, apa kirimanmu, aku mau berangkat.” Selendang Delima menjawab. ” saya tidak memesan apa-apa,cuma apabila tuan hendak pulang, ada sebuah rotan dan batu, tuan bawalah itu pulang untuk saya, apabila tuan lupa maka perahu akan terpacak tidak bisa berlayar.” Maka kata Mambang Segara, sungguh bijak engkau Selendang Delima yang tidak-tidak saja pesananmu, masak rotan da batu, begitupun tidak mengapa, mudah-mudahan kuingat nanti.

Maka berangkatlah Mambang Segara berlayar, beberapa bulan kemudian pulanglah di, dan dilaluinya pulau rindu, tapi Mambang Segara lupa mengambil rotan dab batu yang dipesankan Selendang Delima, maka tertahanlah dia lama sekali di pulau itu, dan dia bertanya kepada ahli nujum, mengapa bisa jadi begini. Maka setelah direnungkan oleh ahli nujum tersebut dia berkata, ”O,... Tuanku, rupanya tuanku lupa pesanan seorang anak, barang yang ajaib dari

pulau ini.” barulah Mambang Segara ingat maka diambilah rotan dan batu itu, barulah dia bisa berjalan. Samapi ke negeri dia disambut oleh rakyat. Dan raja membagi-bagikan pesanan ke enam dan tidak lupa juga untuk isterinya yang bungsu dan barulah diberikan rotan dan batu yang dipesan oleh anaknya Selendang Delima.

Dan Selendang Delima meminta selendang kepda makciknya yang nomor 7. Mintalah selendang satu aku mau mengayun rotan dan batu ini di bawah tangga. Maka rotan dan batu diayunnya di bawah tangga sambil bernyanyi.

Ayun-ayunlah ayun rotan dan batu Letakmu tuan di pulau rindu

Kaulah jelmaan ayah bundaku Sungguhlah dalam hatiku rindu Ayun-ayunlah rotan melingkar Hayolah tuan menjelmalah segera Obatkan hati pedih dan lara

Terdengarlah Mambang Segara, maka katanya ”Aduh merdunya suaramu, coba ulang lagi apa yang kau katakan, masak rotan dan batu yang kau ayun-ayun.” Selendang Delima diam saja, tapi dia mengulanginya lagi.

Ya Illahi Tuhanku Rabbi

Mambang Segara nama uwakku Sri Bunian nama Ibuku

Dewi laksana nama ayahku.

Maka datang Mambang Segara, dilemparkanya rotan dan batu itu kehalaman, dan menjelmalah berupa bayang-bayang ibunya Sri Bunian,” Oh, abang rupanya rupanya pedih sekali hati anakku dibuat oleh isteri abang yang enam itu, hanya isteri yang bungsulah yang sayang kepadanya, tapi mudah-mudahan Tuhan melindungi anakku dan diri abang.” barulah Mambang Segara sadar bahwa Selendang Delima ini adalah anak adiknya Sri Bunian. Maka dipanggilnyalah isterinya yang enam itu tadi mau disiksanya, tapi Selendang Delima melarangnya.

”Jangan, maafkanlah mereka . . . . kalau tidak karena perbuatan mereka mungkin kisah ini tidak terbuka. ” jadi dimaafkanlah isteri yang enam ini.

Pendek cerita tinggallah isteri yang bungsu dengan Selendang Delima bersama-sama. Maka kerajaan itu kembali makmur seperti sedia kala.

Dokumen terkait