• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PROPOSAL

STKIP PGRI LAMONGAN TAHUN

RINGKASAN PROPOSAL

Di Kabupaten Lamongan Terdapat 27 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan yang tersebar di 27 kecamatan di Kabupaten Lamongan dengan mengelola 632 lembaga SD dengan jumlah guru 6509 orang dan 976 lembaga TK dengan jumlah guru 3333 orang. Setiap UPT bertanggungjawab atas penyelenggaraan administrasi pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Besarnya potensi tersebut tentu harus membutuhkan penangunan dari berbagai pihak, khususnya terkait keterampilan guru dalam aktivitas pembelajaran.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini sangat terasa pengaruhnya dan tidak bisa dihindari lagi. Sehingga mengintegarsikan ICT dalam aktivitas pembelajaran akan sangat membantu guru dan suasana pembelajaran. Perbedaan generasi antara guru dan siswa tentu menjadi jalan pemisah dalam meningkatkan kualitas komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga mau tidak mau, guru juga harus terampil menggunakan ICT dalam aktivitas pembelajaran, agar siswa juga bisa menikmati pembelajaran sesuai dengan masanya.

UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Kalitengah berjarak + 20 km dari STKIP PGRI Lamongan. Mitra kedua ini membina 20 Taman Kanak-Kanak dan 18 Sekolah Dasar dengan jumlah guru TK sebanyak 75 orang dan jumlah guru SD sebanyak 90 orang. Wilayah ini merupakan daerah pedesaan dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani tambak. Walaupun jaringan internet sudah masuk daerah ini, namun kegunaannya hanya dinikmati generasi muda untuk sekedar bermain sosial media dan

game online. Proses pembelajaran masih bersifat konvensional dengan media seadanya. Penggunaan ICT masih terbatas pada pembelajaran komputer saja. Sedangkan UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Lamongan berjarak + 2 km dari STKIP PGRI Lamongan. Mitra pertama ini membina 52 Taman Kanak-Kanak dan 38 Sekolah Dasar, dengan jumlah guru TK sebanyak 90 guru negeri. Pengelolaan pendidikan di wilayah ini lebih baik. Sebagian besar satuan pendidikan sudah menggunakan ICT dalam pembelajaran, namun sifatnya masih bersifat alat bantu pembelajaran, misalnya saja penggunaan LCD proyektor dan laptop sebagai penyampai materi. Minimnya pengetahuan dan aplikasi ICT yang relevan digunakan untuk pembelajaran menjadikan aktivitas belajar dirasakan monoton.

Bedasarkan berbagai kajian masalah yang dihadapi mitra pada bagian sebelumnya, maka pemberian pendampingan dan demonstrasi pembelajaran berbasis ICT bagi guru SD yang menjadi mitra tersebut menjadi solusi sebagai upaya mengembangkan kualitas pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa rumusan tersebut diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut: (1) Membekali dan meningkatkan minimal 75% keterampilan guru SD dalam mengoperasikan perangkat Information and Communication Technologies (ICT) pada aktivitas pembelajaran. (2) Membekali dan meningkatkan minimal 75% keterampilan guru SD dalam mengoperasikan program Edmodo sebagai media komunikasi dan konseling antara guru dan siswa sebagai upaya optimalisasi hasil belajar siswa secara merata. (3) Membekali dan meningkatkan minimal 75% keterampilan guru SD dalam membuat dan mendesain program power point sebagai media pembelajaran interaktif dalam upaya menciptakan aktivitas pembelajaran di kelas secara kreatif dan mandiri. (4) Membekali dan meningkatkan minimal 75% keterampilan guru SD dalam membuat dan mendesain program evaluasi pembelajaran berbasis ICT sebagai alat penilaian dan evaluasi sebagai upaya menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, perbaikan kegiatan belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat, hal ini dilakukan karena majunya pendidikan membawa implikasi meluas terhadap pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntunan zaman.

Menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan mampu meningkatkan hasil belajar merupakan tugas dan kewajiban guru. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan guna memperoleh hasil belajar yang tinggi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dicoba demi menjawab permasalahan yang sering dihadapi setiap sekolah (Handayani, 2012).

Berdasarkan analisis Slameto (2003), bahwa masalah yang timbul dalam pembelajaran di sekolah antara lain disebabkan kurangnya komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Siswa cenderung pasif dan hanya mendengarkan informasi dari guru (teacher oriented), sehingga proses pembelajaran berlangsung membosankan.

Pembelajaran berkualitas dapat terjadi apabila ada kerjasama yang baik antara guru dan siswa, serta didukung oleh fasilitas yang menunjang dalam kegiatan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil meta analisis terhadap beberapa penelitian yang dilakukan oleh Mirrison, Mokashi dan Caffer dari tahun 1996-2006 yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan meta analisis tersebut disimpulkan adanya 44 indikator kualitas pembelajaran yang dikelompokkan kedalam 10 kategori. Secara umum ke 10 indikator kualitas pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: (1). Rich and stimulating physcol environment, (2) Classroom climate condusive to learning, (3) Elear ang high expection for all student, (4) Cherent, focused instruction, (5) Thougtful discoure, (6) Outhentic learning,(7) Regular diagnostic assessment fot learning,(8) Reading and writing as assential activites, (9) Mathematical reasoning, (10) Effective use of

technology. Dari hasil meta analisis tersebut dapat dipahami bahwa kualitas pembelajaran bisa diketahui dari: (1) Lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar, (2) Iklim kelas kondusif untuk belajar, (3) Guru menyampaikan materi pembelajaran secara koheren dan fokus, (5) Wacana yang penuh pemikiran, (6) Pembelajaran bersifat rill (autentik dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa), (7) Adanya penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik, (8) Membaca dan menulis sesuatu kegitan yang esensial dalam pembelajaran, (9) menggunakan penalaraan pemecahan masalah dan (10) menggunakan teknologi pembelajaran (Widoyoko, 2008).

