• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riset Partisipan III (Tn. H)

Dalam dokumen LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN (Halaman 22-54)

Berdasarkan keteragan dari pengasuh lansi RP III adalah lansia yang melakukan aktivitasnya bergantung pada pengasuh di panti dalam melakukan aktivitas sehari-harinya seperti mandi, makan, BAB/BAK dan berpindah. RP III sering marah apabila pengasuh lansia terlambat datang bila dipanggil oleh RP III. Pengasuh lansia juga mengungkapkan bahwa RP III rajin beribadah, setiap diadakan ibadah di panti RP III selalu ikut, RP III selalu meminum obat hipertensinya.

Lampiran VIII Verbatim Triangulasi Sumber: Riset Partisipan Pewawancara : Paulina Gonsalisti ( Peneliti ) Riset Partisipan 1 (RP I) : Ny. A ( Riset Partisipan )

Waktu : Tanggal 13 – 26 April 2016, 30 – 60 menit Tempat : Panti Sosial Menara Kasih Salatiga

Pelaku Uraian Wawancara

P Selamat Pagi. (sambil mencium tangan ibu) RP I Selamat pagi, berkah dalem.

P Berkah dalem bu. RP I Masih dong.

P Apakah hari ini ibu bersedia diwawancara lagi dengan pertanyaan yang sama seperti waktu kemarin siang bu?

RP I Bisa. Siap. (gaya seperti hormat) P Ok Sejak kapan ibu terkena stroke?

RP I Ibu terkena stroke sudah kurang lebih jalan 5 tahun. P Apa yang ibu ketahui tentang stroke?

RP I Stroke itu yang membuat orang mengalami kelumpuhan seperti teman saya juga kena stroke terus saya sekarang ini lumpuh. P Apa yang menyebabkan sampai ibu terkena stroke?

RP I Pemikiran saya waktu itu saya pikiran berat, jengkel, kesal. Kata dokter saya terserang stroke karena hipertensi atau tekanan darah ibu tinggi.

P Apa yang membuat ibu jengkel dan kesal?

RP I Saya jengkel dan marah sama itu anak buah ee anak saya sing namane Nana. Menjengkelkanlah waktu itu di rumah Imam Bonjol (nama jalan rumah anaknya), disini (sambil memegang dada) saya cuma diem-diem akhirnya yang kalah saya sendiri terus kena stroke. Dia tinggal disitu ndak bayar ndak apa cuma numpang, tapi kelakuannya kaya bos ndak mau kerja, dia bikin saya seperti babu, kalau saya lihat orang itu (Nana) adanya cuma jengkel. Waktu itu saya bangun cari dia ndak ada. Dia pergi ndak bilang-bilang kepasar sama tetangga saya, saya jadi ne jengkel. Saya jengkel saya cari dia ndak ada, terus saya jalan ke dapur seperti mak jegling, saya jatuh terus saya panggil tukang sayur, ada tetangga lihat saya yang bilang itu bu sri, bu sri muka ee perot, koyo ee kena stroke. Setelah itu panggil

anak saya, terus saya dibawa kerumah sakit.

P Saat dirumah sakit apa informasi yang ibu peroleh dari rumah sakit tentang penyebab stroke ibu?

RP I Waktu saya di bawa kerumah sakit kata dokter saya terserang stroke karena gula darah saya tinggi, terus pikiran yang berat yang bisa menimbulkan hipertensi atau tekanan darah ibu naik. Itu yang membuat saya jadi stroke.

P Berapa lama ibu dirawat dirumah sakit waktu itu? RP I Kurang lebih 10 harilah.

P Apa saja perubahan yang ibu alami?

RP I Gini… waktu ibu di rumah sakit ibu itu bisa jalan, anjuran dokter suruh periksa ibu mau dan pergi jalan sendiri, tanpa kursi roda. Eeehhh.. waktu sampai rumah tiba-tiba ibu ndak bisa jalan lagi kaki ibu lumpuh.. puh, keluar mobil ibu harus di bopong anak sama menantu saya. Perubahan saya yang paling menonjol stroke saya ini bikin lumpuh bagian kiri, nggak bisa gerak sama sekali, tidak bisa bekerja lagi dan selama itu saya diam dirumah, keuangan semakin menipis.10 hari dirawat itu gak ada perubahan sama sekali, terus saya udah di perbolehkan pulang karena sudah pulih dari stroke.

