• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO KREDIT RISIKO KREDIT RISIKO KREDIT

PEMBAYARANPEMBAYARAN PEMBAYARAN

3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

3.2.1. RISIKO KREDIT RISIKO KREDIT RISIKO KREDIT

3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT 3.2.1. RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan membaik

dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 2,73% menjadi 2,64%. Turunnya NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah. Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi berada kelompok bank pemerintah yang mencapai 3,37%, disusul kemudian oleh kelompok bank swasta dan bank

asing dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,69% dan 3,05%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 3,22%, disusul oleh kredit investasi sebesar 2,43% dan kredit konsumsi sebesar 1,55%. Peningkatan NPL terbesar berada pada jenis kredit investasi yaitu sebesar 12,18% (qtq) atau meningkat menjadi Rp758,83 milyar, sedangkan kredit modal kerja dan konsumsi hanya meningkat sebesar 1,70% dan 1,45%. Tingginya pertumbuhan NPL kredit investasi ini sejalan dengan tingginya penyaluran kredit investasi pada Tw III-2012 yang

mencapai 8,56% (qtq). Hal ini didukung pula dengan nature kredit investasi yang umumnya

merupakan kredit jangka panjang atau pembangunan proyek tertentu sehingga pembayaran Tabel 3. Tabel 3.Tabel 3. Tabel 3.4444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan

Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok Bank Kelompok Bank

Sumber: Bank Indonesia

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III NPL Bank Umum (%) 3,013,013,013,01 2,882,882,882,88 3,043,043,043,04 2,962,962,962,96 3,363,363,363,36 3,553,553,553,55 3,473,473,473,47 2,892,892,892,89 2,962,962,962,96 2,732,732,732,73 2,642,642,642,64

Bank Pemerintah 2,74 2,67 2,99 3,14 3,77 4,10 4,37 3,69 4,09 3,62 3,37

Bank Swasta 2,71 2,56 2,53 2,35 2,57 2,64 2,13 1,71 0,85 1,51 1,69

Bank Asing 6,64 6,57 7,11 5,55 5,18 4,88 4,46 4,18 8,40 3,87 3,05

41 Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawa TimurJawaTimurTimurTimur

Triwulan III – 2012

kredit bergantung pada penyelesaian termasuk proyek dan tidak dapat ditetapkan cash flow

(aliran pendapatan) sebagaimana pada kredit modal kerja.

Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko

kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur

kredit konsumsi.

Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga

akhir Triwulan III-2012 tertuju pada sektor Industri Pengolahan, sektor Penerima Kredit Bukan

Lapangan Usaha, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,04%,28,03 dan 23,07%. Sektor ini juga merupakan sektor utama perekonomian di Jawa Timur sehingga perbankan telah bersinergi dalam mendukung perekonomian daerah.

Grafik 3.2 Grafik 3.2 Grafik 3.2

Grafik 3.2666 Perkembangan NPL Bank Umum 6

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2010 2011 2012

NPL Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

Sumber : LBU BI (diolah) %

Grafik 3.2 Grafik 3.2 Grafik 3.2

Grafik 3.27777 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% 3,50% 4,00% 4,50% 5,00%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2010 2011 2012

NPL Bank Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber : LBU BI (diolah)

%

G G G

Grafikrafikrafikrafik 3.23.23.23.2888 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 8 -10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 INDUSTRI PENGOLAHAN

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KONSTRUKSI

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

Sumber : LBU BI (diolah) Miliyar)

42 Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawa TimurJawaTimurTimurTimur

Triwulan III – 2012

Sementara untuk 8 (delapan) sektor lainnya yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, listrik, gas dan air, jasa pendidikan, perikanan, badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya, administrasi pemerintahan, jasa perorangan yang melayani rumah tangga, serta sektor lain-lain, masing-masing hanya memiliki proporsi kurang dari 0,5%terhadap total penyaluran kredit.

Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 101,94% (yoy), Pertanian, Perburuan dan Kehutanan sebesar 74,09%, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar

53,14% (yoy). Sementara sektor usaha yang justru mengalami perlambatan adalah sektor

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, serta sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Pertumbuhan tertinggi ini umumnya terjadi pada sektor yang proporsinya terhadap total kredit relatif kecil. Sementara itu, 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur tumbuh secara konstan pada tingkat 25%-30%. Dengan demikian, pertumbuhan yang signifikan tersebut tidak akan mengganggu stabilitas kredit perbankan.