Melihat betapa banyaknya peran dan tanggung jawab guru, maka sebagai seorang guru harus mampu menguasai tuntutan dari profesinya. Mulai dari kompetensi pribadinya, kompetensi mengajarnya, profesinalisme guru, dan kreativitas guru. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, kreatif, aktif, dan efektif sesuai dengan perkembngan zaman, maka guru harus memiliki kemampuan dan usaha yang maksimal.

Pengintegrasian Information and Communication Technologies (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dirasa sebagai solusi masa kini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Fisher (2003), pengintegrasian ICT mampu merangsang aktivitas pembelajaran di negara barat sejak tiga puluh tahun yang lalu. Menurut kajian Parker (2008) bahwa pembelajaran menggunakan ICT dapat meningkatkan minat dan perhatian peserta didik, meningkatkan pemahaman, menambah pengalaman pembelajaran, membantu pengembangan literasi serta meningkatkan berfikir tingkat tinggi siswa. Sedangkan menurut hasil kajian Burnett (2010) bahwa anak-anak masa kini tumbuh dalamtextual landscapedi mana mereka memiliki berbagai cara berinteraksi dan bermain dengan aktif di dalam lingkungan yang diciptakan melalui teknologi digital seperti permainan komputer, telepon seluler dan dunia virtual.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini sangat terasa pengaruhnya dan tidak bisa dihindari lagi. Sehingga mengintegarsikan ICT dalam aktivitas pembelajaran akan sangat membantu guru dan suasana pembelajaran. Perbedaan generasi antara guru dan siswa tentu menjadi jalan pemisah dalam meningkatkan kualitas komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga mau tidak mau,

guru juga harus terampil menggunakan ICT dalam aktivitas pembelajaran, agar siswa juga bisa menikmati pembelajaran sesuai dengan masanya.

1.2 Permasalahan Mitra

Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51' - 7o23' Lintang Selatan dan 112o33' - 112o34 Bujur Timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau ±3.78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten terdiri dari 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 447. Potensi pendidikan di Kabupaten Lamongan juga sangat besar, hal ini diketahui dari banyaknya jumlah satuan pendidikan. Secara rinci potensi tersebut bisa diketahui pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 potensi pendidikan di Kabupaten Lamongan tahun 2015/2016

No Satuan Pendidikan Jumlah Lembaga (Negeri/ Swasta) Jumlah Guru Jumlah Siswa 1 TK 976 3333 32197 2 RA/BA 192 623 5511 3 SD 632 6509 57020 4 MI 530 6788 53160 5 SMP 152 4020 36996 6 SMA 71 19599 2254 7 SMK 68 2323 19592 8 MTS 177 3755 23952 9 MA 79 2104 14460 10 Perguruan Tinggi 13 858 13478

Besarnya potensi pendidikan yang ada di Kabupaten Lamongan membuat banyak sektor yang harus dikembangkan, salah satunya adalah keterampilan guru dalam aktivitas pembelajaran. Sebab, peran guru akan sangat menentukan kualitas

outcomepeserta didik.

Terdapat 27 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan yang tersebar di 27 kecamatan di Kabupaten Lamongan. Setiap UPT bertanggungjawab atas penyelenggaraan administrasi pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Rata-

rata satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran masih secara konvensional. Hal ini disebabkan karena kebnayakan sumber daya pendidik yang dimiliki satuan pendidikan tersebut diatas 45 tahun yang masih gagap teknologi. Kondisi ini tak terkecuali juga terjadi pada guru dilingkungan kerja UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Lamongan dan UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Kalitengah.

UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Kalitengah berjarak + 20 km dari STKIP PGRI Lamongan. Mitra kedua ini membina 20 Taman Kanak-Kanak dan 18 Sekolah Dasar dengan jumlah guru TK sebanyak 75 orang dan jumlah guru SD sebanyak 90 orang. Wilayah ini merupakan daerah pedesaan dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani tambak. Walaupun jaringan internet sudah masuk daerah ini, namun kegunaannya hanya dinikmati generasi muda untuk sekedar bermain

sosial media dan game online. Proses pembelajaran masih bersifat konvensional dengan media seadanya. Penggunaan ICT masih terbatas pada pembelajaran komputer saja.

UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Lamongan berjarak + 2 km dari STKIP PGRI Lamongan. Mitra pertama ini membina 52 Taman Kanak-Kanak dan 38 Sekolah Dasar, dengan jumlah guru TK sebanyak 90 guru negeri. Pengelolaan pendidikan di wilayah ini lebih baik. Sebagian besar satuan pendidikan sudah menggunakan ICT dalam pembelajaran, namun sifatnya masih bersifat alat bantu pembelajaran, misalnya saja penggunaan LCD proyektor dan laptop sebagai penyampai materi. Minimnya pengetahuan dan aplikasi ICT yang relevan digunakan untuk pembelajaran menjadikan aktivitas belajar dirasakan monoton.

Selain itu, hampir di semua wilayah yang ada di Kabupaten Lamongan masih sangat minim sekolah melibatkan orang tua dalam mengetahui perkembangan pendidikan anak-anaknya. Keterlibatan orang orangtua lebih pada aktivitas paguyuban dan saat kegiatan awal dan akhir pembelajan tiap tahunnya. Sehingga sistem kontrol antara kedua pihak kurang sinergis.

Penggunaan ICT dalam pembelajaran selain dapat membantu aktivitas belajar lebih menarik dan efisien, juga mampu menjadi jembatan bagi guru dan orang tua untuk mengetahui aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh anaknya melalui aplikasi ICT.

BAB 2

Dokumen terkait