P Kelumpuhan yang ibu derita dua-duanya atau sebagian bu? RP I Sebagian aja, bagian tangan kiri dan kaki kiri yang lumpuh. P Bagaimana perasaan ibu pertama kali setelah ibu mengalami

stroke?

RP I Perasaan ibu waktu kena stroke kaget, bertanya-tanya kenapa kok bisa kena stroke. Ibu waktu itu pertama kali kena stroke, dokter bilang kalau stroke ibu bisa kambuh lagi kalau pola makan sama pikiran yang berat bisa memicu kekambuhan ibu. Ibu jadi takut, cemas dan kepikiran nanti stroke ibu kambuh lagi. P Bagaimana perasaan ibu setelah mengalami kelumpuhan? RP I Ya ibu sangat sedih to, sempat kecewa soalekan ibu dulu bisa

jalan bebas, sekarang lumpuh kaki sebelah kiri saya harus pakai kruk. Ibu sempat menangis sampai susah buat tidur selama semingguan lebihlah, Waktu dirumah sakit masih bisa jalan, pas pulang tiba-tiba lumpuh, terus harus di bopong kalau masuk mobil. Ketika saya di rumah waktu itu jalannya kesot yang dilantai itu kurang lebih 2 bulan.

P Ibu kenapa kesot, kenapa tidak minta bantuan orang lain saat belum bisa jalan?

RP I Ya saya harus belajar sendiri dengan kesot pun yang penting saya lakukan sendiri, nasehat anakku itu menguatkan saya, anakku kasih saya semangat“apa-apa lakukan sendiri, mandiri mah… mandiri …gitu anakku bilang, ndak boleh nyuruh-nyuruh gmn pun caranya harus usaha”. Jadi ibu harus punya semangat, nanti untuk minta bantuan ndak ada perubahan. Terus saya berusaha sendiri jalan setapak demi setapak sambil mepet tembok, kalau capek saya tidur waktu itu.

P Apakah berjalan dengan kesot dilantai menyiksa ibu?

RP I Ya bagaimana? Sebenarnya sangat menyiksa, tetapi kita ndak bisa menyangkal ya, sudah takdirnya, saya harus bisa terima karena ini sudah terjadi dan harus saya jalani. Saya punya pegangan harus bisa berjalan bagaimana caranya harus bisa berdiri gitu, saya berusaha supaya bisa berjalan sendiri tanpa bantuan karena kalau bukan saya sendiri yang punya tekat dari dalam diri sendiri nanti susah sembuh dan saya juga harus membuat semuanya jadi lebih baik dengan usaha dan tindakkan yang saya lakukan seperti latihan dan belajar melakukan semuanya sendiri.

P Ibukan sudah mengetahui bahwa ibu terserang stroke dan mengalami kelumpuhan, ibu merasa sedih dan mersa tidak berdaya dengan keadaan ibu? Berpa lama ibu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ibu?

RP I Sejak pertama saya terserang stroke itu saya mampu menerima keadaan saya sejak pertma sudah bisa. Tetapi itu butuh proses, saya serahkan kepada Tuhan semuanya.

P Apa saja yang berubah dalam diri ibu semenjak mengalami kelumpuhan? Bagaimana cara ibu mengatasi maslah yang ibu alami dengan kelumpuhan?

RP I Yang pasti itu saya lumpuh, dengan lumpuh ini saya jadi beban keluarga saya terutama anak saya. Saya ndak enak kasian anak saya jadi beban juga buat ibu.

P Bagaimana kalau dengan tidur ibu apakah ibu susah tidur? RP I Iya dulu ibu dirumah susah tidur waktu pertama kali kena itu,

rasanya ndak nyenyak sering terbangun. P Kenapa bu sering terbangun?

RP I Ibu juga bingung, apa karena pikiran ya. Ibu gelisah tidurnya nduk, malam-malam itu bisa terbangun.