Berdasarkan kualitasnya, NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertambangan dan

penggalian dengan NPL sebesar 14%, disusul kemudian oleh sektor industri pengolahan dan

sektor perikanan masing-masing sebesar 7,65% dan 7%. Tingginya NPL sejalan dengan

tingginya komposisi penyaluran kredit utama perbankan. Sementara sektor utama lainnya yaitu perdagangan dan eceran hanya memiliki NPL sebesar 4% sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko pada sektor ini relatif lebih terkendali dibandingkan sektor utama lainnya.

Grafik Grafik Grafik Grafik 3.3.3.3.29292929

Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100

120 JASA PERORANGAN YANG MELAYANI

RUMAH TANGGA

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

KONSTRUKSI

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL PERANTARA KEUANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

JASA PENDIDIKAN PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

LISTRIK, GAS DAN AIR

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

PERIKANAN

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

Sumber : LBU BI (diolah) %

43 Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawa TimurJawaTimurTimurTimur

Triwulan III – 2012

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa selain sektor utama, kualitas kredit pada

sektor lainnya relatif tersebar secara merata di bawah 4%. Jika di-manage dengan baik, maka

sektor yang lain juga masih berpotensi untuk ditingkatkan dengan kualitas kredit yang terjaga.

3.2. 3.2.3.2.

3.2.2222. . . . RISIKO LIKUIDITASRISIKO LIKUIDITASRISIKO LIKUIDITASRISIKO LIKUIDITAS

Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 masih terjaga dengan

baik. Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam melunasi

kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya sebesar 6,40% atau mengalami

perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,96%. Membaiknya cash

ratio perbankan disebabkan peningkatan penempatan pada BI dan bank lain masing-masing

sebesar 26,24% dan 13,87% (qtq) sehingga meningkatkan cadangan bank untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek khususnya kepada pihak ketiga.

Aktiva Lancar meningkat dari Rp16,28 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp18,23 triliun (11,95%-qtq). Komposisi aktiva lancar terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar Rp7,1 triliun, disusul kas dan penempatan pada Bank Indonesia masing– masing sebesar Rp6,57 triliun dan Rp4,58 triliun. Sementara pasiva lancar sebesar Rp284,8 triliun dan didominasi oleh dana pihak ketiga.

Grafik 3. Grafik 3. Grafik 3. Grafik 3.31313131

Money Position Perbankan di Jawa Timur

36,03%

25,13% 38,84%

Kas Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain

Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik GrafikGrafik

Grafik 3.3.3.3.30303030 NPL per Sektor Ekonomi

5% 0% 7% 14% 7,65% 7% 0% 4% 7% 3% 5% 4% 3% 0% 2% 3% 6% 5% 0% 5% 3% LAIN LAIN

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDU STRI PENGOLAH AN LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

TRANS PORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKAS I

PERANTARA KEUANG AN REAL ES TATE, US AHA PERS EWAAN, DAN JAS A PERUS AHAAN

ADMINIS TRAS I PEMERINTAH AN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOS IAL WAJIB JASA PENDIDIKAN

JASA KES EHATAN DAN KEGIATAN S OSIAL JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANG AN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKS TRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

44 Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawa TimurJawaTimurTimurTimur

Triwulan III – 2012

Pada triwulan III-2012, komposisi dana pihak ketiga di Jawa Timur terhadap giro, tabungan dan deposito masing-masing adalah 16,84%, 44,91% dan 38,26%. Perubahan yang tampak dibandingkan periode sebelumnya adalah adanya pergeseran dari deposito menjadi tabungan (proporsi tabungan dan deposito pada periode sebelumnya adalah 44,31% dan 39,09%). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi penempatan dana masyarakat pada instrument perbankan adalah pada tabungan. Tabungan memang tidak membebani perbankan namun memerlukan manajemen likuiditas yang lebih baik dan akurat karena tidak dapat diprediksi waktu

penarikannya. Sedangkan deposito lebih bersifat manageable namun memerlukan persediaan

atau cadangan likuiditas yang lebih besar khususnya untuk deposito berjangka pendek (1 bulan).

Berdasarkan jangka waktunya, deposito jangka pendek masih menjadi pilihan sebagian besar nasabah perbankan. Hal ini tercermin dari komposisi deposito berjangka waktu 1 dan 3 bulan yang masing-masing sebesar 47% dan 33%. Hanya 7% deposito yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Sebagai akibatnya bank harus memiliki mitigasi yang tepat untuk memastikan kecukupan cadangan likuiditas terhadap pencairan deposito jangka pendek tersebut

Dokumen terkait