P Terbangunya karena ingin apa bu? (minum atau BAK). Berapa lama bu ibu susah tidurnya?

RP I Ibu hanya terbangun saja mungkin kepikiran sakitnya ini to, kok saya bisa kena stroke. berapa lama susah tidurnya sekitar

kurang lebih 1 minggulah dari rumah sakit saat itu.

P Setelah seminggu ibu sudah bisa tidur nyenyak? Biasanya sebelum ibu mengalami stroke jam berpa berapa ibu tidur? RP I Iya sudah kembali normal ibu tidurnya jam 9 sama seperti dulu

lagi.

P Bagaimana ibu mengatasinya supaya dapat tidur nyenyak lagiu?

RP I Ibu berdoa mohon ketenangan, ibu juga baca alkitab sebelum ibu tidur supaya ibu lebih tenang ibu mendekatkan diri dengan Tuhan. Yang penting doanya penuh dengan keyakinan. Kalau kita yakin pasti kita merasa tenang dan damai. Ibu ndak pikir apa-apa lagi, ibu yakin saja bahwa ibu pasti bisa jalan lagi itu saja.

P Ibu stroke inikan sewaktu-waktu bisa kambuh, bagaimana cara ibu menjaga kesehatan ibu?

RP I Waktu ibu tiba-tiba lumpuh di cek ke dokter. Dokter wanti-wanti saya jangan banyak pikiran ibu nanti bikin lelah terus bisa memacu hipertensi ibu dan juga jaga pola makan, takutnya stroke berulang lagi. Terus ibu sekarang jaga-jaga supaya ndak kambuh lagi, terus ibu tanya dokter dan cari info tentang makanan apa saja yang boleh di makan penderita stroke supaya ndak kambuh lagi, dari tv di dokter oz itu, acaranya bagus, tanya-tanya sama temen juga.

P Dari informasi tersebut apa usaha atau bagaimana cara ibu mengatasi strokenya?

RP I Saya menjaga pola makan saya. Saya makannya di jaga, udah jarang makan-makanan asin lagi, yang manis juga. Saya sambil mencoba belajar berjalan secara mandiri. Terus saya punya pikiran kok caranya begini ndak isa bangun, terus saya putar-putar di tempat tidur dengan pegangan dipan, saya ganjel sama bantal baru bisa duduk. Terus saya belajar berdiri pegangan di tralis jendela kamar saya, gimana kuat atau ndak eh ternyata kuat, terus saya belajar jalan sambil pegangan didinding.

P Jadi ibu diet ya bu untuk jaga kesehatan ibu? Apakah berhasil bu?

RP I Iya ibu mengurangi makan nasi, ya makanya secukupnyalah. Buktinya sekarang saya ndak pernah kambuh lagi strokenya. P Bagaimana dukungan keluarga ibu untuk kesembuhan ibu? RP I Saya waktu itu di panggilkan terapi, saya diterapi seminggu 2

kali selama 2 bulan, ya sedikit bisalah di gerakkan tapi masih ndak bisa jalan, masih kesot ibu selama dua bulan. Setahun ibu di mbak dian, ibu dibawa kerumah anak saya yang dari

Surabaya ibu di belikan kruk, setiap pagi saya jalan di batu-batu kecil ndak pakai sandal buat biasakan pakai kruk sama latihan jalan. Di Surabaya ibu satu bulan, terus kembali ke salatiga sama mbak dian.

P Bagaimana dukungan anak ibu di Surabaya? Apakah mereka datang ke Salatiga?

RP I Setahun ibu di mbak dian, ibu dibawa kerumah anak saya yang dari Surabaya ibu di belikan kruk, setiap pagi saya jalan di batu-batu kecil ndak pakai sandal buat biasakan pakai kruk sama latihan jalan, senang ibu bisa jalan walau harus pakai kruk. Di Surabaya ibu satu bulan, terus kembali ke salatiga sama mbak dian.

P Apakah ada perubahan setelah ibu berlatih terus?

RP I Ya setelah satu bulan saya latihan jalan pakai kruk setiap jam 5 pagi, saya bisa jalan sedikit-sedikit. Tapi ya pelan to, saya percaya pasti saya sembuh.

P Ibu masuk panti setelah setelah setahun mengalami stroke ya bu?

RP I Iya kurang lebih segitulah, 2012 saya kena stroke 2013 saya masuk panti.

P Ibu maaf, kenapa ibu masuk kepanti?

RP I Dirumah anak sayakan repot kerja, sering keluar kota. Terus anak saya ngomong “mamah aku ni gak sia-siakan mamah tau sendirikan D repot. Lebih baik mamah tinggal dipanti gimana? Kasian mamah sendiri di rumah. Saya bilang ndak apa-apa tapi ingat mamah ya nok… (sambil nangis)

P Ketika ibu merasa sedih apa yang ibu lakukan?

RP I Saya berpikir yang baik-baik aja, oh mungkin saya pindah ini demi kebaikan saya. Tetapi lumpuh ini membuat ibu harus pindah kepanti dan harus menyesuaikan lagi dengan keadaan di panti.

P Kenapa bu harus menyesuaikan lagi dengan keadaan dipanti? RP I Ya waktu ibu dirumahkan, ibu tinggalnya sama anak, keluarga

sendiri, kalau dipanti kita harus bertemu dengan orang baru lagi, dengan orang jompo dan pengasuh di panti supaya kita juga enak dan nyaman ketika kita sudah akrab.

P Kenapa ibu ndak tinggal sama anak ibu yang di Surabaya? RP I Ibu ndak mau jauh dari Dian, Dian kan anak bungsu ibu. Ibu

kalau jauh kepikiran gimana keadaannya, pengen aja ketemu, kalau dipantikan lebih jarang lagi ketemunya. Juga lumpuh ini membuat ibu pindah dan perlu menyesuaikan dengan keadaan panti.

kepada anak ibu?

RP I Ndak kecewa sama sekali, itu adalah bentuk perhatian anak ibu, dia menitipkan saya dipanti ini supaya ibu ada yang menjaga dan tidak kesepian. Anak sayakan kerja juga, dirumah itu jarang, sering keluar kota.

P Apakah ibu merasa sepi tinggal di panti?

RP I Jujur sebenarnya saya merasa sepi karena ndak kegiatan-kegiatan dipanti ini, kesehariannya paling cuma nonton aja. Tapi ada Tuhan Yesus saya tetap senang dan berdoa.

P Ketika ibu merasa kesepian, apa yang ibu lakukan?

RP I Ibu ya nonton tv, ngobrol-ngobrol sama pengasuh, dulu waktu ibu hartini belum pindah ya cerita-cerita dikamar. Sekarang sudah sendiri ya paling sering nonton.

P Setelah ibu di panti apakah keluarga ibu sering menjenguk? RP I Ya jarang anak sayakan repot, tapi kalau ada waktu kosong

anak saya datang berkunjung. P Senang bu di kunjungi anak ibu?

RP I Sangat senang, saya mengerti anak saya sibuk, tapi masih bisa kesini. Saya merasa lebih bersemangat bila anak-anak main ke tempat saya ini, beramai-ramai. Saya ya menerima, senang kalau mereka dating

P Siapa yang membiayai ibu tinggal di panti? RP I Anak saya yang Dian itu, yang membiayai saya. P Bagaiamana perasaan ibu saat tinggal dipanti?

RP I Sebelum masuk panti saya pikiran, kalau saya di panti pikirannya: gimana ya dipanti, keadaannya gimana, orangnya gimana ya? Pertama saya dipanti perasaannya sedih, takut jauh dari anak saya.

P Perasaan ibu harus tinggal terpisah dengan anak ibu bagaimana?

RP I Saya sedih jauh dari anak saya, ndak bisa serumah, jarang lihat lagi anak saya. (sambil menangis)

P Bagaimana komunikasi ibu dengan anak ketika ibu tinggal dipanti?

RP I Komunikasi saya dengan anak baik, kalau ada waktu luang main kesini, kalau ndak ya telepon, saya dengar suaranya aja senang sekali.

P Bagaimana cara ibu mengatasi rasa sedih dan takutnya?

telpon sama anak saya.

P Bagaimana perasaan ibu setelah di telpon keluarga?

RP I Mengurangi rasa kangen, seneng sekali karena mereka masih menyempatkan telpon saya, dengar suaranya saja saya udah senang.

P Apakah ibu membutuhkan dukungan keluarga?

RP I Iya saya sangat membutuhkan dukungan keluarga, kalau bukan mereka-mereka terutama anak saya, saya ndak mungkin bisa begini, biaya mereka yang tanggung semua.

P Senang ibu dapat dukungan keluarga terutama anak ibu? RP I Ya senang artinya mereka sayang mamahnya to, tidak

membiarkan dan telantarkan saya.

P Apakah mereka salah satu alasan ibu untuk sembuh?

RP I Iya pasti, saya ndak mau merepotkan mereka. Dukungan sangat besar buat saya, itu alasan saya supaya cepat sembuh, berusaha mandiri, saya juga pengen jaga cucu kalau nanti Dian punya anak.

P Saat dipanti apakah stroke ibu pernah mengalami kekambuhan?

RP I Ndak pernah kambuh ibu stroke. Tapi waktu itu pernah ibu terpleset dan lumpuh lebih parah lagi, harus pakai kursi roda 3 minggu waktu itu.

P Apakah ibu dibawa kerumah sakit?

RP I Iya ibu di rumah sakit. Di periksa ndak terlalu serius, ndak kenapa-kenapa cuma kemeng sampai ndak bisa jalan itu. Terus dokternya bilang ibu jangan sampai terpleset lagi, kasian anakmu, itu saya ingat terus.

P Bagaimana perasaan ibu waktu ibu harus pakai kursi roda? RP I Ibu sedih, membebani pikiran saya sama mbak Dian.

P Apa yang ibu lakukan supaya ibu bisa jalan lagi tanpa kursi roda seperti sekarang ini?

RP I Ibu berdoa, sambil ibu ludah setiap pagi terus ibu usapkan di kaki yang lumpuh sembuhkan dengan bilur-bilurmu Tuhan Yesus, itu dibarengi dengan latihan sambil angkat kaki dan digerakan. Ibu sambil latihan berdiri kaya dulu dirumah, pegangan sama trails sambil doa Bapa Kami, puji Tuhan ibu sembuh.

P Apa yang meyakinkan ibu bisa sembuh dan dengan cara seperti itu?

RP I Ibu yakin kalau kuasa Tuhan itu dapat menyembuhkan segala-galanya, tapi harus di barengi dengan latihan. Kalau kita berdoa, tetapi ndak yakin tidak bisa sembuh dan juga kalau kita berdoa saja ndak henti-henti tapi kita ndak ada usah ya ndak mungkin sembuh. Jadi, ibu yakin saja bahwa ibu pasti disembuhkan dengan berpegang pada Tuhan.

P Apakah kondisi sekarang mempersulit ibu?

RP I Tidak, saya mengucap syukur. Ada tambahan gini-gini (sambil pegang kaki) ya saya jadi tambah semangat dan mau lebih baik lagi dan bisa lebih dekat dengan Tuhan.

P Apakah kondisi seperti ini menjadi beban buat ibu?

RP I Beban ya beban. Kalau saya anggap beban ya saya kasian sama anak yang membiayai, bisa ne cuma gini (menengadahkan telapak tangan), cuma minta-minta. Dulunya bisa cari uang sendiri, sekarang apa-apa minta.

P Apakah ibu bisa menerima kondisi ibu sekarang?

RP I Ya bisa apa boleh buat, ya bisa. Adanya cuma bersyukur-bersyukur kalau saya gitu. Tapi ada menyesalnya sedikit, ya sekarang sudah bisa menerima.

P Apa yang membuat ibu bisa menerima kondisi ibu sekarang? RP I Ya bersyukur aja. Bisanya cuma bersyukur dan bersyukur.

Bersyukur sajalah sama Tuhan, nanti Tuhan yang menyembuhkan, Tuhan Yesus selalu murah segala-galanya. Saya selalu percaya sampai sekarang saya percaya. Saya berdoa bapa kami terus setiap berjalan.

P Apa yang ibu lakukan untuk mendukung kesembuhan ibu sekarang?

RP I Berusaha sembuh dengan latihan terus dan tidak bergantung dengan orang lain, selagi saya bisa melakukan sendiri.

P Dengan cara apa bu?

RP I Ya dengan latihan jalan setiap pagi, merapikan kamar saya sendiri dan melakukan hal yang saya bisa lakukan seperti mandi sendiri. Saya mau lepas kruk belum berani, nanti jatuh kasian anak saya. Sudah diwanti-wanti sama dokter jangan sampai jatuh sekali lagi, oo kasian anakmu. Dah saya ingat terus.

P Bu bila ada masalah ibu senang mengungkapkan perasaan ibu dengan siapa?

P Masalah apa yang ibu alami?

RP I Ya masalah keuangan anak saya, saya kasihan sama anak saya cuma bisa membebani saja, dia membiayai saya, saya hanya bisa berdoa buat anak saya. Kalau sudah menyampaikan perasaan kepada Tuhan itu lebih tenang.

P Dengan keluarga?

RP I Saya ndak pernah ungkapkan perasaan saya dengan keluarga, saya tu pendiam, kalau masalah-masalah pribadi saya simpan sendiri dan juga menghibur diri.

P Bagaimana cara ibu menghibur diri? Kalau ibu berbicara atau ada teman ngobrol itu dapat mengurangi permasalahan yang ibu alami?

RP I Kalau saya mbak, ngobrol atau cerita tentang masalah saya dengan orang lain itu tidak, cukup saya sama Tuhan yang tau, saya berbicara dengan Tuhan dan curhatnya sama Tuhan itu menenangkan batin saya. Tetapi kalau hanya sekedar bercerita tentang yang lain (tidak menegnai masalah atau isi hati yang memang tidak boleh orang tau) itu saya senang, istilahnya bisa lupa sama yang saya pikirkan sebelumnya gitu mbak dan masalah saya itu ndak terpikirkan lagi kalu ngobrol dengan orang lain. Kalau saya sendirikan terkadang melamun, terus nanti pikiran-pikiran jelek itu bisa muncul. Makanya saya itu cari kesibukan dengan nonton tv, ngobrol gitu bisa lupa dan juga dengan berdoa.

P Ibu lebih senang berdoa atau berbicara dengan orang lain? RP I Saya kalau ngomong sama orang lain itu saya sungkan, lebih

baik saya berdoa, sebisa mungkin berdoa. P Kenapa lebih senang berdoa?

RP I Seperti sharing sama Tuhan, berbicara dengan Tuhan tentang keluh kesah saya.

P Apakah masalahnya bisa tercurahkan?

RP I Iya bisa, saya kalau berdoa mengungkapkan hati saya sama Tuhan membuat hati saya lega dan plong.

P Apa yang sering ibu doakan?

RP I Saya doa Novena Rosario, doa aku percaya, salam mempelai bunda Maria 3 kali, bapa kami, 10 kali salam maria sampai 50 kali diselingi Bapa kami dan doa.

P Kapan saja ibu berdoa?

RP I Pagi, sore jam 3, ya setiap saat saya berjalan bapa kami itu ndak henti-henti.

P Ibu hebat ya bisa mandiri.

RP I Iya, makasi ya. (sambil tersenyum)

P Bagaimana perasaan ibu setelah mengungkapkan perasaannya?

RP I Perasaan saya lega setelah berdoa, hati saya bisa ringan, bisa plong, kalo ada perubahannya tu lega mbak, waktu itu saya bisa lancer jalannya mbak walaupun jalan sama tongkat.

P Apa saja kegiatan ibu sehari-hari untuk mengatasi masalah ibu? RP I Kalau saya supaya ndak stress, kesepian, ndak bosan saya berdoa, terus mendekat pada Tuhan saya minta kesembuhan, sembuhkan dari bilur-bilurmu Tuhan Yesus. Kalau pagi setelah mandi terus langsung jalan bolak balik setelah itu doa Novena satu putaran. Sore juga begitu setelah mandi jam 3 sore saya doa Novena 1 putaran, kalau ndak doa saya seperti punya

Dalam dokumen LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN (Halaman 22-54)

Dokumen terkait